Cerita Dewasa – Main ke Rumah Ling-Ling

Cerita Dewasa – Main ke Rumah Ling-Ling

Cerita Dewasa – Namaku Tarno, malam itu aku habis bermain ke rumah salah satu temanku Ling-ling, dia Chinese medan, singkat cerita waktu sudah menunjukan pukul 22.43, aku berpamitan padanya untuk pulang

Aku: Ling, aku pulang dulu yah udah malem soalnya nih.

Ling-ling: Oke deh, hati-hati yah lagi banyak begal didaerah sini.

Saat aku berjalan ke pintu pagarnya dan kulihat Ling-ling menutup pintunya. Ketika aku membuka pintu pagar kulihat bayangan di balik hordeng jendela. Aku putuskan apa salahnya mencoba keberuntunganku malam ini.

Aku akan kembali masuk ke dalam rumahnya dan berdalih mengambil sesuatu yang tertinggal. Belum sempat aku mengetuk pintu, Ling-ling telah membuka pintu dan menarik tanganku ke dalam rumahnya. Aku tahu saat ini aku tidak bisa mengelak lagi.

Begitu pintu tertutup, maka Ling-ling sudah berada dalam pelukanku. “Kalau aku salah tangkap atas sikapmu maafkan aku dan aku akan pulang, namun…,” kataku memancingnya.

Belum selesai aku berbicara, Ling-ling telah mencium pipiku dan membalas memelukku. “Kamu sadar Ling, kemana arah kita ini?” tanyaku lagi.

“Aku sangat sadar dan menginginkanmu malam ini. Please… Tarno,” ia mendesah. Kucium bibir tipisnya dengan lembut. Ia membalasnya dan lama kelamaan ciuman kami sudah menjadi lumatan yang ganas.

Lidahku menerobos masuk ke dalam ke mulutnya dan menyapu langit-langit mulutnya. Ling-ling menggeliat dan membalas ciumanku dengan membalas mendorong lidahku.

Lidahnya kusedot dan tanganku mulai bekerja di toketnya. Kuremas toketnya dengan lembut. toketnya masih terasa padat. Jariku menjalar dari dada ke arah perut terus ke bawah hingga ke pahanya. Kuusap pahanya dari luar celana pendeknya.

Lidahku kini beraksi menggelitik lubang telinganya. Ling-ling mulai membuka kancing kemejaku satu per satu. Ketika semua kancing kemejaku sudah terlepas, maka ia mengusap dadaku dan merebahkan kepalanya. Aku memeluknya sambil berjalan ke kamarnya. Sambil berjalan kuusap pinggulnya. Tubuhnya padat dan kencang.

***Cerita Dewasa***

Sampai di dalam kamar kucium lehernya dan pelan-pelan bergerak ke bawah sambil menciumi dan menjilati leher mulusnya. Ling-ling semakin merepatkan tubuhnya ke tubuhku, toketnya yang padat menekan keras dadaku. Dengan perlahan ia melepas bajuku.

Kembali diiusap-usap dadaku dan putingku dijilatin dengan lembut. Kusingkapkan kausnya dan kubuka lewat kepalanya. Payudaranya tertutup BH warna merah yang tampak kontras sekali dengan warna kulitnya. Tangannya menarik sletingku dan kemudian membuka celana panjangku.

Tanganku pun tak mau kalah membuka celana pendeknya. Aku mendorongnya ke ranjang dan kutindih tubuhnya. Tanganku bergerak ke punggungnya dan membuka BH-nya.

Toketnya kini terbuka polos di hadapanku. toketnya cukup besar dan kencang dengan putingnya yang berwarna kemerahan mengeras.

Mulutku menyusuri wajah, bibir dan lehernya. Ling-ling mendorong lidahnya jauh ke dalam rongga mulutku kemudian memainkan lidahku dengan menggelitik dan memilinnya. Sesekali lidahku membalas mendorong lidahnya.

Kami saling memilin lidah dan berpagutan ganas hendak menuntaskan gairah birahi yang semakin meninggi. Tanganku memilin puting serta meremas payudaranya. Tanganku bergerak ke bawah dan menarik celana dalamnya.

Ia sedikit mengangkat pantatnya agar memudahkanku melepas celana dalamnya. Payudaranya yang sebelah kiri kuisap dan kujilati, sementara yang sebelah kanannya kuremas dengan tangan kiriku. Kulakukan demikian berganti -ganti.

Ling-ling mengerang dan merintih ketika putingnya kugigit. Kuamati sejenak kulit tangannya dan tanganku. Terasa sangat kontras, kulitku coklat gelap sementara kulitnya putih mulus khas bangsa Chinese. “Upps… Tarno. Ououououhhh… Nghgghhh, Tarno ayo teruskan… Ouuhhh… Tarno” Ling-ling melenguh.

Cerita Dewasa

Payudaranya kukulum habis. Ling-ling menggoyang-goyangkan kepalanya menahan desakan kenikmatan. Kucium lehernya sampai ke tengkuk. Akupun sudah tidak tahan. Kontolku sudah mengeras, siap untuk menuntaskan gairah yang terpendam.

Tangannya menurunkan celana dalamku sampai ke paha dan dengan kakinya ia melepas celana dalamku. Ia berbisik di telingaku, “Tarno, pakai kondom. Ambil di bawah bantal. Sorry, tapi aku tidak mau kejadian yang dulu terulang lagi. Lain kali aku akan pakai kontrasepsi lainnya, mungkin kurang nikmat namun kali ini tidak ada cara lain.”

Kuambil kondom di bawah bantalnya yang rasa Strawberry dengan muka heran. Ia tersenyum, “Jangan berpikiran yang bukan -bukan. Selama ini aku tidak menyimpan kondom di rumah, tapi kamu ingat kalau aku tadi singgah ke apotik kan?”

Kurobek pembungkusnya dan segera kupasang kondom dengan rapi di penisku yang sudah sangat keras. Kukocok sebentar untuk meyakinkan ketegangan penisku. Perlahan kumasukkan kejantananku ke dalam lobang memeknya.

Ketika kepala penisku sudah melewati bibir guanya maka kudorong dengan satu hentakan keras sehingga ia melenguh. “Uuuhhh… Tarno… Auuw,” katanya. Kudorong kontolku dengan keras dan penuh tenaga. Kini kontolku sudah bergerak maju mundur di memeknya.

Kucabut kontolku, kutahan dan kukeraskan ototnya kemudian pelan-pelan kugesekkan dan kemudian kumasukkan kepalanya saja ke memeknya yang lembab dan merah. Ling-ling terpejam menikmati kontraksi kontolku pada bibir memeknya.

“Hgggk… Ouhhh.. Nikmat…” Dia menjerit tertahan ketika tiba-tiba kusodokkan kontolku sampai mentok ke rahimnya. kugenjot dengan pelan setengah batang sampai lima hitungan kemudian kusodokkan dengan kuat sampai semua batangku amblas.

Ling-ling menggerakkan pinggulnya memutar dan naik turun sehingga kami sama-sama mengalami kenikmatan yang luar biasa. Kusedot toketnya sampai ke pangkalnya dan kumainkan putingnya dengan lidahku.

Aku pernah dengar bahwa memek cewek Chinese lebih basah dan becek dibandingkan milik wanita pribumi. Ternyata memang benar. Memek Ling-ling pun terasa becek dan sangat licin. Kuraih tissue di atas kepala ranjang. Kucabut kontolku sesaat dan kulap memeknya dengan tissue.

Ling-ling kelihatannya tidak suka, namun kubisikkan. “Sorry Ling, terlalu basah. Ditambah dengan memakai kondom, sangat jauh kenikmatan yang kuharapkan”. Iapun mengerti, namun dengan cepat ia meraih kontolku dan langsung memasukannya ke memeknya lagi.

Pantatnya naik menyambut kontolku. Kini keadannya agak lumayan, meskipun belum sepenuhnya memenuhi keinginanku. Aku lebih mengandalkan kontraksi penisku untuk menstimulirnya.

***Cerita Dewasa***

Kami sama-sama bergerak untuk mendapatkan kenikmatan. Semakin lama gerakan kami semakin cepat dan liar. Dalam posisi kontolku terbenam seluruhnya aku menciumi bibir, leher dan payudaranya serta menggerakkan otot kemaluan. Aling bergetar menggigil menahan kenikmatan.

Ia menggigit dadaku dan tangannya memukul-mukul punggungku seperti histeris. “Auuhkhh… Terus… Teruskan.. Tarno.. Nikmat.. Ooh” Kakiku bergerak sehingga kedua kakiku berada dalam posisi di luar kedua kakinya..

Aku menghentikan kontraksiku dan mulai menggenjot lagi. Ling-ling seperti seekor kuda betina dari padang gurun. Tubuhnya seakan melonjak-lonjak dan sukar dikendalikan.

Akhirnya tidak ada suara apapun di dalam kamar itu selain desah napas kami yang memburu beradu dengan suara paha bertemu dan derit ranjang. Keringat sudah membanjir di tubuh kami. Kupacu kuda betinaku mendaki lereng terjal kenikmatan.

Kami saling memagut, mencium dan menjilati bagian tubuh kami. Kubuka lagi kedua kakinya, kini kakinya yang membelit pinggangku. Matanya terpejam dan mulutnya setengah terbuka seperti ikan di dalam kolam yang kering. Badannya menggantung di tubuhku.

Kini aku siap untuk menembakkan peluruku. Tarnoo, sebentar lagi Tarnoo… Aku mau sampai”. “Ling Ouh… Akupun juga sayang, kita sama-sama…” “Sekarang sayang sekarang… Ouuhhh”

Aku merasakan aliran yang kuat menerjang bagai ombak tsunami keluar dari lubang kontolku. Aku mengejang ketika aliran kepuasan tersebut muncrat keluar.

“Tarno… Agghhh” kakinya menjepit kakiku dan mengejang sehingga kontolku seperti tertarik mau keluar dari memeknya. Aku tetap menekan pinggulku menahan agar penisku tetap berada dalam vaginanya.

Matanya terpejam, tangannya meremas rambutku, mulutnya mengerang menyebut namaku. Kemaluan kami masih saling berdenyut sampai beberapa detik kontolku mulai menyusut di lubang memeknya.

Setelah beberapa saat kemudian keadaan menjadi sunyi menyusul napas kami yang mulai teratur. Kami saling membersihkan diri di bawah shower.

Ketika kembali ke kamar ia memintaku untuk menginap di rumahnya saja. Akupun menyanggupinya, sudah terlanjur basah jadi biar basah sekalian lah. Toh besok pagi-pagi masih bisa mandi basah. Kami tidur berdampingan.

Cerita Dewasa

Kepalanya disandarkan di bahuku. Berkali-kali ia mengecup pipi dan bibirku.
“Thanks untuk malam ini Tarno. Aku masih menginginkannya lagi”.
“Kamu sering melakukannya Ling?” Aku bertanya asal saja.

Aku tidak peduli dengan jawabannya, bahkan jika ia tadi siangpun baru bersetubuh dengan orang lain.
“Jujur saja, sejak di Jakarta aku pernah beberapa kali melakukannya dengan pria-pria Chinese. Namun kali ini luar biasa. Baru sekali ini aku melakukannya dengan pria Jawa sepertimu”.
“Ok, aku akan memuaskanmu malam ini. Kita istirahat dulu sebentar. Satu hal yang perlu diingat, bahwa kita, atau saya khususnya, melakukan ini just for fun. Tidak ada komitmen atau ikatan apapun”.

Ling-ling hanya diam saja tanpa mengeluarkan komentar.
“Ling-ling, kamu tahu artinya kata ‘lingga’ ?” tanyaku.
“Nggak tuh”.
“Lingga dalam bahasa Sanskerta artinya adalah penis. Pantas saja penisku ingin merasakannya”.
“Jahat kamu. Akkhh, jahat sekali kamu!”

Ia memukul dan mencubitku. Kami masih ngobrol sampai setengah jam kemudian ketika mulutnya mulai menciumi dan menyusuri leherku. Ia menindihku dan menciumku dengan ganas.

“Tarnoo… Please… lagi.. Yuk”. Mulutnya terus bergerak ke bawah dan tahu-tahu Ling-ling sudah menjilati kontolku dan mengisap biji kelotku. Kupalingkan mukaku ke samping untuk menahan rangsangan dan kugigit ujung bantal.

Tiba -tiba secara refleks meriamku mengencang hingga hampir merapat di permukaan perutku ketika lidah Ling-ling mulai menjilat kepalanya dengan mesra.

Kukencangkan otot perutku sehingga meriamku juga ikut bergerak dan berdenyut-denyut. “Hmmm… Keras dan berdenyut. Pantas saja luar biasa nikmatnya,” komentar Ling-ling sambil terus melakukan aktivitasnya.

Kuangkat kepalaku dan kulihat Ling-ling sedang asyik menjilat, menghisap dan mengulum meriamku. Kadang-kadang ia melihat ke arahku dan tersenyum. Kami bertempur hingga subuh dan terkapar berdua di kamarnya.

Cerita Dewasa