Cerita Cinta – Chapter 42. Yang Terlupakan

Chapter 42. Yang Terlupakan

 

Perlu saya jelaskan kembali, bahwa dosa terindah yang saya sebutkan dalam chapter sebelumnya dalah perihal ciuman saya dengan Bila adanya. Bukan merujuk pada acara tidur bersama Nabila, sebab saya di sini tidak melakukan kegiatan pertandingan sepak bola dengan Nabila. Kami murni hanya tidur tanpa melukan apa – apa betul itu, sungguh.

Saya adalah tipe orang yang kebo dalam hal tidur, namun lain ceritanya jika acara tidur tadi malam harus berteman dengan Nabila. Maka pagi pukul 06.00 AM itu entah apa yang membuat saya terbangun, rasanya hidung ini mencium aroma yang Khas beda dari biasanya. Bukan parfum, bukan keringat, bukan sulap maka bukan pula sihir. Dengan tertatih mataku yang minus tiga ini mencoba menangkap sebuah pemandangan yang menurutku tak lazim adanya.

Masih berusaha tanpa kacamata, kulihat tonjolan daging tepat di depan mataku. Pelan tapi pasti tonjolan itu kembang kempis seperti ada tanda kehidupan. Terasa pipiku kenyal tidur diatas gundukan daging pagi itu, ini bukan bantal, ini bukan guling tapi kenapa rasanya hangat seperti ini. dengan berdiagnosa apa yang tengah saya tiduri saat ini rasanya seperti buah,

Buah . .

Buah simalakama !!!

Nah lo ???

Dengan gugup bangun gelagapan ternyata saya tidur tepat di atas buah dada Nabila, alamak mimpi apa aku semalam. Untungnya, Nabila masih lelap dengan tidurnya. Kulihat posisi dadanya seolah mau loncat dari dalam BHnya. Mirip seperti punya Jovanda.

Eh ??

Jovanda !!!

Saya lupa kemarin seharian tidak menghubungi Jovanda sebab tengah di sibukkan pikiran ini oleh Nabila. Dengan segera saya cari itu di mana hape berada. Sekali pencet tombol on maka terpampanglah 6 sms dengan 8 panggilan tak terjawab. Sial pikir ku, gara – gara cipokan sama Bila jadi begini adanya. Maka dengan segera saya telfon itu kekasih hati nun jauh di sana dengan perasaan berdosa, tentunya saya sudah kabur dari dalam kamar sebeb saya tak mau Bila mendengar pembicaraan dengan Jovanda.

“halo yank, met pagi” telfonku dengan sedikit tergesa – gesa.

“ummmmh, pagi juga yank” terlihat kala itu Vanda yang baru bangun tidur.

“kamu kmren shrian kmna yank aku sms sma telfon kok ga bales ??” Tanya Vanda di tangah kantuknya.

“di ajakin maen k rumah Bila ini yank, trs hapeku ternyata ketinggalan di mobil aku baru nyadar pagi ini, makanya aku langsung telfon kamu” sungguh lihai nan terampil bibir ini dalam berdusta.

“owh gitu ta, pantesan. Kamu dah mandi a yank ? tumben jam segini uda bangun kamu yank ?” Tanya Vanda sedikit mengejekku.

“kan biar bisa bangunin kamu toh yank, masa kamu yg bangunin aku trs” ujarku kalem.

“umh tumben bgt km I yank. Kmren shrian aku di anggurin belon dapet kiss yank. Sun dulu dong biar cpet bangun” pintanya manja padaku.

“lah kamu ni kaya putri tidur aja yank, ywdah sini aku kecup keningnya aja ya”

“kok kening yank ?? tumben ada cowok kasih kiss di kening ??

“kan kening itu tanda ketulusan yank, beda kalo di cium di bibir itu tandanya . . .” belum usai saya berbicara saya teringat dengan kejadian semalam.

“tandanya apa yank !! kok diem sih . .” gerutu Vanda di seberang telfon.

“eh iya, iya. Tandanya napsu yank. Hadeee”

“owh gitu ya, ywda kiss di kening aja deh yank”

“ywdah sini, mwaaaaaaaaaah !!” sungguhpun ciuman yang saya beri ke Bila dan Vanda sangat kontras perbedaannya.

Perasaan ini makin kian berdosa jika teringat Vanda yang jauh di sana dengan setia menungguku beserta kepercayaannya yang kini telah saya salah gunakan. Seusai acara bertelfon dengan jovanda maka saya lekas menuju ruang tengah untuk menonton TV. Tak lama Stevy dan Fany datang dari lantai atas dari tidurnya semalam yang membawa mereka lelap terlebih dahulu dari pada saya dan kemudian ikut nimbrung di ruang yang sama bertelevisikan Spongebob pagi itu.

“tumben lo dah bangun Kha” ujar fany langsung duduk di sebelahku.

“iya nich tumben si Akha uda bangund jam seginih, pengend mantengin sepongebob eah !!” tuduh Stevy ke kanak – kanakan.

“iye gw pengen liat spongebob” jawabku datar, dari pda saya bilang abis tidur sama Bila semalam, bakalan kacaw tar malahan.

Pagi itu kami bertiga masih asyik melihat siaran TV kartun anak – anak, hingga pada akirnya Bila turun dengan kebodohannya yang memperlihatkan bekas cupang saya semalam berbalutkan yukensi.

“pagi semuanya, hoaaaaaaaaaaaaaaaaaams” sambil menguap Nabila menyandarkan kepalnya di bahu Stevy.

“tumben lo dah bangun juga Kha, biasanya jagoan ngebo lo, haha” tendang bila di pantatku.

“enak aja lo kira gw, . . .” tiba – tiba pandangan saya terfokus pada gambar merah yang menghiasi leher jenjang Nabila tanpa sempat berucap”

“bila itu keliatan . .” bisikku pelan sambil salah tingkah mengkode Nabila.

“apa’an Kha ?? ga jelas”

“ituuuuuuuuuuh leher lo!!!!! aduuuuuh bego ni anak” tepok jidatku dalam keadaan genting itu.

“kenapa leher gw ??” dengan bodohnya ia berucap keras sehingga menimbulkan reaksi pada Stevy.

“leher lo kenapa ada merah – merah gitu2 Bil ??” ujar Stevy penuh curiga.

“AAAAAAAAAAWW, enggak, ga papa ini, semalem kepetok pintu, aduuuuuu sakit banget, huuuuuhuuuuhuuuu” akting Bila bak bintang Hollywood.

“kepetok pintu kok bagus banget buatnya, gw juga mau dong Kha di buatin, hahahahahay !!!” pinta Stevy penuh kebencongan padaku.

“ini apaan sih pagi – pagi udah ngomongin merah – merah sgla liat nih punya gw lebih merah ! semalem gw dapet sih, huff” celoteh Fany mengalihkan pembicaraan.

Pagi itu syukurlah tidak menjadi pagi yang heboh karena kebodohan Nabila yang justru mengumbar dada serta leher jenjang miliknya. Yang saya yakini, Stevy teramat faham atas hal yang saya perbuat kepada Nabila, namun ia sebagi sahabat yang baik mungkin tidak mau memojokkan saya sebab takut liburan akan berubah menjadi kasus skandal. Sedangkan Fany, dy justru ingin di hebohkan kerana pagi itu ia tengah menstruasi, jadi inginlah ia untuk lebih di perhatikan dari pada mempermasalahkan leher Nabila.

Created BY : rakhaprilio KASKUS