Cerita Cinta – Chapter 15. Bahu ini masih milik siapa saja

Chapter 15. Bahu ini masih milik siapa saja

 

Selepas Dery pergi, suasana mulai mencair, hanya saja sesekali saya dengar isak tangis sesenggukan keluar dari bibir mungil jovanda. Saya hanya memandang dari jauh dan tertegun melihat itu gadis dengan segenap keberanian telah mengungkapkan isi hatinya atas keinginan untuk lepas dari belenggu mantan kekasihnya. Maka dengan ini, sah sudah satatus Jovanda sebagai seorang jomblowati.

“mas itu mbaknya kok di diemin aja gimana to, tolongin kek, ajak ngobrol biar tenang !!” gertak wasit itu bak memberi kartu kuning kepadaku.

“eh, iya iya iya, maap” bergegaslah saya mencoba menyapa Jovanda.

“Jo, pulang aja yuk, tenangin diri kamu di rumah. Disini dingin, kamu ga bawa jaket juga kan” ucapku selembut sutra.

Satu dua menit tak ada respon darinya, air mata itu masih asik mengalir melewati pipi mulus merah merona, dengan sesekali ia mengusap, namun masih tak dapat di bendung, air mata itu jatuh menetes kembali.

Saya sebagai lelaki yang belum berpengalaman dalam menenangkan hati wanita, hanya bisa diam menunggu kapan hujan ini akan reda. Dengan perasaan sedikit tak enak atas jawaban Jovanda tadi, saya masih menunggu dengan setia. Biarlah ia menyapaku terlebih dahulu, berharap sapaan itu adalah pertanda ia mulai baikan.

“Jo, aku dlu SMA pernah jalan sama seseorang di kampung halamanku. Dia masih tetangga deket, cuman waktu itu aku satu sekolahan sama dia. Posisinya, aku sayang banget sama orang itu. Namun setelah 2 tahun belakangan aku dapati dia udah ga nyaman sama kasih sayangku, ya dengan sadar diri aku mundur Jo. Aku udah coba kasih yang terbaik buat dia, tapi hasilnya nihil, dia pilih ngeudahin hubungan ini lantaran dia tersiksa akan kasih sayangku. Dari situ aku belajar rasa sakit sama seperti yang dia rasain. Jadi mau ga mau aku ya harus . . .”

“aku udah 2 taon ini kha bertahan buat dia !” tiba – tiba saja ia respon memotong ceritaku.“mulai aku di marahin papah gara – gara dia, aku di jauhin sahabatku gara – gara dia, aku banyak kecewa juga gara – gara ulah dia. Aku udah banyak berkorban selama ini kha, tapi dia tetep aja ga berubah. Aku sulit lepas dari dia karena udah kebiasaan. Aku Cuma takut kalo suatu saat aku ga bisa tanpa dia. Aku takut aku salah ambil keputusan !!!” sambil sesekali mencoba menatapku, hujan itu belum reda juga di buatnya.

“apa yang salah dari keputusanmu ?? kalo kamu emang ngrasa ga nyaman, yaudah tinggalin aja hal itu. Cari sesuatu yang bisa buat kamu nyaman. Klo kamu emang nyesel, itu cuma karena kebiasaan. Apa kamu mau di biasain untuk di sakiti atau merasakan rasa sakit sepanjang waktu ?? gak kan ??” dengan keras saya memberi sebuah pengertian.
“iya tapi aku takut Kha, kalo aku ternyata sayang ama dia gimana ??!!” Jovanda ragu akan keputusannya sendiri.

“Cuma orang bodoh yang mau di sakiti untuk kesekian kali, camkan itu Jo !!” saya sedikit membentak agar ia sadar.

Dengan seketika air mata itu berhenti sejenak di penampungan, matanya menatap serius kepadaku. Saya takut di ciumnya tiba – tiba seperti di film – film drama Korea, Sungguh mesra itu namanya.

“kha, bahu ini apa udah ada yang punya ??” ia coba sandarkan itu genangan air mata di atas pundak saya dengan meragu.

“kalo mau nangis, nangis aja Jo sampe abis. Bahu ini masih milik siapa aja kok” jawabku.

Maka sisa air hujan itu jatuhlah sudah di atas bahu seraya membasahi baju yang saya kenakan. Jika harus basah, yasudah basahlah sudah. Asal bukan celana saya yang basah karenanya, maka saya pun tak keberatan sodara.

20 menit sudah dalam kondisi berbagi bahu dengan air mata Jovanda, membuat saya merasa kedinginan setangah hangat. Setelah di rasa cukup, berinisiatiflah saya untuk mengajak itu satu wanita segera bergegas pulang.

“Jo udah malem, pulang yuk, lusa kita udah UAS loo, apa kamu lupa” saya mencoba mengingatkan.

“iya kha, makasih buat malem ini udah nyoba buat nyadarin aku, cuman aku butuh waktu buat move on” seraya dengan sisa tenaga ia berdiri dan menghirup udara kebebasan untuk pertama kalinya.

“move on itu pasti Jo, Cuma masalah waktu”

“ywdah Kha, aku dluan yha, kamu bawa motor sndri kan ??”

“iya kamu duluan aja, aku masih pingin di sini kok”

“jangan malem – malem pulangnya, lusa kita udah UAS, apa kamu lupa”

dengan gaya bicara hasil copas, ia mulai memunggunggi saya seraya berjalan pelan menjauhi keberadaan diri ini. dan pertanyaan yang ingin saya sampaikan tadi pun masih terbelenggu kaku di dasar lubuk hati dengan sangat mengganggu. Maka cukuplah waktu yang menjawab isi hati Jovanda seiring bergulirnya hari.

Created BY : rakhaprilio KASKUS