Cerita Cinta – Chapter 92. Bersandar Sejenak di Hati Yang Lain

Chapter 92. Bersandar Sejenak di Hati Yang Lain

Saya masih berfikir tentang apa yang Jovanda katakan. Siapa pengganti yang dirasanya pantas untuk bersanding dengan saya kelak. Namun tiba – tiba saja diri ini di sadarkan dengan kenyataan yang saat ini harus saya hadapi. Maka sebelum Jovanda melanjutkan kata – katanya, pitam saya naik beberapa centi untuk menegur perkataanya yang cenderung terdengar mendahului apa yang telah tuhan gariskan.

“yank, kamu ini ngomong apa sih ?? ngomongin pengganti buat aku malahan. Apa kamu udah tau hari besok itu kayak apa. Udah lah jangan ngomongin hal yang belom jelas kedepannya. Aku gak suka kamu ngomong kaya gini. Dan selaen itu, aku juga gak mau posisi kamu di gantiin oleh siapapun !!” sahutku sedikit kasar mencoba menyadarkan Vanda.

“ya bukan maksudku kaya gitu yank, aku cuma mengantisipasi aja sih. Tapi kalo kamu gak mau denger ya udah, . . suatu saat kamu pasti tau kok siapa orang yang aku maksud” tuturnya pasrah di sebelah ranjangku.

Dengan perasaan tidak lega, akirnya ia pulang dengan di antar sopirnya. Dan saya masih saja lemas di kamar masih terbayang – bayang hal apa yang akan saya hadapi esok hari. Andai saja ada seseorang yang berkenan untuk menggantikan posisi saya, pastilah saya ingin psisi ini di gantikan untuk sementara waktu sebab sungguh pun diri tak kuasa untuk merasakan segala beban yang terasa berat bersandar di pundakku.

Hari – hari yang saya jalani pasca kesembuhan saya dari penyakit yang sempat membuat masalah menjadi semakin kelam kambali seperti biasa di sibukkan dengan kekasih semata wayang saya, yang kian hari saya lihat bibir itu tiada lagi bersinar cemerlang seperti dulu. Entah ia lupa tak mengenakan lipsglos atau bagaimana, yang jelas wajah itu terlihat pucat dengan warna bibir yang tak lagi merah merona itu. Apakah ini merupakan suatu perkembangan, saya rasa bukan. Ini merupakan gejala lanjut dari dampak kanker otak yang mulai mempengaruhi sistem kerja darah dari jantung ke otak yang mengakibatkan kekurangan suplai oksigen dan terlihat lah pucat itu wajah kekasih saya.

“yank, akir – akir ini kamu kok kliatan pucet gini ya ??” tanyaku pada Jovan usai ujian siang itu.

“masa sih yank ??” jawabnya singkat tak percaya sambil mencari cermin kecil di dalam tasnya.

“tuh liat, jadi pucet gitu, apa obatnya dri dokter sering telat kamu minum ?? hm . .”

“gak kok yank, aku rajin minumnya. Ya kadang kalo udah mulai sering mual, aku minta untuk berenti dulu gitu yank minumnya”

“lah, ya mana boleh yank, yang namanya obat di minum kan ga boleh libur !” jawabku sedikit jengkel.

“ya mau gimana lagi yank, namanya jg orang mual, kalo di paksa minum ujung – ujungnya pasti jg bakal muntah lagi. Sama aja boong kan . .”

“ah udah lah, pokok mulai sekarag kalo terasa mual ya cepet di tenangin perutnya trus cepet minum obatnya jangan lama nundanya, ya”

“iya bos Rakha, siap !!! hehehehe . . eh yank, aku pengen ngomong sesuatu nih !!! penting bingiiiiiiiit !!!” bisiknya centil menggoda telingaku.

“iiiih geli yank, paan sih ?? mo ngomong apa, bilang aja . .” jawabku kegelian sambil merangkul pinggang Jovanda.

“kan abis uas kita libur tuh yank, . . ehm !!” main kode sudah itu pacar saya.

“iya libur . . . teruuuuuuuuuuuus ???” tuturku datar sambil menunggu balasan dari Vanda.

“trus aku pengen liburan yank . .” jawabnya manja sambil mengedip – ngedipkan lentik bulu matanya serasa mata belo.

“kemana non ??” masih saja tuturku polos menanggapi ajakannya.

“ke Lombok yank, heheheh”

“BUSEEEEEEET DAAAAAH !!!! Lombok ??!!!” bubrah sudah itu ekspresi polos saya bak orang tersedak sandal jepit colongan dari masjid.

“iya yank, aku pengen ke sana. Ke pantainya gitu . . yayayayayaya” masih saja manja itu belum hilang menggodaiku.

“dalam rangka apa coba sampe ke Lombok segala ?? ini liburan apa minggat sih, palagi kamu kondisi sakit gini, enggak yank !! gak boleh !!” ujarku sewot dengan nada tegas.

“kamu lupa yank ??”

“lupa apa ??” tiba – tiba saja saya mendadak bingung di buatnya.

“minggu pertama tanggal 27 September itu kan hari jadi hubungan kita ??” tuturnya lembut memandangku dalam.

Astaga tuhan, saya sungguh lupa dengan ini hari jadi hubungan saya yang sudah tanpa terasa hampir dekat pada tahun ke dua saya bersama Jovanda. Maka sebenarnya wajar saja bila ia mengajak saya sampai ke Lombok juahnya untuk merayakan hari jadi hubungan yang ke dua ini. Namun jika mengingat kondisi Jovanda saat ini, saya rasa hampir tak ada kemungkinan untuknya pergi jauh kesana. Maka dengan perasan bingung saya masih belum bisa memberikan keputusan untuknya.

“oh iya yank, aku baru inget, . . . duh tapi gimana ya, aku ga bsia janji yank. Ada bnyak hal yg mesti aku pertimbangin dulu. Gimana ??”

“okey, ga msalah. Aku tunggu jawabanya yank”

“ywdah, sekarang kamu pulang dulu yank, udah di tungguin supir tuh” tuturku mengingatkannya yang sudah di tunggu pak Bagus selaku sopir Jovanda.

Hingga akirnya ujian di depan mata itu bisa kami lewati bersama, dan jawaban untuk Jovanda mengenai liburan yang di dambakannya tentu masih tersimpan rapi di dalam bibir saya. Sebab masih banyak hal yang akan saya pertimbangkan sebelum mengucapkannya pada Jovanda.

Sungguh suatu hal yang sangat melegakan bisa lepas sejenak dari perkuliahan yang amat sangat menjenuhkan ini. Maka ingin segera rasanya pada semester tujuh nanti saya mengambil mata kuliah skripsi dan lekas saya selesaikan kuliah ini dalam 3.5 tahun cepatnya. Sebab ada hal yang ingin saya tunjukkan ke jovanda bahwa hubungan ini ingin saya bawa ke pelaminan. Namun sebelum saya naik pada jenjang yang lebih serius tersebut, maka sebelumnya saya ingin melingkarkan cincin indah di jari manisnya. Ya, itu adalah harapan saya.

Usai ujian siang itu, saya masih nongkrong di cafeteria dekat perpustakaan untuk mencari suasana baru dalam menikmati makan siang, yang tanpa terasa ternyata kepergian saya itu di ikuti oleh Tisya dan ia sempatkan untuk menyampaikan beberapa hal sebelum saya beranjak pergi.

“kak Rakha boleh duduk sebelah sini ??” pinta Tisya ingin duduk di sebelahku.

“loh Sya, iya duduk aja. Tumben makan di sini juga . .” tanyaku santai sambil menghabiskan milk shake.

“aku emang lagi ngikutin kakak kok . .” jawabnya sedikit malu.

“da apa emang ?? ada yang mau di sampein kah ??” penasaran ini mulai sedikit muncul atas pernyataan Tisya.

“ya ada sih kak, cuman bingung mau ngomongnya gimana . .” hanya untuk sekedar berucap saja terlihat bingung sudah itu wajah dia.

“ya ngomong aja Sya ga usah bingung, aku malah tambah bingung kalo kamunya ga jelas gini kan . .”

“jadi gini kak, aku kan dah tau mbak Jovan sakit apa. Aku jg udah tau apa yang udah kakak alamin sejauh ini dan apa aja yang udah kakak korbanin buat mbak Vanda . . .”

“oh ya ?? trus ada apa dengan smua itu ??” tanyaku sungguh penasaran dengan maksud dari Tisya ini.

“ya aku makin kasian dan iba aja kak, aku ga tega ngliat kakak nanggung semua ini” tuturnya pelan sambil menenggelamkan wajahnya dalam rasa yang tak menentu.

“trus kalo udah kasian kamu mau gimana ??” saja kejar saja itu penuturan Tisya.

“aku pengen berbagi rasa sama kakak, aku jg pengen ngrasain apa yang kakak rasain. Aku pengen kakak ada tempat buat nglepas rasa lelah kakak. Jadi gak tiap hari kakak mendem rasa kaya gini, aku tau kakak sebenernya juga berat kan buat jalanin ini semua”

“berbagi rasa ?? caranya ??” dengan mengerutkan dahi pertanda saya bingung, saya tanya itu Tisya.

“aku pengen jadi pacar ke dua kakak . .” jawabnya polos dengan wajah tak berdosa.

Bayangkan sodara, ini bocah apa – apaan lagi yang tengah ia katakan. Sungguh saya tidak mengerti dengan pemikiran Tiysa. Bagaimana cara dia mengungkapkan sesuatu itu sunggah tidak tepat pada waktunya. Jadi seringkali saya salah mengartikannya. Namun jika saya mau mengerti tentang bagaimana dia memahami saya, tentu ini bukan hal yang salah. Hanya saja cara dia sedikit kurang tepat menurut saya. Dan tanpa terasa perasaan saya bimbang oleh tawaran Tiysa yang bersedia menjadi kekasih ke dua saya. Bila boleh jujur di sini, saya memang lelah dengan segala hal yang sudah saya hadapi. Namun jika saya menerima tawaran Tisya, maka sama saja saya menodai kisah cinta saya terhadap Jovanda yang sudah hampir masuk tahun ke dua ini. Dan lagi – lagi, saya harus di hapadkan pada pilihan yang sulit dengan situasi seperti ini . . .

Created BY : rakhaprilio KASKUS