Cerita Cinta – Chapter 16. Ujian Akir Semester

Chapter 16. Ujian Akir Semester

 

Dua hari yang lalu merupakan dimana terjadi suatu tragedi di perpus pusat, suasananya sudah mulai mencair. Namun kepala ini masih terbayag – baying oleh pernyataan Jovanda yang menurutku lebih sulit dari rumus phytagoras, oh iya, maaf. saya memang tidak bisa matematika. Dua hari sudah hape ini juga sepi dari sms Jovanda, jangankan telfon, miscall saja tidak pernah. Maka saya tetap berpikir positif bahwa ia mungkin saat ini masih move on. Entah move on ke arah mana saya juga tidah tau menau.

“Bip, Biip, . . Bip, Biip, . . Bip, Biip” alaram itu mencoba membangunkanku mesra.

Aiih, sudah jam Sembilan pagi memukulku. Pusing itu belum juga pergi karna semalaman begadang dengan anak – anak justru aku buat asik main game, Jadi beginilah efeknya. Jika dalam waktu ini saya mandi, sudah jelas nan pasti saya akan berhadapan dengan penjaga ujian yang suka ribet setengah mati untuk mempersulit mahasiswa yang terlambat datang ujian. Yah, ini memang sudah bawaan dari fakultas sejak jaman kerajaan Maja pahit belum bisa kentut.

Dengan tergesa – gesa nafas tidak tertata, maka sampailah saya di kampus pukul Sembilan lebih dua puluh menit. Dan sepuluh menit sesudah ini, adalah waktu dimana saya akan masuk kelas untuk mengikuti ujian. Maka ketika pengawas datang, berhamburan sudah para mahasiswa kalang kabut di buatnya.

Masih dengan selow diri ini bangkit dari tempat saya kumpul bersama anak – anak. Dan pagi ini benar adanya saya dapati keberadaan Jovanda masuk ke dalam kelas yang berbeda, namun masih berhimpitan dengan ruangan saya. Matanya sempat memandang jauh kepadaku, terlihat sendu dan meragu. Tidak ada ekspresi untuk sekedar menyapa atau memberi salam, ia pun masuk ke dalam kelas begitu saja.

Bukan hati ini berharap akan perhatian atau apa – apa dari jovanda, sebab saya merasa sedikit ada jarak dengan dia seusai permasalah yang terjadi kemarin. Maka gundah sudah hati ini di buatnya, seperti diajak terbang tinggi ke langit ketujuh, kemudian di hempaskan di perempatan lampu merah begitu saja. ya sudah lah, saya masih tau diri, level wanita seperti jovanda memang sangat sulit untuk di taklukkan. Seraya saya mencoba menenagkan hati ini.

Pengawas sudah masuk kelas dengan semangatnya, sedangkan mahasiswa dengan bingungnya nanti akan mencari jawaban kepada siapa. Di kursi dengan nomor 22 saya duduk di depan Ervian bocah dari lumajang dengan gaya Emo ( Elek Homo ) yang sering menyapaku denagn sapaan “Ya opo Jo kabare” ( Jo = Paijo ). Maka tak jauh satu bangku di depan saya ada Tika, wanita dari kota yang sama seperti Rian Jagal dari Jombang.

Secara intelektual, Vian adalah cowok pemalas dengan jawaban seadanya. Sering menjawab dengan tema mengarang bebas. Namun jika terkena soal berbau matematika, kemampuan mengarang bebasnya bisa saya pastikan mendapat nilai Nol. Sedangkan Tika, jika di mintai jawaban saat ujian, selalu berkata “aku ngejawabnya ngawur ini”. padahal setiap dia usai berkata seperti itu, nila matakuliah yang di kerjakannya tidak jauh dari nilai A atau B. dasar tidak berprikesahabatan.

Taukah sodara apa salah satu alasan saya mengambil jurusan Sosiologi ini ?? sebenarnya ini masih berhubungan dengan matematika adanya. Saya berharap di jurusan ini saya tidak akan bertemu lagi dengan angka dan tetek bengek sejenisnya, namu perkiraan saya salah, justru di jurusan ini ada matakuliah statistik sosial dimana di dalamnya masih berkecimpung dengan angka dan tidak jauh dari matematika.

Maka ujian statistik hari ini, cukuplah saya serahkan kepada sang maha kuasa.

“Kha, kamu iso tah tentang rumus statistik ini ??” tanya Vian padaku di sela petugas menyebarkan soal & jawaban.

“kalo sama angka aku macet Yan, pasrah lah aku” bisikku pada Vian.
“Ywdah jo, kita pasrah aja sama anak – anak” kita ?? lo aja kali gue ogah. Sebab usaha itu tetap ada.

Namun apa kenyataan yang terjadi ?? usaha bisik sana sini pun tidak membuahkan hasil. Justru bisikan saya malah sampai ke telinga pengawas, dan peringatan pun saya dapatkan. Memang ini semua sia – sia tiada guna, Hanya harapan semu yang bermain di hayal ini bahwa ada bidadari yang mau memberi jawabannya secara cuma – cuma. Namun ketahuilah sodara, bahwa kemungkinan satu banding seratus dalam kondisi seperti ini.

Created BY : rakhaprilio KASKUS