Cerita Cinta – Chapter 44. Tantangan atau Pertanyaan

Chapter 44. Tantangan atau Pertanyaan

 

Ini adalah hari dimana tujuan liburan saya akan terpusat di Bogor. Banyak yang menyebut Bogor sebagai kota hujan atau Malangnya kota Jakarta. Hawa dingin itu pasti, curah hujan yang tinggi itu tentu. Tak lupa segala persiapan Champing out door juga telah saya persiapkan jika anak – anak nantinya mengadakan renungan malam di luar vila. Setelah dirasa semua anggota siap, maka saya izin kebelakan terlebih dulu pada mereka sebelum penyakit lupa ini menyerangsaya kembali. Pastinya sodara semua sudah faham bukan, saya ingin telfon kekasih tercinta.

“halo yank” pastilah itu kalimat pertama yang di ucap oleh sang penelfon.

“iya dalem yank, mo berangkat ya pastinya ini, ya kan” tebak Vanda padaku yang belum sempat berucap.

“kok sayang tau, hehehe iya yank ini mau berangkat. Mau pamitan dulu sama cantikku ini biar nanti gak bingung nyariin gitu lo” jawabku manja.

“iya iya sayang aku tau kok, udah buruan berangkat aja, pasti udah di tungguin kan” seolah Vanda itu selalu tau kondisi yang saya alami.

“iya yank, you is the best deh !! Mwaaaach” sambil beraleri menyusul teman – teman di depan saya menunggu Vanda menutup telfon dengan ciumannya.

“mwaaaach too sayang” dengan kecupan itu, maka di tutuplah telfon saya.

Sesampai di depan seperti biasa, Fany ngomel karena menunggu saya sedari tadi di belakang. Saya pun Cuma bisa cengar cengir banyak alasan supaya hubungan ini tetap aman adanya. Belum sempat Fany dan Bila naik k eke mobil, mereka teringat akan barang yang di rasa tertinggal di kamar, maka dengan cekatan mereka segera pergi ke lantai atas bertemankan Doni juga. Sedangkan Stevy sibuk sendiri dengan make upnya yang takut luntur jika tidak segera di dinginkan di dalam AC. Maka saya lebih memilih untuk memanaskan mobil dan mengeluarkannya dari garasi sampai Fany Bila dan Doni telah siap untuk memasukkan barang kedalam mobil.

“loh ini siapa yang ngluarin mobil dari garasi” Tanya fany kebingungan.

“loh bukannya Bilah ??” jawab Stevy tampak kebingungan juga.

“orang Bila ama gw kok di atas, lo jangan horror deh” Fany mencari kepastian.

“kenpa lagi sih, ini gw yg ngluarin mobilnya dari garasi. Ada yang lecet ??” sahutku dari arah belakang mobil

“lah, lo bisa nyetir Kha ??” Tanya Fany sedikit heran di susul Bila yang baru datang.

“nih apa ??” saya tunjukan itu sim A kepada mereka semua.

“wah KAMPREEEEET lo dari kemaren kaga mau bilang, anjiiiir kita terus Bil yang nyopir sana sini, ini dia bisa nyupir mobil kga mau bilang, wah sialan lo Kha” Fany mulai geram kepanasan.

“wahahahahaha, salah sendiri ga nanya kan, udah ayok” ajakku sambil masuk ke dalam mobil BMW – X5 milik Bila.

Dengan perasaan Fany yang tengah gondok, maka jadilah saya supir dalam perjalanan itu. Sesekali hati ini terasa menggelitik jika di ingat Fany yang merah padam mengetahuiku yang sudah punya sim A ini. Padahal selama perjalanan Jakpus – Bandung semua Fany yang nyetir, jadi kalau di ingat – ingat kembali maka saya hanya bisa tertawa sendiri.

Seingatku saya sampai di Bogor pukul 10.00 AM, udaranya masih cerah nan sejuk persis seperti kota Malang. Yeah, its time 4 fun batinku di di depan Vila milik tante Fany yang selama 3 hari kusus di sewakan untuk keponakan tercintanya. Sedangkan tante fany itu sendiri saya juga belum tau bagaimana wujudnya sampai saat ini sebab yang saya tau Fany lebih sering berkontak via telfon daripada bertemu secara langsung. Ah dasar penikmat tehnologi pikirku, sudah tidak memikirnya yang namanya silaturahmi lagi. Dasar manusia termakan kapitalisme.

Sedikit gambaran tentang Vila milik tante Fany, terdiri dari 4 kamar dengar kamar mandi di dalamnya. Suasananya sangat klasik seperti rumah adat milik suku di Kalimantan entah apa itu namanya saya lupa. Vila itu di jaga oleh 1 tukang kebun, 1 pembantu wanita sebagai pelayan vila dan sekaligus pengelolanya. Orang – orang itu merupakan masyarakat asli daerah puncak yang sengaja di sewa tante Fany untuk merawat vilanya. Udara sejuk, vew yang menawan serta alam hijau seperti di pedesaan lengkap sudah ini pikirku.

Siang sampai sore hari kami habiskan di depan televise bercanda ria ngalor ngidul tertawa terbahak – bahak dengan Stevy sebagai bahan leluconnya. Mulai dari Stevy yang pernah mengenakan mini set sampai foto Stevy yang di gap oleh Fany tengah mengenakan G –String. Dasar sarap betul ini bocah pikirku, otak bukannya di taruh di kepala tapi malah pindah ke pantat. Hingga malam menjelang, kami sepakat untuk membangun tenda atau yang biasa di sebut dom oleh anak pramuka sebagai tempak tidur kami di area luar vila.

Magrib mulai menjelang, malam mulai berganti alam. Kami telah usai dengan tenda yang masing – masing telah kami siapkan. Maka untuk menemani rasa dingin malam itu, saya dan Doni sepakat untuk menyalakan api unggun sebagi penghangatnya. Sedangkan Stevy saya kacungi untuk mencari kayu di reruntuhan pohon. Teoat pukul tuju malam saya telah kelar dengan pembuatan api unggun, dengan di temani kopi dan teh, kami berkumpul di sekitar api unggun untuk mencari kehangatan. Sedangkan Doni yang saya rasa paling dewasa dalam acara liburan ini, maka saya Tanya kepada dia acara apa yang paling enak untuk di lakukan mala mini.

“Don, enaknya ngapain nih, masa Cuma ngumpul di depan api unggun trus ngebakar Stevy” tanyaku pada Doni serta menggoda Stevy.

“hahahaha, boleh tuh ngebakar Stevy, tar gw kasi bumbu rasa soto ayam aja ya Kha. Eh, gimana kalo maen Tantangan atau Pertanyaan ?? berani gak ??” usul Doni seketika.

“itu maenan apaan say, kaya kuda lumping gituh eah, wahahahahaha” Tanya Stevy dengan tololnya.

“lo itu taunya cuma sodom aja stev, stev, dasar otak ga jauh dari slakangan” ujarku sambil gelang – geleng kepala.

“itu lo Stev, semacem adu kejujuran gitu. Jadi kita nyari botol trus di puter kan ya, klo botol itu udah selesai berenti, jadi siapa yang ada di depan botol itu
tar bakal di kasih pertanyaan atau tantangan gitu” jelas Bila dengan cekatan.

“oke, siapah takudt, gw kasi tantangan tar lo pada !!” Stevy pun beranjak mencari botol paling ideal untuk permainan kami tersebut.

Setelah Stevy mendapatkan botol yang bentuknya saya rasa mirip seperti bentuk, maaf sebelumnya. Seperti alat kelamin laki laki dengan ujung botol yang melembung seperti sedang memakai helm, dan saya pun juga tidak habis pikir itu botol prodak apa yang stevy dapatkan.

Putaran pertama di mulai dari Bila terlebih dahulu yang sangat ingin memulainya, dan benar saja ketika ujung botol itu terhenti, tanpa di duga tepat menunjuk arah saya. Maka dengan gembiranya ia pun memulai pertanyaannya yang harus saya jawab dengan jujur dan bijak.

“Kha, siapa saat ini orang yang lo sayangin di hidup lo, gw pengen denger jawaban itu nama cewek !” dengan tegas nan lantang pertanyaan itu tertuju padaku.

Bagaimana saya bisa jujur mengenai perasaan saya kepada mereka jika saat ini gadis yang mulai saya sayangi adalah Jovanda seorang. Maka bisa di pastikan dengan satu jawaban yang saya ucap, bakal bubar sebubar bubarnya acara malam ini. Sambil bingung harus menjawab bagai mana, saya tengah sibuk mencengkram paha Stevy sebagai sasaran empuk untuktempat saya melepas panik.

 

Created BY : rakhaprilio KASKUS