Cerita Cinta – Chapter 79. Mandi Bareng Jovan

Chapter 79. Mandi Bareng Jovan

Meskipun itu artis, jika ia terlahir dengan kebiasaan yang jorok, tentu fansnya akan ngacir di buatnya. Begitu pula dengan Jovanda, secantik apapun dia, jika tengah berkeringat seperti ini, dia tetap manusia biasa dan tidak ada yang istimewa. Dengan gencarnya saya suruh dia untuk segera mandi agar rasa jijik ini segera hilang dan kami akan segera beristirahat sebab esok kami sudah harus pulang ke kota Malang. Maka dengan beberapa paksaan saya suruh ia untuk mandi segera tanpa menunda – nunda waktu lagi.

“yank buru mandi sana, itu badan kamu udah pada pliket smua gitu loh” suruhku sedikit memaksa agar ia segera bergegas.

“iya bentaaaar, . . . kalo aku mandi dapet apa tar ??” bertanyalah ia dengan polosnya.

“dapet bersih lah, mank mau dapet apa lagi” jawabku sedikit keheranan.

“kirain bkal dapet cium, hehehehe” jawabnya manja sambil mengenakan handuk.

Dia masuk ke dalam kamar mandi, suara air nan gemercik itu terdengar nyaring pertanda air sedang di isi dan ia akan segera mandi. Sedangkan saya, masih asik tiduran di kasur berselimut kain tebal yang mulai menghangatkan badan saya. Masih asyik melihat siaran televisi, tiba – tiba saja Jovanda keluar dengan mengenakan handuk yang menutupi dada sampai di atas pahanya sambil berkata,

“yank, ini udah jam stengah dua pagi, aku takut mandi ndiran di dalem. Aku ga biasa pake lampu kuning, kalo gak pke lampu putih aku takut yank” keluhnya sambil sandaran di tepi pintu.

“yaelah yank, orang gada apa2 kok di dalem. Udah deh coba aja dulu. Kalo takut, buka aja pintunya dikit biar bisa dengerin suara TV” jawabku masih asyik menonton TV.

Saran itu ia trima, masuklah kedalam kamar mandi dengan perasaan masih berselimut rasa takut. Namun lagi – lagi dalam waktu beberpa menit ia mulai keluar lagi dengan rambut yang sudah basah berbalut handuk menutupi dada dan pangkal pahanya.

“apa lgi sih yank ?? kan pintunya uda di buka ??” tanyaku heran dengan kelakuan ini Jovanda.

“aku masih takut yank, kalo gini aku ga bisa mandi, . .” jawabnya dengan penuh nada gelisah.

“yaelah kamu ini yank, bentar aku copotin lampu warna putih kalo gitu” dengan malasnya saya berinisiatif untuk mengganti lampu orange yang ada di dalam kamar mandi.

Saya coba liat itu di langit – langit lampu putih itu tinggi sekali. Tidak ada kursi atau alat apapun untuk saya menggapainya. Saya bingung, tentu pasti. Sebab badan Jovanda sudah setengah basah begini beserta rambutnya. Karena tak ada pilihan maka saya tanya itu pacar saya maunya bagaimana.

“yank, gak mungkin deh rasanya kalo mau ambil lampu putihnya di atas dinding gitu, tinggi banget. Trus kamu mandinya gimana ??” tanyaku pasrah karena keadaan ini.

“gimana ya, aku takut yank kalo di dalem sendirian. Walau pintu udah di buka ttep aja prasaan takut itu masih ada” dengan ekspresi takut ia mulai jongkok di depan pintu kamar mandi menahan udara dingin malam itu.

“mau aku temenin ta ??” usulku asal.

“hah ???” dia melongo menatapku bengong.

“ah lupain aja, ywdah deh kamu nda usah mandi yank gapapa” jawabku putus asa membiarkannya jorok sambil menenggelamkan diriku di atas ranjang.
Sesaat saya tiduran di atas ranjang, beberapa menit kemudian tangan ini di tarik oleh Jovanda yang masih lengkap dengan handuk menutupi dada di atas pahanya dengan manja berkata,

“yank temenin mandi aja gapapa deh . .” tuturnya dengan malu – malu kucing.

“eh ?? apa . . .” saya coba pastikan itu permintaan Jovanda.

“temenin aku mandi di dalem yank, tapi lampunya aku matiin aja yah”

“serius nih ??”

“lha gimana lagi, udah terlanjur basah ya basah aja” sambil menarikku ke
dalam kamar mandi ia mulai mematikan lampu.

Kalo begini jadinya, bukan hanya dia yang basah, tapi joni juga !!! sialan, saya tidak ada persiapan. Dengan ganasnya Joni meronta – ronta minta keluar kadang. Celana tidur yang saya kenakan secara jelas di pandangi oleh Jovanda yang saat itu menjulang tinggi seperti bukit. Dengan senyum centilnya seolah dia tau apa yang tengah terjadi pada saya. Diri ini tetap fokus untuk berada di atas rasa sadar agar tidak terjadi hal yang di inginkan. Lampu itu telah mati, hanya ada saya dan dia di dalam kamar mandi itu. Suara shower mulai berderai deras membasahi tubuh indah itu. Samar – samar saya lihat ia masih mengenakan celana dalam berbalut Bra. Namun tetap saja, indah itu mutlak milik tubuh Jovanda. Tengah asik memandangnya dalam remang – remang, saya berfikir bagaimana bisa tuhan menciptakan makluk seindah ini. bagaimana tak indah, punggung itu kecil ramping putih di sekujur tubuhnya tiada cacat. Kaki jenjang itu dengan mulusnya menopang dua buah simalakama yang setiap hari melekat erat pada dada Jovanda yang menjadikannya maskot terindah dari tubuh Jovan. Rambut yang basah tergerai sesekali di usap shampoo olehnya, membuat saya ingin pingsan saja di dalam kamar mandi malam itu. Saya kuatkan mata ini untuk menembus dalaman jenis apa yang tengah ia gunakan saat itu, dan benar saja sodara. G – String itu melingkar indah di antara selakangannya. Dan ketika mata ini menyadarinya, saya hanya bisa berucap . .

Tuhan . . .

aku tak sanggup lagi . . .

Bawa aku keluar dari sini sebelum terlambat . . .

Selesai sudah acara mandi itu. Ya, akirnya selesai juga. Dengan muka merah padam, segera saya tenggelamkan itu raut muka di atas ranjang agar tak terlihat oleh Jovanda. sedangkan ia, masih sibuk bercermin sambil mengeringkan rambutnya menggunakan hairdryer. Sambil melihat punggungnya dari atas ranjang, ia tengah menyisir rambutnya sekarang. Sungguh cantik betul itu kekasih semata wayang milik saya. Dengan sesekali ia melirik padaku, di lemparnya senyum manis itu selengket gula jawa. Usai dengan cara sisir menyisir rambutnya, ia mulai mengenakan piyama untuk acara tidurnya. Dan kami mulai bersanding untuk tidur saling memeluk satu sama lain. Sebab saya tau ia butuh kehangatan usai mandi pastilah merasa kedinginan.

“yank, kamu cowok pertama loh yang pernah nemenin aku mandi, Ehm . . .” sambil tiduran, kepala itu di sandarkannya di atas dadaku.

“oh ya, emang mantan kamu yang dulu ngapain aja selama tiga taon ??” tanyaku santai sambil menatap langit – langit kamar.

“aku ga pernah aneh – aneh yank sama dia dulu. Pernah sih dia ngajakin aku buat gituan, tapi aku nolak” jawabnya singkat.

“lah kenapa emang, bukannya kalian saling suka ya waktu itu ??”

“iya emang sih, cuman ga tau kenapa aku rasanya ogah kalo perawanku mesti di mabil sama dia ??”

“nah lo, efek peletnya ga mempan tuh buat ambil perawan kamu yank, wkwkwkw . . kurang ampuh tuh dukunnya” candaku pada masalah yang semapat menimpa kami kemarin.

“tau lah yank, ogah ah bahas dia lagi, ngeri. Eh yank, tolong dong ambilin vitaminku di tas sebelah kamu” sambil menunjuk itu vitamin Jovanda meminta tolong untuk di ambilkan tasnya.

“mank ni vitamin buat apa sih yank, tiap hari di minum terus gada abisnya ??” tanyaku penasaran sambil mengambilkan barang.

“kan tubuhku itu gampang lemes yank belakangan ini, nah kata dokter aku suruh minum Vitamin ini biar ga gampang cape. Tadi aja waktu jalan kalo ga kamu gendong rasanya aku mau pingsan yank, hehehehe” sambil cengengesan ia menelan beberapa pil vitamin.

Apapun yang ia jelaskan, sebagai pacar tetaplah saya percaya dan tiada menaruh curiga. Namun ini adalah awal dari sesuatu yang ia sembunyikan padaku, hingga suatu saat hal ini harus terbongkar oleh tangan saya sendiri dan mau tidak mau saya harus menerima kenyataannya. Tak usah kawatir, hal itu masih akan lama terjadi. Sebab di awal tahun 2009 ini, hidup saya akan di isi penuh dengan hari – hari Jovanda yang membuat kami harus mengaku kepada orang tua saya ketika kami ketahuan sedang jalan – jalan di Malang Town Square.

 

Created BY : rakhaprilio KASKUS