Cerita Cinta – Chapter 96. Malam Pertama

Chapter 96. Malam Pertama

Jovanda memandangku geram, di pandangnya saya ini seolah obat penghambat kanker untuknya yang setiap saat bisa ia kremus kapanpun ia mau. Denga masih memutar saya bermusyawarah dengan hati ini atas pertanyaan Jovan. Haruskan saya berbohong demi menutupi masa lalu yang sebenarnya tak akan pernah bisa saya hapuskan sampai kapanpun. Di sisi lain ku pandangi pacar semata wayangku masih menunggu jawabku apakah saya yang di pilihnya ini adalah imam yang pantas untuknya. Maka dengan perasaan malu, terhina serta berat hati saya jawab apa yang menjadi penasaran Jovan hingga smua itu berlanjut pada sbuah kejadian dimana akan membawa kami dalam satu ikatan yang tak dapat di jelaskan.

“bentar deh yank aku tanya dulu, btw kamu tanya gitu sebenernya ada apa ?? hm . .”

“Ya gak papa yank, cuma penasaran aja sih. Kata anak – anak enak tapi juga sakit yank”
sejenak kupandang Jovan sungguh memandangku sendu, tangannya mulai sibuk memainkan slimut dimana bahasa tubuh itu bisa saya jelaskan bawa saat ini ia tengah bingung.

“rasanya itu sakit yank, mending ga usah nyoba . .” tuturku kalem memberikan penjelasan pada Jovan.

“tapi kata anak – anak enak itu trus apa yank ??” tanya jovan lanjut memburu jawabanku.

“kalo yang udah enak itu mereka pasti nglakuinnya lebih dari sekali”

“kok bisa gitu, emang apa bedanya sekali ama sering ??”

“kalo sekali kan kita mesti mecahin perawannya dulu, jadi kalo selaputnya udah agak fleksibel baru deh maen yang ke dua itu udah berasa enaknya”

“bentar deh yank, kok kamu tau banyak ??!” tuduh Jovan tajam pada mataku.

“owh . . . anu, itu . . . aku . .” dan gugup itu mulai menghampiriku.

“udah deh yank jujur aja, toh kalo kamu udah pernah nglakuin, aku jg ga bakal marah atau gimana – gimana” kini tutur Jovan terdengar lembut menenangkan panikku.

“iya aku pernah . . .” jawabku datar sambil hanyut memandang slimut di depanku.

“oh ya ?? serius yank . . gimana rasanya ?? ama siapa ??” kini Jovan justru terlihat antusias.

“dulu . . ama mantanku” mataku masih sendu mengingat kejadian itu.

“kapan yank ?? critain dong !!” seru jovan padaku mencari jawaban.

“kejadiannya dulu waktu aku esema. Aku nglakuinnya dua kali. Sekali di rumahku, sekali di rumah dia. Aku nglakuin itu bukan lantaran maniak seks meskipun otakku ini ngeres dengan hal begituan. Tapi semua itu kejadian juga karena sikon”

“oh aku faham, jadi kamu nglakuin itu lantaran keadaannya lagi dukung gitu ya ?? trus rasanya gimana yank, sakit ya ??”

“ya yang pertama sih sakit, tapi yang pas di rumah dia udah enakan gitu. Yank udah ah kamu jok tanya beginian terus, aku ngrasa ga enak ini !!” kesalku pada Jovan yang masih berpeluk ria di pundakku.

“aku sebenernya pengen dapet itu yank, . . kususnya dari orang yang aku sayangin kaya kamu”

“trus maksud kamu bilang kaya gitu itu apa ???” tanyaku heran memandang Jovan.

“aku pengen kamu beri hal itu skali aja sama aku untuk ngejawab rasa penasaranku” pandangnya padaku dalam penuh akan sebuah harapan.

Tak kuasa dengan hal seperti ini, saya pun hanyut bersama Jovan dalam hangatnya pelukan selimut. Kudengar hanya ada desiran ombak yang menjadi musik penghias malam itu. Kupandangi kamarku kini telah padam cayaha di gantikan oleh sinar rembulan yang mampu menembus dinding kamar yang terbuat dari kayu. Masih beradu dengan Jovan di depanku, kusadari kini bibir kami sudah saling berpagutan satu sama lain. Bagaimana lidah itu saling menyapa seolah membangkitkan libido dalam birahiku yang sudah kutahan sejak tadi. Maka dengan ini, berubahlah semua menjadi malam pertama.

Ciuman kami kian hanyut, terus merambah ke hal – hal yang lebih sensitif. Hingga tanpa kusadari tangan nakal ini mulai menanggalkan baju Jovan satu persatu. Ingin diri ini berhenti melakukan kejadian ini, namun apa daya. Jovan terlalu berambisi untuk mendapatkan hal yang sangat membuatnya penasaran. Kini saya hanya bisa pasrah dan mengikti saja permainan Jovan. Tanpa terasa ia sudah berada tepat di atas tubuhku. Menindihku dengan tubuhnya yang sintal membuatku makin lupa dengan diri ini. siapa aku, bagaimana aku, dan mengapa aku melakukannya. Dan untuk di saat terakir, di mana semuanya hampir lepas dalam kesadaran ini. Kudapati Jovan sudah siap untuk menghujam pertahanannya sendiri yang sudah ia jaga selama bertahun tahun demi mendapatkan sebuah jawaban atas rasa penasaran itu. Dan ketika semua akan terjadi, spontan kupaksa diri ini untuk mengambil kesadaran di mana saya tak boleh meneruskan keadaan ini.

“SAYAAANG . . .TUNGGUUUUUU !!!!!!!” teriaku tepat di sebelah paras Jovan yang masih beradu dengan nafasnya sendiri.

“ng . . . uhhhhff . . da . . . ap . . pa . . . yank , . . ssshhh !!!” terbata Jovan menjawabku.

“jangan di terusin lagi . . jangan !!” pintaku memelas masih berpeluk dengan Jovan.

“lah . . . kenapa yank ?? ini kurang dikit lagi” jawab Jovan masih menindih tubuhku tepat di atas Joni.

“kita gak boleh nglakuin ini. Aku jadi pacar kamu bukan buat ngajarin hal kaya gini meskipun aku dulu pernah ngalamin. Jadi kita udahin aja semua ini”

“apa yang kurang dari sikon saat ini, kita udah nglakuin sampe sejauh ini. tanpa sehalai baju, di atas ranjang dan aku tepat di atas kamu. Kenapa kamu justru minta berenti . . .”

“aku teringta amanah papah kamu. Meski kita jauh dari beliau, kita gak boleh lupa apa yang udah jadi pesan beliau pada kita. Papahmu berpesan sama aku untuk ngejagain kamu dan pacaran sewajarnya. Bukannya nglakuin hal kaya gini”

“hhhh . . . hahahaha . . . yank, . . yank . . .!!” tawa kecil Jovan terdengar lirih di sebelah telingaku.

“kenapa kamu ketawa, . . ada yang lucu ??!!” jawabku heran sedikit jengkel.

“enggak . . gak ada yang aneh kok. Hahaha . . . aku cuma heran aja sama kamu. Aku yang anaknya papahku aja udah gak inget sama amanahnya kalo udah dalam sikon kaya gini. lah kamu yang cowok malah minta berenti. Padahal sebentar lagi rasa penasaranku itu bakal kejawab yank. Dan Cuma gara – gara kamu pegang amanah papahku aku harus jadi penasaran lagi, hahahaha”

“serah kamu mo ngatain aku apa, yang jelas ini prinsipku yank . .!!”

“kamu itu ya emang !! calon suami yang bek, gak heran papahku bisa mempercayain aku ke kamu sampe sejauh ini. makin sayang deh sama kamu . . . mwaaaaaaaach !!!” kecup jovan di bibirku tanpa permisi.

“aku juga sayang sama kamu, kita tidur aja ya. Udah malem, kamu harus cepet istirahat. Jangan sampe kecapean lagi”

“iya yank, . . peluk aku dari belakang, di sini dingin . . .” pintanya manja sambil turun dari tubuhku bersiap untuk tidur.

Malam panjang itu kuhabiskan bersama Jovan dalam tidur tanpa sehelai benang di tubuh kami. Hanya dengan slimut sebagai alat penghangat tubuh, kurasakan panas itu kian menjalar di tubuh kami hingga hangat di buatnya. terus bercerita tentang pengalaman saya semasa esema dulu, ku antar Jovan tepat di depan gerbang mimpinya. Melepaskan rasa kekecewaan itu dengan mimpi – mimpi indah yang siap menemaninya menyambut pagi esok.

Created BY : rakhaprilio KASKUS