Petualangan Hendra Part 7 – Cerita Seks

Petualangan Hendra Part 7 – Cerita Seks

Sudah hampir 1 minggu ini aku berlibur di Bandung, dan selama itu aku sudah mencicipi tubuh dua kakak iparku. Aku mempunyai 3 kakak ipar, kakak iparku yang paling tua adalah Mbak Wati, lalu yang kedua adalah Mbak Yuni, keduanya sudah kurasai lubang vaginanya, sementara kakak iparku yang paling kecil adalah Mbak Lina.

Umurnya sekitar 29 tahun, dia menikah dengan abangku yang nomer 3, umur mereka hanya berbeda 1 tahun, raut muka dan postur tubuhnya secantik dan sesexy bintang film Donita. Kalau kubayangkan pengen rasanya aku mencium bibirnya yang mungil semungil bibirnya Donita, atau meremas-remas payudaranya yang pasti tidak terlalu besar.

Sering kulihat saat mengenakan kaos yang agak ketat tonjolan di dadanya besarnya tidak terlalu berbeda dengan tonjolan dadanya Donita, semakin kubayangkan semakin ingin rasanya mencicipi tubuhnya.

Sambil sibuk membantu orang-orang bebenah untuk persiapan pesta khitanan keponakanku, aku sering mencuri-curi pandang pada kakak iparku yang satu ini. Dari arah samping kulihat tonjolan di dadanya tidak terlalu besar, tapi aku berani pastikan toketnya masih mengkal karena belum punya anak, dan kemaluannya pasti sesempit kepunyaan Mbak Yuni, karena dia dan Mbak Yuni sama-sama belum mempunyai anak.

Si ujangku pun mulai menggeliat karena memandangi iparku itu dan membayangkannya, untung aku mengenakan kemeja yang tidak kumasukkan ke dalam celanaku. Kusengaja kemejaku tidak kumasukkan dalam celana panjangku agar kalau si ujangku bangun tidak akan terlihat oleh orang lain.

Sore hari sekitar jam 4-an acara bebenah kami pun selesai, kami semua tersenyum puas melihat tempat acara yang sudah terhias sempurna dan siap untuk dipakai besok. Tapi aku masih belum menemukan cara bagaimana dapat mencicipi iparku itu, di rumah setelah selesai mandi aku pun ikut bergabung dengan semua anggota keluarga menonton acara TV sambil mengobrol menunggu waktu makan malam tiba, sore itu aku hanya mengenakan celana boxer dan T-shirt.

Setelah selesai makan malam bersama, kami kembali ke ruangan keluarga melanjutkan menonton acara TV dan mengobrol. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 9 malam, karena merasa lelah dengan kegiatan yang di lakukan dari tadi pagi sampai sore, satu-persatu anggota keluargaku mulai meninggalkan ruangan menuju kamar masing-masing.

Dimulai dari ayah dan ibuku yang pamit duluan, sampai yang terakhir pamit meninggalkan ruangan keluarga adalah Mbak Dina. Sementara itu di ruangan keluarga tertinggal aku, abangku yang nomer 4 dan Mbak Lina istrinya, dan Mbak Yuni, kami berempat masih merasa belum mengantuk, kira-kira setengah jam kemudian kulihat abangku sudah menguap terus-menerus.

Abangku pun ingin melepaskan penat dan kantuknya, ia pun segera berpamitan kepada kami, setelah terlebih dahulu dia mengajak istrinya untuk tidur tapi istrinya menolak karena dia belum mengantuk. Tinggallah yang tersisa kami bertiga diruangan keluarga, ruangan keluarga yang tadinya ramai dengan suara-suara kami sekarang ini begitu hening, mata kami bertiga semua tertuju pada TV.

Waktu berjalan tanpa terasa kami bertiga masih asyik terpaku dengan acara yang di TV, sementara pikiranku tidak tertuju pada acara TV tersebut. Pikiranku sedang mencoba membayangkan bentuk tubuh Mbak Lina yang sesekali kulirik, sayang aku tidak dapat membayangkan bentuk tubuhnya.

Karena saat itu Mbak Lina mengenakan daster batik tanpa lengan berwarna gelap yang panjangnya sampai pertengahan pahanya. Yang dapat kulihat hanyalah lengan dan pahanya yang putih mulus, semulus dan seputih lengan dan paha Donita, artis favoritku yang sering kubayangkan tubuh mulusnya itu.

MisterSange – Petualangan Hendra Part 7

Malam pun semakin larut, Mbak Yuni pun tak tahan lagi menahan kantuknya, dia pun lalu berpamitan pada kami, tinggallah kami berdua, aku dan Mbak Lina yang tertinggal di ruangan keluarga. Tak lama sepeninggalnya Mbak Yuni, kulirik Mbak Lina masih duduk dengan mata terpaku pada TV, sekarang aku agak bebas untuk menelusuri tubuh Mbak Lina.

Tapi sayang aku tidak menemukan bagian-bagian tubuh Mbak Lina yang terbuka selain lengan dan paha ke bawah, aku pun menghela nafas lirih. Aku tersentak kaget saat aku sedang asyik menelusuri bagian tubuhnya itu Mbak Lina pun menoleh kearahku dan tersenyum, melihat senyumannya yang manis, aku semakin merasa gemas ingin segera menubruknya dan mencumbuinya.

“Hen, aku mau nanya?” kata Mbak Lina memecah kesunyian.

“Eeehhhh…aaapa Mbak,” kataku balik bertanya.

“Kamu sudah berapa kali melakukannya sama Mbak Yuni,” tanyanya.

“Eehh…aaapaa? Melakukan apa Mbak?” aku tersentak kaget dengan pertanyaannya dan balik bertanya lagi.

“Heeemmmm…pura-pura lagi, udahlah gak usah berpura-pura, kalian kan tadi pagi bermain seks di kamarmu,” katanya lagi.

“Eeehhh…siapa bilang Mbak? Kami tidak melakukan apa pun tadi pagi” kembali aku tersentak kaget dengan perkataannya, tapi aku masih berusaha mengelak.

“Hhhmmm…bohong kamu, lah tadi pagi aku lihat sendiri, saat kamu memasukkan punyamu ke dalam kemaluan Mbak Yuni, pakai acara menyangkal lagi,” katanya lagi sambil tersenyum.

“Oooohh…jadi tadi pagi Mbak Lina ngintipin kita yach, hhhhmmmm….. bintitan lho Mbak kalau ngintipin orang,” kataku merasa tenang, karena Mbak Lina melihat kejadian itu dengan mata kepalanya sendiri bukan dengar dari orang.

“Hihihihihi…gak mungkin bintitan, soalnya aku gak ngintip dari lubang kunci, aku melihat dengan kedua mataku, hihihihihi…jadi aku bukan ngintip.” katanya sambil cekikikan genit dan meletkan lidahnya.

“Heeehhh…memangnya Mbak Lina lihat darimana?” tanyaku penasaran dan gemas sekali ingin menerkamnya terus mencumbuinya.

“Hihihihihi…rahasia dong, nanti kalau aku kasih tahu, aku kan gak akan bisa lihat lagi kalau kamu lagi begituan lagi,” jawabnya sambil tertawa cekikikan lagi, dia merasa senang dapat membuatku penasaran.

Terus terang aku memang sedikit penasaran ingin tahu dari mana dia menyaksikan aksi persetubuhanku dengan Mbak Yuni, tapi yang sangat kuingin tahu sekarang ini adalah reaksi Mbak Lina saat melihat aku sedang ngentotin Mbak Yuni.

Apakah dia ingin merasakan hal yang sama seperti yang dirasakan oleh Mbak Yuni, apakah dia ingin mencoba kontolku yang panjang dan besar, atau apakah dia pernah merasakan kemaluan lelaki yang panjang dan besar.

Karena aku tahu kepunyaan abangku tidak ada yang lebih besar dan panjang dari kepunyaanku, karena kepunyaanku ini menjadi besar, panjang dan tahan lama karena bantuan seorang dukun sakti, yang sampai saat ini selalu kurahasiakan karena permintaan sang dukun.

“Heeehhhh…yach sudah kalau Mbak Lina gak mau kasih tahu, terus sekarang Mbak Lina mau apa, mau laporin perbuatanku itu? Atau……” tanyaku dengan pura-pura mimik mukaku kustel seolah agak takut.

“Hihihihihi…gak usah stres dech, gak akan aku laporin kok aksimu tadi pagi sama Mbak Yuni, tapi dengan satu syarat….gimana?” jelasnya.

“Hhhhmmm….syarat?….syarat apa? Terus kalau aku tidak mau memenuhi syarat itu bagaimana?” tanyaku beruntun, penasaran dengan syaratnya sambil mengharap syarat dari dia adalah mengentot dia.

“Eeehhhh….satu-satu dong pertanyaannya, tapi baiklah, kalau kamu tidak mau memenuhi syaratku, aku pastikan abangmu akan mengetahui kejadian tadi pagi, hihihihihi…kalau syaratnya sich gak berat-berat amat,” jawabnya.

“Iyaahh..apa, yang penting Mbak Lina gak bilang ke abangku, pasti aku penuhi dech” jelasku pasrah.

“Hihihihihi…gitu dong, jangan sampai aku terpaksa melaporkannya,” katanya.

“Kita pindah dulu tempatnya, jangan disini, terlalu terbuka nanti malah ada yang lihat lagi, hhmmmmm..kita pindah ke…..enaknya kemana yach?” lanjutnya sambil berpikir.

“Terserah Mbak dech, aku sih nurut aja, aku kan pesakitan Mbak Lina, jadi aku akan menuruti apa yang Mbak Lina inginkan,” kataku.

“Hihihihihi…jangan bilang gitu dong, aku kan bukan polisi, masa pakai bilang pesakitan sich, hhhmmmmm…dimana yach? Klo ke kamarmu, kita harus naik keatas…terus nanti ada yang lihat…, klo…? Hhhmmmm….” lanjut Mbak Lina sambil berpikir.

“Dimana Mbak?” tanyaku dengan penasaran apa yang akan diminta oleh Mbak Lina sebagai syaratnya itu.

“Sebentar….sebentar….sabar dong, hihihihi… baru kulihat ada orang yang mau dihukum gak sabaran begini, hihihihihi…hhhhmmmm…” jawab Mbak Lina sambil berdiri dari duduknya.

Petualangan Hendra Part 6 – Cerita Dewasa

Kulihat dia berjalan ke arah pintu yang menghubungkan ruangan keluarga ini dengan teras belakang, kulihat kemudian Mbak Lina membuka pintu tersebut dan melangkah keluar dan menghilang dari pandanganku. Tak berapa lama kemudian pintu yang tertutup itu terbuka sedikit dan kepalanya melongok dari celah pintu yang terbuka itu.

“Hen…sini..cepat, matikan lampu dan TVnya” perintahnya dan tangannya kulihat melepaskan kunci yang menggantung di pintu itu.

Aku pun segera beranjak menghampirinya dan melangkah keluar dari ruangan keluarga sambil mematikan TV dan lampu diruangan keluarga. Setelah berada di teras belakang, kulihat Mbak Lina memasukkan kunci ke dalam lubang kunci dan mengunci pintu itu dari arah luar.

“Nah, sekarang kita sudah di sini dan aman, tidak akan ada yang lihat dan mendengar apa yang kita lakukan disini,” katanya setelah selesai mengunci pintu.

Aku tahu bahwa dengan berada di teras belakang ini, tidak akan ada yang tahu kita ada disini, karena akses ke teras belakang hanya bisa lewat pintu yang sudah di kunci oleh Mbak Lin. Sementara posisi teras belakang yang menjorok ke dalam pun tidak akan terlihat dari arah mana pun, aku memuji pilihan tempat Mbak Lina ini.

“Baik, sekarang hukumanmu adalah….hihihihihi…” katanya melanjutkan.

“Apa hukumanku?” tanyaku.

“Hihihihihi…hukumannya adalah…hhhmmmm….menunjukkan padaku kepunyaanmu yang sudah membuat Mbak Yuni tadi pagi merintih-rintih.” katanya.

“Eeehhh…Mbak Lina mau melihat punyaku?” tanyaku memastikan.

“Hihihihihi…kok ada gema yach, iyach..kasih lihat punyamu itu..sekarang juga…cepat.” perintahnya.

“Baiklah…kalau itu mau Mbak.” sahutku pura-pura setengah terpaksa, padahal aku sangat gembira mendengar perintahnya itu.

Aku pun mulai menurunkan celana boxer dan CDku sehingga kepunyaanku pun terpampang dihadapan Mbak Lina.

“Ini..Mbak punyaku silahkan dipandangi,” lanjutku.

“Hhhhmmm…kok masih lemes sich, kok gak segagah tadi pagi.” tanyanya sedikit kecewa karena kepunyaanku masih tertidur.

“Yach..iyalah Mbak, kalau Mbak mau lihat punyaku ini bangun, harus ada bonusnya dong,” jawabku tersenyum.

“Hihihihi…pakai bonus segala, memang apa bonusnya?” tanyanya lagi.

“Hehehehe…Mbak kayak anak perawan aja, pura-pura nanya lagi, bonusnya yach aku juga harus lihat punya Mbak dong, biar si otongku semangat untuk bangun.” lanjutku sambil melepaskan kaus yang kukenakan sehingga aku telanjang bulat di hadapan Mbak Lina.

“Hihihihihi…emang kalau udah lihat punyaku, punyamu itu langsung bangun.” tanyanya lagi memastikan.

“Pasti dong Mbak, pasti terbangun dach si otongku ini begitu melihat punya Mbak.” jawabku memastikan.

“Hihihihi…baik, aku penasaran, pengen tahu bangun gak punyamu kalau melihat punyaku ini.” katanya sambil mengangkat dasternya sehingga kemaluannya terlihat oleh kedua mataku. Rupa-rupanya dibalik dasternya itu Mbak Lina tidak mengenakan CD, aku melihat jembutnya tertata rapih rupanya Mbak Lina rajin merawat jembutnya ini.

Si otongku mulai menggeliat menyaksikan belahan tempiknya Mbak Lina yang bersih, dan di atasnya dihiasi oleh jembutnya yang berbentuk segitiga dan tertata rapi, perlahan tapi pasti si otongku mulai bangkit dari tidurnya,

“Hihihihihi… punyamu mulai bergerak tuch, hhhmmm…belum betul-betul bangun sich,” serunya lirih.

“Yach…iyalah Mbak masa mau langsung tegangan tinggi ada tahapnya dong, dan harus ada bonus tambahannya lagi.” jawabku sambil berharap dia melakukan yang lebih lagi agar si otongku betul-betul sempurna bangun dari tidurnya.

“Hihihihihi…memangnya mau bonus apalagi? Mau diemut punyamu? Atau mau di ….?” tanya Mbak Lina menantang.

“Hehehehehe…kalau Mbak Lina mau lihat si otongku ini berdiri dengan sempurna, yach terserah Mbak mau diapain si otongku ini,” jawabku sambil menggoyangkan si otongku.

“Hihihihihi…aku memang penasaran dengan punyamu itu, aku mau lihat dari dekat saat dia berdiri dengan sempurna, karena tadi pagi aku hanya dapat melihat dari jauh saja dan itu pun selalu timbul tenggelam dalam kemaluannya Mbak Yuni,” katanya lagi sambil mendekatiku.

Tangan kanannya meraih batang kemaluanku, lalu dia menyelipkan kemaluanku itu di selangkangannya, sehingga kemaluanku terjepit oleh kedua pahanya dan menempel di bibir vaginanya. Karena postur tubuhnya yang lumayan tinggi, jauh lebih tinggi dari Mbak Wati dan Mbak Yuni, tapi masih lebih pendek dariku, sehingga saat dia melakukan itu aku hanya sedikit menurunkan tubuhku agar kemaluanku tepat berada di selangkangannya.

Sementara kedua belah tanganku berpegangan di pinggulnya, si otongku kembali menggeliat merasakan empuknya daging paha Mbak Lina dan lembutnya bibir vaginanya yang menempel di kemaluanku.

“Hhhhmmmm…Mbak…mulus sekali pahamu, dan empuknya bibir tempikmu….” Aku mendesah merasakan kemulusan paha dan bibir tempiknya.

“Hihihihihi… punyamu juga hebat, pantas Mbak Yuni merintih-rintih, inimu panjang sekali, kepalanya sampai nongol nich di belakangku,” kata Mbak Yuni saat tangannya merasakan kepala kontolku yang nongol di belakang.

Mister Sange – Kumpulan Cerita Dewasa

Aku sendiri menggelinjang kegelian saat tangannya memainkan kepala kontolku itu, si otongku bergerak-gerak, Mbak Lina tersenyum merasakan gerakan si otongku. Dia merasakan bibir tempiknya yang terangkat-angkat oleh gerakan si otongku, kedua tangannya mulai melingkar di leherku, mulutnya mulai mendesah merasakan sentuhan-sentuhan batang kemaluanku di belahan bibir tempiknya.

“Ooohhh…Hen..kontolmu bergerak-gerak, hihihihi….seperti dongkrak aja…ooohhh…mulai keras dia oooohhh…” desah Mbak Lina.

“Oooohhh…makin keras…oohhh..makin panjang …daan…ooohh makin besar..gila Hen… punyamu ini besar dan panjangnya… oooohhh…..pantas Mbak Yuni merintih-rintih terus tadi pagi merasakan sodokan-sodokan punyamu ini…oooohhh…” desah Mbak Lina takjub saat tangannya merasakan panjangnya kontolku yang semakin nongol keluar di belakang dan merasakan besarnya kontolku saat tangannya itu mencoba menggenggamnya.

Dengan tangan kirinya yang masih bertumpu di leher dan pundakku, tubuh bagian bawahnya perlahan-lahan mulai bergerak maju mundur, sehingga membuat bibir memeknya mulai bergesekan dengan batang kemaluanku.

Bukan hanya bibirnya saja yang bergesekan dengan batang kemaluanku, tapi klitorisnya mulai tergesek-gesek oleh batang kemaluanku juga. Mbak Lina mendesah lagi merasakan hal itu, aku sendiri merasakan geli-geli enak saat batang kemaluankua bergesekan dengan bibir tempik dan itilnya Mbak Lina. Dalam hati aku tersenyum gembira, karena malam ini aku bakalan mendapatkan dan merasakan tempik kakak iparku lagi, kubiarkan Mbak Lina untuk bergerak aktif.

Gesekan-gesekan kemaluan kami semakin lama semakin lancar saja, ini disebabkan oleh semakin banyaknya cairan precum yang keluar dari kemaluan Mbak Lina, rupanya Mbak Lina udah sangat terangsang sekali.

Aku sendiri merasakan cairan precumku juga mengalir keluar karena kurasakan tangan Mbak Lina yang sedang bermain di kepala kontolku terasa licin. Kudengar Mbak Lina terus menerus mendesah-desah, sementara si otongku semakin menegang dan membengkak. Terdengar nafasnya Mbak Lina yang semakin memburu, dan selang tak berapa lama Mbak Lina menghentikan gerakannya, dan melepaskan kemaluanku dari sela-sela pahanya, kemaluanku pun berdiri dengan gagahnya,

“Hheeeeehhh…gila Hen..baru di gesek-gesek di luar saja memekku sudah dibuat banjir, hihihihi…woowwww… punyamu Hen, wwuiihhh…pantesan Mbak Yuni merintih-rintih saat memeknya diterobos punyamu itu, gak aneh kalau melihat punyamu yang sudah ngaceng itu…hihihihi…aku juga jadi pengen ngerasain memekku ini diterobos punyamu…” kata Mbak Lina dengan nafas masih tersengal-sengal.

“Hehehehe…Mbak, mau nyobain, ayo…aku juga pengen ngerasain tempiknya Mbak Lina, sesempit punyanya Mbak Yuni gak?” jawabku.

Kedua tangannya meraih tongkolku yang sudah sangat menegang itu, kemudian kedua tangannya mulai menggenggam tongkolku, kulihat kedua tangannya tidak dapat menggenggam seluruh batangku, karena tetap saja sebagian dari tongkolku tidak tertutupi oleh kedua telapak tangannya,

“Ckckckckck…wuiiihhh punyamu betul-betul panjang sekali..Hen…hihihihi.. kedua tanganku gak mampu menutupi semuanya,” seru Mbak Lina lirih merasa takjub melihat panjangnya batang kemaluanku itu.

“Hehehehehe…Mbak, mau nyobain gak?” kataku lagi sambil tanganku mulai menjamah payudaranya yang masih tertutupi daster batiknya.

Aku kaget saat kedua tanganku menyentuh dada Mbak Lina, karena kedua tanganku tidak merasakan adanya BH yang menutupi kedua payudaranya. Aku merasakan empuknya kedua payudara Mbak Lina yang hanya terhalangi oleh dasternya, kuremas-remas kedua payudaranya itu, Mbak Lina pun mendesah lirih merasakan remasan kedua tanganku itu di kedua payudaranya.

“Oooohh..Hen…tanganmu nakal, oooohhh….” Mbak Lina mendesah lirih.

“Hehehehe…Mbak Lina yang nakal, sudah gak pake CD sekarang gak pake BH lagi, terus tadi kontolku digesek-gesek tempiknya lagi, hehehehehe… ayo siapa yang nakal aku atau Mbak Lina,” kataku sambil terus meremas-remas kedua teteknya.

Aku merasakan kedua puting susunya sudah menyembul dan mengeras juga, berarti Mbak Lina sudah sangat bernafsu sekali, sambil meremas kuselingi dengan pilinan-pilinan di kedua putingnya itu.

“Oooohhh…kau Hen…kamu nakal…ooohhh…geliii…oooohh…gelliii…” Mbak Lina mendesah lirih lagi, kedua tangannya mulai aktif meremas-remas kontolku.

“Hehehehe…tuch kan, Mbak Lina mulai nakal juga, punyaku diremas-remas, adduuuh… kok nyubit sich,” kataku sambil menjerit lirih saat tangannya mencubit batang kemaluanku, kemudian kubalas dengan menarik kedua putingnya membuat dia menjerit lirih juga.

“Aaaaauuuuuwwww….Ooohh…sudah..Hen…sudah…aku sudah tidak tahan pengen nyobain kontolmu masuk ke dalam memekku..oooohhh…Hen..aaauuwwww…” desahnya lirih.

“Hehehehe…Mbak…sudah gak tahan pengen nyobain, Mbak pengennya digimanain… pengen dientot dari belakang? Dari depan disodoknya? Atau Mbak mau di atas?” tanyaku sambil menarik kembali kedua putingnya.

“Ooohh..aaaauuwww…Hen…aku diatas saja…biar lebih enak…ooohhh….,” katanya lagi sambil mendorong tubuhku.

Kumpulan Cerita Seks Dewasa – MrSange

Aku mengikuti keinginannya, aku duduk di atas sofa kemudian menurunkan pantatku sehingga pantatku berada di pinggiran sofa, Mbak Lina menghampiriku, dan dia pun melangkahkan kaki kanannya melewati kedua pahaku.

Posisinya sekarang tepat berhadapan dengan tubuhku, kedua tangannya meraih bagian bawah dasternya, kemudian dia meloloskan daster itu. Tubuh bugil Mbak Lina yang outih mulus pun terpampang dihadapanku, kedua teteknya yang mungil dan masih mengkal pun terlihat oleh kedua bola mataku.

Bentuk tubuhnya sangat seksi dan sempurna, yang membedakan bentuk tubuhnya dengan tubuhnya Donita adalah bentuk tubuhnya Mbak Lina telanjang bulat di hadapanku sekarang ini sedangkan bentuk tubuh Donita hanyalah imajinasiku saja bila kulihat Donita di TV-TV.

Tapi postur tubuh mereka sama, dan aku berani jamin kalau Donita sedang telanjang akan terlihat seperti sekarang, kurasakan tangannnya mulai meraih kontolku dan menurunkan tubuhnya, kepala kontolku mulai bersentuhan dengan belahan tempiknya, kami berdua pun melenguh bersamaan,

“Oooooooohhhhhhh,” kami melenguh bersamaan saat merasakan beradunya kemaluan kami.

Sleeeeppppppp…..dengan cepat kepala kontolku hilang dalam lembah kenikmatannya.

“Ooouuuuugghhhh…gilaaaa….Hen…besar sekali kepala kontolmu ini…eeeeggghhhhh…. Memekku penuh…oooouuugghhhh…” Mbak Lina melenguh.

“Hehehehe…enak Mbak…disumpal sama kontolku yang gede….” Kataku lirih, sambil kedua tanganku menggapai kedua teteknya. Kedua teteknya yang mungil itu lenyap dari pandangan mata oleh kedua telapak tanganku, lalu dengan lembut mulai kuremas-remas kedua teteknya itu, sambil diselingi dengan pilinan-pilinan lembut di kedua putingnya.

Bleeesssss…… perlahan-lahan kontolku mulai menyeruak masuk di lubang senggamanya itu seiring dengan turunnya pantat Mbak Lina.

“Oooooohhhhhh…Hen…geli…Hen….ooooohhh….eeghhhhh….besar sekali kontolmu ini… memekku….aaaaagghhh…robeeekk…ooouugghh…Hen…” Mbak Lina menjerit lirih saat dia mulai mendorong pantatnya kebawah.

“Ouuugghhh…gila..Hen…gila…kontolmu gede betul…memekku robek dach…oouugghhh tapi enak…memekku dimasuki kontolmu yang besar ini….pantes Mbak Yuni merintih keenakan… memang enak kalau di sodok batang kemaluan yang gede seperti punyamu ini.” Mbak Lina merintih lirih.

“Hhhhmmmm….Mbak memekmu juga enak Mbak sempit…..kontolku enak dijepit memekmu…Mbak…” aku pun mendesah.

“Dorong lagi pantatmu ke bawah Mbak, biar kontolku masuk semua ke lubang memekmu,” lanjutku.

“Ooougghhh…gila..Hen…gak muat di memekku ini…kontolmu sich kegedean…oouugghh aaaahhhh….ssshhhh…hhhheeehhhh…ssshhhh….memekku agak sakit…” sahutnya lirih.

Mbak Lina mendiamkan sebentar gerakan turun pantatnya, merasakan sedikit perih dan sakit di memeknya yang sedang berusaha menelan batang kemaluanku. Dia mendiamkan untuk membuat lubang memeknya terbiasa dengan diameter batang kemaluanku yang besar, karena kutahu memeknya belum pernah diterobos oleh kemaluan yang sebesar punyaku ini. Matanya terpejam merasakan sakit, perih dan enak yang bercampur aduk, mulutnya mendesis-desis, dinding vaginanya kurasakan berdenyut-denyut.

Setelah memeknya mulai terbiasa dengan diameter kontolku, dia pun mulai menurunkan lagi pantatnya perlahan-lahan, Bbblleeeeesssssssssssssssssssss…….. perlahan tapi pasti kontolku terbenam seluruhnya di dalam lubang senggamanya.

Aku merasakan begitu ketat memeknya Mbak Lina di batang kemaluanku, tapi tidak seketat kepunyaan Mbak Yuni, tapi tetap saja memeknya lebih ketat dari kepunyaan Mbak Wati dan Bi Ina, dari mulurnya terdengar lenguhan panjang saat kontolku itu menerobos lubang senggamanya.

“Heeennnnn…..oooouuuuggghhh….sssshhh….aaaahhh…..robek dach memekku…Hen… aaaahhh…diterjang kontolmu yang gedeeee…ssshhh…aaahhh…ooooouugghhhhh…gila Hen….kontolmu ini…ooouugghhh…gede sekali….aaaahhh…. punya abangmu kalah jauh.. Hen….emang enak…di sodok kemaluan gede…tapi sakit…eeeegghhhh…aaahhh…ssshh aaaahhh…” Mbak Lina melenguh lirih.

“Nanti juga tambah enak…pertama sakit..Mbak…hehehehe…tapi lama kelamaan Mbak akan keenakan..dientot kontolku ini….hehehehe…memekmu juga sempit sekali…Mbak… enak kontolku di jepit memekmu ini…aaaahhhh…” aku pun mendesah.

Kedua tangan Mbak Lina bertumpu di sofa, kedua tangannya tepat berada di samping kiri dan kanan kepalaku. Tubuhnya condong kedepan, kedua buah teteknya tepat berhadapan dengan wajahku, dadanya bergerak seiring dengan nafasnya yang agak sedikit memburu, mencoba untuk beradaptasi dengan jejalan kontolku di lubang memeknya yang sempit itu.

Aku tidak membuang kesempatan manis di hadapanku itu, mulutku kumonyongkan kearah payudaranya itu, dan kedua putingnya mulai bergantian kujilati dan kuselomoti. Kedua payudaranya juga silih berganti kuhisap-hisap oleh mulutku, seolah-olah aku ingin menelan seluruh payudaranya ke dalam mulutku.

“Oooohhh…sshhhh…aaahh..oohh…ooohh…ooohhh…oohhh….Hen…terus..hisap..jilatin.. ooohhh..ssshhh..aaahhhhhh.. toketku…ooohhh…ssshh…aaahhh..oooohhh..geliiiii..He n…” Mbak Lina mendesah-desah.

Posisi Mbak Lina yang bersimpuh diatas pahaku dengan kemaluanku di dalam lubangnya, membuat kepala kontolku bersentuhan dengan dinding rahimnya, perlahan-lahan Mbak Lina mulai memutar-mutar pantatnya, kurasakan kemaluanku seperti dipilin-pilin, dinding vaginanya begitu ketat menempel dengan batang kemaluanku, untuk cairan precumnya sudah sangat basah sekali, sehingga lubang vaginanya sudah agak licin, sehingga aku dan Mbak Lina pun sama-sama merasakan nikmat yang luar biasa dengan pergerakan pantatnya yang memutar-mutar itu, aku pun semakin rakus menyelomoti kedua payudara dan kedua putingnya itu, suara desahan kami pun keluar dengan lancarnya dari mulut kami berdua.

“Ooooohhh…oooohhh…ooohh…ooohhh…ooohh…aaaahhh…ssshhh…aahhh…sshhh… aaahhh…ooohh…aahhh…ssshhh..aaahh…ssshhh…ooohhh…” kami berdua mendesah bersamaan.

Pantat Mbak Lina semakin erotis gerakan memutarnya, suara desahannya semakin sering keluar dari mulutnya, matanya terpejam menikmati sesaknya kontolku mengisi ruang senggamanya dan permainan mulut dan lidahku di kedua teteknya serta kedua putingnya,

“Ooooogghhh…terus..Hen…terus…emut tetekku…jilatin putingku…ooouugghh…kontolmu panjang sekali mentok sampai dinding rahimku….oooogghhh…uuugghh…enak…nikmat… dientotin kontol panjang dan besar ini…aaahh…ssshh…aaahhh…ssshhh…ooohhhhhhh Henddraaa….ooohhh…oooohhh…ssshhh…aaahhh…ssshhh… kontolmu jauh lebih enak dari punya abangmu….lebih paanjaaanngg…oooohh…aaahh…ssshhh..lebih besaar..Hen aaaahhh…ssshhh..aaahhh..ssshhh…” Mbak Lina mendesah-desah.

“Hhhmmmm…sslllrrpppp…ssruupppp….sssshhh….aaahhh…oo ohhh…memekmu juga Mbak sempit…ooohhh…ketat sekali menempel di batangku…ooohhh…ssshhh…sssllrrrpp hhhmmm…hhhmmmm…sslllrrppp…” aku pun mendesah ditengah kesibukanku menghisap dan menjilati kedua tetek dan putingnya.

Hawa dingin malamnya kota Bandung tidak dapat meredam keringat kami, terutama keringat Mbak Lina yang mengalir keluar akibat asyiknya dia bergoyang-goyang memutarkan pantatnya diatas pangkuanku. Aku merasakan sedikit asin saat menghisap-hisap kedua teteknya dan menjilati kedua putingnya itu, tapi aku tidak perduli dengan rasa asin keringatnya Mbak Lina.

Yang ada aku semakin semangat menghisapnya dan menjilatinya, mengimbangi permainan Mbak Lina yang sedang semangat memutar-mutar pantatnya. Desahan-desahan lirih kami berdua pun memecahkan keheningan malam, bersahutan dengan suara-suara serangga yang sedang ramai berbunyi.

Lama-lama putaran pantat Mbak Lina semakin tidak beraturan, kurasakan putaran-putaran pantatnya sering menghentak-hentak. Seolah-olah ingin memasukkan lebih dalam lagi batang kemaluanku, kutahu Mbak Lina akan segera mencapai puncak orgasmenya.

Kedua payudaranya pun semakin kuremas-remas, kedua putingnya pun kuhisap-hisap kuat, sehingga Mbak Lina pun semakin merintih-rintih keenakan, aku juga merasakan kepala kontolku semakin sering bersentuhan dengan dinding rahimnya,

“Ooouuugghhh…hhheeeehhhh..aaahhh..ssshhh..ooohh…aaaahhh…hheehhhh..aaahhhh oooohhh… hhheeggghhhh…oooohh…sshhh..aaahh… teruss..hisap…..Hen..terus…hisap yang kuat… oooggghhh…hhheeggghhh…. aakuuu…mau…keluaarr…ssshhh…aaahhhh.. enaknya kontolmu ini…ooogghhh…hheeghhhh…. Hen…aaku…aaaachhhhhhhhh…. Hen… aaaakuuuu….aaaaccchhhhh….. kkeeluaaaarrr……ooooogggh hhhh….memekkku…enaaak Hen…aaaagghhhhh….” Mbak Lina melenguh panjang saat dia mencapai puncak orgasmenya dan menghentakkan pantatnya kuat-kuat.

Ssssssrrrrrrr…..sssrrrrrrrr…..ssssssrrrrrr…sssrrrr rrr…sssssrrrrrrr… lahar kenikmatan Mbak Lina pun menyembur membasahi batang kemaluanku yang sedang berada dalam jepitan lubang vaginanya.

Kumpulan Cerita Dewasa dan Cerita Selingkuh Lengkap

Tubuh Mbak Lina mengejan-ngejan saat meraih puncak orgasmenya, kurasakan pantatnya gemetaran saat menyemprotkan lahar birahinya, mulutnya mendesis lirih. Lubang vaginanya kurasakan berdenyut-denyut dengan kuatnya, meremas-remas batang kemaluanku, matanya terpejam, nafasnya memburu.

Aku pun puas melihatnya berhasil meraih orgasmenya karena kontolku, kuciumi kedua payudaranya dan kuhisap-hisap lembut kedua putingnya, kedua tanganku pun ikut memberikan sensasi tambahan dengan meremas-remas lembut kedua bongkahan pantatnya.

“Sssshhhh….ssshhhhhh…aaaahhhhh…Hen…enak betul kontolmu ini…oooohhhhh…Hen ssshhhh…ssshhhh…aaahhhh….ssshhh…ssshhhhh…aaahhhh…. “ Mbak Lina mendesis lirih.

Aku pun tersenyum mendengar Mbak Lina memuji kontolku, kurasa ini adalah untuk pertama kalinya dia merasakan orgasme karena batang kemaluan yang sangat besar dan panjang. Sambil kuremas-remas pantatnya agak sedikit kutekan-tekan dengan perlahan, sehingga dinding rahimnya tersundul-sundul oleh batang kemaluanku yang semakin keras,

“Ooooohhhh….Hen…oooohhhh…ssshhhh…aaahhhh.. pantas Mbak Yuni merintih-rintih keenakan terus menerus saat dientot oleh kontolmu ini….oooohhh….ssshhh…aaaahhh… Hen…oooohhh….Hen….kontolmu betul-betul perkasa…dan…oooohhh..Hen…panjang juga besar sekali….puas aku dibuatnya…ooohhh….” Mbak Lina merintih lirih.

“Hhhhmmmm….ssslllrrpppp…..Mbak Lina mau aku buat puas lagi…hhhmmm…sssllrppppp mau kuentot lagi….hhhmmm…sslllrrpppp… memeknya sudah siap untuk disodok kontolku lagi….hhhmmm….sssllrrpppp….hhhmmm…ssllrpppp….” kataku sambil tetap menghisap-hisap kedua teteknya.

“Iyach..Hen…puaskan aku lagi…entot aku lagi dengan kontolmu itu…hihihihi…aku ingin seperti Mbak Yuni yang terus menerus merintih-rintih keenakan disodok kontolmu yang besar dan panjang ini….hihihihi…aaauuuwwwww…Hendraa…kamu nakal….oooohhhh…” kata Mbak Lina sambil menjerit saat kuhisap kuat-kuat payudaranya.

Kurasakan denyutan-denyutan dinding vaginanya sudah melemah, nafasnya Mbak Lina sudah tidak memburu seperti tadi, hasrat birahinya yang membara dari tadi pagi sudah terlampiaskan. Keinginannya merasakan batang kemaluanku yang besar dan panjang pun terpenuhi, aku yang belum terlampiaskan nafsu birahiku ini berusaha untuk membangkitkan lagi birahinya yang sudah padam tadi.

Rangsangan demi rangsangan terus kulakukan, pantat Mbak Lina mulai kugerakkan perlahan-lahan keatas dan kebawah sambil tetap kuremas-remas, sssrrrtttt….bleeesss…sssrrtttt….bleeesss… Kontolku mulai bergerak keluar masuk seirama dengan gerakan kedua tanganku yang mengangkat dan menurunkan bongkahan pantatnya, kepala kemaluanku pun kembali menyundul-nyundul dinding rahimnya.

Sementara di bagian dadanya mulutku bergantian menghisap kedua teteknya, Mbak Lina pun mulai mendesah-desah, dia pun mulai terbangkit kembali nafsu birahinya, pantatnya mulai bergoyang naik turun mengimbangi gerakan tanganku. Saat tanganku menekan ke bawah pantatnya dia pun ikut menurunkan pantatnya, begitu pun sebaliknya saat tanganku mengangkat pantatnya naik dia pun menaikkan pantatnya.

“Oooohhh…ooohhh..Hen..terus…Hen…terus…keluar masukkan kontolmu di memekku… ooohhh…ooohhh…enak..Hen…ooohh…ooohh…kontolmu betul-betul enak…ooohhh..Hen oohhh…ooohhh…dinding rahimku tersundul-sundul terus oleh kepala kontolmu…ooohhhh …oooohhhh…enak….nikmat…memang enaak…di sodok kontolmu yang panajng dan besar….ooohhh…ooohhh…” Mbak Lina kembali melenguh keenakan.

“Ssslllrrrpppp….ssslllrrppp…iyach..Mbak…memekmu juga enak…sempit…biar pun basah tapi masih aja sempit….uuuggghhh…jarang dientot abangku yach memekmu ini…peretnya memekmu ini….ooooggghhh…..” aku pun melenguh.

“Oooohhh…Hendraaa…memekku sering dientot abangmu, cuman ooooohhh… punya abangmu kecil dan pendek tidak sebesar dan sepanjang seperti punyamu, ooooohhhhhh.. oooooohhhh…..puas dan enak juga aku dientot abangmu, tapi tidak sepuas dan seenak dientot kontolmu ini…oooohhh…Hen…ooohhh…aku pengen terus dientotmu….ooooohhh ….ooooohhhh….Hen…..” jelas Mbak Lina sambil melenguh-lenguh.

“Sssllrrrppp…sslllrpppp…ssslllrrppp….puasin Mbak…ssllrrppp…ssslrppp…puasin dirimu… oooohhh…Mbak…puasin dirimu merasakan kontolku ini….sssllrrppp…sssllrrpppp….. aku juga puas dan enak Mbak ngentotin memekmu yang sempit ini…” jawabku sambil sibuk menghisap-hisap teteknya.

Cairan precumku dan Mbak Lina semakin sering mengalir keluar dari kemaluan kami, lubang senggama Mbak Lina semakin bertambah basah dan licin. Apalagi tadi lubang senggamanya Mbak Lina sudah dibasahi oleh cairan birahinya yang muncrat saat Mbak Lina mencapai puncak orgasmenya. Kemaluanku semakin mudah keluar masuk di lubang vaginanya itu, aku merasa memeknya tidak terlalu peret seperti tadi.

Tapi tetap kemaluannya mencengkram ketat batangku, Mbak Lina semakin tinggi menaikkan pantatnya sampai kurasakan batang kemaluanku hampir keluar dan saat itu juga Mbak Lina menghujamkan pantatnya kebawah sampai selangkangannya beradu dengan selangkanganku dan itilnya bergesekan dengan jembutku.

Kedua tanganku pun ikut membantu dengan menekan ke bawah kedua bongkahan pantatnya saat Mbak Lina menurunkan pantatnya itu akibatnya Mbak Lina selalu mengerang saat kepala kontolku menyodok dinding rahimnya.

“Heeeeggghhhh…..ooohhhh….Hen…dinding rahimku….Hen….ooouugghhh…. kesundul terus oleh kepala kontolmu…Hen…ooouugghhhh…aaahhh…ooouuugghhh…aaahhh …. Ssshhhh…panjang betul kontolmu ini…ooouuuggghh…kena..lagi…oouugghh…lagi….Hen ….ooouugghhh…entot terus aku…Hen…puaskan…aku…ooouuugghhh…aachhh…sshhh …..ooouuugghh…sshhh…kena..lagi….ooouugghh…” Mbak Lina mengerang.

Gerakan pantat Mbak Lina semakin heboh, gerakan naik turun pantatnya yang membuat kontolku keluar masuk bagaikan piston dalam mesin. Dia selingi dengan gerakan memutar-mutar, sehingga kontolku terasa seperti dipilin-pilin oleh dinding vaginanya. Puas dengan memutar-mutar pantatnya kembali dia merubah dengan gerakan maju mundur, sehingga itilnya menggesek-gesek jembutku dan kontolku pun menggesek-gesek dinding vaginanya.

Begitulah seterusnya gerakan Mbak Lina berubah-rubah, naik-turun, memutar, maju-mundur, terus terang di antara ketiga kakak iparku yang pernah kusetubuhi, Mbak Linalah yang paling pintar bermain seks.

“Oooohhh….Mbak..terus…Mbak…enak…goyanganmu enak betul terus…Mbak…terus…” aku melenguh menikmati goyangannya.

“Mbak hebat…ooohhh…ooohhh…enak…Mbak…goyanganmu..betul-betul mantab…Mbak …..oooohhh..oooohh…Mbak…ooohhh…ooohhh..teruss…goyang teruss…putar terus…. Oooohhh…Mbak…oooohhh…” aku lagi-lagi melenguh menikmati putaran-putaran pantatnya.

Aku sudah tidak konsentrasi lagi untuk menghisap-hisap teteknya, kedua tanganku semakin sering meremas-remas pantatnya. Mbak Lina pun semakin menggila menggoyang pantatnya, dia sendiri pun semakin mendesah-desah, dengusan-dengusannya semakin sering terdengar.

Nampaknya Mbak Lina ingin segera menuntaskan persetubuhan ini, dia ingin segera meraih orgasme yang keduanya, sementara aku juga merasakan hal yang sama, aku ingin segera menggapai puncak pendakian birahiku ini.

“Mbak…ooohhh…aku sudah tidak tahan lagi..mbaakk…oohh…aku mau keluar…Mbak… ooohhh…..ooohhh…Mbak…ooohh….enak goyanganmu… Mbak… ooohhh… memekmu… enakk Mbak…ooohh…aku sudah tidak tahan lagi nich…ooohhh..” aku melenguh merasakan desakan air maniku di batang kemaluanku yang ingin segera keluar.

“Tahan…Hen…tahan…sebentar lagi…aku juga sudah mau keluar…ooohhh…enaknya… dientot oleh kontolmu yang panjang dan besar ini… ooohh… aaahh… ooohh… aaahhh…. ssshhhh….aaaacchhh…Heenn…sebentar…Hen… kita sama-sama…… ooohhh…Hen…,” Mbak Lina pun melenguh

Gerakan Mbak Lina pun semakin menggila dan tak beraturan lagi, puncak birahinya sudah diambang pintu, cairan birahinya sudah antri berdesakan di depan gerbang kenikmatannya, bersiap-siap untuk keluar bersama-sama, desakan air maniku pun sudah tidak dapat dibendung lagi. Saat Mbak Lina menekan kebawah pantatnya, aku pun menaikkan pantatku menyambut dorongannya itu, kontolku melesak jauh ke dalam relung senggamanya, dan……….

Crrreeeeeetttttt……ccreeeettttt…..creeeetttttt…..cr reeeettttt….. kontolku memuntahkan air mani didalam lubang rahim Mbak Lina.

“Mbaaaakkkk…aaaarrrggghhhhh….aaakuuu…keluaaarrrr…m bakk….ooohhh…enaaakk.. mbaaakkk…enaaakk…ngentot memekmu ini….oooggghhh….aaaaahhhh…sedaaapp… ooooohhh….terima pejuhku…mbaaaakkkk….ooooohhhhh,” aku pun mengerang bersamaan dengan keluarnya air maniku dari batang kemaluanku menyirami lubang rahimnya Mbak Lina.

Ssssrrrrrrrrrr…..ssssrrrrrrrrrr……sssrrrrrrrrr……ssr rrrrrrrr……ssrrrrrrrr…. lubang vagina Mbak Lina pun menyemburkan lahar kenikmatannya bersamaan dengan keluarnya pejuhku.

“OOoooooohhhhhh….Heennndraaaaaaa…..akkuuuu…jugaaa… keluaaarrr….oooohhh… Heeennn….enaaakknnyaaa…dientot kontolmu ini…oooohhh…Hen…aku puas….aku… oooohhh…nikmat….ooohhh….Hen…..hangat…pejuhmu…hanga t…Hen…oooohhhh…. nikmat betul…ooohhh…ngentot denganmu…beda jauh nikmatnya dengan dientot abangmu…Hen…..aku ingin..terus dientot olehmu…Hen…ooohhhh…,” Mbak Lina mengerang saat lubang vaginanya untuk kedua kalinya menyemburkan lahar kenikmatannya.

Kedua kemaluan kami saling siram, saling sembur, kami berdua merasakan hangat di kemaluan kami masing-masing oleh semburan-semburan lahar kenikmatan kami. Aku sendiri merasakan dinding vaginanya Mbak Lina berdenyut-denyut kuat, aku merasakan kontolku di remas-remas oleh dinding vaginanya. Sementara Mbak Lina pun merasakan hal yang sama saat kontolku berkedutan mengeluarkan air mani, dia merasakan kedutan-kedutan kontolku di dinding vaginanya.

Nafas kami berdua terdengar memburu, tubuh Mbak Lina ambruk di atas tubuhku, kemaluan kami masih berdenyut-denyut. Tubuh kami pun sudah basah oleh keringat, kami berdua pun merasa puas berhasil meraih puncak birahi kami, Mbak Lina puas berhasil merasakan kontolku yang panjang dan besar.

Aku sendiri puas berhasil mengentot kakak iparku ini, lengkap sudah ketiga kakak iparku berhasil kusetubuhi, berhasil kupuaskan dan ketiga-tiganya juga berhasil merasakan tembakan spermaku di rahim mereka.

Setelah kemaluan kami tuntas mengeluarkan tetes terakhir lahar kenikmatannya, setelah nafas kami kembali normal, setelah batang kemaluanku menciut dan terlepas dari jepitan memeknya Mbak Lina, Mbak Lina beranjak dari pangkuanku dan meraih dasternya kemudian mengenakannya. Aku sendiri mengikuti dengan meraih kaus dan celana pendekku dan mengenakannya.

“Hen, kalau nanti kita ada waktu lagi atau kalau nanti kamu datang ke Bandung lagi, jangan lupa untuk memberikan kehangatan dan kepuasan sama kakakmu ini yach, janji… terutama memberikan kontolmu yang panjang dan besar ini, hihihihi…yach…” kata Mbak Lina sambil mengenakan dasternya.

“Beres, Mbak, mungkin nanti kita harus main bertiga dengan Mbak Yuni, biar tambah enak, biar kontolku ini puas merasakan sempitnya memek kalian berdua, tenang saja Mbak, Mbak akan puas merasakan kontolku ini,” jawabku sambil mengenakan pakaianku.

Setelah rapih kami berdua kembali ke dalam rumah, dan menuju kamar masing-masing, hari ini aku sungguh beruntung bisa merasakan kedua kakak iparku tanpa susah payah, tugas dan liburanku kali ini betul-betul asyik dan bermanfaat buat batang kemaluanku.

MisterSange – Kumpulan Cerita Seks Dan Cerita Dewasa

Jangan lewatkan juga kisah Petualangan Hendra lainnya!