Cerita Cinta Dewasa – Pucuk Limau Pelangi #19

Cerita Cinta Dewasa – Pucuk Limau Pelangi #19

Musim Badai Tiba (3)

Cerita Cinta Dewasa – Sebuah pengadilan kecil terjadi malam itu dengan Tristantiani sebagai terdakwa utama.

Wanita semampai yang sebenarnya masih letih setelah seharian pergi bersama kekasihnya itu, duduk dengan tubuh tegak. Wajahnya tampak pias, tetapi juga luar biasa tenang.

Matanya menerawang, berpindah-pindah memandangi wajah-wajah di depannya. Bibirnya yang ranum membentuk garis tipis nyaris tak berlekuk, menandakan ketegaran yang getir. Tidak ada senyum. Juga tidak ada tangis.

Hujan di luar bagai ditumpahkan dari langit, dan Tris sejenak memikirkan seorang pemuda yang saat itu berlari-lari kecil menembus tirai air. Larilah sejauh langkahmu, bisik wanita itu dalam hati.

Tinggalkan tempat yang berderang tetapi pekat oleh kerancuan dan kecurangan dan kebimbangan ini. Larilah sampai tempatmu berteduh, jauh dari jangkauan amarah dan keputusasaan. Larilah!

Kino terengah-engah menembus hujan yang kini sudah membasahi seluruh tubuhnya. Bajunya tak kuasa membungkus tubuh yang kuyup. Angin bergemuruh di pepohonan di pinggir jalan yang satu demi satu dilewatinya.

Cahaya lampu neon tak kuasa menembus gelap yang semakin pekat oleh kabut dan air curahan langit yang murka. Muka pemuda itu terasa peris terhantam butir-butir besar air yang bagai tak mau berkompromi. Berkali-kali matanya berkerejap menahan perih.

“Hentikan semua permainanmu, Trista,” suara bariton sang ayah menyudahi pidato pendek tentang kemurnian perkawinan dan tentang harga diri keluarga.

Semua orang memandang ke wanita yang duduk diam bagai patung. Semua orang diam-diam merasakan perih di hati, melihat mahluk cantik halus mempesona itu harus berhadapan dengan barisan penjaga keharuman nama dan moralitas.

Tetapi tak seorang pun tahu apa isi benaknya. Tak tahu bahwa sebuah kegelisahan menggeliat di kepalanya. Sudah sampai mana pemuda itu berlari? bisiknya dalam hati. Sudah cukup jauhkah untuk tidak merasakan perih-pedih yang menggelisahkan ini?

Kino merasakan kakinya pegal, tetapi ia terus belari. Suara langkahnya adalah satu-satunya suara yang berani melawan gemuruh badai dan curahan air di bumi. Cipratan-ciptratan lumpur memenuhi kaki jeans-nya.

Kino merasakan dadanya sesak, tidak saja oleh olahtubuh yang menyita tenaga ini, tetapi juga oleh kesadaran tentang apa yang dihadapi Trista di rumahnya.

Ia tadi tidak bisa masuk, tetapi ia sempat melihat ruang tamu yang berderang dan penuh bayang-bayang orang. Ia tahu, ada sesuatu yang terjadi di sana. Sesuatu yang sama sekali tak remeh.

*** Cerita Cinta Dewasa ***

“Apakah kau mencintai mendiang kakakmu?” suara bening sang Ibu memecah hening.

Trista mengalihkan pandangan kepada wanita yang melahirkannya. Oh, Ibu… mengapa bicara cinta di saat seperti ini? bisiknya dalam hati. Mengapa tidak bicara belenggu dan racun dan dusta?

“Mendiang tahu aku mencintainya,” ucap Tris pelan, hampir tak terdengar.

“Lalu mengapa kau langgar janjimu?” kejar Ibu.

“Saya tidak berjanji apa-apa,” ucap Tris, masih pelan, namun kali ini cukup terdengar. Terutama di telinga Sony. Pria itu menunduk, mencoba mencari makna di atas lantai marmer yang bersih. Tentu saja, ia tak menemukan apa-apa di sana.

“Kamu berjanji akan menjadi ibu dari anaknya,” suara bariton Ayah kembali muncul. Trista menoleh ke lelaki yang rambutnya sudah putih semua itu. Ingin sekali ia mengusap rambut itu dan menenggelamkan muka di lehernya seperti 10 atau 20 tahun yang lalu. Mengapa tak bisa lagi kulakukan itu padamu, Ayah? keluhnya dalam hati.

“Saya sudah menjadi ibunya,” kata Trista sambil mengusap rambut Ria di pangkuannya.Anak itu sejak tadi dengan tenang tidur, memakai pangkuan Trista sebagai bantalnya.

Ia tak mengerti mengapa semua kakek dan neneknya berkumpul di sini. Ia hanya tahu bahwa ibunya telah pulang, dan bahwa tidur di pangkuannya adalah sebuah aktifitas yang paling nyaman.

“Kau berjanji menjadi istri dari suami mendiang” suara bariton itu lagi, tidak marah tetapi tegas dan getir.

“Saya memang istri Sony…”kata Tris sambil memandang Sony yang mengangkat mukanya mendengar namanya disebut.

Pasangan ini saling bertatapan,… dan sebentuk garis maya terbentang di antara mereka. Sebentuk garis yang terbuat dari es batu. Dingin sekali.

“Tetapi, pemuda itu…,” suara Ibu menyela, terhenti di tengah-tengah.

“Kino. Pemuda itu bernama Kino, Ibu,” kata Trista. Dan aku mencintainya, sambung Trista dalam hati.

“Siapa dia?” untuk pertama kalinya Ibu mertua angkat bicara.

Trista menoleh ke arah seorang Ibu aristokrat yang rambutnya selalu rapi dan perhiasannya selalu lengkap. Seorang yang dari jarak 20 meter pun sudah tercium wangi parfumnya. Seorang yang bertanya “siapa dia” seperti bertanya “berapa harganya”.

“Seorang yang baik hati,” kata Trista sambil menyunggingkan bibir. Maksudnya ingin tersenyum, tetapi yang tampak adalah sebuah keterpaksaan-ketakrelaan.

“Seorang yang memacari istri orang?” kata Ibu mertua sambil mengalihkan pandangan, seperti seorang pembelanja yang tak suka melihat barang di etalase.

Trista menunduk, menyembunyikan api di matanya. Dadanya bergemuruh dan terasa ingin meledak. Kino, bisiknya dalam hati, sudah berapa jauhkah larimu?

“Istri anakmu!” sergah Ayah mertua kepada Ibu mertua.

*** Cerita Cinta Dewasa ***

Lalu keduanya saling tatap dengan galak. Lalu ucapan-ucapan dalam bahasa Belanda berhamburan keluar dari mulut mereka, yang sebagian dimengerti oleh Trista: mereka bertengkar soal anak mereka. Betapa bahagianya pasangan itu! sergah Trista sinis di dalam hati.

Sony mencoba menengahi, tetapi malah dibentak oleh Ayahnya. Pertengkaran mulut berlanjut, walau tidak sampai berteriak-teriak. Ayah dan Ibu Trista tampak kikuk melihat besan mereka bertengkar.

Sony kewalahan menyembunyikan rasa malunya. Trista menutup kuping Ria dengan tangannya, kuatir anak itu terbangun. Pertengkaran merembet ke Ayah dan Ibu Trista. Ramai sekali suasananya.

Trista menunduk mengusapi rambut Ria dan berbisik dalam hati, tidurlah yang nyenyak anak manis. Dunia sudah jadi tak elok dipandang mata, tak merdu didengar telinga. Lalu kepada angin yang berderu-deru di luar, Trista berbisik, sampaikan salamku pada seorang pemuda yang berlari-lari di tengah hujan, Wahai Sang Bayu.

Dan angin seperti mengerti. Suaranya menggemuruh. Sejenak Trista menengok ke luar jendela, tak mempedulikan orang-orang di depannya, yang kini sibuk bertengkar di antara mereka.

Air hujan masih seperti berlomba menyentuh tanah paling dulu. Sejenak pikiran Trista terganggu,… apakah dia baik-baik saja?

*** Cerita Cinta Dewasa ***

Kino sudah sampai di ujung jalan yang memotong jalan besar. Cukup jauh ia berlari menembus hujan, dan telah terasa pegal mencengkram di kedua pahanya. Tetapi ia terus berlari. Ia merasa dikejar oleh sesuatu. Oleh sebuah kegundahan dan kegalauan, yang seperti menempel erat dekat sekali di punggungnya.

Ia pun berlari semakin cepat, walau kedua kakinya memprotes keras. Langkahnya tak lagi teratur, tetapi terhuyung. Namun terus dan terus ia berlari menembus tirai air, memasuki kegelapan jalan raya yang sebagian lampunya mati karena konslet.

Dari arah berlawanan, sebuah patroli polisi melaju. Supirnya berkali-kali mengomel karena hujan yang amat lebat menutupi sebagian pandangannya. Teman patrolinya sibuk mengusap-usap kaca untuk menciptakan kejernihan.

Tetapi hujan di luar yang menyebabkan pandangan kabur, bukan kaca yang kotor. Si supir mengomel lagi, menyuruh rekannya berhenti mengusap-usap kaca.

Kino berlari terhuyung dengan nafas terengah. Pandangannya mengabur, tidak saja oleh curah hujan yang lebat, tetapi juga oleh kurangnya oksigen yang dapat dikirim jantung ke ke kepala. Maka semakin terhuyunglah pemuda itu.

Semakin ke tengah jalan pula larinya. Semakin tak sadar pula bahwa yang dijejaknya adalah jalan lurus di mana mobil bisa berlari sampai 80 km per jam jika hari terang.

Mobil patroli terus melaju, walau kini dengan kecepatan minimum. Sang sopir kembali mengomel, dan temannya ikut mengomel atas omelan itu. Keduanya saling mengomel dan mengumpat. Keduanya memandang ke depan dengan konsentrasi penuh. Keduanya melihat seseorang terhuyung tepat di depan. Dekat sekali!……. Terlalu dekat!

“Awas!” jerit yang tidak memegang setir.”Celaka!” jerit yang memegang setir sambil menekan pedal rem sedalam-dalamnya, dan membanting stir menghindari Kino.

Mobil itu terbanting ke kiri, tetapi terus meluncur ke arah Kino yang tak tahu apa yang terjadi di depannya. Tabrakan tak dapat dihindarkan. Tubuh Kino membentur tepian mobil yang sedang berputar melintir di atas aspal yang licin. Terdengar suara “brak!”.. dan tubuh pemuda itu sejenak terangkat sebelum terpelanting ke aspal.

Kino sempat melihat langit yang menumpahkan air, tetapi lalu tahu-tahu ia mencium bau aspal basah dan bau amis darah. Lalu dunia berputar-berpusing tak karuan …. Lalu kegelapan datang menyergap….

Cepat sekali salah satu polisi keluar dari mobil dan merengkuh Kino yang tergeletak di aspal. Di pangkunya kepala pemuda itu. Darah mengalir dari keningnya yang sobek. Pemuda itu masih bernafas, dan bahkan berucap sesuatu yang tak jelas.

Si polisi menempelkan kupingnya ke mulut Kino, mengingat-ingat apa yang dibisikkan pemuda itu. Beberapa saat kemudian kepala Kini terkulai, darah mengalir membuat mukanya merah pekat.

Sopir mobil patroli juga sudah keluar. Berlari menuju rekannya yang sedang memangku Kino.

“Tewaskah ia?” ujarnya kuatir. Temannya menggeleng,”Tidak. Tetapi ia baru saja pingsan. Ayo bawa ke rumah sakit!” Dengan sigap kedua polisi muda itu mengangkat tubuh Kino ke mobil patroli mereka. Si sopir mengomel-omel lagi menyatakan kekesalannya dan merasa malam itu ia sial sekali.

“Ia sempat menyebut nama jalan dan nomornya” kata rekannya ketika mereka sudah bersiap menuju rumah sakit”Rumahnya?” tanya si sopir sambil menyalakan sirene dan mengarahkan mobil ke rumah sakit yang kebetulan tak jauh dari tempat kejadian.

“Bukan,” kata rekannya yang sudah mengeluarkan dompet Kino dan memeriksa KTP-nya.”Nanti kita kontak saja kedua alamat itu setelah sampai di rumah sakit.”

*** Cerita Cinta Dewasa ***

Ibu Kost tergopoh-gopoh keluar dibimbing seorang polisi. Mulutnya komat-kamit menyatakan kekuatiran, dan sang polisi dengan sabar menuntunnya menembus hujan dengan payung besar.

“Apakah lukanya parah?” tanya Ibu Kost sambil menahan tangis. Polisi itu mengatakan ia tidak tahu, dan menganjurkan agar nanti bertanya di rumah sakit.

“Boleh saya mengajak seseorang ke sana. Ia tidak punya saudara di sini,” kata Ibu Kost. Pak polisi bilang “boleh”, asalkan orang itu tidak jauh. Ibu Kost bilang, ia ingin mengajak tetangganya.

Maka malam itu Pak Rokah (ayah Indi), Ibu Kost dan Indi sendiri, tergopoh-gopoh menuju rumah sakit.

Indi bahkan teringat tentang sahabat-sahabat Kino yang pernah diberitahu pemuda itu ketika mereka masih sangat dekat berhubungan. Sebelum berangkat, gadis itu sempat menelpon Ridwan.

*** Cerita Cinta Dewasa ***

Pertengkaran di ruang tamu rumah Trista masih berlangsung walau sudah agak mereda. Terdengar ketukan di pintu dan Trista yang paling dulu bangkit setelah meletakkan kepala Ria di bantal kursi dengan hati-hati.

Entah kenapa, wanita itu merasa tidak enak, dan merasa harus cepat-cepat ke pintu. Ia sempat menduga, itu adalah Kino yang nekad kembali menembus hujan.

Ketika yang dilihatnya adalah seorang polisi berjas hujan panjang, sejenak Trista merasakan lututnya lemas. Apalagi kemudian polisi itu menyodorkan sebuah KTP dan Trista melihat fotonya. Sejenak dunia terasa hilang, dan kaki Trista tak menjejak lantai.

Tetapi wanita ini menguatkan hati, dan mengiyakan semua pertanyaan Pak Polisi. Ia bahkan mengangguk cepat ketika polisi itu menawarkan mengantar ke rumah sakit. Tanpa menengok dan berkata apa-apa lagi, Trista melangkah mengikuti sang polisi ke mobilnya.

Sony bangkit karena heran melihat Trista keluar bersama seorang berseragam polisi. Dari tempatnya duduk, ia bisa melihat pintu ruang tamu.

Tetapi orang lainnya tidak, sehingga ketika Trista sudah pergi dengan mobil polisi, cuma Sony yang terbengong di pintu. Baru kemudian ia panik dan mengabarkan apa yang dilihatnya. Pertengkaran segera usai, diganti kegemparan.

*** Cerita Cinta Dewasa ***

Ruang emergency tampak lenggang dan terang berderang malam itu. Beberapa orang tampak tidur di bangku panjang.

Seorang suster tampak bosan duduk di meja informasi, membaca sebuah majalah bekas. Ibu Kost, Pak Rokah dan Indi duduk di dekat sebuah pintu yang bertulisan “dilarang masuk”.

Trista datang tergopoh-gopoh dan tampak bingung. Ia tidak mengenal satu pun orang-orang itu, dan mereka pun tak mengenal Trista. Tetapi Indi mempunyai firasat jitu. Ia mendekati wanita yang baginya amat mempesona itu.

“Teman Mas Kino?” tanya Indi ramah

Polisi yang mengantar Trista tampaknya sangat sibuk, atau sangat bosan berurusan dengan hal-hal begini. Maka begitu ia melihat wanita yang diantarnya disambut oleh salah seorang “keluarga” korban, ia segera menghilang untuk mengurus identitas Kino.

“Saya pacarnya…,” desah Trista, bingung harus berkata apa, dan menatap nanar ke arah pintu yang tertutup.

Ia ingin menyerbu masuk, menanyakan keadaan pemuda itu. Di mobil polisi tadi, tidak ada informasi sedikitpun kecuali bahwa Kino tertabrak mobil. Indi tertegun sejenak.

Sebuah rasa iri menyelinap, tetapi gadis itu segera mengusirnya. Ia iba sekaligus kagum melihat “pilihan selera” Kino; pria yang diam-diam juga dipujanya.

“Mbak tidak boleh masuk ke sana,” ucap Indi ramah.”Apakah lukanya parah?” tanya Trista dengan risau; ia lupa sopan-santun dan tidak memperkenalkan diri lebih jauh. Seluruh pikirannya tertuju ke Kino.”Dokter bilang, cukup parah. Tetapi belum ada kepastian,” ucap Indi tenang.

Gadis itu yang paling tenang di antara “keluarga” Kino. Ketika tiba di rumah sakit, ayahnya dan Ibu Kost terus menerus bingung dan panik.

Hanya gadis itu yang bisa bertanya tenang ke suster, lalu ke dokter jaga, sehingga ia tahu bahwa luka di kepala Kino cukup parah, tetapi juga belum tentu fatal. Semuanya tergantung pemeriksaan yang saat ini sedang berlangsung.

Ridwan tiba bersama Rima dan Tigor. Mereka tentunya mengenal Trista, dan Ridwan pernah melihat Indi. Maka anak-anak muda itu langsung bergabung. Sebuah “keluarga” aneh terbentuk malam itu di ruang emergency.

Sebuah keluarga yang baru berjumpa dalam situasi menegangkan. Sebuah keluarga yang tercipta oleh bencana, serta oleh tali batin ke seorang pemuda yang sekarang tergeletak tak sadarkan diri di meja operasi.

*** Cerita Cinta Dewasa ***