Cerita Cinta Dewasa – Pucuk Limau Pelangi #50

Cerita Cinta Dewasa – Pucuk Limau Pelangi #50

Bagaimana Menghadapi Diri Sendiri?

Cerita Cinta Dewasa – Kalau Kino bertanya-tanya tentang bagaimana seharusnya ia bersikap jika menghadapi Indi, maka gadis itu pun punya pertanyaan yang sama. Tentu saja, kini ia berhadapan dengan dirinya sendiri. Itu bukanlah sesuatu yang mudah, bagi seseorang yang sedang menanjak dewasa dan punya kecenderungan untuk menentang segala yang bisa dia tentang.

Ketika pikiran nakal mendorongnya untuk menggoda Kino yang sedang ada di atas pohon, sesungguhnya Indi sedang dalam kegelisahan yang memuncak.

Persoalannya cuma satu: ia tidak bisa menghindar dari pemuda itu, sekali pun secara fisik ia betah berpisah sepanjang-panjang waktu. Ia tak terlalu gundah mempersoalkan di mana Kino berada, tetapi selalu gelisah mengenai bagaimana Kino bisa ada di mana-mana sementara bayangannya terus menempel di benak!

Indi sudah mencoba berpacaran dengan beberapa cowok yang sudah jelas bertekuk-lutut di hadapannya. Tetapi, justru itu lah persoalannya: para pecundang itu tidak menarik buatnya. Cepat sekali Indi bosan pada permainan-permainan satu arah yang ditawarkan oleh para pecundang itu.

Tidak ada yang baru dalam diri Hara, Eming, atau Randi ….semuanya adalah para pemuja dan pemanja yang sangat penurut. Indi mungkin bisa menyuruh mereka berenang di kubangan kerbau sebelum mengijinkan mereka mencium atau memeluknya.

Terkadang Indi berpikir, betapa gobloknya cowok-cowok itu, mau melakukan apa saja demi sebuah ciuman atau pelukan. Sering pula Indi bergidik sendiri membayangkan betapa ia punya kekuasaan begitu besar atas para pemujanya.

Bagaimana kalau aku berubah menjadi maniak dan menyuruh mereka menembak seseorang sebelum bisa mendapat ciumanku? Pikirnya pada suatu hari.

Dengan Kino,segalanya berubah total. Indi benci sekali pada kenyataan ini. Ia tumbuh dalam lingkungan keluarga yang mengajarkan kemandirian dan ketegaran. Ayahnya seorang yang pernah hidup sangat miskin tetapi lalu berhasil bangkit dan kini bahkan menjadi salah seorang tokoh di bidangnya.

Ibunya seorang pekerja keras yang menolak bergantung kepada keluarga besar, dan memilih membanting tulang untuk mendukung suami tercinta. Kedua orang tuanya mengajarkan kepada Indi secara tidak langsung, bahwa menjadi diri sendiri jauh lebih penting daripada menjadi kaya raya.

Kini kehadiran Kino membantah semua aksioma itu. Dengan gundah Indi menemukan kenyataan, bahwa jika berhadapan dengan Kino, ia kehilangan dirinya sendiri!

Ketika ia melihat Kino ada di atas pohon mangga, menebas benalu dengan cekatan, tiba-tiba saja pikiran nakal itu muncul. Tiba-tiba saja ia ingin menyampaikan kepada pemuda keras kepala itu, betapa ia bisa sangat ekstrim dalam merayu dan menggoda. Itu lah sebabnya ia menelanjangi dirinya di depan pemuda itu.

*** Cerita Cinta Dewasa ***

Ada perasaan aneh ketika Indi melakukan semua kenakalan itu …. perasaan yang sekaligus menakjubkan dan mengerikan!

Aku suka bertelanjang di depannya! seru Indi takjub dalam hati, ketika dengan tenang ia menyabuni tubuhnya dan tahu bahwa sepasang mata Kino terpaku padanya. Ia menyaputkan busa-busa mewah sabun mandinya dengan lambat dan penuh perasaan, membayangkan betapa pemuda yang di atas pohon itu sedang menikmati pemandangan gratis yang disajikannya.

Ia bahkan menggelinjang kecil sendirian, ketika salah satu jarinya secara nyaris tak sengaja menyentuh putingnya yang segera melenting memberikan reaksi alamiah. Sepanjang gerakan menyabun itu, Indi menikmati getar-getar indah yang selalu ia rasakan ketika dulu Kino pernah menjamahnya!

Kalau saja Indi lebih gila dari dirinya saat itu, ia mau melakukan sesuatu yang lebih. Ketika menyabuni wilayah-wilayah di bawah pusarnya, Indi tergoda untuk menelusuri lepit-lekuk di bawah sana yang sedang bergejolak ramai.

Tetapi, segila apa pun, Indi masih punya rasa malu dan barangkali juga sedikit sisa dari harga dirinya. Ia menolak sekuat tenaga, dorongan untuk mengelus-elus selangkangannya sendiri. Ia menyanyi-nyanyi untuk menghilangkan pikiran gila itu!

Kino tentu tidak tahu, bahwa perilaku Indi di kamar mandi waktu itu sebetulnya tidak berlaku satu arah. Sebetulnya, “siksaan” yang gadis itu lakukan terhadap Kino, berlaku juga padanya. Sepanjang mandi yang kontroversial itu, getar jantung Indi sama cepatnya dengan degup jantung Kino.

Tentu saja, Kino menghadapi risiko lebih besar, yakni jatuh dari pohon. Tetapi sebenarnya Indi juga menghadapi risiko besar, misalnya kepergok oleh ayah atau ibunya, atau adik dan kakaknya.

Indi bernyanyi-nyanyi sepanjang mandi untuk mengusir kegalauan, sekaligus mempertahankan perbuatan yang membuat dirinya ikut terangsang itu!

Setelah selesai mandi, Indi menenangkan diri, menghanduki tubuhnya yang telanjang sambil mengatur nafasnya yang memburu. Ia sebenarnya keluar dari kamar mandi dengan langkah goyah, merasakan dirinya seperti astronot yang melangkah di bulan, melayang-layang.

Indi sengaja berteriak menggoda untuk terakhir kalinya sebelum meninggalkan kamar mandi, semata-mata untuk menyatakan semacam kemenangan atas segala peristiwa itu.

Tetapi Indi tak pernah yakin, apakah betul ia “menang” dalam permainan gila ini, ataukah itu semata-mata menghibur diri sendiri. Indi lebih yakin bahwa dalam permainan kali ini, dirinya maupun Kino ada di pihak yang kalah.

Setelah mandi, Indi pergi ke luar untuk memenuhi permintaan tolong ibunya berbelanja bulanan. Gadis itu merasa beruntung punya kegiatan fisik yang bisa membantunya melepaskan diri dari galau perasaan sejak keluar dari kamar mandi.

Bersama Mutia, sahabatnya, Indi menghabiskan tak kurang dari 3 jam berbelanja. Sebenarnya, kegiatan belanja itu sendiri cuma setengah jam. Dua setengah jam sisanya adalah untuk ngoceh dan window shopping.

*** Cerita Cinta Dewasa ***

Sepulang belanja, dengan tubuh penat Indi merebahkan diri dan segera tertidur.

Tetapi tidurnya tak sempurna, karena sebuah mimpi menyeruak dan kemudian membangunkannya. Di mimpi itu, Indi merasa sedang berenang di sebuah danau yang jernih, begitu jernihnya sehingga ia benar-benar bisa merasakan bagaimana berenang bersebelahan dengan ikan-ikan aneka warna.

Penuh semangat, gadis itu menyelam dan tinggal di dalam air selama mungkin bersama ikan dan bebatuan dan ganggang dan lumut. Aneh juga, ia bisa berlama-lama di dalam air. Tetapi, tentu saja ini adalah mimpi.

Tentu saja pula, hanya dalam mimpi lah Indi bisa berenang telanjang bulat di sebuah danau. Tanpa sehelai benang pun di tubuhnya yang mulus, gadis itu bagai seekor ikan duyung yang sedang bercanda bersama alam sekitar.

Air bening tak mampu menyembunyikan kesegaran yang indah dari tubuh seorang belia penuh jiwa muda bergetar-bergejolak. Gerakan tangan dan kaki yang gemulai bagai seorang penari khayangan, menambah keindahan menjadi nyata belaka.

Bahkan ikan-ikan pun tampak senang berenang dekat-dekat kulit langsat mulus yang berkilauan terterpa cahaya mentari.

Lalu Indi menyeruak keluar dari air, rambutnya yang pendek telah kuyup sempurna, membentuk sebuah topi legam di sekujur kepalanya. Air memenuhi mukanya, mengalir turun ke lehernya yang jenjang, meluncur cepat di atas bukit-bukit kenyal dadanya.

Beberapa butiran sisanya bertahan di mana-mana; di kelopak matanya yang berkerejap, di ujung hidungnya yang bangir, di sudut-sudut bibirnya yang memerah-muda …

Indi tersenyum manis kepada seorang pemuda yang duduk menjuntai kaki di sebuah batu di pinggir danau. Pemuda itu membalas senyum Indi tanpa melepaskan pandangannya ke tubuh indah yang kini muncul perlahan-lahan dari dalam air.

Mula-mula hanya senyum dan wajah manis itu lah yang tampak. Lalu leher jenjangnya keluar dari permukaan air, membawa serta pemandangan menakjubkan dari dada ranum yang basah di sana-sini.

Lalu perut berhias pusar yang menyerupai noktah manikam di lapangan lembut. Lalu kedua paha sintal membulat, menjadi pilar-pilar bagi sebuah segitiga gelap yang menyembunyikan lebih banyak lagi rahasia keindahan ….

Indi mengangkat tangannya untuk mengibaskan air dari dahi, dan itulah gerakan gemulai yang menyebabkan dadanya menantang berani, mengajukan diri untuk lahapan mata pemuda yang terus tersenyum sepanjang kejadian-keindahan ini.

Lalu pemuda itu menjulurkan tangannya, menawarkan sehelai kain batik sutra bermotif bunga merah muda. Tetapi Indi menggeleng, karena ia ingin tetap telanjang di hadapan sepasang mata yang tak hentinya menyemburatkan panah-panah gairah ke sekujur badannya yang basah.

Indi kini berdiri cuma sejangkauan tangan saja di hadapan pemuda itu. Ia bertolak pinggang sambil tetap menyungging senyum manis-madu. Ia seakan berucap syahdu .. mari rengkuh kalau kau mau … come and get me..

Tetapi lalu Indi terbangun ….

*** Cerita Cinta Dewasa ***

Terbangun dengan senyum masih melekat di wajahnya yang mengantuk. Mimpi aneh! sergahnya dalam hati. Tetapi begitu indah, lanjut kata hatinya. Aku bertelanjang di depannya, dan aku menyukainya …. Bukankah itu sebuah keanehan yang menakjubkan, dan sebuah ketidakwajaran yang menggairahkan!

Aku merindukan rengkuhan tangannya, keluh Indi dalam hati sambil menguap lebar-lebar, merentangkan kedua tangannya di atas kepala, membuat dadanya yang ranum tambah kuat mendesak kaos tipis yang tak berdaya.

Nikmat sekali meregangkan tubuh setelah mimpi yang begitu indah, membuat kedua puncak di dadanya berubah menjadi pucuk gairah yang sangat sensitif. Bahkan gesekan kaos akibat gerakan meregang itu saja telah mampu menebarkan rasa hangat ke sekujur tubuhnya, meningkatkan getar jantungnya satu-setengah kali lebih cepat.

Indi meregang lagi, lalu berguling ke kiri untuk memeluk bantal.

Entah dari mana, gairah tahu-tahu telah ada di sekujur tubuhnya. Indi ingin memelihara gairah itu, bahkan ingin terus membangkitkannya. Seantero rumah terdengar senyap, dan pintu kamar selalu ia kunci.

Ini lah saat yang nikmat untuk bergulingan sendirian di tempat tidur, ditemani sepasang tangan yang tahu ke mana harus meremas dan meraba. Juga sebuah bantal yang rela direngkuh dilumat dijepit sesuka hati.

Telapak tangan kiri Indi merayap pelan di atas dadanya, seakan ingin menyama-ratakan kehangatan yang tertebar di sana. Dengan mata terpejam, gadis itu menikmati perjalanan tangannya sendiri.

Kaos tipis yang ia kenakan tak mampu menghalangi jemari lentik yang meremas pelan. Indi mengerang …sesekali memperkuat remasan … sesekali lainnya mengusap lemah. Sesekali lainnya, dengan ujung jari tengah ia membuat lingkaran-lingkaran di sekitar puting kirinya. Setiap putaran membuatnya gemetar. Setiap gemetar membuatnya menggelinjang. Setiap gelinjang memaksanya mendesah. Oh ….

Adalah ujung-ujung syaraf di puncak payudara ranum itu yang kini menebarkan sensasi luar biasa ke segala penjuru. Indi menggeliat, memaksa jarinya melanjutkan gerakan memutar walau pada saat yang sama ia ingin merentangkan kedua tangannya di atas kepala agar dadanya membusung sempurna.

Pertentangan antara melanjutkan gelitikan atau meregangkan otot yang terasa nyaman, membuat gerakan gadis itu tersendat-sendat. Sejalan dengan nafasnya yang kini tersengal, dan gerakan kakinya yang tak karuan membuat seprai berantakan.

Semakin menggeliat, semakin kuat rasa geli-nikmat menyeruak di dadanya. Bahkan kegelian itu lalu merayap turun ke perutnya yang bergetar dan naik-turun dengan ramai untuk memompa udara ke dalam paru-paru.

Tangan kanan Indi ikut merayap turun, seakan mencoba menelusuri ke mana gerangan kenikmatan itu mengalir. Dari muaranya di puncak-puncak payudara, tangan kanan Indi merayap pelan ke bawah ….

Mengusap-usap perutnya yang seperti kaldera penuh magma panas …. Turun sedikit, mengusap lembut dan penuh perasaan bagian bawah perutnya … pada sebuah daerah yang adalah perbatasan terakhir sebelum wilayah sensual yang berikutnya.

Sejenak Indi ragu-ragu, apakah akan membiarkan telapak tangannya yang hangat itu terus meluncur ke bawah, atau menghentikan saja permainan solitair ini ….

Tetapi keputusan dalam saat seperti ini seakan-akan bukan ditetapkan di kepala. Lagipula, kepala gadis itu sedang penuh oleh buaian lembut yang memudarkan segala logikanya; seperti kabut yang menghalangi pandangan. Bibir merah mudahnya merekah melepaskan desah …..

Indi menyerah pada keputusan yang diambil oleh tangan kanannya, yang kini merayap turun, menyelinap di balik rok bagian atasnya, menuju lembah indah kewanitaannya. Pelan tapi pasti, kedua paha gadis yang ranum dan mulus itu meregangkan diri, seakan sedang malu-malu memberikan kesempatan lebih luas kepada sang tangan.

Adalah sang jari tengah yang mengambil inisiatif pertama …. menelusuri dengan seksama sebuah lepitan khusus yang adalah muara dari kenikmatan kewanitaan. Indi tak bisa menahan erangan pelan keluar dari lehernya yang kini agak basah oleh keringat tipis …

Ahhh … ujung jari itu melakukan gerakan menelusur yang amat perlahan, semili-demi-semili … membuat seluruh tubuh gadis itu gemetar bahna terlanda geli-nikmat yang bukan-main.

*** Cerita Cinta Dewasa ***

Kedua pahanya semakin membuka …

Tangan kirinya semakin kuat meremas-remas salah satu bukit sintal di dadanya …

Indi berada dalam pendakian yang menggetarkan kalbu maupun tubuh, membinarkan fantasi liar maupun indah, mengundang erangan basah maupun kering … Ahhhh ..

Jari itu semakin nakal. Menelusup lebih ke bawah seperti ingin menduga ada apa di sana, dan Indi menemukan kebasahan yang samar-samar terbit di sana, di liang liat yang berdenyut pelan. Jari itu melakukan gerakan memutar, memutari pinggiran yang kini ramai berkecamuk seperti mulut kecil yang mendecap-decap.

Indi tak bisa menahannya lagi. Tak bisa mengendalikannya lagi. Jari, telapak tangan, liang kewanitaan, puting payudara, perut, paha ….. semuanya kini tak bisa ia kendalikan lagi.

Semua gerakannya adalah pengejawantahan insting birahi belaka, yang meledak-ledak tak kenal pembatas. Ia menggeliat-geliat, menggosok-gosok, mengusap-meremas, mengerang dan mendesah, meregangkan kakinya dan menggelengkan kepalanya … melakukan semua itu dalam chaos ….

Kalau lah adegan ini ditempatkan pada konteks yang berbeda, Indi pasti terlihat seperti seseorang yang sedang mengalami siksaan luar biasa. Tetapi, memang sulit memisahkan antara siksaan dan orgasme. Keduanya memiliki intensitas yang sama ….

*** Cerita Cinta Dewasa ***

Keesokan paginya, tak sengaja Indi berpapasan dengan Kino. Sejenak rona merah muda menyeruak di wajah gadis itu. Untung mentari pagi itu masih terhalang beberapa dedaunan, dan Indi berhasil menyembunyikan perasaannya, menutupinya sekuat tenaga.

Kino tersenyum kepadanya, tetapi tak bisa memutuskan sapa apa yang perlu disampaikan. Masih terbayang di benaknya kejadian kemarin. Terbayang tubuh gadis itu bermandi busa …. Indi pun tersenyum tanpa berkata apa-apa. Ia tak menyangka akan berjumpa segera setelah kejadian kamar mandi dan mimpinya yang basah itu!

Kedua mahluk yang sama-sama bingung itu berjalan berendengan menuju jalan raya, tak berkata apa-apa sampai di tempat menunggu angkot.

Angin pagi bertiup basah. Kendaraan sudah ramai sepagi ini. Anak-anak sekolah tampak segar. Tukang sayur memasuki gang perkampungan untuk memulai dagangannya. Angkot berkeliaran dengan penumpang berjejal.

Kino berdehem. Indi juga.

Seseorang melambai dari sebuah angkot. Kino membalas lambaiannya setelah tahu itu adalah salah seorang teman kuliahnya. Indi menggoyang-goyangkan tasnya, memandang ke sekeliling tetapi tak melihat apa-apa.

Sebuah angkot berhenti, tetapi itu bukan angkot yang diperlukan Kino. Juga bukan angkot yang diperlukan Indi. Kondekturnya bertanya kepada keduanya, hendak kemana. Kino menyebut suatu tempat, Indi menyebut tempat yang lain. Kondektur tak lagi bertanya, dan berteriak parau,

“Tariiiiik!” Sejenak sepi. Kino tak bisa berlama-lama diam, maka ia menyapa,

“Kapan ujian akhir?” Indi menoleh, seakan kaget mendengar seseorang berada di sebelahnya.

“Dua bulan lagi,” jawabnya cepat.
“Sudah siap?” tanya Kino, lebih untuk basa-basi daripada untuk mengetahui keadaan sesungguhnya.

“Belum,” jawab Indi jujur.
“Sudah belajar?” kejar Kino. Indi tertawa kecil,
“Mancing, nih?” Kino tertawa, merasa konyol karena terjebak oleh pertanyaannya sendiri.

“Kenapa ngga langsung menawarkan bantuan?” kata Indi pelan.
“Aku tidak yakin kamu perlu bantuan,” jawab Kino jujur.
“Indi perlu bantuan,” sahut Indi masih pelan,

“Terutama untuk matematika.”
“Boleh,” kata Kino pendek.
“Apanya yang boleh?” sergah Indi tertawa renyai. Kino tersipu,

“Boleh, nanti Kak Kino bantu.”
“Ngga minta bayaran kursus, kan?” goda Indi.

“Kalau ada kopi dan pisang goreng, boleh juga,” sahut Kino cepat. Indi tertawa. Sebuah angkot mendekat, dan itu adalah angkot yang ditunggunya.
“Indi duluan, yaaa ..,” kata gadis itu sambil mendekat ke angkot,
“Nanti Indi panggil Kak Kino kalau mau belajar.”

Kino mengangguk, lalu melambaikan tangan ke angkot yang membawa Indi pergi. Pemuda itu menghela nafas dalam-dalam dan menghempaskannya dalam sekali dorongan. Dadanya terasa lega sekali, entah kenapa.

Di atas angkot, Indi berusaha sekuat tenaga menahan keinginan untuk tersenyum lebar atau tertawa kuat-kuat. Seorang pemuda di seberang tempat Indi duduk memandang muka gadis itu, dan terkagum melihat kesegaran-kecantikan menyemburat dari wajah Indi.

Kondektur yang berdiri menggelantung di pintu pun sempat melirik, dan berkata dalam hati, “Cakep betul anak ini!”. Kecantikan memang bisa diperkuat oleh rasa gemilang di dada…..

*** Cerita Cinta Dewasa ***