Cerita Cinta – Chapter 143. Darah Pertama

Chapter 143. Darah Pertama

Dalam hati saya berfikir siapakah Dania gerangan. Apakah ia hasil persilangan antara mama lauren dengan professor X saya masih meragukannya. Sebab kemampuan prekognision yang bisa di bilang cukup tinggi miliknya sempat membuat saya tercengang karena baru kali ini seumur hidup saya di tunjukan dengan hal semacam ini. Bahkan yang sempat tergambar di benak saya kala itu Dania lebih mirip seperti Dedy Corbuzier yang tengah menunjukkan kemampuan mentalistnya secara langsung pada saya. Andai saja kala itu siaran live show, pastilah saya sudah melambaikan tangan ke kamera memberi salam pada emak di rumah bahwa saya tengah masuk Tv dalam acara “Bonyok Berhadiah”. Dengan masih menunggu jawaban darinya, akirnya ia bersedia mengungkap jati diri yang sebenarnya demi membantu saya yang tak ia kenal sebelumnya.

“gw seorang indigo Kha . .” tatapnya ragu pada mata ini.

“oh . . semacam indra ke enam gitu ??” tanyaku heran memandangi paras Dania yang cantik tapi tetap saja aneh di mataku.

“iya, . . jadi lo percaya kan ama gw” kerutnya pada dahi seputih kapur itu.

“gw percaya kok sama lo, tapi maaf gw lebih percaya sama tuhan serta kemampuan gw sendiri. Nii, gw balik dulu ke kontrakan. Makasih banget buat bocoran kejadian setelah ini. tapi gw bakal tetep hadepin itu”

Tanpa memperdulikannya berbicara lebih banyak lagi, saya langsung saja kebut itu motor. Secepat kilat saya sudah sampai di kontrakan dengan santainya menunggu kedatangan abang Nonik seperti yang telah di katakan oleh Dania. Dan benar saja hal pertama yang telah di peringatkan oleh Dania sebelumnya, saya lupa membalas sms Nabila hingga akirnya ia datang di kontrakan saya usai diri ini sampai terlebih dahulu. Dan dengan kawatirnya Nabila pun langsung menghampiriku serta bercerita tentang batinnya yang terasa tak enak karenaku.

“Rakha kamu gak papa kan ?? kamu baek – baek aja ??” gelisah Nabila memandangiku.

“aku ga papa kok, kenapa emang” tanyaku santai sambil dudukan di ruang tamu depan.

“aku kaya ngrasa ga enak ada sesuatu yang mau nimpa kamu Kha. Tapi gak ngerti apa. makanya aku ke sini aja buat mastiiin”

Nah lo, ini bocah jangan – jangan indigo juga seperti Dania. Tuhan kenapa hidupku berubah horror seperti ini. Dalam hati saya hanya bisa berucap sepantasnya untuk menenangkan Nabila.

“aku fine – fine aja kok. Mending kamu cepetan pulang ya Bil, aku mau ada perlu ini” bujukku pada Nabila agar bersedia pulang.

“mau kemana kamu ?? aku masih kepikiran kamu. Maaf aku ga mau pulang, aku pengen nemenin kamu dulu” pinta Nabila gelisah tak menentu.

“yah ni anak . . emang kamu ngrasain apa sih. Bukannya sekarang aku baek – baek aja . . jadi kamu pulang aja duluan dan aku juga mau ada perlu Bil”

“aku gak bisa jelasin sih Kha, pokok prasaanku gaenak aja. Aku takut kamu kenapa – napa. Dulu sehari sebelum Jovan meninggal, aku ngrasain hal semacem ini juga. Dan ternyata firasatku bener, kamu lagi ada musibah di tinggal Jovan. pokok tiap kamu mau kenapa – napa itu aku mesti ngrasain kawatir kaya gini”

Wah ini ada yang gak beres, kenapa Nabila baru mengungkapkannya sekarang. Bisa jadi ia punya kemampuan indigo tapi tak sepeka Dania. Hanya saja Nabila cenderung mempunyai firasat yang kuat bahwa sesuatu yang buruk akan segera menimpa saya. Jadi saya simpulkan saja ini bukan indigo, melaikankan ikatan batin.

Dan tak tak lama kudengar mobil jep di parkir tepat depan kontrakanku. Terlihat seseorang turun dari mobil itu dengan perawakan kekar serta badan yang sudah jadi sejadi jadinya seperti artis binaragawan tak lupa gaya rambut ala tukul arwana. Dan mulai dari sini saya yakin, tidak lain tidak bukan orang tersebut adalah . . .

Abangnya Nonik.

“Kamu yang namanya Rakha !!??” tanya abang itu kasar sambil copot kaca mata aliennya.

“iya mas, ada apa ya ??” tanyaku bodoh padahal sudah jelas saya mau di bully.

“kamu ngapain Nika kemaren malem !!!” tunjuknya pada batang hidungku yang kurang mancung.

“aku kilaf mas kemaren . . .” jawabku sendu merendah diri sebab saya memang salah.

“JADI COWOK ITU GAK USAH MAEN TANGAN SAMA CEWEK !!!!” tariknya pada kerah kaosku hingga saya jinjit di buatnya.

“eh ini apa – apaan sih mas !!!” bela Nabila di sampingku mencoba melerai.

“KAMU GAK PERNAH DI AJARIN ETIKA YA SAMA IBUMU ?!!!” tamparnya pada pipiku sambil masih menarik kerah kaos.

“iya mas maaf aku salah . . .”

“mas jangan maen tangan dong, ini apaa sih !!!” cengah Nabila di tangan kekar abang itu, tapi apa daya, Nabila hanya seorang wanita yang tak punya daya.

“INI ANAK UDAH MAEN TANGAN SAMA ADEKKU NGERTI GAK ?!!!” kini tamparnya lagi pada pipiku sambil memplototi Nabila.

“mas lepasin dulu ini tangannya gak usah keg gini lah !!!” tarik Nabila pada tangan si abang yang masih sibuk menggenggam erat kerah kaosku.

“KALO SOK JAGOAN GAK USAH LAWAN CEWEK, DASAR ANJING !!!”

Seketika tangan itu terkepal erat, sudah di tarik kebelakang siap untuk di luncurkan menghujam pada wajah saya. Dalam hati saya hanya bisa berharap jika semua ini harus saya bayar begitu mahal agar semua bisa di maafkan, sungguhpun saya rela diri ini di sakiti sedemikian rupa. Namun hendak tangan itu meluncur tepat di depan mata saya, tangan Nabila meraihnya menarik kebelakang sekuat yang ia mampu. Spontan abang itu menyingkirkan Nabila hanya dalam sekali sentakan tangannya. Jatuhlah Nabila tersungkur lemas di depan mataku. Berisak tangis memohon ampun pada abang itu agar tak lebih jauh menyakitiku. Namun demi tuhan, wajah yang sudah sakit ini jauh lebih sakit hati saya jika harus melihat orang yang saya sayangi di perlakukan seperti ini.

“BAJINGAN !!! KALO MAU TONJOK YA TONJOK AJA, TAPI GAK USAH NYENTAK TEMENKU MAS !!!” seketika ku tending itu perut abang yang sedari tadi tak ada pertahanan sama sekali.

Dan perkelahian ini sudah tak terelakkan lagi, demi Nabila akan saya bela mati – matian hingga saya babak belur di buatnya. Memang secara fisik saya adalah orang yang kurus, namun untuk masalah tinggi saya rasa masih cukup untuk mengimbangi pertahanan abang Nonik. Sekiranya lima pukulan saya kantongi telak di mata dan hidung ini hingga mimisan di buatnya. Sedangkan saya hanya bisa memukul sekuat tenaga telak di mata sebelah kirinya hingga mata itu merah seperti mata setan yang sudah tak terlihat lagi warna putihnya. Bisa jadi itu pembuluh darah di matanya pecah karena satu pukulan saya. Hingga perkelahian ini terus berlanjut, Nabila kembali meleraiku semampunya masih berisak tangis menyebut namaku untuk menghentikannya.

“Rakha udah cukup Kha cukup !!!! ya Allah . .” isak tangisnya menahan tangan serta mencoba meraihku.

Namun setiap kali Nabila berada di depanku untuk melindungi saya, lagi – lagi abang Nonik membuatnya terpelanting jatuh tersungkur untuk ke kesian kalinya. Maka makin giat lah itu acara baku hantam antara saya dengan abang Nonik hingga habis beronde – ronde di buatnya. saya sudah mulai kehilangan keseimbangan, pandangan saya kabur, kaca mata saya sudah hilang entah kemana, hidung saya juga sesak rasanya untuk bernafas. Hingga akirnya saya sudah merasa pada batasnya, Nonik beserta Dania pun datang dengan motor yang mereka kendarai dan segara mengakiri semua ini.
“ya ampun mas, jangan berantem di sini !!!!” jerit Nonik turun dari motor tak sempat melepas helmnya dan segara menahan gerakan tubuh abangnya.

“INI COWOK BRENGSEK MUSTI DI KASIH PELAJARAN DEK BIAR TAU RASA !!!”

“tapi gak harus berantem kaya gini kan mas, . . ya ampun Rakha !!!” jerit Nonik memandangku yang sudah tersungkur di pangkuan Nabila bersimbah darah di hidung dengan tatap mataku yang setengah tak sadarkan diri.

“JANGAN SENTUH RAKHA !!!!!” dekap Nabila erat seolah ia ingin melindungiku dengan pelukannya.

“UDAH DEK AYO PULANG, NGAPAIN NGURUSIN COWO BRENGSEK KAYA GINI !!!” ajak si abang pada Nonik yang ingin meraihku.

“kan gw bilang apa, ngeyel sih. Bila bawa Rakha masuk !” perintah Dania pada Nabila yang masih memandangku dengan tangisnya.

“tolong mbak bantuin aku” pinta Nabila dengan nafas tak karuan mencoba bangkit mengangkat tubuhku yang sudah tak berdaya ini.

“kan gw udah bilang Kha, temen lo kena imbas juga kan. Ini hal yang sebenernya pengen gw hindarin. Tapi lo ngeyel Kha. Liat, idung lo pendarahan hebat gini, mata lo lebam” oceh Dania sambil membantu Nabila menggotongku ke dalam.

Sedangkan Nonik saat itu entah kemana suaranya saya sudah tak mendengarnya lagi. Sebab abang yang tak ada lagi di depan bisa saya pastikan membawa adiknya pergi bersama mobil jep miliknya. Dan heninglah suasana usai saya mendapat pertolongan pertama dari Nabila. Dan untuk kesekian kalinya saya bersyukur sebab di saat seperti ini masih saja ada Nabila yang bisa merawatku kala darah ini keluar deras dari tubuhku. Masih menahan tangisnya kini Nabila sudah tak mampu berkata apa – apa lagi sambil hanyut dalam pandangannya melihat kondisiku yang sudah setengah sadar ini.

“kalo udah gini lo puas Kha ??”

“Nia gw masih pusing, . . .” jawabku lemah masih menahan sakit di sekujur tubuh ini.

“lo ga papa Bil, itu siku lo lecet buru kasih obat merah” tegas Dania mengingatkan.

“Nii, gw ada permintaan . . .” ucapku lirih mencoba memandang Dania.

“apa ??”

“gw tadi gak sempet ngucap maaf ke Nonik, . .”

“gimana mau bilang maaf orang sikonnya masih kacau kaya gitu ?!!”

“gw rasa tadi saat paling tepat buat ngucap maaf ke dia . .”

“udah deh masalah itu ga usah lo pikir dulu. Tar ada kok waktunya sendiri buat ngomong maaf ke Nonik”

“lo ngintip kejadian depan gw lagi ??”

“enggak Kha, kalo mau bilang maaf sih smua orang juga tau musti nunggu sikonnya tenang dulu. Btw lo tadi tonjok mata abangnya Nonik sampe pembuluh darahnya pecah gitu, sikonnya tar kalo jadi tambah rumit gimana ? lo bisa di tuntut dan di masukin ke sel !!”

“nah yang ini kayanya lo ngintip beneran ya kejadian depan gw lagi ??”

“aduh . . enggak Kha !!! kan mreka dari kluarga polisi ama TNI, kalo mereka nuntut lo atas dasar undang – undang penganiayaan gimana ?? lo bisa masuk sel beneran !!”

“alah bodo amat, . . yang musti gw lakuin sebelom masuk sel cuma satu Nii . .”

“lo mau ngapain emang ??”

“gw harus . . .”

 

Created BY : rakhaprilio KASKUS