Cerita Cinta – Chapter 89. Kenyataan Terindah

Chapter 89. Kenyataan Terindah

Masih ingat obat apa yang tengah saya selidiki oleh Fany. Semua pasti akan menerka sakit apa yang tengah di derita oleh Jovan. Dengan bermodal kemuan dan pengetahuan yang terbatas, maka saya coba tembus itu batas yang menghalangi saya untuk mengetahui sebuah kebenaran melalui sebutir obat yang selalu jovan minum. Mata ini masih mencari artikel yang berkaitan dengan penampakan obat seperti yang di sebutkan berteman dengan Fany. Hingga akirnya, saya berhenti pada sebuah artikel dimana obat yang di pajang di dalamnya mirip dengan obat milik Vanda. Saya baca itu artikel hingga habis bersama dengan Fany, dan betapa tersayat hati ini ketika mengetahui itu adalah obat untuk penderita . . .

Kanker.

Di sini ada banyak macam kenker, ada kanker darah atau biasa akrab di sebut dengan leukemia. Kemudian ada pula kanker payudara dan lain – lainnya. Sejauh ini gejala yang saya rasakan, Jovan cenderung mendekati dengan penyakit leukemia. Namun semua itu masih wacana, sebab saya ingin mengetahui langsung penyakit Jovan ini sebenarnya apa. Maka hanya bermodal pengetahuan dari dunia internet, saya akan mencari sebuah jawaban dimana nantinya itu akan memantapkan hati saya dalam bertindak, berfikir dan merasakan. Sebab kesehatan Jovan, adalah segalanya untuk saya. Dan tentunya siapapun juga tak ingin jika orang yang di sayangi harus mengalami hal seperti ini. sudah lah sodara, kalian tak perlu membayangkan bagaimana rasa sulit dan berat yang harus saya lalui saat itu. Cukup kalian tau bahwa cobaan semacam ini bukan sekedar main – main. Sebab sodara tau apa yang tengah di pertaruhkan saat ini oleh Jovan,

Hal itu . .

Adalah . .

NYAWA !!!!

Pastinya sebagaian orang yang tau dan mengerti tentang penyakit kanker, mereka pasti akan sadar – sesadar sadarnya bahwa tipe penyakit ini susah untuk di sembuhkan. Bila ada kemungkinan untuk sembuh maka itu pun dengan presentase kecil. Sebab sifat sel kanker yang cenderung resisten dan mudah beradaptasi dengan segala jenis antibiotic membuat nama penyakit ini cukup di segani di dunia kedokteran sebagai penyakit yang mempunyai potensi tinggi dalam merenggut nyawa seseorang. Saya harap, itu bukan Jovanda salah satunya . .

Semoga . . .

Hingga malam datang, hape ini belum juga mendapat kabar dari bibik yang tadi telah menjanjikan akan memberi kabar mengenai keadaan Jovanda. kesal itu sudah tentu melanda hati yang tengah gundah memikirkan kekasih hati. Ingin rasa saya langsung pergi ke rumah Jovanda untuk sekedar menanyakan kabarnya namun apa mau di kata ini sudah larut malam dan pastinya ia telah jauh beristirahat untuk kesembuhannya sendiri. Maka malam itu, saya coba tenggelamkan diri ini di atas rasa kalut berselimut duka menembus malam dingin yang membekukan hati.

Pagi itu pukul 08.00 Am saya bergegas ke kediaman Jovanda. Sedangkan jadwal kuliah pagi saat itu lebih baik saya tinggalkan demi menemani kekasih tercinta yang kini saya rasa masih terbaring lemah di atas tempat tidurnya. Pastinya sodara berfikir kenapa saya tidak telfon atau sms saja, tentu hal semacam itu sudah saya coba berulang kali dan hasilnya, nihil. Tak ada respon dari Jovan, dan terakir saya hubungi kembali, justrus hapenya kini berubah tidak aktif. Pastilah perasaan gundah ini mendorong saya untuk melaju cepat menuju rumah sang kekasih tanpa basa – basi lagi. Dan satu hal lagi sodara, saya ingin maki itu bibik yang telah mengumbar janji kepada saya sebab tidak menepati janjinya dan membuat saya galau semalaman mengkawatirkan kondisi Jovanda. lihat saja nanti !

“asalamualaikum, . .” salamku memecah pagi di kediaman Jovanda dengan beberapa pembantu masih sibuk menyapu kebun.

“walaikum salam mas Rakha, silahkan masuk aja mas” sahut salah satu pembantu yang mempersilahkan saya masuk langsung ke dalam rumah sebab pasti ia juga tau tujuan saya ke situ pastilah hanya satu, itu JOVANDA.

“oiya, bibik yang biasa ngrawat Vanda dimana, orangnya ada ??” tanyaku sedikit dengan ekspresi menahan amarah dan rasa kesal.

“owh bik ina, lagi pulang kampung mas. Tadi subuh udah berangkat”

“haiiiiish, sial. Selamat kau dasar bibik sialan !!” gumamku dalam hati.

Tak usah banyak basa basi lagi, saya langsung masuk saja menyusuri rumah mewah namun tiada arti jika Jovan seperti ini. Melewati lorong yang akan mempertemukan saya dengan sang kekasih dimana ia masih terbaring lemas di atas ranjang dan manyapa saya dengan amat lemahnya seperti . . .

“pagi sayangku, . .”

Ya, itu adalah sapaan termanis yang pernah saya dengarkan setelah sekian lama saya jalan dengan jovanda. wajahnya sendu pucat bermuka pasi, dengan tangan menopang di atas bantal ia memberikan saya senyum manis sebagai pengganti sarapan untuk saya nikmati sejenak sebelum saya kembali di hadapkan pada keadaan Jovanda yang teramat pelik ini.

Saya diam, tak menjawab sapaan yang di berikan oleh Jovanda. sejenak saya duduk di sebelah ranjangnya. Menghirup nafas panjang dengan harapan saya akan siap menerima kenyataan ini bagaimanapun pedihnya. Ia pun masih menatapku sendu dengan wajah pucat tak berdaya dan masih menungguku untuk berbicara sepatah dua patah kata agar ia tau apa yang tengah saya rasakan. Telah lama saya duduk dan melihat Jovanda, Namun bibir ini tak kunjung mau berbicara sepatah katapun. Maka saya lekas berdiri dan kemudian membungkuk tepat di atas wajah Jovanda. saya tatap mata itu dalam – dalam. Ia hanya terdiam sejenak melihat kelakuan saya yang aneh saat itu. Ya, ia hanya diam saja hingga sampai saat saya merebahkan rambut yang menutupi wajahnya dan kemudian bibir ini . .

Mengecup lembut , . .

Kening tak berdosa itu . .

“Jovanda, aku sayang sama kamu, tolong jangan tinggalin aku”

Bisikku lirih di sela kecupanku di atas keningnya. Belum sempat saya mendengar respon darinya atas kalimat yang saya ucap, untuk pertama kalinya saya meneteskan air mata di depan seorang gadis yang sangat saya cintai ini. Air mata itu mengalir deras menyusuri pipiku hingga akirnya harus jatuh di atas pipi Jovanda. ia merangkulku mesra merapatkan dalam pelukannya, menenggelamkan tangisku di atas tangisannya yang kini mulai hangat kurasakan. Air mata ini saling mengiringi tentang bagaimana kami harus meliwati masa tersulit ini, menahan segala kuasa untuk lepas dari segala beban yang amat menyiksa hati.

“sayang, siapa yang mau tinggalin kamu, orang cuma pingsan doang kok kemarin” tuturnya lembut msih di sela tangis dengan senyum berbalut rasa kebohongan teramat sangat.

“kenapa kemarin gak ada kabar dari kamu, aku hubungin kok malah mati hapenya ??” tanyaku dengan mengusap air mata yang amat memalukan ini di depan Jovanda.

“owh itu, aku lupa ngecas yank. Kan ada di tas hapenya. Lha aku buat jalan aja ga kuat, makanya ga bisa ngehubungin kamu. Aku sadar juga baru melem harinya abis di kasih obat sama dokter. Mau sms atau telfon, ni badanku jg belum kuat yank. Kamu pasti ngawatirin aku ya ?? maaf ya sayang udah bikin kamu kepikiran” ia tau dimana letak kesalahannya meski saya tak ucap itu kesalahan ia yang telah membuat saya begitu mengkawatirkannya.

“iya udah gap papa kok. Trus ini badan kamu gimana ?? udah mendingan ??” dengan sambil memegang tangannya saya coba pastikan tubuh itu kini tak melemas lagi.

“iya udah mendingan kok sayang, ni dah bisa buat meluk kamu nyatanya, hehehehe” senyum manis itu masih saja dengan sempatnya ia lemparkan kepadaku.

“oia yank, aku boleh naya sesuatu sama kamu, tp tolong kamu jujur sama aku” tanyaku dengan paras serius untuk mencari sebuah kebenaran.

“iya tanya apa yank, ??”

“itu obat yang biasa sering kamu minum sebenernya obat apa, sebab aku ga yakin itu obat buat nambah vitamin. Aku pingin kamu jawab yang sejujurnya sekarang. Tolong jangan tutup – tutupin hal ini lagi” desakku untuk membuatnya berkata jujur.

“okey, aku rasa ini udah waktunya buat kamu ngerti yank. Jadi itu emang dasarnya vitamin, tapi ada fungsi laen bukan sekedar vitamin aja. Ada semacem zat untuk merangsang saraf biar aku ga gampang pusing dan tetep stabil”

“ngrangsang saraf ?? trus kamu sakit apa kok ada kaitannya sama saraf juga, berati tebakan aku tentang leukemia itu salah. Iya kan ??” diagnosaku terhadap pernyataan Jovanda.

“yee, sapa bilang aku sakit leukemia yank, kamu mikirnya kejauhan, hahahaha . . ??” tawa itu seolah eteng terhadap penyakit yang tengah ia derita.

“trus kamu sakit apa yank ??”

“baru kemarin sore dokter bilang, aku udah di vonis penyakit . . . . . “
Spoiler for buka: Hide
“Kanker Otak Stadium Awal”

Created BY : rakhaprilio KASKUS