Cerita Cinta – Chapter 23. Tanya Hati

Chapter 23. Tanya Hati

 

Tangan ini masih di tarik kuat oleh Fany sang penyelamat hati, namun mata ini tak lepas begitu saja dari tatapan mesra Jovanda. Dengan jarak yang terbilang cukup jauh saya mulai kehilangan kontak pandang dengannya, maka kembalilah dengan sadar bahwa saat ini saya tengah bersama sodara atau sahabat – sahabat saya. Kami berjalan bersama penuh canda tawa untuk pertama kalinya setelah terbelenggu oleh UAS karenanya.

Acara pasca UAS hari adalah berkunjung ke kosan Fany serta mencicipi brownis buatannya. Jika dipikir – pikir ini lumayan sebagai makanan penutup saya setelah tadi habis satu porsi mie. Kala itu saya tinggalkan Bledy tepat didepan himpunan, sebab saya lebih memilih berjalan kaki bersama dengan 3 sahabat saya. Maklum, yang bawa motor cuma saya.

Siang itu pukul 02.00 PM terik sekali matahari mejeng hari ini, ah panas sungguh. Dengan berjalan kaki sekitar 500 meter keluar kampus saya sampai di kosan Fany. Sebelumnya saya sering datang ke kosan Fany, namun tidak pernah sampai masuk ke dalam, sebab saya tak ada perlu secara privat. Malah jika apes salah paham, saya bisa di gebukin sama Doni.

Untuk penggambaran kosan Fany ini terbilang cukup unik nan artistik. Pasalnya tempat ini kecil dan sempit, tapi dengan tata ruang yang benar dan rapi maka terlihat bersih juga indah. Kamar Fany terletak di lantai 2, sebab kosan ini terdiri 3 lantai. Dengan harga lebih murah pada tingkat lantai yang paling tinggi. Di setiap lantainya terdapat teras kecil untuk berkumpul setidaknya cukup untuk 5 orang.

Sekali lagi saya jelaskan bahwa saat ini Nabila tengah tak enak hati, marah itu sudah jelas, gondok itu sudah pasti. Sebab eksekusi yang ia inginkan gagal adanya karena kedatangan Fany secara tiba – tiba. Maka aman lah saya untuk semantara.

“Dek tolong dong ambilin kukusan kue mbak tadi” suruh Fany kepada adek tingkatnya.

“iya mbak, tunggu aja di teras” ujar adek tingakat Fany.

“Eh Step, bantuin buat es yuk, gerah neh” ajak Fany pada Stevy.

“Eeeh, jangan Fan, gw aja yang bantuin lo, ayok” seraya saya tarik itu tangan Fany menuju dapur.

“lhaaah, kenapa lo ?? kaya ga mau di tinggal bareng Nabila aja” Tanya Fany menebak.

“emang, huuuuf” saya mengiyakan.

“kenapa lagi sih ?? berantem lo ama dia ??” masih bertanya keheranan.

“ga sih, cuman gw ngrasa aneh fan ama dy, tiap gw deket ama cewe, masa dia brubah jadi jutek ?? ya kalo ada apa – apa kan dia bisa cerita, lha ini dia asal jutek aja tiap gw dket sama seseorang gitu” jelasku pada Fany tak habis pikir.

“lo udah Tanya belom ??” ujar Fany sambil meracik minuman.

“udah gw tanya dia kenapa, tapi dia bilang gapapa gitu kok” makin aneh saya merasakan fenomena ini.

“bukan tanya dia maksud gue Kha” jelas fany.

“trus maksud lo gw tanya siapa ?? saya semakin bingung dengan penjelasan ini wanita.

“Tanya perasaan dia ke lo gimana, pasti lo dapet jawabnya” belum usai saya mencerna itu kata – kata, Fany beranjak pergi membawa minuman.

Dalam derap langkah saya menyusul Fany, saya masih berfikir tentang apa yang harus saya tanyakan pada Nabila. Mungkin ini benar adanya, tiap saya tanya dia kenapa, ia selalu bilang tak kenapa – kenapa. Bisa jadi beda jawabnya jika saya bertanya “perasaanmu kenapa”, dan saya akan mendapat jawaban yang tak sama dari sebelumnya. Maka saya catat baik – baik itu pesan Fany, tapi entah kapan saya akan bertanya pada Nabila. Saya ingin menunggu waktu yang tepat untuk bertanya.

Created BY : rakhaprilio KASKUS