Cerita Cinta – Chapter 61. Roti Selai Kacang Rasa Tai Ayam

Chapter 61. Roti Selai Kacang Rasa Tai Ayam

Kelas itu terasa sesak, namun lebih sesak lagi ya perasaan saya ini. bagaimana tidak, di depan saya duduk seseorang yang dulu pernah mengisi hari – hari saya sebelumnya. Dan kini apa, saya hanya bisa memandang punggung itu tanpa lagi sanggup memeluknya dari belakang. Sudah lah, jalani saja, tetap move on dan terus bersemangat, gumamku dalam hati. Tengah dosen asyik menjelaskan, perhatian saya tentunya tidak dapat lepas dari Jovanda. Setiap gerak geriknya telah terekam oleh mata ini, begitu juga ketika ia tengah asyik BBM’an dengan Dery, saya pun tau dan itu justru terasa seperti sebilah pisau yang mendarat pelan di punggung saya alias di tusuk dari belakang namun maaf, ini bukan tusbol seperti punya Stevy. Bahkan jika boleh saya berandai – andai, mungkin ini rasa sakit jauh lebih perih ketimbang tusbol milik Stevy.

Muak dengan kondisi seperti ini, saya segera mencari dimana absen berada. Pasalnya saya ingin kabur dari kelas dengan absen terisi penuh alias tidak alpha. Bisa kah hal itu di lakukan, tentu bisa jika ini Rakha yang punya. Oke absen sudah berada di tangan saya, lekas saya isi itu tanda tangan bak artis tenar namun tak jauh seperti cakaran ayam. Maklum, masih maba sodara. usai absen terisi penuh, maka saya izin ke belakang pada dosen bersamaan dengan rekan yang lain. Jadi tentu perhatian dosen akan terbagi antara dua mahasiswa yang tengah keluar secara bersamaan pada tengah jam mata kuliah. Dan pasti mind set yang terekam oleh dosen adalah ketika mahasiswa itu keluar secara bersamaan pastilah akan kembali secara bersamaan juga. Namun di sini saya tidak kembali, melainkan saya bablas keluar menunggu di sebelah kelas untuk menanti tas yang di jatuhkan oleh sang teman. Perihal keberadaan saya, pastilah dosen mengira saya sudah kembali bersama rekan saya yang saat itu telah kembali ke dalam kelas.

Dengan suksesnya saya keluar kelas, saya sudah masa bodoh itu dengan mata kuliah yang penting absen penuh dulu. Masalah ilmu, belakangan saja lah. Daripada di kelas saya justru tersiksa sebab kondisinya tak jauh beda dengan neraka menurut saya. Lekas menyalakan motor, tiba – tiba saja Amelia memanggilku dari arah kantin yang saat itu ia tengah sarapan. Tepat sekali pikirku, di saat ngabur seperti ini saya bertemu dengan murid semata wayang saya. Maka datang lah Amelia menghampiri saya sebab acara makannya telah usai bersama teman – temannya yang ternyata saat itu ia memang sedang ada perlu di fakultas saya. Karena ini moment kebetulan yang terbilang cemerlang, maka saya ajak saja itu gadis untuk sekedar melepas penat.

“Baru kuliah Kha ?? ehm . .” sapa Amel sambil mematikan nyala motorku.

“oh iya, baru aja ngabur. Eh maksudku baru selesai. Kamu ngpain di sini ?? tumben ??” tanyaku sedikit keheranan.

“ini baru nyari data tentang sosial dari kenalan kakak tingkatku di FISIP, trus ini kamu mau kemana ??” Amel pun balik bertanya.

“kemana ?? ga tau juga sih. Mau balik ke kosan males. Mau keluar juga gada temen. Hadeee” keluhku pada Amelia.

“mau jalan – jalan kah ?? atau ngopi dulu ?? enak nih mumpung masih pagi” tawar Amel padaku.

“kemana ?? bingung aku Mel, serah kamu aja dah” jawabku pasrah padanya.

“yaudah jalan aja dulu, aku tau caffe yang cocok buat kamu” seraya Amel menaiki motor saya dan menyuruh untuk segera bergegas.

Pikiran ini sebenarnya masih memikirkan Jovanda. Tapi ini kenyataannya, gadis yang tengah saya bonceng adalah Amelia. Sungguh kontras pikirku, tapi mau bagaimana lagi, mungkin ini yang di rasakan setiap jombloan yang tengah berusaha untuk move on. Akirnya saya sampai di sebuah café dekat dengan daerah stasiun kota. Suasananya amat sangat nyaman, dengan kicau burung kenari dan udara yang masih sejuk di tambah sepinya jalanan itu dari lalu lalang kendaraan bermotor membuat pikiran saya tenang untuk sementara dan bisa melupakan Jovanda dalam suasana damai ini.

“pesen apa Kha ??” tanya Amel memecah lamunanku.

“owh, kopi susu aja” jawabku reflek.

“aku liat kamu kaya orang stres gitu, apa ga mau coba hot chocolate ?? di café ini hot chocolatenya recomanded loh !” tawar Amelia dengan semangatnya.

“emang apa kaitannya orang stres ama hot Chocolate Mel ??” saya masih belum Ngeh dengan maksud Amelia.

“kalo orang lagi galau atau stres gitu tuh paling nyaman minum coklat Kha. Itu bisa bantu ngurangin rasa stres. Ya aku ga bisa jelsin secara ilmiahnya sih, tapi yang jelas gitu. Aku sering nyoba juga kok. Bneran deh” dengan gayanya yang Khas ia mencoba meyakinkanku.

“ah yaudah deh, ngikut kamu aja Mel” jawabku sambil duduk lesehan di tepi pagar lantai dua pada caffe itu.

Maka Amel pun pergi mengantar pesanan usai kami memesan minuman masing – masing dengan snack roti selai kacang. Diri ini hanya bisa menatap awan di pagi itu dengan udara sepoi – sepoi yang mengalir lembut melewati pori – pori tangan ini. di tambah suara kicau burung kenari yang benar – benar bisa meningkatkan mood ke level yang lebih baik. Ya, sekarang saya merasa jauh lebih baik dari pada di kelas sebelummnya. Usai mengantar pesanan, maka Amelia pun datang menghampiri saya dengan gayanya yang teramat centil dan sanggup untuk menghibur saya.

“Cii, Ciie . . . Mr. Galau lagi bengong ngliatin awan nih. Hahahaha” ejek Amel sambil duduk bersila menyandingku.

“kamu ini baru jadi murid udah sotoy gini Mel, hadeee” pandangku beralih pada paras Amelia.

“abisnya dari tadi aku liat itu mata kamu kayanya kosong terus sih” ujar Amel mencurigaiku.

“emang mataku mau di isi apa ?? aquarium yang ada ikannya gitu biar keliatan idup ??” jawabku asal.

“ya ga gitu pak guru, kan orang lagi stres ama yang enggak itu bisa di bedain pak” tutur Amel seolah saya ini guru resminya.

“trus aku keliatan gimana sekarang ??” tanyaku serius padanya.

“kaya orang galau sih” jawab Amel dengan cekatan.

“emang kamu tau masalahnya apa ??” tanyaku makin mendalam.

“gak tau lah, orang kamu ndak cerita gitu juga lo Kha. Kan aku Cuma bisa nebak kamu lagi fine atao enggak. Udah itu aja, jadi klo kamu emang lagi punya masalah, ya itu yang musti kamu share sama aku” ujar Amel dengan simplenya.

“status kita lagi sama” jawabku sedikit ketus.

“maksudnya ??” tanya Amel kebingungan.

“status hubungan kamu sekarang apa ??” saya coba ingatkan itu status dia.

“owh, aku jomblo Kha” jawabnya sambil melirik ke atas langit.

“ya gitu, aku sekarang sama kaya kamu” jawabku santai.

“lah ga mungkin, bo’ong nih kamu ya !!” sunguh itu gadis belum percaya terhadap kejombloan saya.

“ga percaya ya udah” jawabku sambil lalu menggigit roti yang saat itu baru datang beserta minumannya.

Tengah asyik saya melahap ini roti di mulut saya, rasanya ada yang aneh. Rasanya roti ini tak pernah saya rasakan sebelumnya dan tak pernah saya temukan di caffe manapun. Saya coba cek itu isi selai roti di dalamnya memang benar ada selai kacang. Tapi taukan sodara rasa aneh apa yang tengah saya rasakan, rasa itu seperti tai ayam. Benar sungguh saya tidak bohong, berulang kali saya gigit kembali roti itu untuk memastikan tetapi tetap saja rasanya tak berubah, seperti tai ayam. Karena takut ada yang salah dengan indra pengecap ini, maka saya suruh Amelia untuk mencobanya dan tentunya saya ingin mendapat respon yang sama. Dan yang benar saja, ia merakan bahwa rasa roti itu adalah . . .

Created BY : rakhaprilio KASKUS