Cerita Cinta – Chapter 100. Biar Cinta Yang Memelukmu

Chapter 100. Biar Cinta Yang Memelukmu

Saya masih menunggu, menunggu uluran tangan Jovanda untuk menyambut cincin pemberian saya yang telah siap untuk melingkar indah di jari manisnya. Namun sesuatu itu terjadi hingga membuat saya tak percaya bahwa apa yang tengah menimpa sang kekasih saat itu adalah hal yang menurut saya sangat fatal. Yakni, lumpuh pada bagian tangan. Ini merupakan awal dari dari bagaimana Jovan secara perlahan di ambil fungsi tubuhnya oleh tuhan satu persatu hingga sampai pada akirnya, .

Saya harus merelakan kenangan indah bersamanya.

“Lumpuh gimana yank ?? kok bisa !!??” tanyaku tak percaya pada apa yang Jovan katakan.

“tanganku mati rasa yank, aku gak bisa gerakin jari dan pergelangan tanganku sampe ke siku” jawab Jovan gugup tak percaya.

“ini pasti ada yang salah sama oprasinya !!!” tuturku kasar tak perduli pada kedaan Jovan.

“aku jg gak tau yank, ini tanganku kenapa ya Allah . . . !!” teriak Jovan histeris memandang tangannya.

Melihatnya kehilangan indra perabanya, membuat hati saya tersayat bagai seonggok daging yang di cincang habis bertaburkan air asam begitu pedih saya rasa. Sebagai lelaki yang menyayanginya tentu saya tidak terima dengan kondisi Jovan seperti itu. Dengan pengetahuan yang terbatas, saya mencoba mencari dokter yang telah mengoprasi Jovanda dan menuntut sebuah keadilan atas hasil oprasi tersebut. Sebab saya yakin pada saat itu, yang tengah terjadi adalah sebuah kegagalan dalam praktik oprasi atau biasa di sebut dengan mall praktik. Dan kini derap langkah kaki saya berlari mencari sosok yang patut untuk mempertanggung jawabkan semua ini atas apa yang terjadi pada kekasih saya.

“anda dokter yang mengoprasi pasien Jovanda tadi pagi kan ??” tunjukku pada seorang dokter yang saya yakini telah menangani Jovanda pra oprasi.

“Jovanda yang sakit kanker itu ya ??” jawabnya ramah menoleh kepadaku.

“saya mau dokter ikut ke ruangan dimana Jovan di rawat, saya mau tunjukin sesuatu !!” ucapku kasar tak perdului pada suasana umum di rumah sakit.

“iya ada apa, mungkin bisa di jelasin dulu ??” tanya dokter tersebut dengan kebingungan.

“udahlah dok ikut saya aja dan liat kondisi Jovan !!” tuturku kasar dengan mata sembab menahan amarah.

Mau tak mau akirnya dokter itu ikut dengan saya meski secara tidak langsung saya telah memaksanya untuk melihat kondisi Jovan saat itu juga. Saya sudah tak perduli dengan pasien lain yang akan di tangani oleh dokter tersebut, yang saya ingin, kekasih saya harus di sembuhkan dulu kondisi tangannya akibat dari operasi tersebut. Sesampai di kamar Jovan, saya tunjukkan apa yang tengah terjadi pada Jovanda, dengan tangan lumpuh tak bisa di gerakkan Jovan menatap dokter tersebut dengan harap bahwa tangan miliknya masih bisa di sembuhkan atau di gerakkan kembali. Dan dokter tersebut akirnya memeriksa tangan Jovan serta mencek kondisi kesehatan pasca oprasi.

“maaf dek, ini resiko dari oprasi yang di lalui oleh sodari Vanda. Ini bukan kesalahan prosedur oprasi, atau mal praktik seperti yang adek bayangkan” ujar dokter usai memeriksa kondisi Jovan

“sebelumnya Jovan baik – baik aja dok tangannya, kenapa sekarang malah merembet begini ?!! ini pasti ada yang salah sama oprasinya !!” jawabku tak trima dengan kondisi Jovan di samping saya.

“efek oprasi kanker otak memang bisa menyebabkan kelumpuhan, adek harus pahami itu. Meski kankernya bisa di angkat, tapi ada resiko dari oprasi tersebut. Di antara lain kelumpuhan sampai kehilangan ingatan atau hal lain yang bisa saja terjadi sewaktu – waktu. Sebab dari apa yang kita tangani ini berhubungan dengan sistem syaraf yang rumit serta rentan terhadap tekanan, sehingga tidak menutup kemungkinan resiko macam ini bisa menimpa sodari Jovanda” jelas dokter dengan kalemnya mencoba meyakinkan saya.

“TERSERAH DOKTER MAU OPRASI DIA DENGAN RESIKO APAPUN, TAPI TOLONG BALIKIN TANGAN JOVAN DOK !!!” teriakku kasar menahan rasa tangis teramat sangat.

“dek, maaf, saya gak bisa berbuat lebih . . .”

“SAYA MAU DOKTER OPRASI ULANG BUAT BALIKIN TANGAN JOVAN !!!!” tuturku kasar memohon pada dokter di depan Jovan.

“yank, udah yank cukup !!!” teriak Jovan menangis melerai saya dengan dokter tersebut.

“kalo ini emang efek dari oprasi yaudah, dokter itu juga udah berusaha sebisa mungkin. Ini bukan salahnya yank, biarin dokter itu pergi, masih bnyak pasien yang lebih penting dari aku” tutur Jovan berusaha tegar meski saya tau air mata itu mengalir jelas membelah pipi manisnya.

“nanti saya akan cek lagi perkembangan sodari Jovan, untuk saat ini saya masih ada pasien lain yang menunggu. Saya harap sodara bisa mengerti dan bersabar” ucap dokter itu pergi meninggalkan kami berdua di dalam ruangan.

Saya hanya bisa terdiam, terpaku melihat kenyataan ini. tak tau apa yang harus saya lakukan untuk mengembalikan tangan Jovanda. Tak jarang air mata ini menetes dalam keadaan kepala menunduk menyembunyikan perasaan ini dari paras Jovanda. sebab untuk pertama kalinya selama saya pacaran dengan Jovanda, baru kali ini saya meneteskan air mata di depan sang kekasih meski wajah ini saya sembunyikan sebisa mungkin dari perhatian Jovanda yang terus memperhatikan saya selepas dokter itu pergi. Meski saya sendiri tau Jovan masih berlinang air mata, namun saya lebih malu terhadap air mata ini yang seolah menunjukkan bahwa saya tengah berada di titik paling berat dalam hidup saya. Dengan tangan ini yang masih menggenggam erat cincin yang akan saya berikan pada Jovanda, membuat hati saya semakin sakit melihat jemari lentik itu kini tak dapat menyambut indah hadiah pemberian saya.

“yank . . .”

“sayang . . .” panggil Jovan kecil menyadarkan dari tangis yang membelengguku.

Dengan respon yang lambat saya angkat perlahan dagu ini memandang paras Jovan dengan mata sembab masih berlinang air mata.

“aku bisa minta tolong sama kamu ??” tuturnya kecil kian merapuh menatapku sendu.

“apa ??” jawabku masih menatap keadaan Jovan di depanku.

“tolong usapin air mataku . .” kini air mata miliknya kian berlinang semakin deras manahan tangis.

Tak banyak bertanya, saya usap itu air mata Jovan hingga basah tangan ini di buatnya. Merasa air mata miliknya telah kering, ia mulai menatapku tegar dengan menghembuskan nafas panjang pertanda ia siap untuk menjalani kehidupan barunya tanpa tangan yang dapat ia pergunakan lagi.

“aku minta maaf yank sama kamu” sepatah kata saya dengar di balik bibir Jovan berucap lembut.

“minta maaf ??” tanyaku bingung atas permohonan maaf miliknya.

“iya minta maaf “ jelasnya.

“maaf karena apa ??” masih bingung diri ini di buatnya.

“maaf karena aku gak bisa ngusap air mata kamu untuk pertama kalinya”
Sesaat saya terdiam, merenung dan meresapi apa yang tengah Jovan ucapkan.

“jika nanti aku nangis lagi di depan kamu buat kesekian kalinya, aku harap kamu gak akan pernah bosan untuk ngusap air mataku. Tapi dengan ini aku minta maaf jika nanti kamu harus nangis gara – gara aku, tanganku udah gak bisa aku gunain buat ngusap air mata kamu. Baru kali ini aku ngliat cowok yang sayang sama aku bisa nangis di depanku. Apa segitu sayangnya kamu sama aku sampe air mata yang jarang aku temui dari wajah seorang laki – laki, kini dengan jelas mengalir di depanku ?? hm . . .”

Mendengar apa yang Jovan katakan, seolah menambah remuk hati yang sudah kacau balau dengan sikon saat ini. Dengan menahan air mata sekuat tenaga, saya coba tuturkan apa yang tengah saya rasakan saat itu pada Jovanda agar ia tau semuanya tentang perasaan saya terhadapnya.

“aku janji gak bakal nangis lagi di depan kamu, aku ga mau ngrepotin tangan kamu dan buat perasaan kamu makin bersalah atas apa yang terjadi hari ini. Dan alasan air mata ini netes begitu aja juga karena perasaan sayangku ke kamu yang gak bisa aku pungkiri lagi. Jujur saat ini aku sayang banget sama kamu, aku ga mau kamu kenapa – kenapa, apa lagi sampe kehilangan kamu”

“ya gausah sok tegar kaya aku yank, kalo kamu harus rapuh ya rapuh aja. Cowok itu emang gak pandai nyembunyiin perasaannya yah ??” sesaat saya lihat senyum kecil Jovan mengembang memandangi saya.

“jangan nyalahin kaumku yank, salahin aku aja. Emang dasarnya aku bego kalo suruh main perasaan. Lebih tepatnya, aku kalo udah sayang sama orang ya ga bisa bohongin perasaanku ndiri” tuturku sambil buang muka mengusap bekas air mataku yang mulai mengering.

“hahahaha, sapa yang nyalahin kaum adam sih yank ?? btw, cincinnya masukin aja di jariku yank, maaf yah tangannya mbak Jovan ga bisa ngambil, hehehehe . .” tuturnya berbalut canda membiasakan keadaan.

Kini cincin itu bisa melingkar indah di jari manis Jovan. Senyumnya mengembang seolah harapan hidupnya bertambah seiring indahnya jari itu meski kini tak dapat di gunakan lagi. Semoga ini adalah awal yang baik untuk Jovan membuka lembaran baru dengan cincin pemberian saya tersebut, sebab tak henti hentinya saya akan memberi kejutan pada sang kekasih agar semangat hidupnya tetap terjaga tak melemah.
Spoiler for puisi Jovan dari ketikan tangan Evan buat ane: Hide
“Andai waktu bisa kuputar kembali, aku ingin memelukmu lebih lama lagi dengan tangan ini sebagai bukti aku begitu menyayangimu kasih . . .

Siapa yang akan memelukmu jika tangan ini tak mampu untuk meraihmu ?

Siapa yang akan mengusap air matamu saat engkau menangis karenaku ?

Siapa yang akan mengusap peluhmu saat engkau merasa letih dengan semua ini ?

Meski jemari ini tak lagi sanggup untuk memelukmu, namun setidaknya kasih sayang ini tetap mampu menghangatkan hati kecilmu untuk terus engkau rasakan hingga akir hayatku . . .”

Created BY : rakhaprilio KASKUS