Cerita Cinta Dewasa – Pucuk Limau Pelangi #5

Cerita Cinta Dewasa – Pucuk Limau Pelangi #5

Musim Berderap Berlalu (1)

Cerita Cinta Dewasa – Kemarau akhirnya berlalu. Rintik hujan pertama jatuh di senja hari Rabu itu, saat orang-orang pada umumnya berada di rumah. Awan yang menjanjikan hujan sebenarnya telah sering bergantung-gantung di langit selama seminggu terakhir ini.

Tetapi baru sekarang hujan benar-benar turun. Mulanya hanya menetes-netes seperti tidak sungguh-sungguh hendak turun ke bumi, tetapi lalu dengan cepat membesar.

Tanah yang telah lama kering, segera menghisap air dengan cepat, dan bau bumi yang basah segera memenuhi udara. Pohon-pohon seperti jejingkrakan, selayaknya anak-anak yang ramai mandi hujan di halaman rumah masing-masing.

Kino berada di beranda rumah Alma ketika hujan turun. Patut kiranya diketahui, hubungan mereka telah membaik kembali, setelah sempat “perang dingin” selama seminggu.

Kepergian Mba Rien dan rasa sedih yang menelungkupi Kino telah menjadi picu dari ketegangan itu. Tetapi kemudian segalanya kembali seperti semula, dan Kino kembali mengantar Alma pulang setiap hari, atau membuat PR bersama seperti hari ini.

“Akhirnya hujan turun juga….,” Kino menggumam, berdiri di beranda memandang halaman rumah Alma dengan cepat tergenang air. Alma berdiri di sampingnya, menggigit-gigit pensil, merengkuh tangan kekasihnya.

“Seperti dicurahkan dari langit,” ucap Alma perlahan, mendongak memandang garis-garis air turun seperti jarum-jarum raksasa dari langit yang gelap kehitaman.

“Aku suka air hujan,” kata Kino, “Aku tidak suka terik berkepanjangan. Rasanya badanku mengering di saat kemarau, dan segala sesuatu bisa berubah menjadi bencana.”

“Mmm…,” Alma cuma bergumam. Ia juga tidak suka kemarau, terutama kemarau yang baru saja lalu. Ia tidak suka pertengkaran terjadi antara mereka berdua, dan sekarang bersyukur karena hujan telah datang. Mungkin benar kata Kino, kemarau lah yang menyebabkan mereka berdua bertengkar.

Kino memeluk bahu Alma, dan gadis itu menyandarkan kepalanya manja ke dada kekasihnya. Berdua mereka memandangi hujan, hampir lupa mengerjakan PR matematika yang tertinggal di atas meja. Kalau tidak terdengar Ibunda mendehem dari ruang tamu di dalam, pastilah PR itu tak kan pernah selesai.

*** Cerita Cinta Dewasa ***

Musim hujan juga mengiringi hari-hari akhir dari sekolah Kino dan Alma. Mereka kini telah duduk di kelas tiga, dan telah memasuki masa akhir. Ujian akan segera tiba, lalu mereka harus menempuh perguruan tinggi.

Segalanya berjalan dengan cepat, seakan-akan air hujan ikut memperlancar roda kehidupan di kota kecil itu. Tanpa terasa, Kino dan Alma kini tenggelam lagi dalam kesibukan mempersiapkan diri menghadapi kertas-kertas ujian.

Mereka belajar dengan intensif, dalam kelompok yang semakin besar, karena melibatkan pula Dodi dan Iwan dan dua teman putri yang konon adalah pasangan mereka: Sita (pacar Dodi) dan Wiwik (pacar Iwan).

Enam orang ini sering berkumpul, terutama di rumah Alma yang adalah rumah terbesar di antara rumah-rumah mereka, dan karena hanya Alma yang rumahnya tidak ramai oleh anak-anak kecil. (Alma adalah putri bungsu. Kedua kakaknya sudah tinggal di luar rumah).

Sesekali, mereka juga belajar di rumah Iwan yang punya kebun jambu di halaman belakangnya. Tetapi belajar di rumah Iwan adalah kesia-siaan belaka. Mereka lebih sering berada di atas pohon jambu, masing-masing berbekal sekantong garam-cabai-terasi. Sedap sekali makan rujak di atas pohon!

Belajar bersama dalam kelompok besar juga sering menimbulkan pertengkaran. Maklumlah, ada enam kepala remaja yang keras, masing-masing tidak mau mengalah kecuali kepada pasangannya.

Dan kalau ada tiga pasang remaja bertengkar, pastilah tidak ada penyelesaian. Alma paling sering mengeluhkan hal ini kepada Kino, dan mengusulkan agar mereka kembali belajar berdua saja. Apaboleh buat, Kino pun setuju, dan Dodi maupun Iwan cuma menggerendeng tak berani menyatakan penolakan.

Tetapi belajar berdua –sebagai sepasang kekasih– juga ada kelemahannya bukan?

*** Cerita Cinta Dewasa ***

Siang itu, ketika Kino dan Alma tiba dari sekolah, ibu Alma terlihat sedang berkemas-kemas dibantu asistennya. Sebuah tas hitam besar berisi alat-alat kebidanan tampak telah siap. Sebuah mobil milik BKKBN menunggu di jalan.

“Ibu harus ke kota R, Alma,” ucap Ibunda, tampak terengah-engah karena harus berjalan bulak-balik. Ibu ini terlalu gemuk, pikir Kino dalam hati. Cepat-cepat ia menolongnya membawa tas ke mobil.

“Kino,.. tolong temani Alma hari ini. Ayahnya juga sedang rapat sampai malam di kantor Bupati,” kata Ibunda sambil menutup pintu mobil. Lalu, sebelum mobil berjalan, ia melongokkan kepala dari jendela dan berucap, “Kamu makan siang di sini saja, Kino. Lalu belajarlah,…. jangan nakal!”

Kata-kata yang terakhir itu diucapkan sambil melirik ke Alma, yang masih menggendong tas sekolah dan berdiri mematung di sebelah Kino.

“Baik, tante..” kata Kino.

“Ya, bu…” kata Alma.

Mobil pun lalu pergi diiringi lambaian tangan kedua remaja itu. Setelah mobil hilang dari pandangan, barulah keduanya berjalan masuk ke dalam rumah yang sepi. Alma berjalan di depan sambil mengayun-ayunkan tasnya. Kino mengikuti dengan langkah ringan.

“Makan dulu, yuk…” ajak Alma yang tentu segera di-iya-kan oleh Kino. Perutnya selalu lapar di hari-hari yang penuh hujan seperti ini. Apalagi jam memang telah menunjukkan waktu untuk makan siang, dan Ibunda Alma telah menyiapkan satu ayam panggang utuh.

Lahap sekali mereka berdua makan hari itu. Walau pada awalnya kikuk juga, makan berduaan di rumah yang sepi. Alma dengan canggung menyiapkan piring dan menyendoki nasi untuk Kino.

Ia tiba-tiba merasa gugup, karena rasanya mereka berdua sudah suami-istri, makan siang bersama seperti ini. Kino juga canggung, karena ia sebenarnya tidak biasa dilayani. Di rumah, ia mengambil nasi sendiri, sesuka hati.

Alma tertawa kecil pada suapan pertamanya. Kino mengernyitkan dahi, “Kenapa?”

“Ah, tidak… aku cuma merasa lucu saja,” jawab Alma.

“Apanya yang lucu?”

“Kita. Makan berduaan, seperti…” Alma tidak meneruskan kata-katanya.

“Seperti apa?” desak Kino.

Alma terus mengunyah, lalu menjawab, “Sudahlah. Tidak boleh terlalu banyak bicara jika sedang makan!”

Kino tersenyum mendengar “perintah” itu. Mereka pun makan diam-diam, dan memang makanannya juga sedap untuk dinikmati tanpa banyak bicara.

Tak berapa lama, ayam hanya tersisa sepertiganya. Kino merasa sangat kenyang, dan Alma pun takjub sendiri. Belum pernah ia makan begitu banyak, padahal ayam panggang sudah sering jadi menu di rumah ini.

Lalu Kino membantu Alma mencuci piring di dapur, berdiri bersisian di bak cuci piring sambil mengobrol. Sesekali tangan mereka yang dipenuhi sabun bersentuhan, dan Alma dengan manja minta Kino membersihkan sabun yang menciprat ke ujung hidungnya.

“Tanganku juga penuh sabun, bagaimana bisa membersihkan hidungmu,” protes Kino.

“Gunakan pipimu!” sergah Alma sambil tersenyum manis.

*** Cerita Cinta Dewasa ***

Nakal juga pacarku ini, pikir Kino sambil mulai menyeka sabun dari hidung Alma dengan pipinya. Tetapi tentu saja Kino tidak cuma menyekakan pipinya ke hidung yang agak berkeringat itu. Dengan cepat ia mengecup hidung itu setelah tak bersabun.

Dengan cepat pula ia turun agak ke bawah, mengecup bibir yang masih tersenyum itu. Alma menarik kepalanya, tapi kurang ke belakang, tak mampu menghindar sepenuhnya.

Lalu tiba-tiba saja mereka lupa piring-piring yang belum dibilas. Lupa tangan mereka yang berleleran sabun. Bibir mereka tiba-tiba saja sudah saling melumat dan tangan Alma sudah memeluk leher Kino.

Kedua kaki Alma berjinjit, agar ia bisa leluasa mengulum bibir kekasihnya, dan agar Kino leluasa pula melumat bibirnya. Tangan Kino pun kini merangkul pinggang Alma, menekan tubuhnya agar lebih rapat lagi.

Sedap sekali mencium bibir gadis yang kau sayangi, yang wajahnya selalu kau rindukan. Alma pun terpejam membiarkan tubuhnya terhenyak ke depan. Lembut sekali rasanya dicium pria pujaan mu, pria yang tahu bagaimana memanjakanmu.

Hujan tiba-tiba turun, keras menerpa jendela dapur, menimbulkan suara berisik bertalu-talu. Tetapi Kino dan Alma tidak mendengar apa-apa. Di telinga mereka cuma ada debur jantung yang semakin mengencang, dan nafas yang mendesah-desah. Cuma ada musik romantis yang mengiringi tarian kerinduan di atas awan-awan cinta.

Perlahan-lahan tubuh Kino dan Alma semakin merapat, dan kedua mulut mereka semakin sibuk mengulum, menghisap dan terkadang menggigit.

Alma mengerang pelan ketika kekasihnya mengulum perlahan bibir bawahnya, membuatnya membuka mulut agak lebih lebar. Lalu terasa lidah Kino menyerbu masuk, menyentuh-nyentuh lidahnya sendiri. Rasanya hangat dan geli, tetapi juga mesra dan memanjakan.

Perasaan nikmat yang lain juga kini muncul di dada Alma, yang terhenyak rapat di dada Kino. Dengan tangan semakin erat merangkul leher pemuda pujaannya, gadis belia ini merasakan kegelian memenuhi puncak-puncak payudaranya yang ranum.

Apalagi gerakan tubuhnya menyebabkan gesekan-gesekan kecil. Ia menggelinjang dan semakin merapatkan dadanya. Oh, jangan biarkan semua ini berlalu! jeritnya dalam hati. Matanya terpejam rapat, dan nafasnya yang hangat semakin menderu.

Alma terhanyut dalam gelora baru yang telah lama terpendam sejak ia memacari Kino. Ia menggeliat merasakan tubuhnya bagai dipenuhi rasa geli yang aneh, yang menyebar perlahan ke segala penjuru, dan yang menyebabkan jantungnya berpacu.

Terengah-engah, Alma mencoba memahami semua ini, tetapi kepalanya terasa kosong tak bisa berpikir. Segalanya terasa tak masuk akal, karena cuma ada rasa dan emosi. Cuma ada gairah dan birahi.

*** Cerita Cinta Dewasa ***

Kino pun terpejam merasakan hangat menerpa dari tubuh gadis yang dipeluknya. Selama ini, tubuh itu lah yang ia peluk dengan sayang, yang ia terima ketika bersandar. Kini tubuh itu begitu dekat, begitu hangat, dan begitu ranum seperti baru pertama kali disentuhnya.

Sambil mengulum bibir Alma yang semakin terasa panas dan basah, Kino mengusap-usap punggung gadis itu. Ia tak peduli, sabun menodai seragam putihnya. Ia tak bisa berpikir lain, selain ingin mengusap-usap tubuh gadis yang dirindukannya ini.

Tangannya lembut menjalar ke sana ke mari. Juga ke bawah pinggang Alma, ke bagian belakang yang kenyal dan menonjol seksi itu. Kino meremas gemas bagian itu.

Alma menjerit tertahan, menggeliat kaget merasakan remasan tangan Kino. Sebuah aliran panas yang menggelisahkan menyerbu dari bagian yang diremas itu, menerobos ke mana-mana, mendatangkan sebuah demam tanpa sakit.

Ini bukan flu, pikir Alma, ini bukan demam biasa. Ini demam cinta. Alma mengerang, melepaskan ciumannya, dan menyembunyikan wajahnya di leher Kino.

Tangannya lebih erat merangkul, dan kini tubuh bagian bawahnya ia tempelkan lebih keras lagi ke tubuh Kino. Remasan tangan pemuda itu di bagian belakang telah memicu sebuah gemuruh di dalam tubuh Alma.

“Jangan di sini, Kino…,” desah Alma, repot sekali berucap di tengah nafas yang memburu. Ia melepaskan diri dari pelukan kekasihnya, lalu mengajak Kino ke ruang tengah. Kino membiarkan tangannya dituntun.

Mereka berdua sudah lupa sama sekali, ada beberapa piring dan sendok masih menggeletak di bak cucian. Tangan mereka masih agak basah, walau busa sabun telah lama hilang.

Di ruang tengah, Alma menarik Kino untuk duduk bersama di sebuah sofa empuk. Dengan segera mereka melanjutkan apa yang tadi terputus di dapur. Kino menindih tubuh kekasihnya, menciumi lehernya yang lembab oleh keringat walaupun udara sebenarnya agak sejuk. Alma menggeliat kegelian dan merebahkan tubuhnya pasrah.

Ia ingin Kino melakukan sesuatu hari ini, tapi ia tak pasti apakah “sesuatu” itu. Ia ingin membiarkannya saja sebagai misteri yang menegangkan. Dan ketegangan adalah bumbu dari percumbuan, bukan?

*** Cerita Cinta Dewasa ***

Dengan satu tangannya, Kino membuka kancing-kancing baju Alma. Oh, ia dengan mudah bisa melakukannya, teringat pengalamannya dengan Mba Rien yang kini sedang ia coba lupakan sekuat hati. Satu demi satu kancing itu lolos dari lubangnya, sehingga akhirnya baju Alma di bagian depan terkuak sudah.

Sebuah beha putih membungkus sepasang bukit ranum, jauh lebih kecil daripada payudara Mba Rien yang padat membusung itu. Tetapi tak kalah menggemaskan pula, dada Alma yang terlihat turun naik dengan cepat itu. Jemari Kino tak tertahankan, menelusup masuk ke bawah beha, merayapi salah satu bukit ranum itu.

Alma menggeliat-geliat kegelian, merasakan kenikmatan baru yang belum pernah diterimanya dari siapa pun. Ia memang senang menempelkan dadanya di pangkal lengan Kino jika bergandengan, tetapi sungguh-sungguh disentuh langsung seperti ini….. wow, berbeda sekali rasanya!

Kino merasakan puting Alma langsung mengeras ketika tersentuh ujung jarinya. Ia putar-putarkan ujung jari itu dengan ringan di sana. Ah, puting itu terasa panas seperti menyimpan air mendidih. Kenyal pula, seperti terbuat dari karet berkualitas tinggi.

Bukit kecil di bawahnya terasa padat dan halus-licin. Berkali-kali telapak tangan Kino seperti tergelincir di sana, seperti seorang pemain ski yang meluncur gembira di bukit bersalju.

Alma kini mengerang di sela desahan-desahan nafasnya. Sebuah aliran kehangatan, kecil saja bagai sebuah parit, terasa mulai terbentuk di pangkal pahanya.

Dengan gelisah, Alma merapatkan kedua pahanya, kuatir aliran itu menerobos keluar membasahi celananya, atau bahkan membasahi sofa. Tetapi berbarengan dengan itu, juga ada rasa nikmat yang makin lama makin kuat terasa.

Semakin ia merapatkan pahanya, justru semakin nikmat rasanya. Membingungkan sekali, segalanya terasa penuh paradoks. Segalanya terasa janggal sekaligus memikat.

Alma akhirnya menyerah saja, membiarkan apa pun yang terjadi. Ia cuma bisa mengerang ketika sebuah tangan Kino mengelus-elus pahanya, perlahan-lahan mengangkat rok seragamnya semakin tinggi.

*** Cerita Cinta Dewasa ***

Kino mengelus perlahan, menikmati paha yang lembut-hangat-mulus itu. Telapak tangannya seperti sedang menjalani pualam yang hangat, membuat ujung-ujung saraf di sana bergairah.

Sesekali ia tak tahan meremas, merasakan tubuh Alma bereaksi cepat terhadap setiap ramasan itu. Kino merasa seperti seorang konduktor orkestra, yang dengan gerakan tangannya mampu mengatur musik, kapan mengalun perlahan dan kapan menggelora penuh semangat.

Dengan mata terpejam, Alma mencari-cari mulut Kino. Ketika ditemukannya, ia mengulum bibir pemuda itu, sambil mendesah. Kino pun menyambut pagutan bergairah itu, sementara tangannya kini telah sampai di pinggir celana dalam Alma, di bagian berkaret yang ketat memagari apa pun yang ada di baliknya.

Mulanya, Kino ingin menerobos barikade itu, tetapi sebuah suara kecil di hatinya segera melarang. Jemarinya pun menghindari pinggiran itu, melainkan naik mengusap ke arah atas.

Kain nilon terasa halus di telapak tangannya, juga terasa hangat karena tak mampu mencegah panas yang muncul dari tubuh yang diselaputinya. Dengan lembut dan mesra, Kino mengelus-elus kewanitaan Alma yang masih diselimuti celana dalamnya.

Alma meregang, diusap-dielus di bagian itu, ia merasa seakan-akan sebuah ledakan sedang bersiap-siap meletus di dalam tubuhnya. Geli sekali rasanya.

Nikmat sekali rasanya. Tangan Kino bagai sedang mengirimkan berjuta-juta rasa, dan semua rasa itu berpangkal pada kenikmatan belaka.

Alma tanpa sadar merenggangkan kedua pahanya, membiarkan tangan Kino menjelajah lebih ke bawah lagi, ke bagian yang kini lembab oleh cairan hangat itu. Alma kini tak lagi kuatir, apakah lembab itu akan berubah menjadi basah, menjadi banjir, menjadi apa pun. Ia sungguh tak peduli.

Dengan jari tengahnya, Kino mulai menelusuri celah yang terbentuk di antara dua punuk kecil di bawah sana yang masih terlindung nilon tipis. Perlahan-lahan jarinnya menelusur ke bawah, lancar karena nilon memang adalah kain yang licin.

Terutama juga karena kain itu telah basah. Ujung jari Kino melesak sedikit, menyentuh bagian terbawah yang terhenyak di sofa.

Alma mengerang merasakan kegelian-kenikmatan menyerbu tubuh bagian bawahnya. Ia mengangkat sedikit tubuhnya, sehingga tangan Kino bisa menelusup lebih ke bawah. Lalu, jari itu naik lagi perlahan, menelusuri jalur yang sama yang ditempunya ketika turun.

Tubuh Alma pun terhenyak kembali, dan bergeletar pelan ketika ujung jari itu menyentuh sebuah tonjolan kecil di bagian atas. Apalagi kemudian Kino berlama-lama di sana, memutar dan menekan tonjolan itu.

*** Cerita Cinta Dewasa ***

Tanpa dapat ditahan oleh Alma, tubuhnya meregang. Sebuah gemuruh bagai banjir bandang memenuhi tubuhnya. Banjir itu menerjang segala yang menghalanginya, menyerbu seperti hendak membuat tubuh Alma meledak.

Kino mempercepat usapan dan gosokan jari tangannya; ia tahu sebentar lagi kekasihnya akan tiba di puncak kenikmatan yang telah didakinya dengan sabar ini.

Kino tahu, dari pengalamannya dengan Mba Rien, sebentar lagi tubuh mungil ini akan menggelepar dilanda orgasme. Maka ia mempercepat gerakan tangannya, dan menekan tubuh kekasihnya lebih dalam ke sofa.

Walaupun sudah mengantisipasinya, Kino tak urung terkejut juga ketika akhirnya Alma mencapai klimaks. Terkejut karena gadis yang lembut dan manja itu berteriak cukup keras, seperti seorang yang disengat listrik.

Cepat-cepat Kino membungkamnya dengan mencium mulut Alma. Agak sulit melakukan hal ini, karena Alma seperti menghindar, menggelepar dan menggelengkan kepalanya dengan mulut terpejam. Ketika akhirnya Kino berhasil mengulum bibirnya, Alma pun masih mengerang keras, walau kali ini ia hanya mengeluarkan suara “Ngggg….”.

Tak kurang dari 3 menit lamanya diperlukan oleh Alma untuk melepaskan semua desakan birahi yang menggumuruh di tubuhnya. Setelah itu, ia merasa lunglai dan tak bertulang. Ia merengkuh leher Kino, mencoba mencari kekuatan dari kekasihnya.

Matanya seakan tak bisa membuka, karena kepalanya masih berenang-renang di danau kenikmatan. Untuk sejenak, Alma khawatir ia sudah tidak ada di dunia ini lagi. Ia sudah berada di dunia lain, ia sudah tewas!

Hanya kemudian sebuah gigitan kecil dari Kino di cuping telinganya yang membuat ia sadar, bahwa tadi itu bukanlah kematian. Tadi itu adalah orgasme pertamanya bersama pemuda yang dicintainya.

Kino menciumi leher Alma dengan mesra. Ia seakan sedang mensyukuri kejadian barusan. Ia pun merasa bangga telah berhasil membawa Alma ke puncak birahi. Terlebih-lebih lagi, ia merasakan perbedaan yang besar dengan percumbuan sebelumnya bersama Mba Rien.

Dengan wanita itu, Kino hanya dipenuhi birahi, dan ia hanyalah sebuah perahu yang dinakodai Mba Rien. Dengan Alma, Kino dipenuhi rasa sayang, dan ia adalah nakodanya.

Siang itu, Kino berhasil pula memendam keinginannya untuk melanjutkan percumbuan. Alma sebetulnya menawarkan kelanjutan, dengan caranya yang lugu (dia bilang, “Lagi?” dengan ragu-ragu).

Tetapi Kino tersenyum saja, perlahan-lahan melepaskan pelukannya, mencium pipi gadis yang tampak makin cantik dengan muka bersinar. Ia berbisik, “Jangan, Alma.. kita cuma berdua di sini. Nanti kita terlena terlalu jauh..”

Alma terharu mendengar ucapan pemuda ini. Dipeluknya leher Kino erat-erat. My hero, you are my hero! jeritnya dalam hati, penuh suka cita.

*** Cerita Cinta Dewasa ***

Masa ujian pun tiba, membuat semua murid di kota kecil itu menghilang dari pantai atau sungai atau danau tempat mereka biasanya bermain. Semua anak-anak usia sekolah tampak berwajah serius, bahkan tak sedikit yang terlalu serius sehingga kehilangan warna kanak-kanaknya.

Kino dan Alma tampak penuh percaya diri, begitu pula Dodi, Iwan dan kedua pacar-pacar mereka. Dengan tenang -walaupun kadang-kadang agak gentar- mereka menghadapi setiap kertas ujian, dan selalu menyelesaikan soal-soal sebelum bel akhir berdentang.

Hari-hari yang sibuk selalu terasa lebih pendek dari hari biasa. Secepat datangnya, secepat itu pula masa ujian berlalu. Anak-anak sekolah berhamburan ke luar dari kelas pada hari terakhir, berteriak-teriak seakan perjuangan mereka telah usai dengan kemenangan. Padahal, tentu saja perjuangan itu justru baru dimulai.

Jalan masih panjang, walau sekarang mereka tak punya pikiran lain selain liburan sebulan penuh. Anak-anak SMA sudah pula mempersiapkan acara perkemahan, sebelum mereka bersiap-siap ikut testing masuk perguruan tinggi.

Alma terpilih sebagai ketua regu kelas 3, sementara Kino bertanggungjawab pada keamanan bumi perkemahan bersama beberapa “jagoan” yang selama ini menguasai dunia anak-anak SMA. Kino sendiri bukan termasuk jagoan, ia belum pernah berkelahi sepanjang sekolah menengah atas.

Terakhir berkelahi, ia masih kelas dua SMP, dan lawan berkelahinya kini adalah salah satu jagoan itu. Tetapi, walau tak suka berkelahi, Kino dikenal tegas dan dihormati, terutama karena dua sahabatnya, Dodi dan Iwan, sering bercerita membual tentang kehebatan Kino bermain pencak-silat. Nah,.. itulah gunanya memiliki dua sahabat tukang bual!

Perkemahan dilaksanakan di kaki sebuah bukit, kira-kira 10 kilometer dari kota. Mereka naik truk pinjaman dari kesatuan zeni Angkatan Darat, yang juga meminjamkan dua tenda raksasa untuk ruang P3K dan dapur umum.

Selebihnya, masing-masing regu membawa sendiri atau meminjam tenda-tenda parasut. Ramai sekali bumi perkemahan yang bersebelahan dengan hutan karet itu dihuni anak-anak SMA. Berbagai acara berlangsung semarak, termasuk beramai-ramai mendaki bukit dan berenang-renang di bawah air terjun.

Kino sibuk mengatur keamanan, termasuk membantu beberapa anak-anak kelas dua yang jatuh sakit akibat terlalu bersemangat. Ruang P3K ramai oleh suara batuk dan orang muntah.

Para “perawat” amatir tampak sigap melayani si sakit, dan Ibu Murni, ibu guru olahraga dan kesehatan, tampak letih memimpin mereka. Untunglah, beberapa di antara perawat amatir itu sudah terlatih sebagai anggota regu palang merah remaja.

Di tengah kesibukan dan keceriaan bumi perkemahan, tentu saja cinta remaja berkembang tak kalah meriah.

Kino dan Alma mendapat begitu banyak kesempatan untuk berduaan, terutama ketika acara api unggun, di mana semua anak duduk melingkar menyaksikan berbagai pertujukan oleh masing-masing wakil regu. Pada umumnya adalah menyanyi dengan iringan gitar yang tentu saja lebih banyak false-nya.

*** Cerita Cinta Dewasa ***

Percumbuan antar remaja juga tak terelakkan, walaupun para guru sudah memperingatkan anak-anak gadis agar berhati-hati dengan “milik” mereka. Kino adalah anggota keamanan yang juga ditugasi mengawasi kemah-kemah peserta, agar setiap malam tidak ada “pelarian” atau “penyebrangan” dari wilayah anak laki ke wilayah perempuan (atau sebaliknya!).

Tetapi, siapa yang mengawasi Kino? … Ha! .. tidak ada. Bahkan “jagoan-jagoan” pun pura-pura tidak tahu, ketika suatu malam Alma minta Kino menemaninya ke sungai untuk “sebuah urusan”.

“Kamu membuat saya serba-salah…,” bisik Kino sambil mengiringi langkah Alma menuju sungai. Beberapa anggota keamanan tersenyum saja ketika Kino melambai minta ijin.

Alma menahan tawa, lalu balas berbisik, “Tetapi saya memang perlu ke sungai!”

“Untuk apa?”

“Pipis!”

Kino menggeleng-gelengkan kepalanya. Apakah ia nanti minta diceboki pula? gerutunya dalam hati. Walaupun tentunya menarik, kalau Alma nanti sungguh-sungguh minta itu!

“Saya juga ingin berdua dengan kamu…” bisik Alma lagi ketika mereka sudah melewati pintu gerbang bumi perkemahan yang dijaga dua “jagoan” berjaket parasut hijau.

Kepada kedua penjaga itu, Kino cuma tersenyum, dan keduanya cuma mengangkat muka sebentar lalu kembali menekuni sebuah majalah. Kino tahu, itu majalah untuk orang dewasa yang diam-diam diselundupkan oleh salah seorang peserta untuk menyogok para penjaga!

Akhirnya mereka tiba di sungai, dan Alma memang benar ingin buang air. Kino menunggu di pinggir, membelakangi sungai dan Alma yang sedang berjongkok. Sepi sekali malam itu, hanya terdengar gemercik air dan desiran angin.

Selesai buang air kecil dan membersihkan diri, Alma merengkuh tangan Kino untuk mengajaknya pulang. Berdua mereka menyusuri sungai kembali ke bumi perkemahan. Tetapi, pada sebuah pohon besar di tikungan pertama, Kino menghentikan langkah mereka.

Ditariknya Alma minggir, ke bawah bayang-bayang gelap pohon, lalu dilumatnya bibir gadis itu dengan gemas. Alma segera membalas, dan nafasnya segera mendesah-desah cepat, karena ia memang sudah menunggu-nunggu inisiatif kekasihnya ini sejak tadi!

Cepat sekali ciuman mereka berubah menjadi pagutan-kecupan yang menggelora. Alma merengkuh leher Kino dan menyambut setiap serbuan penuh gairah dari pemuda itu.

Gadis ini telah pula membuka resleting depan jaketnya, mengundang Kino untuk melakukan remasan-remasan yang sangat disukainya itu. Kino pun tak hendak mengecewakan Alma. Cepat-cepat ia menelusupkan tangannya ke balik jaket, lalu ke bawah kaos. Ah, Alma tidak mengenakan beha!

Kino menemukan dua bukit kenyal di dada gadis itu telah siap diremas-remas gemas. Hangat sekali rasanya kedua gumpalan yang hanya sedikit lebih besar dari telapak tangan Kino itu.

Kenyal dan lentur dan halus. Kedua tangan Kino meremas-menekan, menyebabkan Alma mengerang, semakin mempererat rengkuhannya di leher pemuda itu dan semakin bernafsu menciumi bibirnya. Untunglah suara air sungai masih cukup keras, dan gesekan daun-daun yang ditiup angin menyembunyikan desah nafas mereka.

*** Cerita Cinta Dewasa ***

Sejak percumbuan pertama mereka di ruang tengah di rumah Alma, gadis ini sudah dua kali mencapai orgasme di tangan Kino. Sekali, sewaktu pulang dari rumah Dodi dan hari telah malam, Kino mengajak Alma masuk ke sebuah gang kosong dan gelap di dekat bioskop.

Di sana, sambil berdiri seperti malam ini, Kino meremas-mengurut kekasihnya sampai mencapai klimaks.

Kedua, di belakang rumah Alma, ketika untuk kesekian-kalinya ibunda harus keluar kota untuk membantu orang melahirkan, gadis ini juga mengalami orgasme yang melenakan. Bahkan di belakang rumah itu pula Alma pertama kali membantu Kino mencapai klimaks dengan tangannya.

Kini, di bawah pohon yang gelap, di malam yang dingin, Alma dengan cepat terbakar birahi. Tubuhnya sangat sensitif terhadap setiap sentuhan Kino. Sepertinya, apa pun yang dilakukan Kino dengan tangannya, pasti menyebabkan getaran-getaran nikmat yang menjalar ke seluruh tubuh.

Tak bedanya kali ini, walau sambil berdiri di bawah pohon yang sebenarnya berkesan angker, Alma dengan mudah merasakan orgasmenya terpicu oleh usapan dan remasan jari Kino di payudaranya. Apalagi Kino melepaskan ciumannya, kemudian agak menurunkan tubuhnya, menunduk dan membenamkan kepalanya di balik jaket Alma.

Oh, nafas Kino yang hangat segera mengalahkan dingin malam, menyerbu dada Alma yang kini terbuka karena kaosnya telah terangkat setengahnya. Kedua payudaranya yang putih mulus tampak tegak-terpampang-menantang, dengan dua puting hitam yang terasa berdenyut bergairah.

Alma menjerit tertahan ketika salah satu putingnya tertangkap mulut Kino. Tak kuasa ia mencegah suara erangan parau keluar dari kerongkongannya ketika Kino mulai menghisap sambil menjilati putingnya dengan ujung lidah.

Sementara telapak tangan Kino telah pula menutupi dan meremas payudara yang satu lagi, membuat Alma menggelinjang kekiri-kekanan dengan gelisah.

*** Cerita Cinta Dewasa ***

Inilah kali pertama Alma merasakan perlakuan seperti itu dari seorang pemuda terhadap dadanya yang ranum dan yang rasanya semakin membesar saja. Kenikmatan tiada tara segera memenuhi dadanya, dan sebentuk orgasme segera meletup menggetarkan badannya.

Alma mengerang-erang merasakan kewanitaannya tiba-tiba sangat basah dan berdenyut liar disertai geli dan nikmat yang berkepanjangan. Ia melingkarkan satu kakinya ke kaki Kino, menambah rapat menempelkan bagian bawah tubuhnya ke tubuh pemuda itu.

Ia juga tak sadar menggerak-gerakan pinggulnya, menggesek-gesekkan selangkangannya yang terlindung jeans ke paha Kino. Bahkan gesekan itu semakin lama semakin cepat dan liar, sejalan dengan semakin gemas dan bernafsunya Kino mengulum puting payudara Alma.

Di tengah angin yang mendesir dan suara air sungai yang begemercik keras, gadis ini menikmati kilmaksnya yang sangat kuat mendera tubuh.

Kino terpaksa melepaskan pagutannya pada dada Alma, kembali menegakkan tubuh dan merengkuh gadis itu erat dalam dekapan, karena tubuh gadis itu berguncang hebat sambil merapat sangat erat di pahanya. Kino juga harus membungkam mulut Alma yang mengerang semakin kencang, karena ia khawatir ada orang yang mendengarnya.

Insting Kino ternyata juga benar. Ketika Alma tengah menikmati klimaksnya, terdengar suara langkah-langkah orang di kejauhan, dari arah bumi perkemahan. Cepat-cepat Kino mendorong Alma yang masih menggeliatt-geliat itu, menyenderkan tubuhnya ke pohon, sehingga mereka berdua semakin terlindung gelap malam.

“Sst.. ada orang…” bisik Kino ke telinga gadis itu, lalu ia melumat bibirnya yang hangat dan basah, membungkam erangannya.

Alma berdiri tegang, menahan geli-nikmat yang memenuhi pangkal pahanya, memeluk leher Kino erat-erat. Berdua mereka berdiri saling merapat, menunggu siapa yang akan lewat.

Suara orang berbincang sambil berjalan terdengar semakin mendekat. Lalu lampu senter tampak diarahkan ke tanah, dan sebentar kemudian tampak dua orang “jagoan” berjalan ke arah Kino dan Alma bersembunyi. Tetapi, karena mereka mengarahkan senter ke bawah, kedua pasangan itu tak terlihat.

Ah, ternyata mereka adalah “patroli” malam yang tampaknya sedang mengecek wilayah sungai, atau mungkin juga sambil mengambil air, karena salah seorang dari mereka tampak menenteng jeriken (tempat air).

Setelah patroli berlalu, sambil menahan tawa, Alma dan Kino keluar dari persembunyian dan setengah berlari kembali ke bumi perkemahan. Tak lupa Alma mengancingkan kembali jaketnya dan merapikan rambutnya yang berantakan.

Ia sebenarnya menyesal harus berhenti “di tengah jalan” seperti ini, tetapi ia tahu Kino tak akan mengambil risiko lebih jauh. Berdua mereka masuk ke bumi perkemahan dengan wajah tak bersalah. Kino melambai ke para penjaga gerbang, yang masih asyik dengan majalah mereka. Alma kembali ke kemahnya, sementara Kino menuju posko keamanan.

*** Cerita Cinta Dewasa ***