Cerita Cinta – Chapter 73. Seperti Bumi dan Langit

Chapter 73. Seperti Bumi dan Langit

 

Usai sudah kegiatan mahasiswa dalam melakukan observasi dan pendekatan kepada masyarakat suku tengger di Desa Ngadas. Tempat yang selalu saya rindukan baik warga dan kenangannya yang setia bermain untuk terus mengingatkan saya. Maka pagi itu kegiatan telah di usaikan oleh oden pembimbing. Sehingga mahasiswa di beri kebebasan untuk pulang ke kosan masing – masih atau memilih lanjut bermain ke Bromo atau Ranukumbolo. Jika saya sudah pergi sejauh ini tapi belum bisa melihat pemandangan di sektar Bromo, maka rugi adalah kata yang tepat untuk saya sesali nantinya. Meminta pendapat pada rekan – rekan sekalian maka saya berusul bagaimana jika kita melanjutakan perjalanan ini hingga ke Bromo atau Ranukumbolo.

Singkat cerita, dari hasil kesepakatan, yang ikut untuk melanjutakn perjalanan ini dan bermalam di Ranukumbolo adalah saya, Vian, Dani dan Fauzi. Maka sebagai kekasih yang sah, tentunya Jovanda juga ikut turut serta dalam perjalanan ini. sedangkan Nabila, dengan paksa di ajak oleh Jovanda sebab ia tengah tak ada teman perempuan dalam satu perjalanan. Melihat mereka bisa akur seperti ini sungguh memebuat pikirn saya tenang dan nyaman. Tak ada perasaan beban meski saya tau Nabila masih dengan setia menyembunyikan perasaannya yang tengah terluka karena hubungan ini.

Bermodal Mobil yang di bawa oleh Jovanda sebelumnya, kami segera berangkat menuju ke sana dengan Fauzi sebagai navigator yang mengetahui arah jalan ranukumbolo sebelumnya. Sedangkan peralatan kami, adalah sisa dari barang – barang semasa praktikum. Untuk tenda kami bisa menyewa di kawasan pariwisata yang sebelumnya memang sudah menyediakan untuk para wisatawan. Kami berenam segera berangkat ke sana karena ingin bermalam lebih lama. Maka segeralah itu mobil saya kebut dengan kencangnya ala gaya offroad. Untuk mobil sangat mustahil jika di medang seperti ini harus menggunakan Honda Jazz, jadi buang jauh – jauh pemikiran tentang mobil mewah tersebut. Sebab saat ini saya sedang fokus terhadap mobil Jeep

Medan yang di lalui oleh mobil sangatlah terbatas. Maka di tempat penitipan mobil, mulai dari situlah kami berjalan menelusuri jalan setapak demi setapak yang tanpa terasa membuat kaki ini terasa pegal mau copot saja. Namun jika di perhatikan, itu sejauh saya berjalan sampai sejauh ini, belum satu kalipun saya lihat Nabila mengeluh capai atau minum air sekalipun. Meski keringat itu jatuh berkucura namun tetap saja, paras wajah itu tetap manis mutlak milik Nabila. Sedangkan Jovanda dengan fisik yang saya rasa bisa di golongkan lemah, sebab tidak jarang ia merasa sesak nafas ketika berjalan menaiki bebatuan yang agak curam. Dengan porsi minum yang terbilang banyak, maka tak jarang perjalanan ini berhenti sesekali karena acara Jovanda untuk sekedar buang air kecil.

“Yeeeeeeeeeeeeeeeeeee !!!! sampek juga nih !!!!! hahahahay, Jo liat danau nya, ayok kesana” ajak Nabila bersama Jovanda yang saat itu masih ngos – ngosan nafanya tak beraturan.

“Kha, gw pinjem dulu cewe Lo, jangan di cariin ya !! weeeek !!” ejek Nabila sambil menarik tangan Jovanda lari bersamanya.

“iya tapi ati2, Jovan masih capek itu !!!” tariakku kepada mereka yang sudah lari berjauhan.

Asyik mereka dengan pemandangan yang di suguhkan, saya bersama tiga rekan lainnya sepakat untuk mendirikan tenda sebagai tempat bermalam sebelum udara dingin Ranukumbolo menusuk tulangku. Usai menata tenda dengan rapi di tepi danau, saya dudukan saja di atas batu sambil memperhatikan kelakuan Jovanda dan Nabila yang seperti anak kecil bermain air di tepi danau. Mereka yang dulu awalnya hanya teman, kini berubah menjadi dekat seperti sahabat. Entah apa yang di rasakan Jovanda dan Nabila ketika mereka bersama, seolah mereka kini di satukan oleh hubungan yang mengikat secara tak langsung dengan objek yang di tuju yakni saya. Jika saya adalah alasan mereka untuk bersatu, kenapa tidak. Bukankah dengan begini terasa jauh lebih baik ? Ya, semuanya memang terasa lebih baik dari sebelumnya.

Tak lama mereka kembali dari acara bermain air di tepi danau dengan menyapaku gembira. Terlihat keringat itu berkucuran indah dari tubuh mereka masing – masing. Karena merasa gerah, Nabila izin ke tenda untuk mandi terlebih dahulu. Sedangkan Jovanda, menemani saya di heningnya pagi hari ini dengan pemandangan danau air nan gemercik indah menghanyutkan.

“sayang kok kamu ndak ikut main tadi, seru loh !!” ujar Vanda dengan serunya.

“aku sibuk masang tenda tadi. Trus liat kalian asik maen, jadi kebayang sesuatu” jawabku kalem masih asik menatap Ranukumbolo.

“kebayang apa emang ?? kebayang aku sama Bila lagi mandi yah ?? hayo ngaku . .” dengan gencarnya ia memojokkan saya.

“tau aja kamu . . . ye enggak lah !! aku cuman mikir aja, kan kalian dulu itu Cuma temen biasa. Ga saling kenal di kelas. Sekarang ?? udah kaya sahabat aja. Ya kan” tanyaku mengingatkan Jovanda.

“nggggg, ya juga ya ?? aku kok baru nyadar ya yank. Pkok semenjak hubungan kita baikan gini, dia juga jadi baik yank sama aku. Kan aku jg gada temen deket sekarang, ga kaya dulu. Jadi kalo aku ngrasa nyaman, yaudah temenan aja sama dia. Sekalipun dia itu sebenernya sayang sama kamu”

“apa kamu ndak takut kalo suatu saat aku bkal di rebut sama dia ??”

“kenapa takut, kalo suatu saat aku harus pergi ninggalin kamu dluan gimana ?? hm . . bukan kah dia pengganti yang ideal buat kamu ??

“maksud kamu ?? kamu mau ninggalin aku lagi ??” tiba – tiba saja saya tersulut oleh emosi.

“ya gak lah sayang, kan misalnya aja. Jangan kburu ngambeg gitu ta. Aku kan udah janji ama Nabila buat sayangin kamu. Heheheh” tuturnya mencoba menenangkanku.

“udah deh, ga usah bahas hal ky gitu lagi. ga penting n ga lucu yank” jawabku dengan nada masih agak kesal.

“sayang, aku sama sekali ga ada niatan buat ninggalin kamu sekalipun dalam keadaan gimana pun, tapi kalo suatu saat yang di atas berkata lain, kita harus bisa ngerti satu sama lain yank”

Masih tidak mengerti tentang apa yang di bicarakan oleh Jovanda saat itu, lantas saya pergi meninggalkannya begitu saja ke dalam tenda tanpa memahami apa yang tengah ia katakana. Sebab untuk mendengar kata pisah dari bibirnya sama saja seperti jantung ini di tusuk oleh sebilah pedang. Meski saya belum pernah merasakan itu yang namanya di tusuk pedang secara langsung, namun kejadian ketika saya harus berpisah dengan Jovanda kemarin cukuplah menjadi contoh yang sepadan.

Siang berganti malam, caha rembulanpun datang dengan indahnya. saya tengah asik bermain game dari hape di tenda dengan di temani Vian. Jovanda dan Bila, entahlah mereka sedang apa, rasanya hubungan itu makin erat saja. masih bermainmaen game balap dari hape, Vian pun menanyai saya dengan beberapa pertanyaan sambil asik melahap mie buatannya sendiri.

“Kha, kamu wes jadian tenan toh sama Jovanda ??” tanya Vian sambil lirik padaku.

“Eng . . . iya udah, napa yan ??”

“kok gak traktiran she ?? gak langgeng lo ntar !??” seraya ia mendoakan yang tidak – tidak.

“lah ini lagi di Ranukumbolo apa ?? kan aku ngajak kamu sama aja aku nraktir yan. Besin mobil jg aku, nyopir aku trs apa lagi” jawabku masih fokus pada game.

“iya jg seh ya ?? hehehe, ya apa Kha jadian sama Vanda rasanya ?? Duren apa papaya ?? wakakakaka” tanya Vian dengan isengnya.

“rasa Duren, mau ??” jawabku sambil iming – iming kepada Vian.

“weleh, wes belah duren to ?? ya opo Kha rasane ?? aduh maaaaak, perawan kelas hilang satu !!” sok menyesali sesuatu dia sambil bertepok jidat.

“rasane ya enak yan, manteb banget, punel gitu wes !! hahahaha, wek” ejekku sambil menggoda Vian.

Masih asik berhomo ria di dalam tenda yang sama, itu pintu tenda tiba – tiba saja nongol muka Jovanda sambil jengkel menyuruh saya keluar.

“sapa yang kamu maksud punel ?? sini kluar kamu yank !!” ajak Jovanda dengan jengkelnya.

“halah yank, Cuma aku becandain kok, ga serius” jawabku sambil garuk – garuk kepala di luar tenda.

“heleh, sama aja. Tar aku di kira cewe ga bener gimana coba. Oiya, besok kalo bisa kita balik agak pagi aja ya yank. Coz aku mesti ada cek up. Aku lupa ga ngabarin kamu” tuturnya manja sambil menggandeng tangan.

“owh iya deh, mank mau cek up apa yank ?? kayanya dadakan banget deh” tanyaku dengan sedikit penasaran.

“ya minta vitamin ke dokter aja, soalnya aku gampang lemes akir – akir ini”

Dengan penuturan tersebut, maka pastilah besok pagi saya harus segera pulang bersama rombongan dan segera mengantar sang kekasih ke klinik untuk mengambil multi vitamin sebagai asupan agar ia tak mudah lesu. Ya, itu penturan Jovanda dari yang saya trima.

Created BY : rakhaprilio KASKUS