Ranjang yang Ternoda Pt 12 – Cerita Hot

Ranjang yang Ternoda Pt 12 – Cerita Hot ♣

Indah Pada Waktunya​

Cerita sebelumnya di PART-11C

~3 bulan kemudian!~

Di sebuah parkiran ruko di bilangan kemang, Jakarta selatan, sepasang muda-mudi baru saja turun dari mobil nya. Tujuan mereka adalah untuk survey ke sebuah kantor wedding organizer yang berkantor di salah satu deretan ruko tersebut. Ya, dalam waktu dekat keduanya akan segera melangsungkan pernikahan.

Mengikat janji suci hubungan mereka berdua untuk saling setia sehidup semati. Si wanita berjalan dengan anggunnya di samping sang pria. Si wanita tidak merasa malu meski calon suami nya itu tidaklah se tampan atau segagah kekasihnya yang dulu. Dan meskipun si pria dulu pernah melecehkan diri nya, namun mungkin bila bukan karena si pria ini, Annisa tidak tau nasib nya sekarang akan seperti apa.

Ya, wanita itu adalah Annisa. Gadis cantik mahasiswi tingkat akhir di sebuah perguruan tinggi di kota Jakarta, yang tinggal menunggu wisuda saja karena semua kuliah dan Skripsi nya sudah selesai. Gadis cantik berprestasi yang menjadi idaman setiap pria yang melihatnya, tidak peduli usia. Anak bau kencur, sebayanya, om-om tanggung, hingga kakek-kakek pun dapat dipastikan akan tergoda bila melihat kemolekan dan kesintalan tubuhnya.

Iya, tubuh molek yang menjadi berkah sekaligus kesialan bagi dirinya. Seperti apa yang dia alami dengan kejadian tiga bulan yang lalu saat tubuh indahnya itu menjadi bulan-bulanan Pak Bejo dan antek-antek nya. Peristiwa pemerkosaan yang hampir membuatnya mengalami trauma berkepanjangan jika bukan karena kesabaran dan ketelatenan Udin merawatnya selama satu bulan pertama.

Iya, Udin lah yang lebih intens merawat jiwa Annisa yang terguncang. Jiwa yang sudah pasti akan mengalami tekanan dan depresi yang berat bila jiwa itu tidak kuat menghadapinya. Untungnya, Annisa masih cukup kuat untuk menerima kenyataan bahwa tubuhnya sudah tidak suci lagi akibat ulah bajingan seperti Bejo Suharso.

Lalu kemana Dodit? Ternyata laki-laki itu tidak cukup jantan dan besar hati untuk menerima keadaan Annisa. Bahkan, setelah peristiwa mengenaskan yang menimpa pacarnya itu, dia justru beberapa kali menggoda Alya, ipar Annisa sendiri yang kemudian membuat Alya kesal sehingga memaksa Dodit untuk meninggalkan kehidupan mereka.

Annisa sudah cukup menderita, dan Annisa tidak butuh lekaki bajingan seperti Dodit. Kalau tidak, Alya mengancam akan meminta pertolongan Paidi dan teman-temananya agar menghajar Dodit hingga mati sekalian, kalau perlu.

High Heels yang dipakai Annisa tidak terlalu tinggi, namun kondisi jalan dari parkiran menuju ruko yang tidak rata membuatnya kerepotan saat berjalan. Alhasil, selama perjalanan itu Annisa memeluk erat lengan Udin yang memperjelas bagi siapapun yang melihat mereka bahwa mereka berdua adalah sepasang kekasih.

Tentu perbedaan dari segi fisik mereka sangatlah mencolok. Tubuh Annisa sangat aduhay, lekukan tubuhnya dijamin akan membuat semua pria di dunia ini mabuk kepayang. Kulit Annisa sangatlah putih dan halus, wajahnya juga cantik. Namun dia berjalan sambil memeluk lengan Udin yang secara fisik bertubuh kecil, cungkring, hitam, berkacamata, dan culun.

Tapi Annisa tidak mempermasalahkannya. Annisa tidak peduli dengan fisik Udin. Bagi Annisa, apalah bedanya antara diri nya dengan Udin? Bila Udin luarnya jelek, tapi dia yakin dalam nya Udin itu sangatlah baik.

Setelah dengan semua yang sudah menimpa diri nya, dia merasa hanya Udin lah yang mau menerima diri nya apa adanya. Sedangkan dirinya, luarnya saja yang terlihat indah, dalamnya, tidak lebih dari barang bekas pakai beramai-ramai oleh para bajingan yang telah memperkosanya dulu secara keji.

“Selamat pagi…dengan Ibu Annisa ya?” sapa seseorang dari dalam ruko begitu Annisa membuka pintu kaca. Seseorang pria berusia mungkin pertengahan tiga puluhan dengan dandanan yang sangat modis, khas pria-pria metroseksual.

“Pagi juga mas, mas Adji ya? Iya saya Annisa mas, panggil mba aja lah mas, jangan bu, hehehe, balas Annisa dengan ramah dan senyum indahnya yang kemudian menjabat tangan pria yang bernama Adji itu. Lalu di susul oleh Udin yang juga memperkenalkan dirinya.

“Hehehe, ya kita mah selalu mencoba professional bu, eh mba, baru kalau customer minta dipanggil mba atau mas, ya kita ikutin aja, hehehe.”

“Hahaha, bisa aja mas Adji ini. Ya udah jadi kita langsung aja apa bagaimana terkait rencana pernikahan saya dengan mas Udin?”

“Boleh kalau mau langsung, oiya mau minum apa? Mas Udin ngopi?”

“Kopi boleh mas, mas Udin juga mau kan kopi?” tawar Annisa dengan lembut ke calon suaminya itu.

“I-iya boleh, kopi sepertinya enak, hehehe.”

“Baiklah saya buatkan dulu ya, maklum karyawan saya belum pada dating.”

“Iya ga apa-apa mas Adji, santai aja kita ga buru-buru kok,” balas Annisa kepada Adji yang kemudian langsung meninggalkan mereka berdua di ruang kerja nya untuk membuatkan minum.

Sekilas Annisa dan Udin memperhatikan studio milik Adji. Suasananya sangat nyaman. Bersih tidak ada debu sedikit pun. Dan barang-barang yang ada di dalamnya semuanya berbau seni. Tentu saja, orang yang bergelut dibidang Wedding Organizer seperti Adji haruslah memiliki jiwa seni yang tinggi. Annisa kemudian menatap Udin yang masih memperhatikan ruangan dimana mereka berada.

“Din,” ucap Annisa pelan.

“Ya?” Udin lalu menatap kea rah Annisa.

“Kamu yakin akan menikahi ku?”

“Berapa kali kamu mau nanyain itu?”

“Aku hanya ga mau kamu menyesal dikemudian hari Din, kamu tau kan aku ini udah ga lebih dari…”

“Stthh…” ucap Udin pelan menginginkan Annisa tidak melanjutkan kalimatnya. “Aku sudah mencintaimu jauh sebelum peristiwa itu terjadi, dan akan tetap seperti itu sampai sekarang, dan akan seterusnya begitu.”

“Tapi Din…”

“Apa lagi?”

“Aku tidak tau janin yang sedang aku kandung ini anak kamu atau bukan.”

“Aku yakin itu anak ku, dan aku akan bertanggung jawab,” jawab Udin tegas dan membuat Annisa tidak berani menyangkal ucapan pria itu lagi. Pria yang meski tampangnya culun, namun ternyata memiliki jiwa yang sangat kesatria. Tidak seperti Dodit, kekasih Annisa sebelumnya yang ternyata tidak jauh beda dengan Bejo dan kawan-kawannya. Bertepatan dengan itu Adji, si pemilik WO sudah balik ke ruangan dengan tiga cangkir kopi yang masih mengebul yang terlihat sangat nikmat.

“Jadi kira-kira nanti tamu yang mau di undang berapa banyak yang mba Annisa,” Tanya Adji memulai pembicaraan.

“Tidak banyak sih, paling banyak dua ratus undangan aja mas, soalnya hanya keluarga dan kerabat dekat aja, tapi kita mau semuanya mas yang urusin, undangan dan souvenir pun kalau bisa dari mas nya aja yang urus, bisa?”

“Oh begitu, bisa banget mba, saya punya banyak rekanan kok untuk pernikahan seperti ini, jadi tinggal lempar sana sini aja, itung-itung kan bagi-bagi rejeki, ya ga?”

“Wah mantab dong mas,” balas Udin dengan semangat.

“Hehehe, ya udah berarti paketnya all in untuk dua ratus undangan ya. Kalau begitu kita liat dari catering nya dulu ya, nih saya kasih liat paket menu yang ada,” ucap Adji tidak kalah antusias.

Mereka bertiga akhirnya terlibat perbincangan yang serius namun renyah. Perbincangan antara supplier dan calon customer. Wajah Annisa sangat berbinar. Senyum yang dikeluarkan oleh wajah cantik jelita itu sekilas membuat Udin kembali terpesona. Senyum yang sudah lama tidak pernah dilihatnya lagi semenjak peristwa memilukan tiga bulan yang lalu itu. Ya, Annisa telah kembali. Kembali kepadanya.

Cerita Panas – Ranjang yang Ternoda Pt 12

######################

“Kamu yakin mau melakukan ini? Seperti yang sudah aku katakan sebelumnya, pikirkanlah masak-masak terlebih dahulu, aku tidak akan memaksa mu,” ucap seorang pria tua dari balik kemudi kepada wanita muda yang duduk di sampingnya.

“Hahaha, kalau memang tidak memaksa, kenapa bapak baru sekarang bersikap seperti ini? Kenapa tidak dari awal?” balas si wanita dengan sinis.

“Hahaha, ternyata kamu memang sudah tunduk pada ku nduk, cah ayu…” ucap si pria tua lagi dengan tidak kalah sinis. Si pria tua lalu keluar dari mobil setelah sebelumnya menarik tuas rem tangan mobil nya.

Pria tua itu lalu berputar mengelilingi mobil anaknya itu sambil memperhatikan sekitar area parkir yang berada di area basement itu. Suasana sangat sepi. Entah kenapa suasana malam ini sangat mendukung rencana yang akan dia lakukan terhadap wanita cantik yang sekarang masih ada di dalam mobil, yang tak lain adalah menantu nya sendiri, Lidya.

Pak Hasan sekali lagi memastikan semua aman. Dia lalu berjalan kearah kiri mobil yang sedang terparkir itu. Begitu sampai di samping pintu samping depan sebelah kiri, pak Hasan segera mengetuk kaca mobil tersebut. Lidya yang masih berada di dalam, sedang menguatkan hatinya.

Hatinya berkecamuk. Ingin rasanya berontak, namun dari lubuk hatinya yang paling dalam menginginkan semua ini. Sesuatu yang tidak dia mengerti. Suatu perasaan yang membuat nafsu birahi nya bergejolak dan terbakar dengan sangat membara.

Setelah memantapakan diri, istri dari Andi yang cantik jelita itu segera menarik tuas pintu dan membukanya secara perlahan. Dengan gerakan perlahan dan dibuat seerotis mungkin, Lidya menurunkan kaki kiri nya terlebih dahulu, menampilkan kaki nya yang putih mulus tanpa cacat sedikit pun.

Apalagi malam ini wanita muda itu hanya mengenakan dress mini yang sangat ketat yang menampilkan setiap lekuk tubuhnya. Mulai dari lehernya yang jenjang, payudaranya yang padat dan berisi, hingga haris lengkung di pinggulnya yang tercetak dengan jelas. Membuat setiap laki-laki yang melihat pasti akan bertekuk lutut dibuatnya.

Setelah kedua kaki jenjangnya yang beralaskan sepatu hak tinggi itu menjejak pelataran parkir, Lidya lalu berbalik badan. Bagian depan tubuhnya bertumpu dengan siku lengannya yang menempel pada jok mobil. Dengan posisi nya yang seperti ini membuat tubuh Lidya menungging dengan sempurna.

Sambil menggigit pelan bibir tipis nya yang sensual itu Lidya memejamkan mata nya. Merasakan denyut nadi nya yang semakin terpacu. Meresapi gelora birahi nya semakin memanas. Menanti pelecehan macam apa lagi yang akan di lakukan oleh tua Bangka yang berdiri dibelakangnya itu.

“Pantat mu ini memang tidak ada dua nya nduk…” puji Pak Hasan sambil mengusap bokong indah milik menantu nya itu. Salah satu bagian paling sensitive milik Lidya yang seharusnya hanya Andi lah yang berhak untuk menjamahnya. Namun sekarang Lidya bak seorang pecandu, dengan pasrah dirinya mendapatkan perlakuan tidak senonoh seperti itu oleh mertuanya sendiri.”

“Sshhh…” desah pelan Lidya saat dengan nakalnya usapan jari pak Hasan merembet ke sela-sela pantatnya. Rupanya dibalik mini dress yang dia kenakan Lidya sudah tidak mengenakan apa-apa lagi. Kain tipis dan ketat itu menjadi satu-satu nya kain penutup tubuh sintalnya.

“Lakukan apa yang mau bapak lakukan.”

“Hahaha, rupanya kamu sudah mulai menikamtinya yang sayang, atau jangan-jangan kamu malah sudah mulai ketagihan dengan kontol mertua mu ini? Hahaha,” ejek Pak Hasan setelah mendengar permintaan dari menantunya sendiri.

“Dasar bajingan, aku menjadi seperti ini karena ulah mu bangsat,” maki Lidya pada Pak Hasan yang justru malah membuat birahi si tua bangka tersulut. Terbayang olehnya bagaimana pertama kali dia menggarap tubuh menantunya itu, membayangkan tubuh Lidya yang meronta-ronta membuatnya semakin bernafsu.

Pak Hasan menekan punggung Lidya agar semakin membungkuk. Setelah itu tubuh tua nya itu berlutut tepat di belakang sang menantu. Telapak tangannya yang kasar itu menyusuri paha belakang milik Lidya dan bergerak semakin keatas dengan turut membawa kain dress mini milik Lidya. Perlakuannya itu otomatis membuat dress mini itu semakin tersingkap ke atas hingga bulatan pantat milik Lidya terpampang dengan sempurna.

“Pinggul mu ini sungguh sangat indah nduk, begitu juga milik ke dua kakak mu, hehehe,” ucap Pak Hasan memuji Lidya dan ke dua kakaknya, Alya dan Dina. Mendengar kedua nama kakaknya di sebut sontak membuat Lidya kaget dan hendak bangun. Namun segera ditahan oleh Pak Hasan.

“Apa maksud bapak?”

“Hahaha, jangan kaget gitu nduk, aku hanya sedang membayangkan, bagaimana kalau kedua kakak mu yang cantik dan bohay itu aku perlakukan sama seperti kamu sekarang ini? Aku ingin tau reaksi mereka bila di lecehkan oleh pria mesum tua bangka seperti aku ini, hahaha.”

“Bapak jangan macam-macam. Aku sekarang sudah mau mengikuti semua mau bapak, jangan libatkan mba Alya dan mba Dina, ashhshh…ooouuhhss…” protes Lidya yang di akhiri dengan desahan pelan karena tiba-tiba dia merasakan ada sebuah daging lunak yang menyusuri lubang anus nya. Ya, pak Hasan baru saja menggunakan lidahnya untuk menjilati lubang pantat milik menantunya itu tanpa rasa jijik sedikit pun.

“Yakin kamu tidak mau berbagi kenikmatan seenak ini kepada kedua kakak mu itu nduk?” Tanya pak Hasan yang masih menjilati lubang pembuangan itu dengan rakusnya. Bahkan area di sekitar dubur Lidya menjadi basah karena air liur milik pak Hasan. Bahkan karena rangsangan itu, kemaluan Lidya ikut basah karenanya.

“Mereka sudah mendapatkan kenikmatan dari suami mereka masing-masing pakk, aku mohon jangan libatkan mereka, cukup aku saja yang menjadi budak mu, ahhshhh…ooohhshh…,” Lidya memohon dengan diselingi rintihan dan desahan akibat rangsangan nikmat yang di terima nya.

Meskipun ini bukan pertama kalinya pak Hasan melecehkannya di tempat umum seperti ini, namun sensasi yang diberikan oleh mertuanya itu berhasil membuatnya melayang-layang.

Bagaimana tidak, bagaimana kalau ada orang yang melihat ada seorang wanita muda yang cantik sepertinya menungging di pintu mobil dengan dress yang dikenakan sudah tersingkap hingga pinggangnya dan di belakangnya seorang pria tua yang tak lain adalah mertuanya sendiri sedang menjilati lubang anusnya dengan ganas. Oh…membayangkannya membuat Lidya semakin terbakar nafsu birahi yang tanpa dia sadari segera menuntut pelampiasan.

Pak Hasan sendiri juga tidak kalah terangsangnya seperti Lidya. Meskipun tubuh molek dan seksi milik menantunya itu sudah sering dia jamah dan nikmati, namun permainan seperti ini selalu membuat jiwa tuanya kembali muda lagi.

Ada semacam tantangan untuk bisa membuat si gadis yang cantik jelita seperti Lidya bertekuk lutut di depannya. Dan akan menjadi kepuasan tersendiri baginya bila dia bisa melakukannya. Apalagi ditambah dengan suasana basement parkiran yang sepi seperti ini, membuat adrenalinnya terpacu dengan kencang untuk mengerjai tubuh sang menantu.

Juuuh!! Juuuh!!

Dua kali Pak Hasan meludahi dubur menantunya itu. Saking banyaknya hingga ludahnya merembes kebawah meleleh ke memek Lidya. Lidya bisa merasakan lelehan ludah itu dan mendengus pelan. Kepalanya berkecamuk. Hati kecilnya kembali beteriak. Jiwa kewanitaannya ingin berontak karena apa yang dia lakukan saat ini sungguh jauh dari norma-norma kesopanan.

Dia dengan pasrah menungginga pantatnya tepat di depan mertuanya sendiri, seolah menantang agar sang mertua mau menyetubuhinya. Bahkan lebih. Bila di sodomi pun Lidya tidak bisa menolak. Bukan tidak bisa, tapi dia tidak mau menolak. Mertuanya yang mesum itu telah mengubahnya menjadi wanita yang haus akan belaian laki-laki. Iya, ini semua salah mertuanya.

Mertuanya yang cabul itu lah yang telah mengubahnya menjadi seperti ini, jadi apa salahnya bila dia nikmati saja. Salah sendiri Andi suaminya sering meninggalkannya. Lidya mencoba mencari pembenaran atas keputusan yang telah dia ambil.

Plaak!! Plaak!!

Dua kali pak Hasan menampat pantat semok milik Lidya dengan sangat keras membuat Lidya mengerang kesakitan. Pantat yang awalnya putih mulus itu kini berubah menjadi kemerahan. Bahkan suara tamparan itu sampai menggema ke seluruh area basement. Lidya sempat kuatir takut ada yang mendengarnya dan aktifitas yang meraka lakukan diketahui oleh orang.

Namun sensasi itu justru membuatnya merinding, bibir kemaluannya bergetar hebat seiring dengan cairan vaginanya yang semakin membanjir. Deasahan lembut semakin sering keluar dari bibir tipis nya yang menggoda itu seiring dengan remasan dan belaian yang diberikan sang mertua kepadanya. Untungnya pak Hasan tidak mematikan mesin mobil sehingga suara desahannya sedikit tersamarkan dengan suara mesin mobil.

“Bajingan kamu pak, menantu sendiri kamu kerjai seperti ini, terkutuk…” umpat Lidya pelan namun alam bawah sadar nya tidak bisa memungkiri betapa nikmat perlakuan yang diberikan oleh mertuanya itu. Tanpa sadar Lidya menggoyangnya pinggulnya ke kiri dan ke kanan secara berirama, mengimbangi usapan nakal jari jemari pak Hasan pada lubang di anus nya.

“Bukan kah ini sebuah kutukan yang teramat nikmat nduk?” balas pak Hasan sambil terkekeh. Pak Hasan kembali merasakan kebanggaan yang teramat dalam karena telah berhasil memperdaya wanit cantik seperti Lidya yang tak lain adalah menantu nya sendiri.

“Iyaaahhh…enak…aahhh…tap…tapi…ahhh…tidak seharusnya kita begini pak, kenik-kenikmatan ini seharusnya hanya untuk anak mu…kenapa bapak…ahhsshh…uuuhhh…” raca Lidya semakin tidak tertahan kan.

Sebagian hatinya berontak karena kenikmatan ini seharusnya hanya untuk Andi, suaminya, anak dari pak Hasan, namun kali ini pak Hasan sendiri yang malah menikmatinya dengan lancing. Lancang? Ah tidak juga. Lidya sudah mengijinkannya. Lidya sudah mengijinkan setidak lekuk tubuh nya yang indah dan seksi itu dieksplorasi oleh sang mertua cabul itu.

“Aku hanya membatu anak ku nduk, kamu tau sendiri kan anak ku itu gila kerja, sekarang saja kamu ditinggal dinas dalam waktu lama, sebagai ayah yang baik aku hanya ingin menggantikan tugasnya…”

“Tugas mengentoti tubuh istri anak nya maksud bapak? Hah?” bentak Lidya pelan namun tegas. Lidya kaget dengan kalimat yang baru saja keluar dari mulutnya. Kalimat kotor itu meluncur begitu saja dari bibir tipisnya, bibir yang biasanya selalu menjaga setiap perkataan. Maksud hati ingin menghardik mertuanya itu, namun tanpa disadari Lidya ucapannya yang kasar seperti itu justru membuat birahi pak Hasan semakin tak terkendali.

“Kamu memang semakin pintar nduk,” puji pak Hasan sambil memainkan lubang anus milik Lidya dengan kedua jempol nya. Diperlakuakn seperti itu Lidya kembali mendesah pelan. Digigitnya bibir nya sendiri untuk menahan suaranya agar tidak berteriak sambil mencengkeram kuat jok mobiil miliknya itu.

“Termasuk…mengentoti lubang mu yang satu ini, sepertinya Andi terlalu takut untuk melakukannya. Apa Andi pernah meminta kepada mu untuk masuk dari lubang mu yang satu ini nduk?” Tanya pak Hasan masih dengan mempermainkan lubang anus Lidya tanpa rasa jijik sedikitpun.

“Aahhhsshh…uuuhhsshhh…pak…auughh…mas Andi pernah memintanya pak…ta-tapi aku tidak mau, jijik pak…ahhhshh…jangan bilang kalau mau menyetubuhi ku lewat sana…aku ti-tidak mau…”

“Hahaha, nakal juga ternyata si Andi, bagaimana kalau aku saja yang mewakilinya nduk? Andi pasti tidak keberatan bila bapaknya yang sudah tua ini menggantikan posisinya, toh sama saja, itu-itung nyenengin bapaknya sendiri, hahaha,” ucap pak Hasan sambil tertawa penuh kemenangan. Menantu nya yang cantik jelita itu benar-benar sudah jatuh kedalam pelukannya.

“Tapi pak…ahhhshh…aku mohon jangan di situ pak…aku takut…pasti sakit…aahhsshh…tidak…aku tidak mau…”

Rintihan dan erangan Lidya sama sekali tidak membuat pak Hasan merasa kasihan. Suara desahan dan rintihan antara keenakan dan menahan sakit dari menantunya itu justru malah membuatnya semakin bersemangat. Dia penasaran dengan pintu belakang milik Lidya. Apakah penisnya yang besar itu bisa menjebol keperawanan lubang anus Lidya, membayangkannya membuat nafsunya semakin naik ke ubun-ubun.

Juuuh!! Juuuh!!

Pak Hasan kembali meludah, namun kali ini ke batang kemaluannya sendiri. Lalu dengan tangan kiri nya dia meratakan ludah nya sendiri itu ke seluruh permukaan penis nya. Dengan dibantu ludah yang sebelumnya sudah dia ratakan di sekitar dubur Lidya, pak Hasan bersiap melakukan penetrasi.

Pak Hasan siap menusukkan kejantanannya itu kedalam lubang terakhir milik Lidya yang masih perawan. Selama ini meskipun sudah sering menyetubuhi tubuh istri dari anaknya sendiri itu, pak Hasan memang belum pernah melakukan penetrasi melalui belakang. Dan malam ini, di tempat yang terbuka namun sepi ini pak Hasan akan mewujudkan fantasi bejat nya itu.

Dari dalam mobil, Lidya sendiri bergidik ngeri membayangkan bagaimana rasanya lubang anusnya itu akan dimasuki benda asing milik pak Hasan. Meskipun kali ini dia yang menawarkan diri untuk dikerjai sang ayah mertua, namun Lidya tidak menyangka pak Hasan berniat akan menyodomi nya. Sesuatu yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.

Lubang belakangnya itu masih perawan. Bahkan dulu ketika Andi, suaminya sendiri ingin merasakannya dia malah menolak dengan tegas karena menurut nya itu sangatlah menjijikkan. Hingga akhirnya Andi tidak pernah memintanya kembali. Namun sekarang justru mertuanyalah yang mendapatkan keberuntungan untuk mencobanya pertama kali.

Dalam hati Lidya masih ada sesuatu yang mengganjal. Seuatu berkecamuk di lubuk hatinya yang paling dalam. Haruskah dia menuruti kemauan ayah mertuanya itu? Ayah mertua? Lidya tidak yakin apakah ini hanya kemauan ayah mertuanya saja atau kah kemauannya juga. Lidya ingin berontak namun semuanya telah terlambat.

Perlahan namun pasti Lidya merasakan ujung kepala penis pak Hasan mulai menempel dan menekan lubang mungil itu. Lidya kembali bergidik ketakutan bagaimana mungkin lubang kecil itu akan muat dimasukin penis pak Hasan yang besar.

Apalagi dorongan yang diberikan oleh pak Hasan yang awalnya pelan kini semakin lama semakin kuat. Sesekali Lidya merintih kesakitan merasakan lubang yang tidak seelastis bibir vaginanya itu dipaksa untuk dimasuki sesuatu yang teramat keras. Kemaluan pak Hasan yang sudah ereksi sempurna.

“Arrgghh…paakksss…sssaskkkskkiiittss…aku tidak mau pakkkss…eegghhh…”

“Lemas kan otot pantat mu nduk kalau tidak mau kesakitan, atau aku akan memasukannya dengan paksa!” ancam pak Hasan pelan namun menusuk ke dalam jiwa Lidya.

Lidya yang setengah kesadarannya sudah hilang akibat rangsangan demi rangsangan yang diberikan pak Hasan mencoba mencerna ucapan ayah mertuanya barusan. Saat penis mertuanya di dorong dengan pelan saja rasanya sudah sakit sekali, bagaimana kalau penis itu dimasukan secara paksa? Tentu akan sakit sekali. Jiwa nya mencoba berfikir ralistis meskipun sulit.

Jika dia menerima begitu saja saran mertuanya itu tentu sudah tidak ada lagi kehormatan yang dia miliki. Seluruh lubang di tubuh nya telah dinikmati oleh sang ayag mertua. Memeknya yang sempit, bibir tipis nya yang mungil, dan kini anus nya yang masih perawan akan menjadi korban selanjut nya dari pak Hasan. Tapi persetan dengan kehormatan. Toh tidak ada yang tau, tidak ada yang melihat. Percuma menjaga image nya di depan ayah mertuanya yang cabul itu. Sudah tidak ada artinya.

Lidya lalu mulai menuruti perintah pak Hasan. Direnggangkannya sedikit kakinya agar lebih nyaman dan rileks. Tubuhnya pun juga semakin dibuat semakin condong kedepan hingga pantat indah itu semakin menungging dengan mempesona. Jika tadi dia dengan reflek masih mengencangkan otot di pantatnya, kini Lidya lebih melemaskannya.

Lidya mencoba melepas seluruh beban yang ada. Lidya ingin melepaskan semuanya. Persetan dengan harga diri nya. Salah sendiri Andi yang justru secara tidak langsung menjerumuskan diri nya ke dalam perangkap si pria tua yang cabul dan bejat ini. Tidak ada salahnya bila dia juga ikut menikmatinya. Ya, tidak ada salahnya.

Dengan dilemaskannya otot-otot anusnya, perlahan namun pasti kepala kontol pak Hasan mulai menyeruak masuk kedalam lubang kecil nan sempit itu. Penis itu layaknya pasak yang siap menjajah benda apa saja yang ada di depannya demi kepuasan sang pemilik. Meskipun masih ada sakit yang dirsakan namun Lidya mencoba untuk tetap tenang.

Dia mencoba merilekskan pikirannya. Bahkan dia justru membayangkan permainan-permainan yang lebih gila lagi demi membangkitkan libido nya agar semakin meningkat. Dia berharap dengan begitu rasa sakit yang di rasakannya akan semakin berkurang.

Namun tetap saja sakit yang di rasakannya masih tetap ada. Bahkan semakin lama semakin sakit karena ternyata penis berurat pak Hasan sudah semakin dalam merajai lubang anusnya. Pak Hasan sendiri sampai harus menggeretakkan gigi nya menahan ngilu campur nikmat akibat jebitan yang begitu hebat yang dia rasakan pada kemaluannya.

“Ooohhh…anus mu benar-benar nikmat nduk…Andi…mungkin lain kali bapak akan mengajak mu menyetubuhi bersama tubuh istri mu ini nak…kamu di memeknya saja…bapak di duburnya…uuuhh…” racau pak Hasan mengungkapkan fantasi liarnya.

Lidya merasa kaget dengan kalimat yang di ucapkan oleh mertuanya. Ingin rasa nya dia berteriak dan protes karena dilecehkan seperti itu. Namun siapa sangka racauan sang ayah mertua justru membuatnya semakin menggila. Bayangang disetubuhi sang ayah mertua berbarengan dengan suaminya justru membuat birahi nya semakin meletup-letup. Cairan kewanitaannya semakin membanjiri bibir vaginanya.

“Kamu mau kan nduk nyenengin bapak dan suami mu itu barengan? Aahhh…” Tanya pak Hasan sambil sedikit menghentakkan penisnya. Dan berhasil. Penis itu kini menancap dengan sempurna di lubang belakang milik Lidya.

“Arrggss…Pak sakiiit…ahhhkkss…periiihhhss…” erang Lidya menahan rasa sakit bercampur nikmat yang di dapatnya. Pak Hasan kini mulai memompa lubang pembuagan itu namun dengan ritme pelan.

“Sebentar lagi juga kamu akan merasakan kenikmatan nduk, tapi kamu mau kan berbagi dengan Andi nanti?” goda pak Hasan lagi sambil mulai memompa penis nya lebih keras disertai dengan remasan pada payudara ranum milik sang menantu.

“Arrgghhss…aku…aku tidak ma…auu pakk…ahhss…nanti apa kata mas Andiisshh…”

“Hahaha, jadi kamu maunya hanya dengan bapak saja ya? Kamu ini benar-benar binal…”

“Aahhshh…uuusshhss…iiiyyaaa aku mau sama bapak saajjaahhsss…taaappiiisshh aahhhsshh…ttaappiii uuuhhh ppaaakkk…”

“Apa sayaangg…” tanya pak Hasan mesra sebelum kembali menghujamkan penisnya dengan kuat-kuat.

“Aku kannnnsshhh skkaaraaangsshh…suudahhhsss…menjjaadiisshh…budaknyaaagshhh bapaaakksskk…ahhh…terseraaahhh bapaaksskk sajaaahhhss…uuuhhhsshh iiyayagggsshhh uuuhh paakkksssk…” Lidya mengerang nikmat saat merasakan penis pak Hasan semakin liar menyodok lubang pantatnya itu. Batang keras dan panjang itu benar-benar sudah memberikan kenikmatan yang berbeda yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Lidya benar-benar sudah hilang kendali.

Apa yang dia inginkan sekarang hanyalah kepuasan yang lebih dan lebih. Tidak ada yang lain. Akal sehatnya sudah tidak bisa berfikir dengan normal. Yang ada hanyalah kepuasan. Dan kepuasan itu sekarang dia dapatkan dari pak Hasan. Kepuasan yang hanya dia dapatkan bila dia menjadi budak nafsu mertuanya sendiri.

Pak Hasan terkekeh mendengar kepasrahan dari sang menantu yang cantik jelita itu. Menantu yang kini telah pasrah seutuhnya kepadanya. Memberikan tubuh sintalnya untuk bisa dia nikmati seutuhnya seperti sekarang ini. Menantu yang siap kapan saja dia pejuhin. Menantu yang rela memberikan setiap lubang di tubunya untuk memuaskan nafsu birahinya. Tubuh milik istri dari anaknya sendiri.

Mister Sange – Kumpulan Cerita Dewasa Terbaru

#############################

Setelah peristiwa pemerkosaan yang dialami adiknya, dan terbongkarnya seluruh kebejatan pak Bejo, kini Hendra mau menerima kembali Alya. Meskipun perih namun Hendra percaya bahwa Alya melakukan itu semua karena keterpaksaan. Kini senyum dan keceriaan Hendra telah kembali. Semua telah kembali seperti semula kecuali dua hal.

Pertama, kondisi fisik nya yang telah di vonis cacat seumur hidup. Kedua, kondisi psikist nya yang…membuatnya tidak bisa lagi memberikan nafkah batin kepada Alya. Iya, setelah kecelakaan yang menimpa nya, tidak hanya berakibat pada fisiknya namun juga berakibat kejantanannya di atas ranjang. Hendra menderita impotensi.

Awalnya Hendra merasa kalut dan kawatir akan hal itu. Dia merasa menjadi laki-laki yang tidak berguna sama sekali. Bahkan untuk memberikan kenikmatan kepada sang istri pun dia tidak bisa. Kewajibannya yang sebenarnya paling mendasar pun dia tidak bisa menjalankannya. Apakah Alya masih mau setia kepadanya? Apakah Alya masih mau berada di sampingnya? Itu yang dia pikirkan hingga berhari-hari hingga membuatnya selalu Nampak murung.

Alya yang menyadari hal itu merasa kasihan. Jujur Alya sebenarnya juga sangat sedih. Namun bila dia ikut sedih, siapa yang akan menyenangkan hati Hendra. Maka dia pun membicarakan masalah ini kepada Hendra dari hati ke hati.

Meskipun malu namun Hendra merasa sangat senang. Bahkan dia sangat menyesal dulu pernah mendiamkan Alya untuk beberapa waktu lamanya padahal semua yang Alya lakukan itu karena paksaan dari bajingan Bejo Suharso. Tua bangka tidak berperikemanusiaan yang telah memperkosa istri dan adiknya.

“Mah…” panggil Hendra pada Alya dari atas kursi rodanya pada istrinya yang cantik yang tengah duduk bersolek di depan meja riasnya.

“Yah pah…?”

“Papa minta maaf…”

“Maaf kenapa?”

“Tidak bisa nemanin acara mama…” balas Hendra pelan.

Hari ini hingga besok Alya memang ada acara gathering kantornya di bandung. Dengan kondisinya yang sekarang, tidak mungkin Hendra bisa mendampingi. Hendra bukannya tidak mau atau tidak bisa, namun bila dia ikut yang ada justru dia malah menjadi beban.

Dengan kondisi nya sekarang yang tidak bisa berjalan tentu malah akan merepotkan Alya. Dan Alya pun sebagai istri yang baik memakluminya. Dia akan datan sendiri dan akan di antar oleh supir nya, Paidi.

Acara gathering ini akan di laksanakan salah satu hotel di kota bandung. Dan kebetulan Paidi memiliki sanak keluarga yang tinggal di bandung. Rencananya setelah mengantar Alya sampai ke hotel Paidi mau minta ijin untuk berkunjung ke rumah keluarganya itu hingga besok. Sampai acara Alya selesai dan akan menjemputnya kembali. Tentu itu merupakan sebuah kebetulan yang baik untuk kedua belah pihak.

“Ya ampun papa…kan masih ada mas Paidi yang nganter, kalau masalah di sana sendiri, banyak kok temen mama yang datang sendiri, jadi ya nanti mama sama mereka saja,” balas Alya sambil tersenyum. Alya mengerti kesedihan yang dirasakan suaminya.

Kesedihan seorang suami yang tidak bisa selalu menjaga sang istri. Alya mencoba menegarkan hati sang suami. Hendra pun akhirnya tersenyum namun tetap saja masih ada sesuatu yang menggajal di hatinya. Tapi mau bagaimana lagi, dipaksakan pun tidak mungkin. Hendra pun dengan berat hati melepaskan kepergian Alya.

###

“Mas Paidi nanti jadi main ke rumah sodaranya yang dibandung mas?” Tanya Alya lembut pada sopirnya yang dulu pernah memberikan pengalaman tak terlupakan itu. Pengalaman yang sangat indah yang sudah tidak pernah di lakukan lagi bersama si sopir.

Iya, setelah terbongkar nya semua kebejatan dari Bejo Suharso, Alya memutuskan untuk menjalani kehidupannya secara normal kembali tanpa ada laki-laki lain di hidupnya. Semuanya hanya untuk Hendra suaminya. Dan untungnya Paidi mau mengerti atas keputusan majikannya itu. Yang sudah pernah terjadi dianggapnya sebagai bonus saja.

“Ya jadi lah bu, kalau enggak jadi saya mau tidur dimana? Masa sama bu Alya di hotel, ibu ini ada-ada saja,” canda Paidi pada Alya. Alya yang maksud hati hanya berbasa-basi memberikan pertanyaan itu malah tergagap. Entah kenapa dia malah membayangkan bagaimana bila Paidi beneran dia ajak untuk tinggal tidur di hotel. Tidak-tidak. Itu tidak boleh terjadi. Dia sudah memutuskan untuk kembali ke kehidupan normalnya. Dia tidak mau terjerumus kembali kedalam lembah nista seperti dulu lagi.

Tapi…tapi tubuh sintalnya yang aduhay itu sudah tiga bulan tidak ada yang menjamah. Meskipun akal sehat Alya masih sadar, namun sebagai wanita dewasa yang belum genap tiga puluh tahun itu gelora birahinya masih meletup-letup.

Apalagi setelah ditangkapnya pak Bejo, dan keputusannya tidak bermain api lagi dengan Paidi, tidak ada lagi penis panjang besar dan berurat yang menusuk-nusuk liang senggamanya. Liang surgawi nya itu terasa sangat kering dan gersang, lubang itu butuh penis perkasa yang bisa membuatnya mendesah berteriak keenakan hingga akhirnya penis itu menyemprotnya dengan peju yang kental. Namun semua itu sudah tidak pernah dia dapatkan lagi.

“Memangnya boleh bu saya ikut menginap di hotel? Hehehe,” tanya Paidi bercanda karena tak kunjung mendapat respon dari sang majikan.

“Boleh aja kok mas, hehehe, tapi mas Paidi tidurnya di mobil, hihihi,” balas Alya dengan bercanda juga agar tidak menimbulkan pikiran yang macam-macam dari sopirnya. Alya tidak mau Paidi mengira dirinya menginginkan kembali genjotan dan tusukan dari penis panjang miliknya. Alya yang sekarang telah kembali menjadi seorang istri baik-baik yang terhormat.

“Ah si ibu tega bener, kalau begitu sih mending saya nginep di rumah sodara saya. Tapi mobilnya tidak apa-apa kan saya bawa bu? Rumah sodara saya agak di pedalaman, jadi kalau mau naik angkutan umum rada susah bu,” balas si sopir. Rumah sodara Paidi memang di daerah kampungnya, dan akses nya cukup sulit dengan kendaraan umum.

“Hihihi, iya ga apa-apa kok mas Paidi…” balas Alya dengan lembut. “Aku dan mas Hendra sudah percaya sepenuhnya dengan mas Paidi, jadi mas Paidi tenang saja,” lanjut Alya sambil tersenyum yang kemudian dibalas dengan senyuman juga oleh si supir dari balik kemudi. Mobil pun berjalan dengan kecepatan normal meninggalkan Jakarta. Merayapi sepanjang jalan tol Cikampek yang menghubungkan Jakarta dan kota bandung.

Mr Sange – Kumpulan Kisah Panas Dewasa

###

Alya merasa gelisah sejak tadi sore. Hati nya bimbang antara menuruti kata hati nya atau hawa nafsunya. Ya, Alya gelisah karena ragu apakah akan memanggil Paidi ke hotel atau tidak malam ini. Alya ragu antara harus bertahan dengan kesetiaannya atau…kembali bermain asmara dengan Paidi. Kalau memanggil Paidi ke hotel tentu sama saja dengan mengumpankan tubuh seksinya itu kepada sang sopir.

Tapi kalau tidak, tentu malam ini akan menjadi malam yang sangat membosankan untuknya. Kalau sebelumnya di rumah masih ada opi anaknya dan juga Hendra, sekarang dia hanya tidur sendiri di hotel. Tapi kalau missal memanggil sopir nya itu, alasan apa yang akan dia gunakan? Kalau tanpa alasan yang kuat tentu saja akan membuat harga diri nya jatuh di depan supir pribadinya sendiri.

Pikiran-pikiran itu membuatnya pusing. Panggil, tidak, panggil, tidak. Berputar-putar di kepalanya. Hingga tiba-tiba muncul ide dari dalam kepalanya. Ide yang cukup masuk akal. Dia teringat dengan beberapa rekan kerjanya yang tidak membawa suami atau istri masing-masing, melainkan anak ataupun orang tua.

Kenapa dia tidak bilang saja ke Paidi kalau ternyata acara ini mewajibkan membawa pasangan, siapapun itu. Orang seperti Paidi pasti akan percaya begitu saja. Ya, itu pasti. Alya lalu mengambil HP nya dan menghubungi sang supir.

“Halo…” sapa Alya dengan lembut begitu telephone nya tersambung.

“Halo Bu Alya, ada apa ya bu?” jawab Paidi dari seberang.

“Ini loh mas Paidi, anu…”

“Anu apa bu?”

“Anu mas Paidi, ternyata acara pertemuan kantor ku itu mewajibkan membawa pasangan…aduh gimana ya?”

“Lah…bagaimana bu, kalau balik ke Jakarta lagi buat jemput pak Hendra ya tidsak keburu…”

“Iya makanya mas…” ucap Alya dengan sangat halus dan lembut, dia berharap Paidi bergetar hatinya saat mendengar suaranya yang lembut hampir mendesah itu. “Mas Pai…mau ga nolongin aku?” lanjut Alya masih dengan suara yang sangat lembut.

Usaha Alya memang berhasil. Dari seberang sambungan telephone, hati Paidi benar-benar bergetar. Dia teringat kembali dengan momen-momen dimana dulu dia bisa menggauli istri dari majikannya itu. Momen dimana dia bisa mendengarkan desah kenikmatan dari sang nyonya.

“Engghh…aduh, tolongin gimana ya bu Alya? Saya sih apa aja pasti saya lakuin kalau Bu Alya yang minta, hehehe,” balas Paidi dengan nada bercanda mencoba merilekskan pikirannya karena dia sangat penasaran dengan apa yang akan di minta oleh Alya, majikan yang pernah di cintainya itu.

“Mas Paidi…bisa ga balik ke hotel lagi? Temenin aku di acara yang malam ini, nanti mas Paidi aku kenalinnya jadi bapak aku aja, hihihi, eh tapi mas Paidi pasti lagi kumpul bareng keluarga ya? Pasti ga bisa? Ya udah ga apa-apa deh nanti Alya datang sendiri aja,” ucap Alya pelan sambil merajuk dengan nada yang di buat sememelas mungkin.

Tak lupa dia mengganti panggilan aku dengan menyebut namanya sendiri. Dia berharap dengan begitu Paidi akan merasa semakin intim dengannya dan khilaf lalu menyusulnya ke hotel. Sebuah jebakan yang sangat sempurna. Tanpa piker panjang Paidi langsung menyanggupi permintaan Alya.

“Siap laksanakan Nyonya, Paidi akan segera meluncur,” ucap Paidi layaknya super hero yang hendak mendatangi si peminta pertolongan.

Semburat senyum tipis merekah dari balik bibir manis milik Alya. Dia tidak habis pikir. Tiga sampai enam bulan yang lalu dia dijebak habis-habisan oleh manusia bejat bernama Bejo Suharso, namun kini, siapa sangka bila dirinya sendiri lah yang sedang berusaha menjebak sopir pribadinya sendiri untuk menghampirinya ke hotel. Dan kalau beruntung, mungkin akan menghabiskan malam di kota bandung yang indah itu berdua saja.

###

Alya mematut tubuhnya yang seksi dengan balutan dress ketat warna biru itu di depan cermin. Rambut panjangnya digelung dengan rapi membuatnya tampak lebih anggun dan mempesona. Wajahnya nampak ayu dengan hiasan make up yang akan membuat semua orang akan mengalihkan pandangan kepadanya, namun masih terlihat natural.

Sepatu hak tinggi dengan warna yang senada dengan dress yang ia kenakan menyempurnakan bentuk kaki nya yang jenjang, menambah kesan seksi pada tubuhnya. Entah mengapa malam ini dia ingin tampil sesempurna mungkin di depan banyak orang, padahal dia hanya datang dengan seorang supir, bukan dengan suaminya. Alya benar-benar sedang di mabuk asmara.

Tidak sampai satu jam dari saat dia menelepon Paidi, sang supir pribadi itu sudah sampai di hotel kembali. Padahal dia tadi belum lama sampai di rumah saudaranya. Namun karena yang memanggil adalah sang nyonya majikan yang pernah dia cintai sepenuh hati, hujan badai pun akan dia seberangi.

Dan seperti rencana Alya sebelumnya, Paidi akan dikenalkan sebagai orang tua nya sendiri, kebetulan ditempat kerja Alya, belum ada yang tau siapa orang tua Alya yang sebenarnya. Terkadang orang kalau sedang kepepet, hal apapun bisa dilakukan, termasuk Alya yang sedang memalsukan orang tuanya sendiri.

Dan untungnya juga, Paidi kalau sedang mengantar dinas keluar kota seperti ini selalu membawa baju ganti berupa kemeja dan baju batik. Dan sepatu meskipun sudah lusuh, namun masih pantas untuk di ajak masuk ke dalam gala dinner yang akan dilaksanakan malam ini. Jadi untuk urusan kostum, aman.

Alya berjalan dengan sangat anggun sambil mengamit lengan Paidi, laki-laki yang akan di kenalkan sebagai ayahnya, yang memang lebih pantas menjadi ayahnya sendiri. Tanpa rasa canggung sedikitpun Alya yang memiliki paras cantik, tubuh yang aduhay, serta kulit yang putih mulus itu berlenggak-lenggok kesana kemari dengan bermanja-manjaan pada sang ayah jadi-jadian.

Kenapa harus malu pikir nya. Toh yang datang taunya Paidi adalah keluarganya sendiri. Masa bodoh dengan tatapan para pria yang hampir semuanya teralihkan pandangannya oleh kemolekan tubuhnya itu. Terlihat jelas dari sorot mata mereka yang iri dengan keberuntungan yang di dapat kan oleh sang supir pribadi. Tanpa sadar Alya tertawa geli sendiri di dalam hatinya.

Acara gala dinner itu berlangsung dengan khitmad. Para karyaman memanfaatkan momen yang ada untuk saling mengenal dan saling menakrabkan diri. Namun bagi Alya sendiri, acara tersebut sangatlah membosankan. Entah mengapa dia merasakan itu.

Hingga akhirnya belum genap jam sembilan malam dia sudah mengajak Paidi untuk keluar dari dalam ballroom. Paidi hanya menurut saja karena toh di dalam tidak ada yang dia kenal. Perut nya juga sudah kenyang, jadi dia juga bingung mau ngapain bila terus di dalam.

Dengan alasan sudah capek, Alya meminta agar di antar Paidi sampai depan pintu kamarnya. Di depan pintu kamar hotel itu hati Alya kembali bimbang. Dirinya ragu, apakah benar akan melakukan ini lagi atau tidak. Pilihannya hanya ada dua.

Sekarang dan seterusnya, atau tidak sama sekali. Bimbang dan bimbang. Hingga beberapa saat dirinya masih berdiri mematung. Paidi yang sadar ingin menanyakan apakah ada yang kurang namun tidak berani. Hingga akhir nya sebuah kalimat keluar dari dalam mulut Alya. Kalimat yang akan mengubah segalanya.

“Mas Paidi, eh Ayah, hihihi, masih boleh kan ya aku manggil mas Paidi ayah?” tanya Alya sambil bercanda karena memang ayah nya sudah tidak ada. Jadi sosok Paidi sebenarnya memang cocok menjadi sosok ayah baginya. Laki-laki yang akan selalu menjaga nya selain dari suaminya.

“Hahaha, bu Alya ini ada-ada saja. Saya kaget lho tadi waktu di suruh jadi ayahnya, mirip juga enggak. Tapi boleh-boleh saja kok bu Alya, saya senang-senang saha asal bu Alya senang.”

“Huuu…dasar senang nya memang menggombal mas, eh ayah Paidi ini, hihihi.”

“Jadi bagaimana bu, apakah masih ada lagi yang bisa saya bantu, atau saya sudah boleh balik ke rumah saudara saya?”

“Eh masih ada,” balas Alya dengan panic, seolah tidak mau Paidi segera pergi meninggalkannya.

“Apaan tuh bu?”

“Ehmm…ayah…ehmm…Alya punya kopi susu yang enak, mau ga Alya bikinin?” tanya Alya malu-malu. Persetan dengan harga diri nya lagi bila nantinya Paidi akan menganggapnya telah menjebaknya. Bukan kah ini adalah sebuah jebakan yang nikmat?

“Kopi? Terus minumnya dimana?” tanya Paidi bingung. Akal sehatnya tentu berfikir kalau Alya tidak mungkin mengajaknya masuk kedalam kamar hotel.

“Mau enggak?” tanya Alya lagi dengan suara yang lebih lembut dan halus. Membuat Paidi yang mendengarnya menjadi salah tingkah.

“Ya…ka-kalau ibu buatin sih saya ga bisa no-nolak, hehehe,” jawab Paidi sambil terkekeh.

“Hihihi, dasar, ya udah ayuk masuk aku buatin kopi yah…”

Paidi mengangguk. Tentu saja. Kalau bisa mungkin saat ini juga dia akan salto untuk meluapkan kegembiraannya. Mereka berdua lalu masuk. Alya menyuruh agar Paidi menunggu di balkon kamar hotel saja sementara dia akan memanaskan air. Paidi tentu menurut saja sambil memperhatikan Alya yang berjalan kesana kemari masih mengenakan setalan yang tadi lengkap dengan sepatu hak tinggi nya yang membuatnya semakin terlihat anggun dan seksi bagi semua mata laki-laki yang memandangnya.

Tidak sampai sepuluh menit kopi yang dijanjikan Alya sudah jadi. Yang di maksud kopi disini hanyalah kopi sachetan yang di sediakan oleh pihak hotel. Kopi yang rasanya biasa saja namun akan menjadi istimewa bila disedu oleh wanita se cantik Alya.

“Loh, katanya kopi susu bu, kok item? Ini mah kopi item, hehehe,” canda Paidi yang duduk disalah satu kursi yang ada. Alya berdiri di depannya, membelakanginya sambil memandang ke arah luar dengan berpegangan pada railing. Posisi seperti ini tentu membuatnya bisa dengan leluasa memandangi lekuk tubuh indah milik majikannya.

Sempat dia berfikir apakah majikannya situ sedang menginginkan sesuatu darinya, namun dia buang pikiran itu. Bu Alya adalah istri yang setia, tidak mungkin dia akan melakukan hal itu lagi. Kalau dulu dia pernah melakukan perselingkuhan dengannya itu lebih karena pengaruh buruk yang diberikan oleh si tengik Bejo itu.

Tanpa di sangka oleh Paidi, Alya tiba-tiba berbalik dan berjalan ke arahnya. Cara jalan alya lain dari biasanya. Kalau biasanya saja sudah sangat menggoda, kali ini lebih menggoda. Goyangan pinggulnya terlihat lebih jelas. Alya lalu bersandar di dinding samping kiri Paidi. Kaki kanannya ditekuk dan bagian telapaknya menempel pada dinding, sehingga membuat bagian bawah dress nya yang sedikit diatas lutut itu tersingkap keatas.

“Ayah mau kopi susu, atau kopi…plus susu nya Alyahh?” tanya Alya dengan senyum yang teramat nakal pada Paidi. Iya teramat nakal karena senyum seperti itulah yang bisa menghancurkan dunia ini. Senyum wanita yang bisa membuat seorang pria mau melakukan apa saja.

“Eh, i-ibu…mak-maksud ibu apa?” jawab Paidi tergagap. Tentu saja dia panik dan kebingungan.

“Ihh…mas Paidi kan udah jadi ayah nya Alya sekarang, masa masih panggil bu sih…” balas Alya merajuk sambil memberikan mimic cemberut kepada Paidi. Iya cemberut tapi justru membuat wajah Alya semakin menggemaskan.

“Hehehe, masih lanjut toh, maaf-maaf…”

“Jadi ayah sebenarnya mau apa sih? Kopi atau apa?” tanya Alya yang sedikit mulai nampak kesal karena merasa kode dan godaan yang dia berikan sepertinya tidak akan mempan terhadap Paidi. Dia sempat berfikir kalau Paidi benar-benar sudah berubah dan hampir saja dia akan menyuruh Paidi untuk keluar saja.

“Ayah…mau kopi susu….? Atau kopi…plus susunya Alya?” ulang pertanyaan Alya dengan lebih jelas ditambah dengan sedikit membusungkan dada nya. Alya benar-benar sudah gila. Akal sehatnya telah diruntuhkan oleh nafsu birahinya sendiri. Harga diri nya benar-benar sudah dibuangnya jauh-jauh. Dalam benaknya, belum tentu akan muncul kesempatan seperti ini lagi.

Sedangkan Paidi sendiri yang awalnya masih belum percaya dengan tingkah sang majikan, mulai bisa menangkap arti dari semua perilaku majikannya yang menurutnya aneh dan tidak biasa ini. Meskipun dia sudah bertekad untuk tidak mengganggu majikannya itu, namun dia tidak polos-polos amat, dan kalau kasus nya seperti ini tentu berbeda. Sekarang ini bukan kah majikannya sendiri yang telah menawarkan tubuhnya yang sintal itu? Bukan salah dia.

“Kalalu boleh…kopi…plus susu nya Alya,” balas Paidi sambil memberikan senyuman penuh arti kepada Alya. Dan ALya pun setelah menangkap senyuman penuh arit dari Paidi itu membalasnya dengan senyuman nakal yang menggoda. Senyuman yang mampu menusuk ke jantung hati Paidi.

“Ehm…boleh ga yaaahh?” ucap Alya lagi sambil beralagak berfikir.

“Boleh ga?” tanya Paidi lagi.

“Ehmm…boleh deh…tapi ada syaratnya?”

“Apa?”

“Ayah…harus buka sendiri yahhh bungkusnya, plus…perassshh sendiri susu nya Alya, soalnya Alya capek yaahh…” ucap Alya manja sambil mengigit bibir nya sendiri.

Sontak tingkah laku Alya barusan membuat Paidi semakin salah tingkah. Perlahan namun pasti penisnya yang besar dan panjang yang dulu pernah mengobok obok memek Alya itu bangun dari tidurnya. Dia sudah memantapkan tekadnya. Bukan salah nya bila dia akan menggauli tubuh indah milih majikannya itu sekali lagi. Atau akan seterusnya. Hanya waktu yang bisa menjawabnya.

“Di sini?”

“Iyaahh, ayah takut?” tantang Alya. Balkon ini memang terbuka, namun kondisinya yang remang-remang membuatnya tidak akan terlihat dari luar, apalagi dengan balkon kamar di sebelahnya ada sekat dinding pemisah.

Paidi tidak menjawab, melainkan langsung bangun dari duduknya. Disesapnya dulu sekali kopi yang ada di meja. Dia lalu menghampiri Alya dan berdiri tepat di sampingnya.

“Pembuka bungkusnya dimana?” tanya Paidi antara polos atau benar-benar tidak tau. Bukannya menjawab Alya malah tersenyum geli lalu membalikan tubuhnya dan menghadap ke dinding. Tubuhnya sedikit condong kedepan sehingga pantat bulatnya yang seksi itu semakin terbentuk dengan jelas.

Satu tangannya menyangga tubuhnya di dinding dan satu lagi mengarah ke kait resleting yang ada di bagian punggungnya. Paidi mengerti dan langsung memposisikan diri berada tepat di belakang Alya. Posisi tubuh mereka berdua sangat rapat bahkan selangkangan nya yang mulai mengeras itu menempel pada pantat indah milik Alya.

Perlahan Paidi meraba punggung Alya dari bawah ke atas. Berawal dari sapuan lembut pada pantat wanita cantik yang tak lain adalah majikannya sendiri itu. Setelah mendapatkan ujung resletingnya, Paidi menariknya pelan kebawah. Perlahan, dan perlahan kulit punggun Alya yang halus karena selalu rajin dirawat itu mulai terlihat oleh Paidi. Jari tangan Paidi dengan nakal mulai mengusapnya pelan. Membelainya.

Dengan nakal Alya mulai menggerak-gerakkan pantatnya sendiri sehingga menggesek penis Paidi yang semakin mengeras melihat aksi nakal dari si majikan. Tangan kiri Alya yang bebas pun meraih tangan kiri Paidi untuk mendarat di pinggangnya sehingga pria tua yang lebih pantas menjadi ayahnya sendiri itu sekarang berposisi memeluk ibu muda yang cantik jelita. Sungguh pemandangan yang sangat aneh dan kontras.

“Yah…sshhh…” panggil Alya manja sambil mendesis akibat nafas Paidi yang mendarat di tengkuknya.

“Hmm…” jawab Paidi singkat karena dia sekarang tengah sibuk menyingkapkan dress milik Alya dan sekaligus berusaha menelanjangi wanita cantik itu.

“Nanti…setelah ayah aku kasih susu, ayah gantian kasih Alya yoghurt yaah?” pinta Alya dengan manja.

“Yoghurt nya…mau di minum pakai mulut yang ini, atau yang ini?” tanya balik Paidi sambil jari tangan kiri nya di arahkan ke mulut Alya yang langsung di kulum ibu muda itu, dan jari tangan kanan nya yang merengsek kebawah mengusap kemaluan Alya yang sebelumnya menyingkap terlebih dahulu bagian bawah dress ketat yang dia kenakan.

“Ahhsshh…ayaaahh nakaallsshh…bangeetsshh ssiiihhsshh,” jawab Alya dengan desahan dan erangan menahan nikmat dari sensasi dan rangsangan yang diberikan oleh Paidi.

“Jadi mau di minum pakai yang mana sayang?”

“Aahhhsshh…yang mana saja boleh aayaaahssshh…uuuhhsshh…terserah ayah ajaaahhshh…dua-duanya juga bolehhhsshh…” jawab Alya dengan pasrah. Tentu saja dia pasrah, dia yang menginginkan ini semua. Keinginan yang benar-benar gila. Ibu muda yang terpandang dan selalu menjaga sopan santun itu telah menyerahkan tubuhnya yang indah itu seutuhnya kepada sang sopir tua yang sudah keriput.

Alya lalu merebahkan punggungnya pada dada Paidi. Membiarkan tubuh seksi nya berada di dalam dekapan sang supir. Memulai kembali kemelut cinta yang pernah di rasakannya dulu. Cinta yang pernah dia berikan kepada sang supir karena telah menyelematkan dirinya dari kungkungan Bejo Suharso dengan ikhlas sepenuh hati. Tidak ada salahnya bila dia memberikan kembali tubuhnya yang indah itu kepada pahlawan hatinya itu.

Mister Sange – Situs Kumpulan Cerita Dewasa

#################################

Suasana pagi yang cerah itu masih sangat tenang. Di jalanan depan rumah sederhana namun asri itu masih cukup sepi. Hanya ada beberapa orang yang lewat. Tukang sayur, tukang jajanan pagi yang menjajakan dagangannya, ibu-ibu yang baru pulang dari belanja sayur, terlihat berjalan dengan santai sambil menikmati udara pagi yang masih sangat segar.

Tidak kalah, di dalam pekarangan rumah yang dihuni oleh Alya dan keluarga kecilnya itu nampak beberapa anggota keluarganya yang sedang bersenda gurau. Sarapan bersama, bicang-bincang bersama menjadi kegiatan yang cukup menyenangkan bagi orang-orang yang ada di dalamnya pagi ini.

Kebetulan keluarga besar Alya malam tadi menginap di rumah nya. Kakak nya, Dina, menginap bersama dengan keluarga baru nya. Sedangkan adiknya, Lidya, menginap sendirian, itu karena suaminya, Andi sedang dinas kerja keluar kota untuk beberapa hari. Keceriaan di wajah mereka terpancar dengan jelas. Tentu saja, setelah apa yang terjadi dan yang menimpa ketiga kakak beradik itu selama ini, membuat mereka merasakan kebahagiaan yang sangat mendalam begitu akhirnya bisa berkumpul bersama kembali.

Dina kini memulai lembaran baru pada kehidupannya. Setelah suaminya yang pecundang dan yang telah menjualnya itu pergi dari hidup nya, kini dia justru seperti mendapatkan berkah dari pengorbananan yang dia berikan.

Yah meskipun Dudung tidak sesempurna pria dewasa lainnya, namun paling tidak suami barunya itu menyayanginya dengan sepenuh hati nya. Tidak ada keraguan di hati Dina akan hal itu. Justru pria seperti Dudung itu tidak akan mungkin menyakitinya karena hati Dudung sangatlah suci dan bersih. Apalagi Dudung bisa memberikan kenikmatan batin yang luar biasa bagi Dina, jadi kurang apa lagi.

Alya, kini wanita itu bisa hidup tenang bersama dengan suami dan anaknya. Meskipun suaminya di vonis cacad seumur hidup, namun itu tidak akan pernah mengurangi rasa sayang dan cintanya kepada sang suami. Ditambah dengan keceriaan sang buah hati yang semakin menggemaskan, memberikan kebahagian tersendiri kepada ibu muda itu.

Dan yang paling membuatnya bahagia adalah, dia kini tidak lagi hidup sengsara di bawah bayang-bayang pak Bejo yang sekarang sudah meringkuk di penjara. Paidi pun sekarang menjadi supir tetap keluarga itu yang siap mengantarnya kemanapun dia menginginkan. Termasuk apabila dia menginginkan diantar Paidi menuju…puncak kenikmatan surge dunia.

Lidya, setelah keputusannya yang dia sendiri masih tidak percaya waktu itu, untuk menjadi budak nafsu pak Hasan, mau tidak mau harus menjalani hari-hari bersama dengan ayah mertuanya nya yang mesum dan menjadi boneka seks nya.

Apalagi dengan Andi yang semakin sering dinas keluar kota dalam waktu yang lama, membuat ayah kandung suaminya itu bisa mencicipi tubuh molek nan semok milik nya kapan pun dia mau. Tubuh yang seharunya hanya sang suami yang bisa menikmati, namun tanpa sepengetahuannya kini dia telah berbagi dengan ayahnya sendiri.

Terkadang Lidya menyesali keputusannya waktu itu, namun semuanya sudah terjadi. Nasi telah menjadi bubur. Sebagian dari hati kecilnya menyesali, namun sebagiannya lagi terkadang menikmati sensasi permainan nikmat yang diberikan oleh sang ayah mertua, sesuatu yang tidak pernah diberikan dari sang suami. Permainan tabu yang tidak masuk nalar manusia normal. Permainan tabu yang selalu berhasil memuaskan hasrat birahinya.

Annisa, adik dari Hendra yang menjadi korban kekerasan seksual dari Bejo Suharso dan kawanannya itu akhirnya menemukan tambatan baru untuk hatinya. Ya, setelah resmi berpisah dengan Dodit yang ternyata juga sama bajingannya, Annisa mulai membuka hatinya untuk Udin. Meskipun sulit, namun Annisa terus mencobanya.

Dan sebentar lagi mereka berdua akan segera melangsungkan pernikahan. Lagi pula, kadang Annisa juga mencoba untuk bijak, apakah ada laki-laki lain yang mau menerimanya dengan kondisinya yang sekarang ini selain Udin? Kondisinya yang tengah berbadan dua tanpa tau siapa ayah sebenarnya dari janin yang dia kandung. Justru dia merasa beruntung Udin mau menerimanya dengan apa adanya.

Sesuatu yang indah memang tidak selamanya indah. Terkadang kita tidak butuh yang indah untuk merasakan sesuatu yang indah. Indah akan datang pada waktu nya, seperti yang banyak orang katakan. Namun, percayalah, hanya dengan menjaga kita dari hal-hal yang buruk, sebenarnya itu sudah menuntun kita pada keindahan yang sebenarnya.

Ranjang pernikahan itu memang pernah ternoda. Noda yang memudarkan keindahan pemiliknya. Namun, sekarang keindahan yang sempat pudar itu kini telah kembali lagi. Menghapus semua noda yang pernah ada.

Kumpulan Cerita Dewasa Bersambung Terlengkap

TAMAT

Jangan lewatkan kisah lainnya di:

SERI RANJANG YANG TERNODA