Cerita Cinta – Chapter 60. Seperti Kenyataan

Chapter 60. Seperti Kenyataan

“Sayang bangun”

“yank . .”

“ayok bangun . . .”

Kepala ini terasa pusing hebat untuk menangkap lemahnya suara itu yang terdengar samar – samar di telingaku. Siapa gerangan pagi – pagi begini ada seseorang yang memanggil saya dengan sebutan sayang di tengah tidur yang memaksakau untuk beranjak bangun. Di elusnya kepala yang masih berat ini, di sandarkan di atas pahanya dan terasa sangat nyaman untuk sekedar melepas rasa pusing. Sebentar saya amati ternyata itu Jovanda. Ya, kekasihku datang padaku untuk membangunkanku dari tidur dengan mesranya. Senyum itu menghiasi atap kamarku dengan manisnya dan sesekali ia mengusap rambutku dan kami sempat mengobrol untuk beberapa saat sebelum hal itu terjadi.

“sayang ayok bangun, aku mau ngomong sesuatu . .” dengan amat lembut ia berucap seolah ini adalah Jovanda yang pernah saya miliki.

“iya yank, mau ngomong apa ??” karena masih belum sadar maka saya jawab saja itu ajakan Jovanda yang ingin membicarakan sesuatu.

“aku minta maaf atas kejadian kemarin . .” dengan erat tangan ini di genggamnya dan terasa dingin.

“kejadian kemarin . . ??” respon saya teramat sangat lambat untuk mengingat kejadian pedih di hari kemarin.

“sebelumnya maaf kalo kamu harus ngrasain rasa sakit yang mungkin kamu gak sanggup untuk nerimanya. Tapi kemarin itu bukan aku yank, itu bukan mauku. Kamu pastinya tau aku ga bakal nglepas orang yang udah aku pilih sebagai pendaping hidupku. Lewat ini aku pingin minta tolong sama kamu, aku mohon” wajah itu berubah menjadi sangat takut dan tak dapat saya ekspresikan dengan kata – kata lagi.

“minta tolong apa yank ??” rasanya kepala ini sudah mulai sadar untuk merespon setiap perkataannya.

“tolong rebut aku dari Deri, selametin aku dari kejadian ini. aku ga mau hidup sama dia. Aku Cuma butuh kamu. Kalo kamu udah sadar pada waktunya, cepet selametin aku sebelum terlambat” wajah itu sunggu amat berharap cemas akan bantuanku.

“kalo aku udah sadar ?? bukannya sekarang aku udah . . . .”

Jantung ini berdegup begitu kencang, pusing ini tiba – tiba menyerang hebat lagi di kepalaku. Dada ini terasa amat sesak untuk bernafas, selimut di sekitarku ku tarik kuat – kuat pertanda saya merasakan rasa sakit teramat sangat sakit. Serasa mau pecah saja ini kepala, maka dengan satu hirupan udara yang amat dalam saya bangkit dari tidur. Dan benar saja, yang saya lihat tadi tidak lebih dari sekedar bunga tidur. Atau lebih tepatnya ini hanya,

Mimpi . . .

Ya, Saya bermimpi.

Terasa kacau hari – hari saya saat ini, mata ini terasa berat untuk memandang, sedangkan pola hidup saya menjadi kacau semenjak hari kemarin kehilangan Jovanda. Masih tidak peraya dengan keadaan yang tengah saya alami, saya coba pandang itu jarum jam kuat – kuat untuk memastikan ini bukan mimpi lagi. Tidak berhenti sampai di situ, saya coba cek hape dan benar adanya ini adalah hari sesudah dimana saya di tinggal oleh Jovanda. Dengan berjalan sempoyongan dan beberapa kali terjatuh sebab tubuh ini kehilangan keseimbangan, maka saya mencoba duduk bersandar di teras depan sambil menghirup udara segar yang dapat merefresh otak saya untuk berfikir.

Apa – apaan ini maksudnya, kemarin dia memilih untuk putus dengan saya, sedangkan hari ini seenaknya saja dia masuk dalam mimpi dibawah alam sadar dan mencoba untuk menjelaskan sesuatu. Yang kemudian setelah saya ingat apa saja percakapan saya dengan dia, intinya dia ingin minta tolong dan di selamatkan. Tapi sebentar, di selamatkan dari apa coba, bukannya dia kemarin dengan jelasnya berkata bahwa ingin balikan dengan Deri. Masih sibuk saya berfikir ini mana yang mimpi mana yang nyata maka kepala saya kembali pusing, dan segala hal tentang Jovanda coba saya lupakan dan tidak di ingat – ingat lagi. Termasuk mimpi barusan yang bisa merusak otak saya jika di ingat kembali.

Masih berusaha untuk move on, saya segera mandi dan bersiap – siap sebab sebentar lagi ada jadwal perkuliahan. Namun setelah di ingat kembali, jadwal kuliah hari ini adalah satu kelas dengan Jovanda. Siap kah saya untuk memandang wajahnya yang kini bukan lagi menjadi milik saya ?? beberapa kali hati ini lebih memilih untuk tidur saja di kosan atau bermain mencari kesibukan, tapi logika ini tidak. Dia memaksa saya untuk tetap masuk sebab hari ini adalah mata kuliah wajib yang tidak boleh saya tinggalkan. Maka dengan perasaan berat hati, saya segera berangkat saja dan menuju ke kampus.

Sesampai di parkiran, hati ini terasa deg – degan. Entah apa yang membuat degup jantung saya menjadi tidak aturan seperti ini, yang jelas saya gemetaran untuk sekedar masuk ke dalam gedung. Baru saja memparkir motor, saya berjalan beberapa langkah menuju arah gedung. Dan tau kah sodara apa yang tengah saya lihat saat itu ??

Jovanda turun dari mobil Deri dengan cipika cipiki tepat di depan mata saya.

Ya, TEPAT DI DEPAN MATA SAYA !!!

TEPAT SEKALI SODARA !!!

DAN INI BUKAN MIMPI !!!

INI KENYATAAN !!!

Remuk jantung ini, hancur berkeping – keeping perasaan ini. sesaat sesak nafas ini untuk bernafas. Ya, ini adalah kondisi yang bisa saya gambarkan betapa saya berat menanggung penderitaan yang baru di mulai perjalanannya. Dan baru hari ini saja, saya sungguh ingin menangis bersujud memohon kepada tuhan yang maha kuasa untuk ambil saja ini nyawa saya lebih cepat akan terasa lebih baik. Namun jangan siksa saya dengan hal seperti tadi. Kelhilangan dia saja sudah lebih dari cukup untuk membuat hidup saya kacau. Apa lagi jika saya harus di siksa seperti ini, maka saya lebih memilih mati.

Usai melihatnya bermesraan dengan Deri, saya coba beranikan diri untuk tetap masuk perkuliahan sebab sebenar – benarnya mata kuliah ini tidak dapat saya tinggal sekali saja. maka dengan langkah tertatih dan menunggu Jovanda lenyap dari pandangan, saya baru berjalan dengan tegap meski kaki ini sesekali ingin beranjak kembali dan lebih memilih meninggalkan itu yang namanya perkuliahan. Masih berjalan mengarungi anak tangga, tiba – tiba saja seseorang menyapaku dari belakang dengan amat sakitnya perkataan itu menusuk jantungku.

“gimana rasanya liat Jovan balikan sama Deri ?? sakit gak ?? hahahaha . .” tawa Nonik sungguh pun terdengar seperti setan baru keluar dari rahim Neraka.

“sebenernya gw pingin buat lo ama dia putus sih Kha sejak awal. Cuman sebelum gw nglakuin itu kok tumben banget Jovan malah mutusin lo dluan. Yah, jadi ga seneng deh gw ngliatnya, huff” jika tangan ini waktu itu membawa batu bata di genggaman tangan saya, maka sudah jelas hukumnya bakal saya tampol itu muka setan biar ngomongnya tidak ngawur seenak udelnya saja.

“udah Non, gw lagi Bt banget hari ini. jangan buat gw lepas kendali ya” dengan maha sabarnya saya mencoba meredam amarah di tengah ejekan Nonik.

“lah lo marah gitu belom, belom. Yaudah ga jadi gw kasih tau kha, dadaaaaaaah !!!” dengan berlari lebih dulu Nonik pergi meninggalkanku yang masih berjalan dengan tertatih menyusuri anak tangga.

Sesampai di kelas, semua mahasiswa sudah berdesak – desakan untuk memilih tempat duduk. Hanya saya yang saat itu tengah terlambat untuk memilih tempat duduk. Sebelum dosen datang untuk mengajar, maka segera saya cari mana bangku yang masih kosong sekiranya bisa untuk saya duduki. Setelah mendapati bangku paling belakang sendiri dekat dengan jandela ternyata masih ada bangku kosong. Baiklah saya coba untuk duduk di situ saja, beruntung meski terlambat saya masih dapat tempat duduk.
Namun perasaan ini tiba – tiba berubah tak enak ketika kucium bau parfum yang sungguhpun sangat familiar di hidung saya, taukah parfum siapa itu sodara ?? Itu bau parfum Jovanda yang ternyata dia duduk tepat berada satu sof di depanku.

Dapat tempat duduk sih ya emang dapat, tapi ga gini juga pikirku. Lantas apa yang terjadi dengan situasi seperti ini ?? haruskan saya loncat dari jendela, atau saya duduk lesehan depan papan tulis, atau mungkin bisa jadi saya duduk di sebelah dosen. Ketahuilah sodara bahwa semua hal yang telah saya sebut tadi semata – mata untuk menjauhi jarak Jovanda duduk dengan saya. Sebab hanya dengan mencium bau parfumnya saja bisa membuat saya sesak nafas. Bukan karena baunya seperti emak – emak pasar senen, tapi bau itu menyimpan kenangan yang pernah saya lalui dengan dia. Bayangkan saja jika sodara berada di posisi saya, tentu sakit bukan.

Created BY : rakhaprilio KASKUS