Cerita Cinta – Chapter 131. Semut Merah Jambu

Chapter 131. Semut Merah Jambu

Spoiler for Tanyaku Untukmu: Hide
“Jika bara api itu terasa pedih di tanganmu, setidaknya genggamlah tanganku untuk meredakan sakit itu. Aku rela berbagi sakit denganmu jika itu bisa mengurangi penderitaan yang tengah engakau rasakan. Bukan kah sejak awal memang kita yang di pilih tuhan untuk merakasan penderitaan ini. lantas mengapa sampai saat ini tetap saja ras sakit itu engkau genggam sendiri ???”
Lamunanku pecah, bayangan tentang sebuah penyesalan itu tiba – tiba tersadarkan oleh kedatangan Nonik. Bagaimana ia memintaku untuk membantunya ganti baju sempat membuat otak ini blank sesaat. Masih tak percaya atas apa yang tengah saya dengar tadi, maka kutanya itu dara manisku perihal permintaannya yang membuatku sedikit bingung.

“apa beb, . . kamu tadi minta tolong apa ??” tanyaku bengong sambil pasang muka blo’on.

“ini bantuin aku ganti baju . . bajuku basah semua kan beb” tuturnya sambil memeras air di baju basahnya.

“aku bantu bukain kamu sampe telanjang gitu ??” pikirku mesum seperti biasa,

“ya gak lah beb !! aku kan bisa ganti baju sendiri” tukasnya malu sambil melirik ke arahku.

“nah itu kamu bisa sendiri kenapa minta di bantuin ??” kini bingungku di buatnya.

“bantuin pegang bajuku sambil nungguin aku, . . kamu ini mikirnya yang gitu – gitu terus sih. Kamu pengen banget ya ngliat tubuh cewek bugil. Hahahaha” tawa Nonik sambil mengejekku.

Jangankan bugil, mencicipinya saja saya pernah. Ah sudahlah . . masa lalu itu terlalu kelam untuk di ceritakan kembali. Beranjaklah saya bangkit pergi mencari tempat yang pantas sekiranya untuk Nonik berganti baju. Kala itu banyak karang besar yang cukup sebagai tempat sembunyi agar tak terlihat olah mata manapun. Sepakat dengan tempat yang di rasa pantas, mulailah Nonik melucuti bajunya satu persatu mulai dari kaos, clana sampai ke onderdil terlarangnya. Sebagai pria mesum, rasanya saya sudah terlalu bosan dengan pemandangan seperti ini. Jika harus blak – blakan melihat tubuh Nonik yang telanjang bulat, justru membuat rasa penasaran ini menjadi hilang. Sebab jujur saya lebih suka dengan pemandangan yang setengah tertutup tapi juga terbuka. Nah lo yang gimana lagi itu saya juga kurang faham untuk menjelaskannya. Dengan sangat berhati – hati, Nonikpun mewanti – wanti saya agar tak mengintip tubuhnya yang tengah telanjng bulat.

“beb, . .??” tanya Nonik di balik batu karang.

“ . . . . . ??” diamku sambil mengamankan baju basah Nonik.

“kok gak ada suaranya sih . .! bebi . .!!!” teriak Nonik kecil memastikan keberadaanku.

“ . . . . .” dalam hati saya hanya bisa tertawa karena sukses mengerjainya.

“ya ampun ni anak ilang kemana sih !! BEBI . . . !!!!” tengok Nonik di balik batu karang tempatku bersembunyi.

“hoy . . apaan beb ??” jawabku bak orang goblok sambil mainan kerang di pasir.

“kalo di tanya itu jawab dong !!!! kirain kabur niggalin aku !!!! bikin jengkel aja !!!!” kesal Nonik masih tertutup sebagian tubuhnya oleh batu karang.

“gak kok, . . ini maenan kerang aja. Ng . . . Beb . . anu . . .” tanyaku bingung berucap pada Nonik.

“anu apaan lagi ?!!” tanya Nonik masih kesal.

“itu semutnya kliatan . . .” jawabku malu sambil kode – kode gak jelas.

“semut apaan ?? mana ??” tanya Nonik bingung sambil mencari sosok semut di tubuhnya.

“bukan semut yang itu . . tapi itu tuh !!!” tunjukku pada putting Nonik yang berwarna coklat merah jambu.

“KYAAAAAAAAAA . . . !!!!!!! BEBI KAMU JAHAT NGINTIPIN AKU !!!!!” koar Nonik sambil membenahi posisi dalamannya.

“meneketehe . . orang kamu yang nongol nyariin aku kok” ancang – ancangku siap lari pada Nonik yang ingin mengejarku.

“POKOK KAMU UDAH NGINTIPIN AKU !!!! SINI KAMU, AWAS AJA !!!!!” kejar Nonik padaku sambil menggenggam batu karang di tangannya.

“BUSET !!! niat bunuh cowoknya ni anak. AMPUN BEB AMPUN !!!” lariku secepat kilat pergi meninggalkan Nonik sambil membawa baju basah serta baju gantinya.

“EH JANGAN LARI KAMU, ITU BAJU GANTIKU KAMU BAWA !!!” teriak Nonik mengejarku hanya mengenakan celana pendek serta Bh warna putih.

“WKWKWKWKW . . . . itu liat tete kamu naik turun gitu, wahahahaha !!!” tawaku dengan lari mundur sambil melihat tubuh mulus Nonik.

Dan saat semua pemandangan itu berlangsung indah di depan mata saya, tiba – tiba saja kulihat ada sebuah batu terbang melayang dengan sendirinya. Tangan Nonik sudah tak menggenggam batu karangnya lagi. Maka bisa saya pastikan ini adalah batu yang di lempar oleh Nonik tanpa saya sadari. Namun na’as, saya bernasib sial di sini. Reflek ini sudah terlambat untuk menghindarinya. Dan batu itu, mencium mesra tepat di kening saya sebelah kiri dengan . . .

KERASNYA !!!

“PLEETAAAAAKH !!! CROOOT !!! BUGH !!!!” yang pertama itu bunyi batu yang menghantam keras jidat saya. Yang kedua, itu bunyi darah yang mucrat karenanya. Untuk yang ketiga, saya jatuh telak di buatnya. Setalah kejadian tete Nonik yang naik turun dengan puting coklat merah jambu miliknya, saya sudah tak ingat apa – apa lagi.

Ya . . saya benar – benar pingsan tak sadarkan diri.

Kurang lebih selama empat jam saya pingsan. Rasanya seperti mati suri. Dan untuk pertama kalinya saya tak sadarkan diri seperti ini. sungguh pengalaman berkesan yang tak ingin saya ulangi lagi. Mataku mulai terbuka lirih, pusing hebat itu melanda otak saya yang sempat terguncang karena batu lempar milik Nonik. Kudapati suasana kala itu menjadi gelap. Apakah saya sudah mati, apakah saya sudah di alam goib. Ternyata bukan, ini memang sudah petang hari pukul Sembilan malam. Kucoba bangun pada tubuh ini yang menjadi berat karena pusing. Kulihat Nonik dengan setia duduk bersama Nabila di sampingnya di depan tenda. Dengan berucap lirih kusapa mereka untuk sekiranya meminta pertolongan pertama pada korban mesum ini.

“beb . . .” sapaku teramat lirih dari dalam tenda.

Dengan tak yakin menolehlah kedua wajah itu melihatku penuh dengan ekspresi haru. Terlebih lagi untuk Nonik. Ia menangis sejadi – jadinya kala mendengarku memanggil namanya. Isak tangis itu di benamkannya di tubuh lemahku yang masih berselimut pusing ini. maka dalam keadaan ini Nabilapun berucap syukur atas keadaan saya yang sudah siuman ini.

“Rakha kamu udah baikan ?? gimana palanya apa masih pusing ???” tanya Nabila bertubi – tubi mengkawatirkanku.

“ng . . . kamu siapa ya ???” pura – puraku pada Nabila.

“haaa . . ini aku Nabila, kamu kenapa ??” tanya Nabila bingung serasa tak percaya.

“Nabila siapa ya . . duh, pusiiiiiiing !!” aktingku sungguh sangat meyakinkan saat itu.

“jangan bilang kamu lupa ingatan. Rakha ini aku Nabila Kha !! apa kamu gak inget !!” mata itu mulai berembun lirih menahan tangis karenaku.

“beb ini Bila kamu gak inget ya ??” tanya Nonik memastikan.

“ini kamu Nonik . . aku pacaran sama Nonik. Aku inget . . . kalo yang ini siapa ya ?? aduuuuuh . . . palaku pusing lagi beb” keluhku sungguh menjanjikan ala bintang hollywod.

“demi tuhan Rakha lupa sama aku . . ya Allah . . .” keluh Bila menangis bersandar pada Nonik.

Sesaat suasana hening. Ternyata Nabila memang menangis karenaku. Dan untuk satu kejadian ini saya sukses membuat dua orang gadis menangis di depanku sekaligus. Ini rekor, ini suatu kebanggaan tersendiri pikirku. Namun keheningan itu tiba – tiba saja pecah karena saya yang sudah tak mampu berakting lagi menahan tawa.

“Hahahahahahaha . . . becanda kok Bil, iya iya aku inget kok sama kamu. Nabila Larasati dengan tinggi 158 cm golongan darah A hobbynya kalo tidur suka nendang orang. Hahahaha” tawaku lepas sambil memperhatikan Nabila.

“trus yang tadi apaan . . kamu cuma pura – pura ??!!” tanya Nabila bingung sambil mengusap air matanya.

“mana mungkin aku lupa ingatan gara – gara batu sekepalan tangan gitu. Kecuali Nonik timpuknya pake batu segede pala kamu baru deh aku amnesia. Wkwkwkwk !!!” tawaku masih saja mentertawakan Nabila.

“bebi tega banget sih ngerjain Nabila sampe nangis kaya gini, . . minta maaf gih !!” kesal Nonik gara – gara ulahku.

“DASAR KAMU ITU NYEBELIN KHA . .!!! HIH !!!! PLETAAK !!!!” jitak Nabila telak di sebelah lukaku sambil pergi meniggalkanku. Dan saya . .

Pingsan again . . .

Sebenarnya saya tak benar – benar pingsan karena jitakan Nabila. Hanya saja kepala yang tadinya masih pusing itu harus terguncang hebat kala tangan Nabila mendarat telak cap lima jari di jidatku. Jadilah pusing tuju keliling ada Stevy berputar – putar di atasnya. Hingga malam terus berlanjut, kudapati ini sudah pukul sepuluh petang. Membawa diri ini semakin larut dalam suasana ombak tenang yang sesekali berdesir pelan menepikan batu karang. Dan saat itu kudapati anak – anak tengah berkumpul di tepi api unggun mencari kehangatan di tengah hamparan pasir tak berbatu ini.

“beb, yok nyusul anak – anak di depan. Pada asyik bakaran ikan tuh deket api unggun” ajak Nonik padaku sambil membantuku berdiri.

“ayok . . tapi bantuin jalan yah. Rada pusing nih” bangkitku sambil memegang perban di kepalaku ini.

“cieeeeh . . yang jadi pangeran tidur udah bangun nih. Wkwkwkw !!!” ejek Fany padaku.

“iya say, tapi yang bangunin si Stevy abis nyipok Rakha . . wahahahah !!!” dan Doni selalu melengkapinya.

“rakha kamu kok bangun sih, padahal aku udah galiin tanah buat kamu loh. Hihihihi” di tambah lagi dengan yang satu ini.

“gali tanah buat apaan coba, mo ngubur gw gitu ?? yang ada juga elu gw kubur duluan . .” jawabku lemah sambil duduk bersama mereka di tepi api unggun.

“abisnya lo pingsan juga lama amat Kha, . . gw tungguin sejam dua jam gak bangun – bangun. Yaudah gw tinggal bakar ikan aja deh. Kalo pun lo gak bangun juga sampe tengah malem, mayan lah bisa nyicipin Rakha bakar malem ini. Hahahaha . .”

“ini pala gw yang merban sapa Fan, prasaan Nonik ga bawa peralatan medis deh” tanyaku pada Fany yang asyik membolak balikkan ikan bakarnya.

“Nabila beb tadi yang ngobatin, maaf ya aku panik duluan. Aku juga gak ngerti soal obat – obatan” sesal Nonik sambil memandangku kelam.

“oh si Bila, . . udah ga papa kok. Nyantai aja beb. Btw panggil Nabila juga dong buat kumpul di sini. Masa mau di tenda terus ama tunangannya” pintaku pada Nonik untuk memanggil Nabila.

“ywdah bentar ya beb aku panggilin dia biar ke sini” beranjak Nonik pergi ke tenda Nabila.

“lo tadi ga tau Kha gimana paniknya Nonik waktu tau lo pingsan berdarah gara – gara dia timpuk lo pake batu” celetuk Fany sambil mencicipi ikan bakarnya yang sudah harum menggoda.

“panik gimana tadi emang ??” tanyaku sambil mencicipi ikan bakar milik Fany.

“ya dia nangis treak – treak gitu sambil manggil Doni ama Stevy” jawabnya santai masih asyik dengan ikan bakarnya.

“trus gw di gotong ke tenda gitu ??”

“iya lah, lo pingsan beneran kok. Gw kira sih tadi becanda. Eh kata Nabila lo seriusan pingsannya. Heboh deh anak – anak tadi sempet juga ada yang ribut gara – gara lo”

“ribut gimana ?? sapa yang ribut emang ??”

“awalnya kan lo di gotong ama Doni di bantu si Step. Nah abis sampe di tenda, anak – anak pada ga peracaya kalo lo itu pingsan beneran. Sempet di goyang – goyangin pala lo ama Step, cuman lo ga bangun juga. Baru deh Bila dateng ngecek kondisi lo. Sempet gw liat itu muka Bila pucet ngliat lo pingsan gitu. Abis dia bilang ke anak – anak kalo lo pingsan beneran, baru deh semua pada diem. Tapi jangan salah, ini anak – anak bukan diem karena ngkawatirin lo. Tapi diem gegara ngliat ekspresi Bila yang matanya udah merah ga trima ama keadaan lo. Itu mata Bila udah kaya orang psikopat aja merah sambil nahan aer matanya. Baru deh Bila nyentak anak – anak sambil nanya gini, “INI SIAPA YANG BIKIN RAKHA KAYA GINI !!!!”. sumpah gw kaget Kha denger Bila treak kaya gitu depan anak – anak. Secara ye, gw temenan ama dia dari kecil ga pernah denger itu mulut dia ngomong sekasar itu. Gw yang ga tau apa – apa kan cuma bisa diem Kha di belakang. Apa lagi Doni sama Step yang di depan muka Bila, speechless deh mereka cuma bisa geleng – geleng kepala. Ga lama Nonik dateng, nah mulai dari sini deh critanya ribut”

“trus . . trus . . ributnya gimana Fan ??!!”

“Nonik kan dateng tuh masuk dalem tenda. Trus dia bilang kalo tadi ga sengaja nimpuk pale lo pake batu. Nah denger keg gitu, itu tangan Bila dorong Nonik sampe jatoh Kha. Jadi deh itu cewe – cewe pada nangis gak jelas. Nonik nangis karena ngrasa salah, Bila nangis karena ga trima liat kondisi lo. Suasana kacau, ribut sana sini. Mulut Bila udah koar – koar ga karuan. Ngatain Nonik dari yang buruk sampe yang jelek. Pokok kasar banget dah. Abis tu mereka di lerai ama tunangannya Bila. Nonik di tenangin dulu di tenda sebelah sama tunangannya Bila. Sedangkan Nabila, ngurusin pala lo yang udah basah kuyup gara – gara darah lo sendiri. Sempet juga gw denger itu mulut Bila ngomong rada ga jelas sambil ngobatin pala lo bilang “kalo sampe ini Rakha kenapa napa, gw buat peritungan sama Nonik !!!”. Kurang lebih gitu yang gw denger Kha. Untung aja itu batu posisi nimpuknya rada mleset di jidat lo. Jadi darah yang kluar itu bukan karena bocor, tapi cuma rada sobek gitu lukanya. Pokok kacau balau deh sikonnya tadi”

“nah trus itu tadi gw suruh Nonik panggil Nabila gimane ?? bisa roboh itu tenda !!” beranjakku bangkit akan menyusul Nonik.

“santai aja mas bro !! mreka udah baekan kok. Tadi Bila udah minta maaf duluan ama Nonik. Untung aja Nonik bisa maafin juga. Jadi deh mreka baekan lagi. Lo sih ga buru – buru bangun. Nyesel kan ga liat FTV tadi sore. Hahahaha !!!”

“huuuuuufff . . syukur deh kalo mereka udah baekan. Gw ga nyangka juga kalo sikonnya jadi kaya gitu. Kan tadi awalnya juga becandaan doang ama Nonik Fan. Eh ga taunya pas Nonik lempar batu, ga sengaja Strike kena pala gw. Entah gwnya yang goblok ga bisa ngindar ato emang Nonik mantan timnas pemaen base ball pas esema gw ga ngerti. Abis kena batu, plaaaaak, crooooot !!! udah deh gw pingsan ga inget apa – apa. hehehehe . .”

“emang lo tadi becandaan apa sii ama Nonik bisa ampe di timpuk batu gitu ??”

Mendengar pertanyaan Fany, kembali lagi ingatan itu berputar kencang di otakku. Puting Nonik oh puting Nonik, merah delima coklat melingkar di sekitarnya. Ah sudah lah . . . lupakan, saya tak mau di lempar batu untuk ke dua kalinya lagi. Cukup sekali kepala ini muncrat di buatnya.

 

Created BY : rakhaprilio KASKUS