Cerita Dewasa – Kisah Hidup Tania – Part 1

Cerita Dewasa – Kisah Hidup Tania Part-1 ♥

Cerita Dewasa – Kisah Hidup Tania – Part 1 – Emmmhh…. apa ini…??, kurasakan ada sesuatu yang sedikit lengket dan berlendir di sekitar pangkal pahaku. Perlu beberapa saat untuk aku akhirnya menyadari. Oh my God..Sperma!
Sesaat kemudian aku merasakan sedikit ngilu di darah kewanitaanku. Ohh.. apa yang terjadi..? Kupandangi sekeliling kamar kostku yang bedesain cukup manis ini, dengan dominasi warna ungu dan pink pastel.
Ohh.. mungkinkah.. benarkah.. akhirnya! dan akupun, tersenyum..

Bibi, Maafkan Aku… Telah Merenggut Cinta Suamimu

Tania. Itulah namaku, aku adalah seorang mahasiswi yang sedang kuliah di salah satu Universitas Negeri di kota ini. Saat ini aku sedang berusaha menyelesaikan Tugas Akhirku, yang sudah lumayan lama tak kunjung usai.

Entah kenapa, rasanya malas sekali untuk aku menyelesaikannya. Mungkin karena kesibukanku bekerja. Atau.. memang aku sudah tak sepenuh hati lagi mengejar titel akademisku. Tapi toh sebenarnya sayang sekali, ini hanya tinggal Tugas Akhir.

Untuk diketahui, saat ini umurku 23 Tahun.. dan dua bulan lagi, satu tahun bertambah umurku. secara fisik aku cukup lumayan. Dengan face yang agak oriental sekilas mirip artis magdalena (kata beberapa temanku).

Kulitku putih, bodykupun.. emm, bila aku gambarkan, setiap aku berjalan di kampusku, bisa dipastikan, hampir semua mata cowok-cowok mahasiswa tak sekejappun lepas menatapku nakal.. seakan-akan hendak menelanjangiku. Sebenarnya sangat aku maklumi, mungkin, ditopang dengan spek 171 cm berbanding 59 kg, membuat aku terlihat wow di mata mereka.

Apalagi dadaku cukup sesak untuk ditopang dengan bra 36C serta kombinasi pinggul yang besar, bulat, dan kencang dipadu perutku yang rata hasil latihan aerobikku yang rutin kulakukan setiap selasa dan sabtu. Sekali lagi, tak aneh rasanya.. mereka selalu menahan liurnya menetes saat melihatku.

Penampilanku bila aku datang ke kampus sebenarnya tak terlalu spesial. Aku selalu berpakaian casual n sporty. Yaa, asalkan nyaman saja buatku.

Hanya mungkin sesekali, aku agak berpenampilan ‘lebih manis’ bila aku sedang mood atau sedang ada acara di kampusku. Rambut hitam layer sepunggungku-pun sengaja hanya aku biarkan saja bergerai bebas, tapi mungkin bagi sebagian orang, itu justru membuat aku tambah terliat seksi dan menggemaskan.

Aku berasal dari M*rt*p*ra Sumatera Selatan. Mungkin karena inilah, kata orang wajahku sedikit terlihat oriental. Karena memang sebagian besar wanita di daerah asalku berparas seperti itu, dan aku pun tak tahu mengapa. Semenjak lulus SMU aku putuskan untuk tinggal di kota S ini.

Karena kebetulan ada kerabat keluarga kami yang menetap disini. Singkatnya, pada awal aku disini, aku tinggal bersama mereka. Namun karena suatu hal..(yang nanti mungkin aku ceritakan). Akupun memutuskan untuk.. pergi!!.

Dan kini aku tinggal di tempat kostku yang cukup nyaman di daerah dekat pusat kota. Berbekal uang hasilku bekerja sebagai pemandu karaoke di Kota C yang berjarak sekitar 25 km dari tempat tinggalku.

Aku beranikan diri untuk hidup mandiri. Penghasilanku sebagai pemandu karaoke sebenarnya cukup lumayan untuk menghidupi diriku sendiri dan sekedar untuk berbelanja “ala kewanitaan”.

Namun, hari-hari awal aku bekerja adalah hari dimana aku harus menyesuaikan diri dan bertahan dari godaan para tamu yang datang dan minta kutemani. Namun kini, anehnya semua terasa biasa, dan bahkan terkadang ‘mengasikkan’ buatku.

Sekedar aku ingin bercerita. Aku memiliki pengalaman buruk di masa kecilku yang membuatku berfikir sama atas semua mahluk yang bernama LELAKI !!!. dimataku, lelaki adalah buruk!.

Aku katakan seperti itu karena hanya kesan menyakitkan dan traumatis saja yang bisa aku rasakan bila aku mengingat sosok yang satu ini dan bila mengenang masa laluku. Sedih bila aku terkadang harus membuka lagi semua kenangan itu.

Saat aku melihat disana ada lebam-lebam kebiruan di kening dan tangan ibuku, hasil dari … ah sudahlah. Singkatnya, dimataku semua lelaki sama.

Hanya bisa menyakiti hati lembut wanita yang tulus menyayanginya.. setelah mereka dapatkan apa yang mereka mau. Apalagi kalau bukan sekedar pemenuhan hasrat birahi mereka saja. Tapi, setelah itu hanya pencampakan.

Sialnya, setelah semua seakan hampir bisa aku lupakan, karena aku sedah cukup dewasa untuk lebih bijak memaknai itu. Diluar dugaan, aku sendiri yang kini justru mengalaminya.

Seperti yang aku ceritakan sebelumnya, aku pernah tinggal di rumah kerabatku pada saat-saat awal aku pindah dari kota asalku. Awalnya semua berjalan biasa saja, di rumah kerabatku ini aku dianggap seperti anak sendiri.

Setidaknya begitulah kesan awal yang aku rasakan. Di rumah ini tinggal sepasang suami istri dan seorang anaknya yang masih bersekolah TK. Sang suami (yang sering ku sebut dengan panggilan hormat ‘Mangci’ sebutan untuk paman di daerah asalku) dan istrinya ku panggil bibi.

Mangci Zul, begitulah biasa dia kupanggil. Seorang karyawan salah satu pabrik produksi baja nasional di kota C. Dia adalah pribadi yang menyenangkan dimataku. Dengan mata teduh khas seorang ayah, berpadu tutur kata bijak saat dia sering menasehatiku.

Ditambah bila melihat penampilan fisiknya, sebenarnya mungkin belum pantas bila dia kupanggil Mangci (paman). Karena selain dia cukup tampan, tubuhnyapun atletis. Sungguh sempat membuat aku…, hingga, sesuatu itu terjadi.

Ceritanya, suatu hari aku sedang tidak ada jadwal kuliah pagi. Aku baru akan berangkat ke kampus sekitar jam 1 siang. Kurencanakan kunikmati pagiku ini dengan memutar beberapa DVD film yang kemarin kusewa dari tempat penyewaan DVD original di depan komplek rumahku.

Cerita Dewasa – Kisah Hidup Tania – Part 1

Aku menontonnya di ruang keluarga. Aku bisa leluasa menonton karena kebetulan bibiku tidak ada, sedang ada keperluan dengan teman-temannya, dan si kecil sedang sekolah. Jam 11 siang biasanya baru datang.

“Oh nikmatnya, bisa santai”, fikirku. Karena biasanya bila ada bibi, aku pasti di suruhnya membantu memasak di dapur. Dan karena merasa tak ada siapapun, aku menonton DVD hanya dengan memakai hot pants jeans kesayanganku dan kaus tanktop belel yang sedikit longgar. Lebih nyaman rasanya.

Saat menonton, sempat aku menitikkan air mata menyaksikan adegan sedih di film itu. Hingga aku dikejutkan oleh suara ketukan pintu.
“Tok tok tok.. siapa di rumah?” . oh suara Mangci Zul ternyata.

Aku baru ingat semalam dia masuk shift. Dan memang jam 9 pagi jadwal pulangnya. Karena memang merasa tak ada hal aneh menurutku, langsung aku beranjak dari sofa dan kubukakan pintu untuk Mangci.

Saat pintu kubuka, kulihat wajah lelah Mangci sambil seperti menahan kantuk. Capek rupanya Mangci Zul fikirku. Namun saat itu aku sadar, untuk beberapa saat Mangci sempat melirik ke bagian payudaraku, yang setelah aku lihat memang agak menyembul keluar dari tanktop.

Mungkin karena tadi terpengaruh posisi rebahanku saat menonton DVD film di sofa. Sedetik kemudian aku betulkan tanktopku hingga kini sudah kembali rapi dan ‘tertutup’. Lalu aku persilahkan Manci untuk masuk.

Setelah di dalam, sambil menurunkan tas dan merebahkan badan di sofa ruang tamu, Mangci bertanya, “pada kemana Tan?”.
“Bibi lagi keluar Mang, ama bu Ida katanya ada perlu”, kujawab.

Dan aku kembali ke sofa untuk meneruskan menonton. Sesaat tak ada apa-apa yang terjadi, karena setelah itu Mangci Zul bergegas langsung masuk ke kamar. Langsung istirahat sepertinya.

Sekitar setengah jam kemudian. Saat sedang serius menikmati adegan yang terpampang di televisi, aku dikagetkan oleh tepukan di bahuku dari arah belakang. Sesaat aku terperanjat.

Namun cepat hilang ketika sejenak kemudian aku menoleh, dan memang, itu sentuhan tangan Mangci. Dia lalu menghampiriku, dan duduk di sebelahku. Tanpa aku sedikitpun risih karenanya. Karena sekali lagi, Kufikir memang tak ada yang aneh.

Untuk beberapa menit, tak ada sepatah katapun terlontar dari bibir kami. Hingga akhirnya,.. “gimana kuliahnya Tan?” Mangci Zul mengawali pembicaraan.
“Emmh.. baik Mang”. Kataku.
“Kamu masuk siang hari ini?” Dia kembali bertanya.

“Iya Mang, ntar siang baru ada mata kuliah. Makanya bisa nyantai. Gpp ya Mang klo Tania nonton DVD disini?” Tanyaku.
“Nyantai aja Tan, gpp kok.. Mangci juga suka nonton film. yang penting klo nonton disini filmnya yang ada warnanya ya.. jangan sampe biru. Hahaha…”, Jawab Mangci sambil bercanda.

Selanjutnya obrolan kami makin seru dan topik pembicaraannya pun beragam. Mulai dari tentang perkuliahanku, kampung halaman kami, dan sampai ke topik update gossip artispun kami bicarakan.

Hmmmh…, sungguh pribadi yang menyenangkan Mangci Zul ini. Bathinku. Karena saat ngobrol, Mangci memang terlihat cerdas. Terlihat dari tutur katanya.

Dan entah kenapa, lelaki cerdas seperti Mangci, sangat terlihat ‘seksi’ dimataku! Tapi, upz.. kubuyarkan lamunanku yang mulai ngaco. Buru-buru kusadarkan bahwa… “tak boleh Tania.. tak boleh..” , gumamku dalam hati.

Tak terasa waktu sudah mendekati pukul 11. Sebentar lagi si kecil Rendi akan pulang sekolah. Dan seolah mengingatkan.
“Bentar lagi kayaknya si Adek (begitulah biasanya Rendi kupanggil) pulang ya Mang..?” kataku.

“Oh iya ya.. Ya udah deh, kamu terusin aja nontonnya. Mangci mau istirahat dulu”. Jawab Mangci. Dan diapun beranjak menuju ke kamar. Namun sesaat setelah itu, ada hal yang membuatku salah tingkah karenanya.

Sesaat sebelum masuk kamar dia sempat berkata padaku.. “Tan, kapan-kapan mau gak klo kita nonton?” Katanya. Hah! Sesaat aku sedikit kaget.
“Apa? Nonton? Maksudnya.. Nonton seperti apa.. di bioskop maksudnya? Berdua? Atau.. apa?”. Bathinku lagi.

Namun, entah kenapa tiba-tiba setelah itu langsung kujawab. “Iya Mang”. Dan sambil tersenyum manis, dengan wajah yang sangat cute khas laki-laki dewasa muda umur 31 Tahun, Mangci Zul menatapku, dan lalu masuk ke kamarnya.

Menebarkan pesona yang tak mampu kujelaskan. Oh My God.. kenapa hatiku berdebar.. kenapa pipiku serasa memerah.. ada apa ini… apa mungkin..

Setelah kejadian itu, hubunganku semakin ‘aneh’ dengan Mangci Zul. Aku selalu salah tingkah dan berdebar bila bertemu dan berada di dekatnya. Tapi, feelingku diapun merasakan hal yang sama. Karena naluriku bisa merasakannya. Tapi, karena ada bibi, aku berusaha menepiskan semua itu.

Aku tak mau menjadi duri dalam daging di keluarga ini. Walaupun, meredam gejolak rasa ini, sungguh sangat sulit untukku. Tapi aku harus bisa. Dan sebenarnya aku diuntungkan dengan kondisi rumah ini, karena disini aku tinggal di lantai dua, di satu kamar yang cukup luas dan nyaman, yang didalamnya sudah ada televisi.

Jadi, aku tak perlu sering-sering turun kebawah untuk sekedar ingin menyaksikan acara-acara favoritku di ruang keluarga. Dan berarti cukup mengurangi intensitas pertemuanku dengan Mangci Zul. Juga kebetulan memang karena shift kerjanya, jadi semakin kecil kemungkinan kami untuk bertemu. Dan untuk sementara.. clear.

Namun kerasku untuk ‘menipu diri’ ternyata sia-sia. Karena begitu mudahnya pertahananku jebol. Karena ceritanya, suatu hari saat di kampus sekitar pukul 2 siang. Saat aku sedang makan di kantin Teh Uun langgananku. Menyantap gado-gado yang kupesan pedas.

Tiba-tiba HP ku berbunyi. Sms masuk rupanya. Dan ohh Tuhan.. dari Mangci Zul.
Isinya: “lg dmn Tan..? pulang jam berapa hari ini?”.
Tak berapa lama, tanpa berfikir jauh kubalas : “lg d kampus Mang. Tania plg sktar jam 4. Msh ada 1 Mat Kul lg. Tp ga tw ada dosennya apa ga? Ada apa Mang?”.

Cukup lama tak ada balasan lagi. Lalu sekitar 10 menit kemudian, kembali ada sms masuk, dan memang dari Mangci Zul, kali ini isinya : “Tan, mau ga nonton sore ini? Beres km kuliah. Klo mau jam stngah 6 nnti, Mangci tunggu di 21 R*m*y*n* C. Gmn?”.
Gila, bukan main senangnya aku dibuatnya.
Langsung kubalas: “iya Mang, tar jam stengah 6 ketemuan dsna”.

Setelah tak sabar ingin cepat-cepat sore. Bahkan kalau boleh jujur, saat Pak Umar dosenku menyampaikan materi. Sudah tak konsen aku dibuatnya. Akhirnya setelah mata kuliah usai. Langsung ku bergegas keluar kampus, kutuju halte.

Dan berharap cepat ada bus tujuan kota C disana. Karena kau ingin cepat-cepat bertemu Mangci ku sayank. Biarkan.. mungkin aku memang sudah salah minum obat, dan.. gila. Gila karena sensasi cinta buta.

Cinta pada Mangci Zul. Yang tak lain adalah kerabatku sendiri. Orang yang pantas kuhormati, sebagai figur penggganti orang tuaku disini. Tapi biarlah. Duniaku sudah terlanjur dibuaikan gelora.

Singkat cerita, akhirnya aku sampai di depan tempat janjianku di R*m*y*n* C. Disana kejauhan kulihat Mangci Zul berdiri di depan Otlet waralaba ayam goreng. Dia masih mengenakan stelan pakaian kerjanya, namun ditutupi oleh jaket di atasnya. Ohh.. gantengnya Mangciku ini. Bathinku.

Lalu setelah bertemu, kamipun langsung melangkah menuju 21. Memilih film. dan langsung membeli tiket. Kami sepakat untuk memilih film horror asia. Dan kami juga memilih tempat duduk pojok paling atas.

Tempat duduk yang lazimnya bagi sepasang kekasih yang selain ingin menikmati film, juga ingin menikmati… nikmatnya bercumbu. Tapi memang itulah kenyataannya. Kamu sudah seperti terbuai, walaupun tak terucap. Namun kami saling bisa merasakan kata hati masing-masing.

Cerita Dewasa – Kisah Hidup Tania – Part 1

Dan filmpun dimulai, kamipun juga sudah duduk di tempat yang kami pesan. Adegan demi adegan mulai mengalir di depan layar. Kamipun hanya terdiam menikmati. Hingga akhirnya. Saat di film sedang ada adegan sepasang kekasih sedang masyuk setengah bercumbu.

Kusadari, tiba-tiba tangan Mangci merayap menelusuri pahaku. Awalnya aku sedikit terkejut. Namun, karena jujur, aku menikmatinya. Jadi kubiarkan saja. Sambil tetap mataku menatap ke depan seolah-olah berkonsentrasi pada film. padahal. Jantungku berdegup.. hatiku berdesir.

Melihat reaksiku yang diam saja, tangan Mangci mulai berani mulai lebih nakal. Kurasakan tangan itu mulai bergerilya menuju perutku, mulai beranjak keatas, dan.. seperti hendak meraba dadaku yang saat ini terbungkus t-shirt ketat motif bunga yang sedang ngetrend saat ini. Saat itu. Sejenak kucoba tepiskan tangannya. Namun justru, tiba-tiba.. disentuh dan diraihnya jemariku. Di genggamnya dengan mesra.

Mangci menatap mataku dengan penuh arti.. lalu dia berucap, “Tania.. maafin Mangci. Mangci sayang sama Tania..”.
Dan dikecuplah keningku dengan lembut. Oh Tuhan.. aku bahagia. Aku sangat bahagia mendengar kalimat itu terucap dari bibirnya.

Dan, seperti terbawa kata hati, langsung akupun berucap, “iya Mang gak apa-apa, Tania juga sayang sama Mangci.. sayang banget”.

Setelah sama-sama mengungkapkan perasaan, dengan lembut, kinipun kami saling mendekatkan wajah.. deru nafasnya dapat kurasakan. Seperti sudah lama menahan hasrat. Kedua bibir sepasang manusia yang tengah mabuk cinta ini, kini bertemu. Kamipun berciuman. Kami saling berpagut liar. Lidah kami saling memilin.

“Uuh… ahhh…emmh..” air liur kami saling bertukar. Saat seperti itu, tangan kamipun seperti sudah tak tertahan untuk ingin saling meraba, menjamah, meremas… ohh.. kurasakan tangan Mangci sudah mulai merayap menelusup kedalam bajuku. Mengelus-elus seperti hendak mencari gundukan susuku yang dari tadi sudah mengeras.

“Cepatlah Mang, jamah aku, raba aku Mang.. terserah kau mau apakan.. aku rela..”, nafsuku sudah menderu. Tak berapa lama, kurasakan tangan lembut Mangci makin berani naik ke atas. Dan akhirnya menelusup ke dalam BH renda merah milikku.

Di raihnya daging hangat nan kenyal didalamnya. Ohh, nikmatnya. Kini aku semakin berani untuk meminta dijamah.
“Iya Mang.. pegang mang.. Tania udah pengen… emmhh.. enaknya.. “, celotehku sudah tak karuan.

Melihatku semakin bernafsu, Tangan Mangci makin berani dan nakal untuk bermain-main di bukit kembarku nan indah. Dipilin-pilin kecil putingku. Kini puting merah muda itu sudah sangat tegang berharap juga untuk dijilati.

Tanpa memikirkan rasa malu lagi, dan juga karena situasi yang sangat gelap khas film horror. Tentu ini sangat memudahkan kesempatan kami untuk bercumbu semakin liar. Kini kuangkat sendiri t-shit ku ke atas. Kubuka klip pengait BH ku, kugapai dan kuusap wajah Mangci Zul. Seolah dia mengerti.

Saat kubuka kain penutup susuku ini, dan kemudian terpampang dua buah bukit kembar nan indah. Sepasang bukit yang ranum, bulat, dan montok. Dihiasi puting merah muda nan menggoda. Kuperhatikan untuk sesaat Mangciku sayank melongo takjub dibuatnya.

Takjub atas pemandangan yang begitu menggairahkan hasrat kelelakiannya. Dan, tanpa kuminta, sambil tetap kusentuh pipinya. Didekatkannya bibir Mangci ke arah susuku. Lalu, emmph.. kini putingku telah di lumatnya. Tak bisa kugambarkan betapa nikmatnya perlakuan Mangci terhadapku.

Aku hanya bisa mengerang , “akkkhh.. emmmhh.. emmppphh..”. Digigit-gigitnya kecil, dan semakin membuat geli nikmat itu menjalar di sekujur tubuhku. Dan saat itu akupun tak mau tinggal diam.

Kujambak-jambak halus rambutnya. Sambil tetap susuku dijilati.. tanganku mulai meraba-raba mencari apa yang tersembunyi di balik sleting celana Mangci.

Tak sulit untuk mencarinya, karena saat kuraba, terasa batang kelelakian Mangci sudah sangat mengeras. Sepertinya butuh bantuanku untuk menyenangkannya. Oohh.. aku semakin nakal. Kucari-cari sabuknya, kubuka. Kutarik sletingnya, lalu kuturunkan. Dan seakan juga berharap lebih.

Dengan sedikit gerakan mengangkat pinggul, dengan tanganku, kubantu Mangci untuk memelorotkan sedikit celana kerjanya. Dan akhirnya kini celana dalam itu sudah terlihat. Kulirik dengan senyum birahi.

Tanpa berlama-lama. Langsung kugapai kontol yang sedari tadi sudah sangat aku dambakan. Kuraih apa yang tersembunyi dari balik celana dalamnya. Oohhhh.. besar dan panjang kurasa.

Aku bayangkan betapa nikmatnya bila benda berurat ini memasuki dan mengaduk-aduk liang senggamaku. Aku mau.. sangat ingin disetubuhi, karena seingatku terakhir kali aku melakukannya adalah satu kelas 2 SMU di kamar kost pacarku. Namanya Indra.

Dan kalau tidak salah, itu sudah terjadi 1 tahun 8 bulan yang lalu! Dan kini aku kembali rindu untuk bercinta. Rindu untuk dijamah, dan haus untuk ditindihi laki-laki. Walaupun kenangan dengan mantan pacarkupun cukup menyakitkan.

Karena setelah kuberikan tubuhku. Ternyata dia mengkhianatiku, saat kupergoki dia sedang bergumul bersenggama dengan sahabatku. Dikamar kostnya. Di kamar tempat yang sama saat aku menyerahkan diriku, cinta suci, dan kenikmatan di sela-sela kedua paha mulusku.

Padahal apa kurangnya aku, bisa dikatakan aku adalah primadona di sekolahku dulu. Dengan selalu mengenakan stelan seragam atasan ketat yang dua kancing atasnya sengaja kubuka, serta rok ketat 5 cm di atas lutut. Jelas membuatku terlihat sangat sintal dan seksi.

Tak terhitung berapa cowok yang ingin memacariku. Bahkan ada satu orang guru yang sempat menyatakan perasaannya padaku. Tapi, nyatanya mantanku lebih memilih untuk berselingkuh, daripada mempertahankan cintaku, dengan segenap ‘servis lebih’ yang setiap saat siap kuberikan bila ia memintanya.

Seperti terkadang tiba-tiba dia memintaku untuk berjongkok meng’oral’nya di lantai 2 ruang kelas 2.7 yang sedang di ronovasi. Itupun dengan senang hati selalu kuturuti.

Atau sekedar minta kontolnya untuk dijepit oleh kedua gundukan susuku yang besar nan kenyal saat pulang sekolah di kamar kostnya. Berbekal baby oil yang memang selalu tersedia dikamarnya, untuk pelumas sebagai penambah kenikmatan servis singkatku.

Itu seperti sudah rutinitas harian bagiku untuk memuaskannya. Apalagi terkadang gilanya mantanku adalah bila sedang pejuhnya menumpuk seperti sudah menuntut untuk disemprotkan, tak segan ia juga meminta layanan seks yang sebenarnya. Ya.. benar-benar seks.

Kontolnya menikmati liang senggamaku. Dan itupun kuturuti atas nama cinta. Namun untuk layanan seks full job ini, tak bisa sering-sering kuberikan. Karena aku takut resikonya. Takut aku sampai hamil.

Takut bila kami tak bisa mengendalikan diri, untuk menumpahkan air mani saat dia klimaks, hanya di susu atau di mulutku saja. Namun untungnya sampai saat ini tak pernah ada janin yang sempat hadir di rahimku, akibat perbuatan birahi mantanku itu.

Tapi sudahlah, biarkan saja. Toh sekarang, saat ini, aku sedang bersama Mangci Zul-ku sayank.. sedang berasyik masyuk menikmati untai-demi untai peluh birahi kami. Saat ini, genggam tanganku semakin lembut mengelus-elus sembari memberikan rangsangan mengocok pada kontol Mangci yang gagah berurat.

Kurasakan deru nafasnya semakin tak beraturan menahan nikmat. Sembari tetap menjilati dan mengemuti susuku. Namun, tiba-tiba rangsangannya pada putingku dihentikannya. Sesaat aku sedikit kaget dan kecewa. Karena nafsuku sedang naik-naiknya dan aku mau terus tetap dijilati, bahkan berharap semakin liar.

Namun dengan tatapan meminta, dan akupun mengerti apa yang diinginkannya. Ditariknya kepalaku, dan diarahkannya kepalaku ke kontolnya yang sudah mengacung hebat, yang sudah keluar dari celana dalamnya. Tanpa sedikitpun aku menolak, juga karena aku mau.

Kudekatkan bibirku ke kepala penis nan bulat menggoda itu. Kucium ujungnya.. emmhh, aroma khas yang sangat bersensasi. Sejurus kemudian lidahku mulai menari-nari menelusuri kontol itu. Kujelajahi dari ujung hingga pangkalnya, naik turun, kubasahi dengan air liurku. Lidahku seakan menari-nari saat itu. Dan kurasakan Mangci semakin menggelinjang.

Cerita Dewasa – Kisah Hidup Tania – Part 1

Namun kini sepertinya kontol itu sudah tak tahan untuk di servis lebih lagi oleh bibir sensualku. Ditekannya kepalaku lebih dalam dari ujung lalu..lhhppp. kontol itu kini sudah masuk sepenuhnya di mulutku.

Dalam keadaan seperti itu, kurasakan tangannya juga tak mau diam saja. Kini tangan itu sudah mnggerayang rok babydoll-ku, mulai menyingkapnya keatas. Namun sepertinya akal sehatnya masih sedikit tersadar, walau sudah dalam kondisi sangat On. Dilihatnya keadaan sekelilingku.

Dirasa aman. Karena memang kebetulan jam tayang saat ini agak kosong. Dan bangku paling atas memang tak penuh terisi. Hanya di ujung yang lain terlihat terisi. Itupun sepertinya juga oleh sepasang kekasih yang juga sedang.. bercumbu.

Setelah dirasa aman, dilepaskannya jaket yang dari tadi melekat di badannya. Rupanya jaket itu di letakkan di atas pahaku, sebagai penutup. Supaya aksi gerilyanya bisa leluasa.

Benar saja, kini setelah tertutup oleh jaket, tangan Mangci lebih leluasa untuk menyingkap lagi rokku ke atas. Dan tak perlu lama, langsung tangannya menelusup lebih dalam ke CD ku, seperti mencari-cari apa yang ada di dalamnya.

Lubang sengamaku sedari tadi telah basah oleh cairan lendir cinta. Kini mungkin akan semakin basah lagi karena, kurasakan jari-jari Mangci Zul liar menjelajahi dan memainkan setiap titik rangsanganku.

Yang membuat gelora birahiku semakin meninggi. Klitorisku disentuhnya, labia ku dirabanya, dan itilku pun tak lepas dimainkan.
“emmmmh… aakkhh..”, Rintihku.

Hingga kurasakan semakin basah rongga-rongga kewanitaanku itu dibuatnya. Jari-jari nan lembut itu terasa sedikit mengoyak ketika kurasa liang senggamaku seperti hendak dimasuki. Kugigit kecil bibirku menahan nikmat sensasi lain yang kini kurasa. Dan iya, setelah itu dengan bernafsu.

Di kocok-kocoknya memekku dengan jari Mangci. Entah sudah berapa kali jari itu keluar masuk di dalamnya. Tak terhitung kiranya. Sungguh nikmat sekali bercumbu seperti ini.

Bahkan kalau boleh jujur sempat tadi aku lumer dibuatnya. Diperlakukan memekku seperti ini. Siapa yang tahan.. eemmmhh, Hingga setelah sekitar 10 menit berlalu.. Mangci berbisik padaku..

“Sayank, Mangci udah di ujung… dah geli nih yank…”, bisiknya. “Emmmppp… sllluurpp… llppphh…”, aku tetap mengoralnya, justru semakin liar dan bersemangat. Semakin kutekan kontol itu kedalam.. hingga sampai ke pangkal teggorokanku.

Biarkan saja fikirku. Geli dan seru juga bathinku, melihat ekspresi lucu Mangci yang sudah memerah sembari memejamkan mata seperti menahan sesuatu yang mau meledak.

“Yank.. Tania sayank.. udah mau keluar nih.. , katanya. Tetap tak kupedulikan, bahkan semakin kupercepat permainan bibir sensualku terhadap kontolnya!. Dan, benar saja. Tak seberapa lama kurasakan ada yang menyambur di dalam mulutku.. “creett.. creettt.. creettt…”, cairan kental nan hangat yang agak asin.

Emmmh.. nikmat sekali rasanya. Cukup banyak sepertinya Mangci menyemprotkan sperma di mulutku, karena sensasi denyutannya kurasa lebih dari lima kali semburan. Entah sudah berapa hari sepertinya pejuh ini tak disemprotkan ke memek bibiku. Bathinku nakal. Kubiarkan beberapa detik kami dalam posisi seperti ini. Sembari sekali kulirik wajahnya yang tampak sangat puas.

Bagaimana tidak, saat ini dia sedang menyemburkan sperma di bibir sensual seorang gadis yang teramat seksi dan menggairahkan di mata semua lelaki. Dan yang terpenting.. gadis itupun mencintainya. Layanan seks dengan cinta tentu akan terasa jauh lebih nikmat. Dan gadis itu adalah .. aku.

Setelah kurasa kontol Mangci mulai agak melemas, perlahan dengan gerakan menarik ke atas, kutarik bibirku, dan.. “plup!” Sambil tersenyum padanya kuperlihatkan bibirku yang saat ini masih menampung luapan spermanya.

Kutatap matanya dengan sangat dalam, lalu, dengan tanpa rasa jijik, kutelan sperma itu didepannya. Dan aku tersenyum sambil kuraih jemarinya. Saat itu aku berucap, “aku sayang kamu..”

Seperti tak mampu berkata-kata, dibelainya rambutku, dilapnya sedikit leleran sperma yang masih tersisa di bibirku dengan jarinya. Lalu kamipun berpelukan dengan sangat erat. Seperti tak mau terpisahkan.

Tanpa terasa filmpun berakhir. Dan kamipun harus tersadar dari permainan panas yang baru saja kami lakukan. Kulihat dari layar blackberry-ku. Waktu saat itu menunjukkan pukul 20.15.

“Waduh.. udah malam ya yank”. Kataku pada Mangci. Kini aku mulai berani untuk memanggilnya dengan panggilan sayang itu. Setelah kami merapihkan pakaian kami yang acak-acakan karena pergumulan tadi, kami langsung keluar 21, berjalan kearah halte dan pulang.

Lalu Mangci Zul berkata, “Tania sayank.. kita sekarang pulang bareng, tapi ntar klo udah nyampe S, kamu pulang kerumah duluan aja ya. Kayak ga ada apa-apa. Ntar aku mau ke rumah temenku dulu. Biar kita kesannya ga habis keluar bareng.. takut bibi curiga. Tadi aku udah bilang dapet shift lembur, gantiin temenku yang sakit”.

Begitu kata Mangci Zul padaku saat di bus.
“Iya sayank”. Balasku. Dan aku memahaminya.

Setelah kejadian malam itu, hubungan asmara terlarangku dengan Manci Zul semakin erat dan mesra. Tak jarang kami sengaja mencuri-curi waktu untuk sekedar bermesraan. Untuk tempatnya bisa di 21, hotel, atau kost-an salah satu temen kuliahku yang sudah soulmate.

Cukup dengan bermodal muka memelas dan dua porsi martabak A****, kunci pintu kamar kostnya sudah dipinjamkan padaku. Dan pastinya sudah bisa ditebak. Kugunakan untuk bercumbu.. saling menjamah.. saling meraba.. menjilat.. dan akhirnya kami pun melakukan hubungan intim.

Seks yang pastinya sangat liar karena dalam diri kami memang dipenuhi hasrat birahi yang menggebu-gebu. Seperti selalu rindu. Tapi pastinya itu kami lakukan bila Manci bisa beralasan ada lembur atau ada shift tambahan mendadak. Indahnya cinta itu kami reguk bersama, dengan sangat indahnya dan tentu sangat berkesan bagiku. Hingga..

Cerita Dewasa – Kisah Hidup Tania – Part 1