Cerita Cinta – Chapter 17. Bidadari Statistik Sosial

Chapter 17. Bidadari Statistik Sosial

 

Dengan judul yang sodara baca, pastilah sodara yakin bahwa akan ada bidadari cantik nan jelita, baik hati tidak sombong dan ramah tamah yang akan menolong saya, ya itu benar adanya, namun tidak berhenti di situ saja, perjuangan ini masih saya lanjutkan demi mengisi lembar jawaban yang masih belum tersentuh oleh pena sedikitpun.

Dengan masih mengandalkan manusia di sekitar saya, maka bibir ini tiada pernah berhenti untuk bertasbih memanggil nama mereka. Kali ini saya mencoba Tika sebagai penolong yang mungkin mau berwelas asih kepada saya. Taukah sodara, salah satu rumus menyontek untuk mengetahui mahasiswa yang mempunyai jawaban atau tidak, yakni

“di mana ada pena bergoyang, maka di situ pasti ada jawaban”

itu lah rumusnya.

“tik, tik, tika . . tik” bisikku lirih.

“apaan, sih Kha” dengan raut muka malas ia menoleh padaku.

“ini jawaban no 2 dong please” pinta saya memelas.

“iya ini bntar lagi” berpalinglah dia dan siap menggoyang penanya kembali tanpa memberi kepastian yang pasti.

Satu dua menit saya tunggu itu datangnya satu jawaban, namun dapat 20 menit saya menunggu, belum muncul juga . Ah sial pikirku ini hanya harapan palsu belaka, tanpa perasaan berdosa ia memang tega setega – teganya terhadap manusia tak berdaya seperti saya.

“Kha, udah ada jawaban belom, nih aku ada no satu” bisik Vian sembari melempar gulungan kertas padaku.

Saya lihat itu kertas pemberian dari Vian, niat baiknya memang saya hargai, namun bukannya saya pilih – pilih jawaban, tapi jika memang salah pilih jawaban, fatal adanya. Karena diri ini masih meragu dengan jawaban pemberian Vian, maka saya pun pilih berdiam diri dan berdoa saja. siapa tau ada malaikat yang mencatat amal baik saya di saat seperti ini.

Satu dua menit berlalu, jam di dinding pun tiada mau berkompromi sedetikpun untuk sejenak menunggu, dan saya sudah membayangkan bahwa semester genap depan, saya harus mengulang mata kuliah yang sama dengan Maba (Mahasiswa Baru). Yasudahlah kalau memang begini kejadiannya.

Di sisa detik – detik terakir, 15 menit itu terus melaju dengan bunyinya yang khas, “tik tok, tik tok, tik tok” dan lamunan saya pecah tiba – tiba karna ada selembar kertas nyasar di meja saya dengan mesranya berisi jawaban penuh, mulai dari no satu sampai nomor lima lengkap beserta rumus dan nama pemiliknya.

Sebentar, ini lembar jawaban siapa gerangan tengah hinggap di mejaku. Para mahasiswa sudah tak mau di pusingkan dengan segala persoalan yang ada. Maka di sisa waktu seperti ini, berhamburanlah mereka semua untuk menghirup udara kebebasan. Di tengah kepanikan waktu 15 menit yang mulai habis, maka saya sudah masa bodoh dengan lembar siapa tengah di contek saat ini. kebut kilat saja itu jawaban dan selesai dalam 10 menit cepatnya. Bersyukur setidaknya lembar jawaban saya tidak kosong melompong, masih ada renda tulisan yang indah di susun acak – acakan sebagai bahan koreksi.

Tidak lupa untuk membalas kebaikan bocah dari lumajang, maka saya tinggalkan itu lembar jawaban saya untuk Vian contek, dan saya bergegas keluar untuk mengumpulkan entah itu lembar jawaban siapa yang tengah saya bawa, mungkin karna panik bercampur gembira maka saya sudah tak konsen lagi dan sesegera mungkin ingin keluar dari ruangan bak neraka dengan dua algojo tersebut.

Akirnya saya dapat menghirup udara kebebasan untuk pertama kalinya, dengan angan – angan masih berfikir lembar jawaban siapa yang tengah saya contek tadi. Tiba – tiba saja seseorang menepuk pundak saya dari belakang dan menyapa dengan suaranya yang tidak asing lagi di telinga saya.

“Rakhaaaaaaaaa, ih lo ujian tadi gimana, lancar kaga ??” oh, itu Nabila.

“eh, lo Bil, iya Alhamdulilah tadi lancar, lancar banget nyonteknya” jawabku sambil berjalan menuruni anak tangga.

“kok ga bilang makasih ??” wajahnya cemberut.

“lah, makasih ama sapa orang td gw ga sempet liat nama pemiliknya kok” gerutuku.

“ywdah 5 hari kedepan gw ogah nyontekin lo lagi klo gitu” dia berlari mendahuluiku.

“e, ee, eeeh, bentar Bil, jadi tadi lembar jawaban lo gitu ??” saya mencoba menyusul Nabila.

“Bodooooo” ngambeg sudah itu wanita.

“ya maap Bil, gw panik tadi, kurang 15 menit baru ngasih jawaban sih” saya mencoba ikutan ngambeg.

“kan sebelumnya gw jg masih ngerjain begoooooo !!!” plak, . . saya dapat jitak.

“iya, iya maap, ywdah sini gw traktir minum di kantin” tawarku padanya.

“kok minum, gw tadi belom sarapan kha” wajahnya berubah melas setengah merampok saya.

“iya sekalian makan Nyeeet !!” jawabku kesal padanya.

Bersyukur apapun itu adanya, sebab Nabila telah menyelamatkan satu mata kuliah terpenting di hidup saya. Jadi apapun yang ia minta saat itu, pastilah saya penuhi bak ratu minta ini itu saya harus mau.

 

Created BY : rakhaprilio KASKUS