Cerita Cinta – Chapter 22. Untung ada Fany

Chapter 22. Untung ada Fany

 

Masih seperti orang kebakaran Jenglot, eh jenggot maksud saya, Sebab diri ini klabakan dengan itu koreksi dari Nabila. Maka dengan penuh keheranan Steve pun ikut andil dalam bersuara untuk meminta penjelasan sebenarnya apa yang tengah terjadi.

“nah lo ini sebenrnyah kenapa kalian berdua, ini Jovanda kliatan bekas nangis, trus pegangan tangan, ama Omez lagi, ni kenapa Mez jelasin dong !” dengan nada ngondek nun melambai Stevy meminta untuk klarifikasi.

“jadi gini Bil, kan tadi aku ada masalah, nah aku curhat ama Rakha minta solusi” tutur Jovanda menjelaskan lebih dulu.

“uda gausa di jelasin, gw pingin denger dari Rakha ndri, gw tau Rakha gamungkin bo’ong ama gw” dengan nada jutek, tolak Nabila terhadap penjelasan jovanda. seolah tiada orang yang dapat membohonginya kecuali saya.

“nah, itu lo denger dari Jovanda keg gimana Bil, udah lah jangan di permasalahin” saya mencoba menyudahi pembicaraan ini.

“mau bo’ong ?? Jujur gak ??!” Nabila mencoba memojokkan saya.

Dengan kondisi seperti ini Jovanda pun merasa takut jika hubungan yang baru seumur jagung harus tercium oleh indra penciuman Nabila yang tajam.

Hanya bisa memandang dengan tatapan takut kepada saya itu mata Jovanda. Jika seorang wanita tangah tertekan begini adanya, maka menggoyang – goyangkan pantat pertanda duduk sedang tak enak, maka itu lah yang tengah Jovanda lakukan. Tapi saya mohon sodara untuk tidak membayangkan ia tengah bergoyang ala Gotik alias goyang itik.

“huuuuff . . . . . . “ saya mencoba menghela nafas panjang untuk mulai bercerita, maka . . .

Saya pun mulai . . .

“Braaaaaaaaaaaaak !!!!!!!! WAYO LOE PADA DISINI GW CARIIN KAMPRET !!!!!!”

Saya pun mulai jantungan sodara.

“ih Pany klo dateng permisi dulu napah !!! ngagetin ajah iiih !!!” protes Stevy pada Fany.

“nah lo sih gw cariin taunya ngumpet di sini, wiiih . . . . ama Rakha jugak kampreeeet !!” jitak fany di kepala saya.

“Eh, gw di kosan tadi kan buat kue, nih skrang lagi di kukusin ama adek kos gw, 15 menit lagi mateng kayanya. Ayok cabut aja k kosan gw skrang cepet !!!” membabi buta itu wanita jika sudah ada maunya.

Dengan bertenagakan kekuatan seribu kuda maka di tariknya tangan saya, Steve dan Nabila secara bersamaan. Namun ada seseorang yang di sini belum Fany sadari bahwasanya saya tengah bersama Jovanda juga. Maka dengan setengah rasa malu karna terlambat menyadarinya, Fany meminta maaf kepada itu jovanda.

“loh neng Jo disi jugak gw kgak tau, pa kabar jo” dilepaskan itu tangan kami bertiga seraya ia bersalaman kepada Jovanda dengan ramah tamahnya.

“hehehe, iya Fan, eh kalo mo cabut, dluan aja gapapa kok” ujar Jovanda mangiyakan ajakan Fany tadi.

“Nah gw pengen denger penjeleasan dari Ra . . .” belum selesai Bila berucap maka di potonglah itu kalimat.

“ah udah di jelasin di kosan aja Bil, 15 menit lagi mateng nih, gaenak kalo dingin !!” Fany mulai meracu tak karuan.

“eh, ikut aja jo k kosan gw klo mau, cicipin kue gw gitu, hehehe” tawar fany baik pada Jovanda.

“enggak aja deh jo, aku mw ada urusan bntar lagi pulang soalnya” alasan Jovanda seadanya.

“oh ywdah gw dluan yah kalo gitu, ayok bray cabuuuuuuut !!!!” dengan sekali lagi Fany memberondong kami bertiga di tariknya kuat – kuat untuk menuju ke arah kosan.

Maka berkat Fany saya selamat dari eksekusi Nabila, dan terlihat wajah gembira Jovanda melambaikan tangan padaku dengan senyum yang bisa bicara seolah berkata “semoga kamu baik – baik saja bersama mereka”. Dengan bahasa senyum sebaliknya saya balas itu senyuman yang mengartikan “aku pasti baik – baik saja bersama mereka, tidak usah kawatir”. Maka saya berpisah dengan Jovanda secara paksa karna Fany adanya yang menyelamatkan saya dengan tidak sengaja.

Created BY : rakhaprilio KASKUS