Cerita Dewasa – Keponakanku Pintar Ngewe

Cerita Dewasa – Keponakanku Yang Pintar Ngewe

Cerita Dewasa – Keponakanku yang Pintar Ngewe – Entah apa yang menjadi alasan kedua orang tuaku sehingga mereka memutuskan untuk meninggalkan Jerman. Pindah atau hijrah dalam istilah mereka menuju daerah yang disebut sebagai negara berkembang, wilayah yang bisa dikatakan sepi, walau harus kuakui keasrian alamnya.

Namun tetap saja jauh dari hal-hal yang identik dengan kata modern, apa mereka tidak berpikir untuk meninggalkanku di Jerman, memgingat usiaku yang mendekati 28 tahun yang bila di Jerman usia tidaklah menjadi bahasan.

Dan kini setelah hampir 2 tahun kami tinggal di Bali kehidupan kami boleh dikatakan ada kemajuan walau aku lebih sering di dalam rumah, hal yang sangat bertolak belakang dengan kedua orang tuaku yang aktif di kegiatan sosial. Mereka berangkat sebelum pukul 07.00 pagi dan baru akan pulang setelah matahari tenggelam.

Di pagi yang indah ini matahari belum setinggi jendela kamarku, hari libur ini ingin ku berjalan-jalan ke pasar yang berjarak 1 mil dari desaku. Aku menuju kamar mandi dibagian belakang rumah kami, segar rasanya air jernih ini ketika membasahi setiap kulit tubuhku.

Mungkin 28 menitan aku menikmatinya dan sekarang kulilitkan handuk yang tak begitu besar untuk menutupi tubuhku, kulangkahkan kaki menuju kamar melewati ruang tengah yang saat itu kulihat Doni, anak kakakku yang dititipkan untuk bersekolah karena dianngap daerah kami lebih memiliki sarana yang mendukung untuk pendidikan.

Seperti pada umumnya anak usia 12 tahun ini akan menghabiskan hari liburnya dengan menonton tv atau memainkan game. “theth” tiba-tiba TVnya mati, lalu kulihat Doni bangkit dan berkata kepadaku “Tante, Doni mau main keluar saja lah sama temen-temen”

“Ehh nanti dulu tante periksa kenapa tv mati mungkin tegangannya nggak kuat karena tante sedang memanaskan setrika” kuperiksa switch otomatis di samping pintu.

Karena letaknya yang tinggi membuatku menjinjit hingga bagian bawah tubuhku makin nampak yang tidak tertutup handuk. Kuperiksa juga sambungan kabel roll yang mungkin tercabut membuatku membungkuk tapi ternyata tak ada masalah, memang listrik padam dari pusat.

Dan di belakangku Doni duduk diam memperhatikanku yang belagak sok pintar itu, lalu aku bilang pada Doni akan mengajaknya ke pasar untuk membeli baju. Pandangan mata Doni terus mengikutiku hingga hilang di balik pintu kamar. “Ayo Doni kita kepasar tante sudah selesai pakai baju” ucapku saat Doni rebahan di sofa karena menungguku. Kami menuju jalan bersama setelah mengunci pintu dan pagar rumah.

Sesampainya di pasar kami belanja keperluan dapur dulu dan setelah semua kebutuhanku terbeli kami naik ke lantai atas tempat pakaian. Untuk menyenangkannya kuantar Doni ketempat baju anak, kuperhatikan ia beberapa kali melilih baju dan ahirnya Doni menemukan baju yang ia inginkan setelah itu kami naik satu lantai lagi ketempat baju wanita.

Disana Doni hanya membuntutiku melihat-lihat baju, dan celana yang tidak ada satupun membuat aku tertarik untuk mencoba hingga aku sampai di toko yang hanya menyediakan pakaian dalam.

Kami masuk mungkin 10 menit aku memilih-milih model ataupun warnanya dan Doni tetap mengikutiku “Yang ini baru ibu, mungkin ibu ada yang tertarik?” kata pemilik toko, kuperhatikan pakaian-pakaian yang ditunjukkannya, kulihat Doni juga memperhatikan tapi tetap saja aku tidak tertarik bukan karena modelnya tapi warnanya yang menurutku norak.

Sampai akhirnya kutemukan juga daleman yang menurutku cocok untuk dipakai warnanya yang kalem, bahan yang lembut, dan juga model yang serasi.

Selesai belanja di lantai pakaian kami pun pulang kerumah, sampai dirumah Doni langsung berlari menuju ruang tengah dan menyalakan TV,

*** Cerita Dewasa – Keponakanku Pintar Ngewe ***

Aku: “kamu lupa ini sayang??” (kataku sambil mengankat tas plastik merah yang berisi pakaian, dan kuletakkan di sampingnya. Sementara aku ke dapur menyimpan belanjaan dapur kami, aku kembali keruang tengah lagi dan kudapati tasnya sudah dibuka. Tangan Doni menggenggam baju barunya) “Coba dulu ya….” (kataku dan Doni bangkit ke depanku, kubantu ia memakaikan pakaian barunya.)

Doni: “bagus ya tante.” katanya lalu Doni kembali menonton tv, saat iklan ditayangkan keponakanku ini bertanya dengan polos “kok yang tante beli nggak dicoba?

Aku: “Ya nggak boleh dicoba di sini sayang, harus coba di kamar, kan malu kalo kelihatan orang” (jelasku.)

Doni: “Orang siapa tante? yang dirumah ini kan cuman tante sama aku doang, memang siapa lagi?” (katanya lugu.)

Aku: “Ini pakaian dalam, masa tante telanjang di sini”

Doni: “tadi Doni juga telanjang kenapa tante tidak?” (tanayanya lagi)

Aku: “Doni ini masih anak kecil dan kalo tante kan sudah dewasa jadi ya nggak boleh telanjang sembarangan” (jawabku.)

Doni: “tapi kemarin Doni lihat tante telanjang di kamar mandi”

Aku: “Doni nggak boleh cerita sama orang lain ya kalau pernah lihat tante telanjang waktu mandiin Doni kemarin..

Doni: “Ya sudah kita kekamar mandi lagi aja supaya tante bisa telanjang” (pintanya.)

Aku: “Sayang tante kan sudah mandi, (namun kini kulihat raut mukanya yang kecewa karena permintaanya kutolak. Kupikir kasihan juga keponakanku ini) Yaudah ayo ikut tante aja ke kamar kalau pingin lihat tante mencoba pakaian yang baru tante beli ini (aku bergegas ke kamar, setelah pintunya kututup aku berdiri disamping ranjang dan duduk di tepiannya, kuletakan tas yang berisi beberapa BH dan CD yang baru kubeli tadi.)

Keponakanku masih berdiri mematung dijarak 1 meteran, lalu satu persatu kancing bajuku aku lepas, dan kuletakan di ranjang. Kini kuambil satu BH warna hitam dari dalam tas dan kuletakkan di atas paha, kuturunkan talinya di lengan dan tangan kiriku ke belakang mencari pengaitnya sedang tengan kanan kugunakan untuk menutupi payudaraku.

“Klik” pengaitnya terlepas selanjutnya tanganku menariknya dan meletakkannya di sampingku lalu kuambil BH yang baru kubeli, saat kukenakan mata keponakanku tak berkedip melihat payudaraku yang menggantung bebas, terlihat beberapa kali ia menelan ludah. Selesai mengenakan BH dan baju kami kembali ke ruang tengah dan duduk di sofa untuk berbincang-bincang.

Selama berbincang-bincang, keponakanku terus menatap bagian dadaku dari celah kancing bajuku yang tidak terpasang. Saat aku menyadari hal itu, aku tidak berusaha untuk menutupinya. Ada perasaan lain yang menjalari tubuhku. Setelah beberapa lama, akhirnya aku berkata,

Aku: Dek, kenapa melihat dada tante terus?” (keponakanku sedikit terkejut. Dia menoleh ke tempat lain)

Doni: “Nggak ada apa-apa, kok..”

Aku tersenyum melihat tingkahnya aku jadi suka kalau dia melihatku seperti itu, aku berkata lagi kepadanya: ”De, kalau kamu suka, kamu boleh melihatnya lagi kok” Tanpa menunggu tanggapan dari keponakanku, aku melebarkan bagian dada bajuku dan mengeluarkan payudaraku dari cup BH sehingga kali ini kedua payudaraku dapat terlihat dengan jelas.

Keponakanku yang mendapat pemandangan seperti itu segera saja melotot ke arah payudaraku dengan pandangan yang penuh nafsu. Aku yang melihatnya seperti itu tersenyum dan membiarkan keponakanku untuk menjelajahi payudaraku dengan pandangannya.

Doni:  “Tante, bolehkah Doni memegangnya ?”

Aku mengangguk sambil tersenyum, tanpa membuang waktu lagi, keponakanku itu segera menggapai kedua payudaraku dengan tangannya dan mulai meremas-remas serta mempermainkan putingnya. Kontan saja aku menjadi terangsang. Kubaringkan tubuhku disofa dan kupejamkan mataku untuk menikmati sensasinya.

Setelah agak lama, tanpa permisi lagi keponakanku mulai menciumi dan menjilati kedua payudaraku. Aku terus saja memejamkan mata dan menikmati setiap rangsangan di payudaraku. Tubuhku ikut memberikan reaksi terhadap rangsangan itu. Aku merasakan cairan kewanitaanku mulai mengalir dan membasahi vaginaku.

*** Cerita Dewasa – Keponakanku Pintar Ngewe ***

Setelah beberapa lama, tanganku mulai membuka pakaian keponakanku, sambil terus menciumi dan menjilati kedua payudaraku, Doni membantuku membuka bajunya sehingga dalam sekejap keponakanku berada dalam keadaan telanjang bulat. Penisnya terlihat berdiri tegak karena sudah pasti dia juga dalam keadaan terangsang.

Untuk sementara, dia melampiaskan nafsunya kepada kedua payudaraku. Aku tidak mau ketinggalan. Kujulurkan tanganku untuk menggapai penisnya. Setelah penisnya berada di dalam genggamanku, aku mulai memainkan penisnya juga. Setelah beberapa saat, keponakanku melepaskan bibirnya dari payudaraku dan berkata,

Doni:  “Tante, kalau boleh aku juga ingin melihat memek tante?”

Mendengar permintaannya ini aku segera berdiri dan membuka rok panjangku dengan tanganku sehingga sekali lagi aku memamerkan celana dalam putihku kepadanya.

Aku: “Kamu yang buka sendiri nih celana dalam tante”

Keponakanku segera berjongkok di depanku dan dengan tangan yang agak gemetar meraih celana dalamku. Dengan perlahan-lahan namun pasti, celana dalamku dibukanya turun dan sedikit demi sedikit memperlihatkan vaginaku sampai akhirnya keseluruhan vaginaku tidak lagi ditutupi oleh celana dalam putihku.

Vaginaku terlihat sedikit basah oleh karena cairan kewanitaaanku. keponakanku membiarkan celana dalam putihku tersangkut di bagian lututku dan mulai meraba vaginaku.

Doni: “Tante, ini bagus dan indah sekali” (sambil membelai vaginaku dengan lembut)

Aku tersenyum sambil mengelus wajahnya, dan kembali merasakan rangsangan yang kali ini berpindah dari payudara ke vaginaku.

Dan keponakanku mulai memasukan jari-jarinya ke lubang vaginaku sehingga jarinya dibasahi oleh cairan kewanitaanku setelah keponakanku menjilati jari-jarinya itu sampai semua cairan kewanitaanku yang menempel di jarinya bersih, dia kembali menyodok-nyodokan jarinya di vaginaku lagi, dia melakukan hal itu berkali-kali. Kelihatannya dia sangat menyukai cairan kewanitaanku.

Sambil menusuk-nusuk lubang vaginaku, jari-jarinya yang lain memainkan klitorisku. Rangsangan yang aku rasakan menjadi semakin hebat. Di saat aku merasakan tubuhku menjadi semakin lemas, aku segera membaringkan diriku di atas sofa karena rangsangan menjadi semakin kuat.

Tak henti-hentinya mulutku mendesah-desah karena merasa nikmat. Kali ini rangsangan terasa semakin dashyat, aku tidak bisa berbuat apa-apa kecuali mendesah dan meremas-remas kedua payudaraku sendiri sementara keponakanku terus saja menciumi dan menjilati vaginaku. Aku yang sudah dalam keadaan sangat terangsang akhirnya mulai tidak tahan.

Aku: “Dek, buka pakaian tante…”, (kataku sambil mendesah-desah.)

Keponakanku tidak menjawab, tetapi tangannya mulai membuka kancing bajuku satu per satu, dan bagian atas tubuhku masih tertutup BH dengan. Serta dari balik rokku keponakanku meloloskan celana dalam putihku yang dari tadi tergantung di kedua lututku. keponakanku terdiam sejenak dan memandangi tubuhku yang dalam keadaan seperti ini.

Doni: “Tante cantik sekali, tubuh tante bagus dan seksi.”

Aku: Kalau kamu suka, kamu boleh bermain dengan tubuh tante ini, tante mau berhubungan intim dengan kamu, kok..”

Dengan tersenyum, keponakanku kemudian membuka kedua kakiku dan memposisikan penis kecilnya yang belum berbulu di depan vaginaku. Dengan satu hentakan lembut, seluruh penisnya terbenam ke dalam vaginaku yang diikuti oleh teriakan tertahanku karena merasakan kenikmatan.

Setelah itu, keponakanku mulai menggerakkan penisnya maju mundur sehingga penisnya menyodok-nyodok di dalam lubang vaginaku. Cairan kewanitaanku turut memberikan pelicin dalam membantu penis keponakanku agar meluncur maju mundur dengan mudah dalam liang vaginaku ini. Kami berdua mendesah-desah karena nikmat. Dalam posisi ini, aku mengalami orgasme berkali-kali sambil diiringi erangan-erangan dari bibirku.

Setelah beberapa saat, keponakanku menarik penisnya dan memberikan isyarat agar aku menungging. Aku menurut saja. Kuputar badanku dan kutunggingkan pantatku di depannya. Sedetik kemudian, aku merasakan penisnya masuk kembali ke dalam lubang vaginaku dan mulai menyodok-nyodok lagi. Rupanya keponakanku melakukan doggy style kali ini. Sekali lagi aku terjebak dalam dashyatnya kenikmatan berhubungan intim.

Beberapa kali aku merasakan orgasme yang luar biasa sebelum akhirnya aku mengerangan kenikmatan. Ada rasa hangat di dalam vaginaku setelah keponakanku menyemburkan sperma, aku merasa bahwa ada sedikit sperma yang meleleh keluar dari liang vaginaku dan membasahi vaginaku bagian luar saat penisnya tercabut.

Segera saja aku menjulurkan jari-jariku ke vaginaku dan mengambil lelehan sperma yang mengalir turun. Setelah jari-jariku berlumuran sperma, aku membersihkan jari-jariku dengan menjilat-jilatkan sperma yang melekatinya dengan mulutku.

Setelah itu, aku membalikkan badanku dan merapikan baju, rok panjangku ditariknya hingga membuatku dalam keadaan telanjang menghadapnya terlentang.

Sisa sperma Doni yang sudah tinggal sedikit masih terlihat menempel di vagina bagian luarku, kemudian Doni merebahkan dirinya di atas badanku dan memelukku, aku juga langsung memeluknya kembali, Sambil berpelukan dalam keadaan telajang bulat, kami saling berciuman bibir dengan mesra untuk beberapa saat.

Perasaan yang nikmat masih tersisa di antara kami. Akhirnya setelah beberapa menit, kami memperoleh kekuatan kami kembali, kamipun segera bangkit dari sofa dan mulai memunguti pakaian kami. Aku segera mengenakan kembali celana dalam putih dan rokku. Setelah selesai berpakaian, kami kembali duduk di sofa dan berbincang,

Doni: “Tante, tadi enak sekali rasanya”

Aku:  “Kamu juga hebat. Kamu belajar dari mana ? Usiamu kan baru 12 tahun, tapi kok kayaknya kamu sudah sering melakukan hubungan seks?

Doni:“Ah, tante, Doni sudah sering melakukannya sama ibu di rumah..

”Aku sangat terkejut mendengarnya. Rupanya selain aku, adikku juga melakukan incest dengan anaknya sendiri. Tapi hal ini membuat aku sedikit lega sebab setidaknya adikku tidak akan mempermasalahkan hubungan seksku dengan anaknya bila dia sendiri juga melakukannya.

Aku: “Terus, mana yang lebih enak ? ibumu atau tante?”

Doni: “Keduanya sama-sama enak, kok.. tapi kalau disuruh memilih, Doni masih lebih suka melakukannya dengan tante soalnya tante lebih cantik dari ibu, sih..

Aku: ”Apa kamu sering melakukan hal ini bersama ibumu di rumah?”

Doni:“Kalau ayah nggak ada di rumah saja”

Aku diam saja kali ini. Beberapa saat kemudian keponakanku berkata, “Tante, Doni mau lagi!?”

*** Cerita Dewasa – Keponakanku Pintar Ngewe ***