Cerita Cinta – Chapter 29. Malam Pertama

Chapter 29. Malam Pertama

 

Sayur pindang itu menjadi saksi bisu tentang kebulshitan Nabila, dan bunda dengan polosnya menerima begitu saja itu anak kingkong untuk bermalam di rumah. Padahal saya ingin tau bagaimana ekspresi dia jika tidak dapat tempat tinggal di T.a, mungkin jadi gembel ngesot d emperan jalan. Sungguh senangnya menggoda Nabila batinku, namun sayang itu tak kesampaian hanya jadi angan belaka.

Masih asik bersantap ria, maka di kesempatan ini saya ingin menyatakan sebuah deklarasi bahwasanya saya akan liburan ke ibukota jauhnya. Dengan perasaan tak menentu maka saya coba ungkapkan pada ibunda.

“nda, kan ini aku udah masuk masa liburan tuh . . “ ucapku terpotong menunggu respon bunda.

“iya trus ??” bunda masih asik melanjutkan makan.

“aku pengen main ke Jakarta, kan aku ada 2 temen di sana. Salah satunya ya Nabila ini” dengan perasaan ragu saya masih menunggu.

“kamu mau brpa hari di sana nak ??” tnya bunda sambil meneguk minum menyudahi makannya.

“semingguan nda, jadi yang 3 hari aku di bandung” jawabku sedikit menunduk.

“kamu dah tau sikon Jakarta blom dek ?? di sana itu keras loh” sahut mbak meyakinkan.

“yak an ada tmenku mbak, aku berempat kok. Jadi ya lumayan rame gitu”

“bunda belom bisa jawab Kha, tar di rundingin sama ayahmu dlu yha” bunda mengusulkan.

“jadi gini tante, kan kita udah sepakatan sebulan sebelom UAS tuh, kita juga udah beli tiket kreta seharga seratus enampuluh. Kan sayang kalo sampai batal, tante ga usah kawatir soal Rakha di sana, kana da saya dan temen – temen yang jaga”

Ujar Nabila dengan penuh kekampretan, padahal saya belum beli tiket. Mungkin dengan begini akan membuat orang tua saya lebih terdesak untuk mengiyakan kepergian saya ke ibu kota. Ya, saya akui itu sumpah encer punya otak Nabila, jago merayu itu mulut nan penuh dengan kebulshitan.

Malam pun tiba, sedangkan saya masih asyik di kamar saya sendiri dengan bermain laptop serta game yang setia menemani. Nabila, ia tengah sibuk pedekate dengan itu saudara saya. Terdengar itu canda tawa mereka keras sekali bunyinya hingga bergema di kamar saya. Entah apa yang mereka bicarakan saya tidak peduli. Tengah asyik bermain game, nada dering kas hape Samsung itu berbunyi tengil “Tik Tok” pertanda ada sms masuk untukku. Maka dengan sigap saya buka itu sms yang ternyata dari kekasih nun jauh di sana dengan isi percakapan sebagai berikut.

Jov : Malem sayang, lagi apa ?

Me : lg nggame aja Jo. Km ?

Jov : tiduran aja di kamar, Eh manggilnya jangan gitu dong.

Me : trs gmn ?

Jov : yg mesra dong.

Me : ok, monyet aja gimana. Wkwkwkw

Jov : serius dong tengil !!

Me : km mintanya apa ?

Jov : sayang aja yak ?

Me : bebz gimana ?

Jov : kamu mau sama kaya Deri ?

Me : uooogah !! sayang aja wes.

Jov : hahaha, iya sayang.

Me : aku turun dlu, di panggil bokap. Tar d lanjut lgi yank.

Jov : iya sayang.

Terdengar ayah memanggil dari lantai bawah ingin melepas rindu denganku, maklum beliau pulang sore dan langsung tidur sehingga tidak sempat untuk bertemu. Maka dengan bergegas, turunlah saya di lantai pertama dan berkumpul di ruang keluarga depan tv.

“nyampek jam berapa kamu tadi Kha ??” Tanya ayah sambil makan dan melihat tv.

“jam setengah satuan yah” jawabku sambil mengganti chanel.

“oi ya, katanya kamu bawa temen kemari, mana anaknya ayah pengen liat” ujar ayah menyuruhku memanggil Nabila.

“Mbaaaaak, di panggil ayah !!! ama Bila jugak !!! sekaraaaaaaang !!!!” teriakku dari lantai bawah.

Tak lama turunlah itu Nabila masih asiknya bercanda sengan saudara saya membuat diri ini semakin iri. Lalu berkumpulah kami ber lima di ruang tengah depan televisi.

“malem om,” sapa Nabila pada ayah lengkap dengan senyumnya yang khas.

“oh ini ya temennya Rakha, duduk sini dek jangan malu – malu” ayah mempersilahkan.

“kata ibuk dari Bandung ya dek Bila” Tanya ayah langsung tertarik.

“ehehehe, iya om” jawab Bila malu – malu kucing garong.

“ngmong – ngmong ayahnya megang dimana dek ?” Tanya ayah beruntun.

“oh, papah kerja di perusahaan indofood om” tegas Nabila menuturkan.

“sebagai apa dek ayahnya di situ” di kejar itu pertanyaan.

“kalo ga salah wapresdirnya om, tp ga tau kalo sekarang” dengan malu jawab Nabila.

“owh, perusahaan gede itu ya di Jakarta kalo ga salah ??” ayah mulai keheranan.

“hehe, iya om kayaknya” dengan nada centil Nabila bercanda.

Maka malam itu jadilah kami berlima seperti mertua yang bertemu dengan menantunya. Jujur saya akui itu Nabila sangat cepat akrab dengan kedua orang tua saya. Baik bunda, ayah serta mbak. Semua bisa berbaur dengannya meski terkadang ia tak mengerti tentang bahasa jawa namun sedikit – sedikit ia mencoba memahaminya.

Hal yang saya tangkap dalam pembicaraan ayah dengan Bila barusan, bahwa setatus Nabila adalah anak dari wakil presiden perusahaan ternama di Jakarta. Sedangkan gaya hidup yang saya tau selama di Malang, Bila sama sekali tak pernah terlihat mewah dengan segala tetek bengeknya yang ada di kosan ataupun yang ia kenakan. Namun sesekali ya saya mengerti bahwa ada beberapa barang yang mungkin tidak bisa di bohongi, seperti laptop Aplle miliknya misalnya. Itu setara dengan laptop yang dimiliki oleh Vanda. Bukan maksud saya menaruh curiga bahwa Nabila tengah berdusta atau tidak, saya hanya menganalisa sejauh yang saya bisa. Dan jika ada waktu, semua pasti akan terjawab ketika saya sampai di ibu Kota.

 

Created BY : rakhaprilio KASKUS