Cerita Cinta – Chapter 56. Trik Lama Seorang Wanita

Chapter 56. Trik Lama Seorang Wanita

Suasana masih kalut di rumah Amelia. Amarahnya masih setinggi pohon pinang, bila ku pegang maka abang bisa di tending. Jadi jalan terbaik saat ini agar aman dari amarah Amelia adalah diam, menunggu dan tentunya berdoa semoga rasa kesal itu tak merembet kepada saya. Dengan kuatnya tangan itu menutup pintu dari dalam pertanda ia sedang tak menerima tamu siapa pun itu. Atau bila perlu dia bisa menggunakan papan bertulisakn Closed untuk mengcancel semua orang yang ingin datang ke rumahnya. Tak lama duduklah ia di kursi depan piano sambil menutupi mukanya dengan kedua tangannya. Terasa berat nafas itu untuk berhembus, rambut itu juga terlihat acak – acakan. Sungguh hal yang sangat tak lazim untuk saya lihat seorang Amelia gadis berparas manis kini harus bermuka merah padam.

“Hari ini nglibur dlu Kha lessnya, moodku lagi rusak” tutur Amel dengan beratnya dan masih berbumbu amarah.

“oh iya Mel, klo gitu aku tak pamit aja yha” karena takut jika bakal di aniaya sebagai pelampiasan dia maka saya memilih untuk kabur cari aman tentunya.

“eh jangan, tar dulu . .” tiba – tiba saja Amel melarangku.

Pikiran ini sudah macam – macam di buatnya, saya kebayang dengan hal semacam mutilasi dan kawan – kawannya yang bakal menimpa saya sebagai bentuk pelampiasan Amelia. Namun pikiran buruk itu hilang ketika satu dua patah kata di ucap Amelia mengenai kisahnya bersama mantan kekasih yang kini tinggal menjadi kenangan. Maka sebagai pendengar setia, saya hanya bisa mangguk – mangguk saja ketika mendengar cerita Amelia untuk di mulai.

“aku itu kurang apa kha sabar ngadepin dia ?? aku udah tau dlu dia pernah selingkuh hampir ketauan tapi aku diem aja. Aku ga mau ribut rbut waktu itu. Sebab hubunganku ama dia juga baru seumur jagung. Ini udah dapet bulan ketiga jadinya malah kaya gini. Nyesel aku punya cowok kaya dia. Ga bisa di pertahanin itu cowok emang !!” masih dengan nada sedikit jengkel ia berkeluh kesah.

“ya tiap cowok kan ngga sama Mel. Ada yang baek ada yang enggak. Tinggal kita aja pinter – pinter milih cowok kaya gimana kan ya” tuturku lembut menyapa telinga Amelia.

“iya juga sih Kha, susah emang sekarang buat nyari cowok yang setia. Kudu pinter pinter nyeleksi. Ga mau lah aku kemakan cowok kaya gitu lagi” lambat laun terasa amarah itu mulai reda.

“yaudah yang sabar aja dulu, sapa tau tar dapet pengganti yang bisa buat kamu seneng di tiap hari kan juga nda bakal tau Mel, palagi kalo dapet cowoknya kaya aku. Wahahaha” dengan tawa ini saya berharap suasana akan terasa cair.

“Amin, Amin, Amin Kha !!! untung ya cewe yang bisa jadi pacar kamu itu” dengan gaya berandai – andai Amelia mencoba membayangkan sesuatu.

“untung gimana Mel, ya aku kan biasa aja” tuturku dengan nada yang rendah.

“secara kamu itu mandiri Kha, bisa punya penghasilan sendiri mski belum sbrpa. Tp km itu pasti jadi calon bapak yang baik” puji Amelia berlebih padaku.

“ah ga juga Mel, kamu mandangnya mah berlebihan. Kerja itu emang perlu, mandiri itu harus. Jadi slma kita masih bisa mandiri jauh dari orang tua ya di manfaatin sebaik mungkin” secara kalem saya jelaskan itu wanita.

“oiya, lha btw cewe kamu sekarang siapa Kha ??” tanya Amelia sedikit mupeng.

“itu temen aku sekelas. Baru nembulanan ini kok, hehehe” jawbku dengan malu – malu.

“yah, udah ada yg punya. Mesti ngantri dong. hahaha” canda Amel terasa menggelitik.

“hahaha, kaya barang kargo aja pke di antriin segala. Udah move on aj dlu. Refreshin itu pkiran kamu, klo udah netral baru cari pendamping yang tepat” ujarku sambil bermain telunjuk.

“yah, moga aja seneng itu cewe yang bisa jalan sama kamu Kha, hahaha” dengan tawanya yang sedikit aneh maka kami pun tertawa bersama.

Dirasa suasana kala itu sudah mencair, saya pun mengajaknya untuk kembali bermain piano. Saya tidak ingin bakat indah itu tak terasah hanya arenan permasalahan se ekor cowok tadi. Tahap – tahap berikutnya pun saya ajarkan pada Amelia dengan praktik lebih banyak, sebab dari segi teori dia sudah membaca sendiri dari buku panduannya. Hanya dalam beberapa hari saya rasa bakat alami Amelia mulai muncul. Sesekali di petiknya itu daun nada sehingga kami malah asyik menebak lagu apa yang tengah di mainkan. Terasa damai sebenrnya bila dekat dengannya dalam kondisi gembira seperti ini. namun lain ceritanya jika ia tengah marah bak orang kesetanan seperti tadi.

Waktu itu terus bergulir dan membuat diri ini memutuskan untuk segera beranjak pergi. Dengan berat hati durasi pengajaran harus saya hentikan sampai disini dan segera pamit. Jelas wajah itu berat rasanya untuk di tiggal seolah enggan melepas saya pergi begitu saja, maka dengan gayanya yang centil sesekali dia mencoba menggoda saya dengan keisengannya.

“Mel, ijin pamit yah. Dah sore nih” pamitku pada tuan rumah.

“yah Rakha, masa udahan. Satu setengah jam itu bentar banget ternyata, uuuufh” sambil menghela nafas sesekali ia memetik tangga piano.

“kaya besok ga ketemu aja Mel, dsar . . hahahaha” sambil mengenakan jaket saya beranjak pergi.

“eh rakha bentar, tungguin !!” dengan bergegas ia mulai menyusul saya yang saat itu sudah berada di teras depan.

“Kha, btw kalo aku pengen cerita sesuatu ke kamu ga papa kan, ya sekedar share gitu” tanya Amelia sedikit berharap.

“owh, ya boleh aja, malah bagus itu” jawabku simple sambil memasukkan kunci motor.

“tapi klo kamu ada masalah atau apa, kamu juga cerita aja sma aku. Tar pasti aku dengerin n aku kasih solusi deh, hehehe” jawabnya centil sambil sandaran di dinding.

“ah, itu mah gampang Mel, asal ada masalah aja, hahahahaha” tawaku hanyut dalam suara motor yang telah kunyalan.

“yeeee, sok – sok an banget kaya ga punya masalah aja kamu ni, eh itu standar kamu lupa !!” sambil menunjuk arah satndar ia mencoba mengingatkanku.

“oh iya, mkasih. Dah aku pamit dulu yah. Daaaaaaaaaah, slammlekom !!!” dengan tancap gas saya pun pergi dengan perasaan senang sore itu.

Entah apa yang membuat saya terasa senang, mungkin karena diri ini bisa membuatnya kembali seperti sedia kala dan tidak terlalu hanyut dalam masalahnya, maka itu adalah hal yang sangat membahagiakan untuk saya. Dengan adanya permintaan Amel untuk sekedar share sebenarnya saya juga tau mau di bawa kemana arah pembicaraan ini. bahwasanya dia ingin mengekspose dirinya secara terbuka kepada saya agar diri ini lebih mengenal sosoknya. Sebenarnya ini trik lama wanita jika ingin sekedar dekat dengan pria yang di rasa cocok untuknya, namun tetap saja, saya suka dengan cara apapun Amelia melakukan pendekatannya kepada saya meskipun diri ini sudah bersetatus pacaran. Dasar wanita itu memang lubang buaya, hahaha.

Created BY : rakhaprilio KASKUS