Cerita Cinta – Chapter 78. Selamat Tinggal Kenanganku

Chapter 78. Selamat Tinggal Kenanganku

Masih ingat bagaimana bayangan saya akan meledakkan rumah Stevy dengan sekumpulan tabung Elpiji, pada saat itu juga saya tengah terbahak – bahak membayangkan ekspresi seorang banci menjerit – jerit minta tolong sambil menahan ompol di celananya. Eh, celana ? rok maksud saya. Masih asyik bergurau ria kami dudukan di rumput pusat kota, lebih tepat itu seperti kawasan alun – alun yang tempatnya bisa buat nongkrong orang satu RT. Kami bergurau sambil membunuh waktu agar menit 00.00 itu segera datang. Maka tanpa terasa ada pengumuman dari panitia pelaksana kembang api bahwa dalam lima belas menit lagi, acara akan di mulai. Untuk melewatkan tahun 2008 ini yang penuh dengan liku dan rasa pahit, maka saya ingin menyimpan memori saya tentang Nabila agar tetap tersegel di tahun itu dan tidak mengusik hari – hari saya di tahun 2009. Saat itu kami saling bergandeng tangan, dengan di pimpin oleh Fany, kami melakukan doa bersama dan memulai sebuah harapan baru . . .

“tuhan, dia telah pergi
Pergi jauh meninggalkanku
Tanpa harapan, tanpa pesan
Membekas luka bertabur lara

Jaga dia untukku di sana
Meski jauh aku akan tetap cinta
Begitu juga rindu ini masih miliknya
Menggenggam erat berselimut luka

Ku simpan semua tentangnya di tahun ini
Jangan biarkan dia mengusik hidupku lagi
Sebab ada seseorang yang telah aku sayangi
Tuhan, kusimpan kenangannya agar mati di sini . . .”
Berdoa usai, kami saling membuka mata. Menatap satu sama lain, saling lempar senyum pertanda harapan kami di tahun berikutnya adalah indah. Cinta dan cita – cita akan segera kami raih. Meski hati ini menjerit menyebut nama Nabila untuk di bawa kemanapun saya pergi, namun tekad ini sudah bulat untuk meninggalkan kenangannya agar terkubur mati di malam pergantian tahun baru ini. detik demi detik terus berganti, menghitung mundur waktu secara bersamaan. Kami bersorak, berteriak. Dan kami pun sampai di tahun yang baru tanpa Nabila di sisiku. Selamat tinggal cinta, kamu tetap yang terbaik.

“sayaaaang liat itu kemabng apinya bagus banget yah !!!” dengan gembiranya gadis saya yang satu itu tak pernah tau apa yang tengah saya rasakan.

“iya yank bagus, kamu suka tah ??” tanyaku manja sambil memelukknya dari belakang manyandarkan dagu di pundaknya.

“ya suka lah sayaaang, bisa kumpul sama anak2 gini. Ada kamu di samping ku trs kita nglewatinnya di kota orang lain. Ini seru yank . . .” jawabnya masih bertabur rasa gembira memandang bunga api yang bertaburan di langit gelap malam itu.

“jadi pacar yang baik ya sayang. Jangan bandel sama cowokmu. Yang nurut trus jangan boros buat tahun ini” dengan beberapa pesan saya sematkan agar tahun depan ini menjadi lebih baik.

“siaaap bos, saya bakal jadi pacar yang baik, tidak boros dan suka menabung !!” dengan jawaban ala militer ia membelai tangan saya yang melingkar di pinggangnya.

“Siiiip, good girl !!” kecupku pada pipi Jovanda di tengah keramaian bunga api yang kini mulai habis dan redup.

“yaaaaaaaaaach, uda kelar begindi acaranya, cepet amat yak, hhuhuhu” keluh Stevy dengan alaynya.

“mau nambah durasi Step, ?? bakar noh rumah bu pati Kediri. Asli acaranya ga bakal selesai tiga hari tiga malam. Wkwkwkwkwk” candaku sambil menggoda Stevy.

“yang ada aku lebih milih hati kamuh biar terbakar cinta akuh Kha, Kyaaaaaaa !!!!” dengan girangnya ia justru gencar menggodai saya.

“hoeeeeeeeeek, muntah darah gw dengernya Kammmbing !!!” jawabku sewot sambil menahan mual.

“acara dah kelar nih, ?? pulang apa gimana ??” tanya Fany memecah suasana tawa di antara kami.

“pulang aja yah Fan, aku agak cape soalnya, hhehehehe, . . gapapa yah ??” tanya Jovanda manja sambil berdekatan pada Fany.

“owh gitu, ywdah deh gapapa. Cepet istirahat aja, kasian itu kelopak mata lo yang bawah udah mulai ada kantungnya” jawab Fany sambil memperhatikan mata Jovanda.

“gw capcus dulu ya Fan ama Jovanda. gw jalan kaki soalnya” seruku sambil menyalami anak – anak satu persatu.

“iya, ati2 di jalan Kha, di gandeng Jovandanya. Awas ilang lagi, hahaha !!!” gurau Fany padaku yang muali jalan perlahan meninggalkan mereka.

Saya pulang, pulang dengan jalan kaki di temani oleh Jovanda pada malam itu. Bergandengan tangan sepanjang jalan sambil bercerita tentang harapan dan cita – cita di tahun ini yang ingin kami capai. Dalam doanya, ia berharap bahwa hubungannya dengan saya akan berjalan langgeng dan ia punya keinginan untuk tunangan bersama saya nantinya atau dalam waktu dekat ini. namun semua itu belum terlalu saya tanggapi serius sebab itu masih sebatas angan – angan belaka. Jauh kami berjalan, melihatnya mulai kelelahan sungguh tak sampai hati rasanya. Maka jarak yang kurang sedikit ini saya putuskan untuk menggendong Jovanda di balik punggung sambil tangan ini menenteng dua sandal miliknya. Apakah terlihat romantis, tentu tidak. Sebab tidak jarang sesekali saya sempoyongan di buatnya karena dada itu terlalu menusuk punggung saya yang membuat sulit berkonsentrasi untuk jalan.

“Hoaaaaaaaaaaaamzzzz, sampe jugak !!!!” teriakku sesampai di dalam kamar dan menurunkan Jovanda di atas ranjang.

“capeeek ya sayang ?? hehehe, apa aku berat buat kamu ??” tanya Jovanda sambil tiduran di samping saya.

“ya berat sih, cuman lebih berat lagi waktu kamu niggalin aku itu yank, ckckckck” jawabku sedikit sinis padanya.

“hahahaha, gak lagi kok sayang. Dah ya jangan di bahas lagi. Btw kamu bruan ganti baju sana, kringetan gitu” suruh Jovanda dengan sedikit mendorongku.

“iya yank, aku mau mandi sekalian biar seger. Mayan ada aer panasnya di dalem, hahaha” sambil berdiri saya berjalan menuju kamar mandi.

“Yaaaaaaaaaaaaannnkkk, mandi sendiri tah ??” lagi – lagi kalimat itu muncul untuk menggoda saya kesekian kalinya.

“halaaaaaah kamu ini omong doang yank, sene kalo emang cewek !!!” teriaku dari dalam kamar mandi.

“tar liat aku mandi kamu pingsan yank ?? hahahaha . .” godanya cekikikan di atas kasur.

Dengan gurauannya yang tergolong ekstrem, saya lebih memilih untuk fokus terhadap kamar mandi. Sebab jika saja ia mengiyakan untuk mandi bersama dan tiba – tiba masuk ke dalam kamar mandi, tentunya sodara tau apa yang akan terjadi. Maka usai acara saya mandi, segera saya ganti baju tidur dan bersiap untuk menuju pulau kapuk yang sudah menungguku mesra berteman mimpi. Namun bau keringat dari Jovanda itu rupanya cukup menggangguku, bukan karena bau atau apa. Hanya saya terasa lengket ketika tangan ini harus menyentuh tubuhnya. Pastilah saya merasa jijik jika harus tidur bersamanya dalam kondisi jorok seperti ini. Akirnya dengan sedikit paksaan saya suruh itu satu gadis untuk segera bergegas mandi, dan acara mandi milikhnya itu pastilah mengundang sesuatu, sebab godaannya kali ini bukan sekedar bualan saja. melainkan akan ia buktikan !

Created BY : rakhaprilio KASKUS