Cerita Dewasa – Kisah Hidup Tania – Part 2

Cerita Dewasa – Kisah Hidup Tania – Part 2 ♥

Cerita Dewasa – Kisah Hidup Tania – Part 2 – Baca part-1

Kuserahkan Cinta dan Masa Depanku Pada Reza. Namun Ternyata…

Dibawah rindangnya dedaunan pohon beringin ini, aku tertunduk lesu. Membayangkan pertanyaan yang tak sempat terungkap. Serta jawaban yang tak pernah terlukis di bibirku yang telah mengering ini. Saat ini aku dilanda kegalauan yang teramat sangat, kebimbangan, serta rasa penyesalan yang tak sanggup aku gambarkan.

Setelah kejadian memalukan itu. Kini aku memutuskan untuk pergi. Meninggalkan segala kenangan buruk yang pernah terlalui bersama Zul. Pria yang sempat mengisi hatiku dengan cinta. Juga bertekad pergi jauh dari kehidupan mereka. Dari bibiku yang telah tersakiti karena perselingkuhan kami. Walaupun sempat aku mengucap maaf, namun aku yakin pasti masih perih baginya.

Kabar tentang perselingkuhanku dengan Mangci Zul ternyata tak hanya diketahui oleh kami saja. Namun, ternyata karena amarahnya yang tak tertahan, bibi sempat menelpon ibuku di M*rt*p*ra. Mengadukan perbuatanku dengan Mangci. Bahkan tragisnya, cerita ini juga dengan cepat menyebar ke kerabat lain. Karena sempat bibi bercerita soal masalah ini ke sepupunya, yang tak lain juga kerabatku di kampung sana. Dan, seperti sudah kuduga. Hasilnya adalah rasa malu yang teramat sangat, seperti aib yang mencoreng muka ibuku.

Ingin rasanya kutumpahkan air mataku. Bila kembali aku mengingat, suara tangis dan ucapan ibu saat tadi langsung menelponku, ketika tahu terjadi tragedi ini. Namun ada sayatan kata yang paling terngiang ditelingaku. “Tania…kamu pengen ibu cepet mati…. !“.

Cepat-cepat untuk sementara kutepiskan rasa itu, karena aku disadarkan oleh rasa haus yang mulai merasuk di tenggorokan. lalu kuputuskan untuk meneguk segelas fr*sh T*a ditambah es batu. Yang kubeli dari Mamang-mamang yang memangkalkan gerobaknya tak jauh dari tempatku duduk. Segarnya, lumayan mendinginkan hati dan otakku yang kebetulan panasnya mungkin setara dengan panasnya aspal jalan protokol yang sedang diperbaiki ini.

Rupanya segelas minuman dingin tadi juga membantu mengembalikan sedikit akal sehatku yang masih tersisa. Dan hasilnya aku tersadar kembali, untuk memikirkan kemana aku akan tidur malam ini.

Cindy adalah satu nama yang langsung terbersit dibenakku saat itu. Ya, Cindy. Adalah teman baik yang selalu ikhlas membantuku kapan saja. Saat terkadang aku sedang dihinggapi masalah khas seorang mahasiswi perantau, sepertiku. Yaitu kekurangan pasokan uang dari ibuku di kampung. Yang sehari-hari membuka kios sembako kecil-kecilan di pasar M*rt*p*ra.

Tentu dengan penghasilannya yang tak menentu, terkadang agak tersendat pula suplay dana kepada anaknya yang sedang berkuliah jauh di pulau seberang. Dan dikala masa paceklik seperti itu, Cindy-lah yang selalu ikhlas membantu, sekedar untuk operasional kuliahku ke kampus sehari-hari. Walaupun sebenarnya bisa saja aku meminjam atau meminta uang ke bibiku. Namun malu rasanya. Karena, mereka mau menampungku saja, aku sudah bersyukur. Tak sanggup rasanya bibir ini mengucap untuk meminta lebih.

Padahal faktanya, justru penyebab aku duduk di pinggir jalan dan kepanasan seperti saat ini, adalah kebodohanku yang telah meminta suaminya! Ya. Dan itu dalam arti sebenarnya. Ah sudahlah, kini kekhilafan itu sudah terjadi. Dan aku harus siap menanggung akibatnya.

Oh ya, seperti sebelumnya kusampaikan, Cindy juga-lah yang selama ini rela meminjamkan kamar kost-nya kepadaku, saat aku dan Manci Zul ingin melampiaskan kerinduan dan birahi kami. Kini, semoga dia tak merasa direpotkan bila aku meminta bantuannya untuk beberapa saat menampung ‘tuna wisma’ sepertiku ini. Harapku.

Langsung seketika itu kuambil Hp-ku dan kutelpon Cindy. NSP “Kasih Tak Sampai” milik grup band Padi, menyambutku. Dengan dentingan violin menyayat hati, kudengar di intronya. Oh Tuhan, kebetulan yang tak kuharapkan. Kenapa NSP ini justru semakin menggiringku kedalam galau. Seolah takdir sedang mentertawakanku, karenanya.

“hai mbak bro…, ada apa nih cyiin?”. Suara renyah khas Cindy terdengar menyapa dari ujung telepon.
“Lagi dimana Bu..?” jawabku lirih.
“Nah lho… napa suara lo galau gtu say…? Gw lagi di P nih, lagi balik dulu. Kakak sepupu gw kawin. Ada apa gtu cyiin?”, Tanya Cindy kembali.

“Aduuuh… lo lagi di P? kakak sepupu lo lagi kawinan? Aduuuh…. Tadinya hari gw mau numpang nginep di tempat lo… gw…” dan bla.. bla..bla…
Hingga akhirnya, “oke ya udah, besok pagi gw langsung balik ke S. udah tenang aja, besok lo ke tempat gw aja. Tapi soal hari ini, maafin gw ya say.. sabar ya…”. Ucap Cindy padaku.

Dan kujawab dengan lirih, “iya say.. gpp, makasih ya…”.
Cobaan apa lagi ini buatku. Apa ini termasuk imbalan atas kesalahanku kepada bibi, bathinku. Sesaat aku kembali gamang. Lalu, kembali pertanyaan itu muncul, tidur dimana aku malam ini..??

Entah ide dari mana, kenapa tiba-tiba terlintas di kepalaku untuk tidur di salah satu masjid atau mushala saja. Mungkin cukup aman fikirku. Tapi dimana?. Itu permasalahannya. Hingga saat itu aku melirik ke salah satu arah. Satu tempat terlihat ujung jalan sana. Nah itu dia, yakinku. SPBU !

Sambil menunggu malam, karena tak enak fikirku kalau aku ke SPBU 24 jam itu saat ini. Akhirnya kuputuskan untuk mampir dulu ke Mal S. Hingga waktu menunjukkan pukul 9 malam, akupun melangkah menuju ke SPBU. Untuk numpang tidur malam ini, di mushalanya.

Pagipun datang. Cukup nyenyak aku tidur malam ini. Hingga aku dikejutkan oleh bunyi panggilan telepon yang membangunkanku. Dan itu dari Cindy. Kuangkat, dan aku tahu dari pernyataan Cindy, Bahwa syukurlah, kini Cindy sudah datang dari P. dan menungguku di kost-annya. Dan akupun langsung bergegas meluncur kesana. Setelah kubersihkan diriku terlebih dahulu di toilet SPBU ini.

Cerita Dewasa – Kisah Hidup Tania – Part 2

Singkatnya, Cindy mengijinkan aku untuk tinggal bersamanya di kost-an. Syukurlah, karena untuk sementara aku bisa terlindung dari panas dan hujan. Dan juga tentunya dari ketelantaran. Untuk sekedar tahu, kost tempat tinggal Cindy adalah kost yang cukup bebas.

Karena disini tinggal secara bersama-sama penghuni lelaki dan perempuan. Tak ada batasan apapun. Karena kebetulan Si pemilik kost-an tak menetap disini. Paling-paling hanya datang saat menagih uang bulanan. Tak masalah fikirku. Toh aku sudah tahu. Karena sering ‘main’ disini.

Namun ada hal yang sering membuatku risih adalah, terkadang ada saja penghuni kost-an cowok yang genit menggodaku. Tak segan mereka bersiul nakal, atau ada pula yang sampai sedikit menggesek-gesekkan “anu’nya di pantatku yang montok dan menggiurkan ini, saat kami tak sengaja berpapasan di lorong sempit menuju ke kamar mandi umum.

Lalu, ada juga yang bahkan berani untuk mencolek-colekku. Dari awalnya hanya lengan, hingga mulai berani agak kearah dalam di sekitar pinggir dadaku. Tentu saja beberapa kali yakin kurasa, tangan mereka sengaja menyenggol tokedku. Dengan muka tak bersalah, sialnya mereka lalu ngeloyor pergi.

Yang membuat aku tak tahan adalah, satu kali kupergoki ada salah seorang penghuni kost laki-laki yang mengintipku mandi. Karena kebetulan posisi kamar mandi umum yang berjumlah 3 ruangan ini hanya bersekatkan dinding setinggi 2 meter saja. Tentu masih memudahkan para lelaki iseng untuk mengintipku dengan cara naik keatas bak mandi. Aku tahu apa yang diharapkan mereka, aku sadar, dengan bentuk tubuhku seperti ini, yang sintal nan menggoda.

Dengan sepasang payudara yang indah dan montok. Tentunya mata lelaki mana yang tak ingin menikmati. Mungkin juga karena kebiasaanku berpakaian, yang sedikit cuek. Terkadang hanya menggunakan Hot pantz dan kaus ketat saja saat dikamar atau saat sekedar berbelanja di toko depan. Yang tentunya akan memperlihatkan dengan jelas setiap lekukan tubuhku secara syur. Pastinya kesempatan itu digunakan oleh mereka untuk berfantasi menelanjangiku.

Dan buktinya adalah saat ini. ketika aku sedang asik-asiknya membasahi tubuhku, saat sedang membasuhnya dengan sabun cair nan lembut. Saat aku mengelus-elus dengan manja gundukan payudaraku sambil bersenandung lirih. Rupanya si Ferdi, salah satu penghuni kos yang kamarnya di ujung lorong, sedang memindik-mindik, menongolkan kepalanya dari balik dinding. Aku merasa diintip ketika, tak sengaja sedikit kudengar suara desahan yang aneh, lalu refleks kupalingkan wajahku kearah suara itu. Dan..

Cerita Dewasa – Kisah Hidup Tania – Part 2

“Woii.. ngapain lo!, lo ngintip gw ya! B*ngs*t!”, bentakku padanya. Lalu dengan terkaget dia bergegas turun dan kabur. Setelah kuselesaikan mandiku dengan segera, saat itu pula aku berniat untuk melabraknya.

Namun sempat aku melihat ke ruang kamar mandi tempat Ferdi tadi mengintipku. Dan aku geli melihat apa yang kutemukan saat itu. Ya. Leleran air mani Ferdi tampak jelas meleleh, di dinding yang belum sempat di guyurnya. Rupanya tadi dia ber’onani ria’ sambil mengintipku.

Bukannya tambah marah, justru malah geli kurasa. Dan itu membuatku mengurungkan niat untuk jadi melabraknya. Karena ada terbersit rasa bangga di dalam diriku, menyadari bahwa ternyata aku bisa membuat lelaki sampai lumer menyemprotkan spermanya, hanya dengan mengintipku bugil saat mandi.

Hal yang konyol juga sempat terjadi, ketika suatu hari aku mendapatkan tatapan amarah seorang gadis kurus dengan potongan rambut pendek yang menghiasi kepalanya. Gadis itu benar-benar murka sepertinya padaku.

Seperti aku telah melakukan dosa besar padanya. Hingga belakangan aku tahu, ternyata, dia sewot padaku karena dia cemburu, pacarnya yang kutahu bernama Mas Anto sering memperhatikanku dengan bernafsu, walaupun saat sedang bersamanya. Hahaha, ada-ada saja.

Singkat cerita, selama beberapa bulan, aku cukup nyaman tinggal bersama dengan Cindy. Cindy tak pernah sedikitpun menunjukkan sikap terganggu ataupun tak suka atas kehadiranku. Justru dia terlihat sangat senang ketika aku bersamanya.

Maklum, aku tahu semua saudaranya laki-laki. Dan punya teman dekat sesama perempuan sepertiku. Sangat menyenangkan baginya. Hingga kamipun terbiasa saling berbagi, saling menjaga, dan saling melangkapi. Namun, tetap saja akhirnya ada permasalahan muncul.

Adalah ketika suatu hari ibu kost yang bernama Bu Dibyo datang untuk menagih uang kosan. Selama beberapa bulan ini aku belum pernah bertemu dengannya. Karena kebetulan ada saja hal yang membuat kami tak pernah saling bertatap muka. Entah aku sedang ada mata kuliah, atau karena ada sebab lain.

Namun hari ini, rupanya kami akhirnya bertemu. Dan saat itu. Dengan tegas dia langsung berkata bahwa, kurang suka bila ada penghuni tambahan lain yang tinggal di kostannya. Dengan alasan apapun. Katanya.

Apalagi, ternyata memang sudah jauh-jauh hari dia mendengar aduan dari penghuni kost yang lain tentang kehadiranku. Tentunya kuyakin yang mengadu kebanyakan penghuni kost perempuan. Kalau penghuni kost yang laki-laki, tak mungkin fikirku. Karena aku tahu otak mereka, justru senang atas keberadaanku disini. Itung-itung pemandangan ‘syur’ gratis dan bahan ‘fantasi’ mesum. fikir mereka.

Nyatanya teguran ini tetap saja menyisakan rasa tidak enak dihatiku kepada Cindy. Walaupun berkali-kali dia meyakinkanku bahwa anggap saja angin lalu. Tapi bagiku tidak. Aku tak mau membebani fikiran sahabatku ini. Maka, saat itu kuputuskan untuk akan mencari kost-an sendiri. Dan pergi dari sini. Namun pertanyaan kembali muncul. Dimana? Bayarnya dari mana?,.. ya Tuhan…

Satu-satunya solusi bijak bagiku saat ini adalah aku harus bekerja. Aku harus survive. Aku harus bisa menafkahi diriku sendiri. Itulah tekadku. Dan semenjak saat itu aku mulai rajin mencari informasi lowongan pekerjaan. Terutama yang menawarkan kesempatan bagi lulusan SMU sepertiku.

Tak bosan kucari ke Dinas Tenaga Kerja, kubaca melalui media cetak, atau kuminta informasi dari teman-temanku. Berharap ada kabar baik yang datang. Sambil tetap aku meminta kepada Cindy untuk bersedia sedikit lebih lama lagi menampungku. Walau aku tahu. Sesungguhnya dia tetap tak ingin aku pergi.

Tak kudapat informasi tentang lowongan pekerjaan. Membuatku sedikit menyerah. Hingga suatu saat, ketika aku hendak ke Kota C, untuk mencari bahan materi kuliah. Aku duduk di halte depan Mal S, sambil menunggu bus antar kota yang biasa lewat disini. Hingga akhirnya datanglah sesosok gadis cantik, yang bisa saja disebut seksi.

Dengan menggunakan kaus ketat ber-renda warna putih lengan panjang, juga celana jeans pensil warna merah. Dipadu dengan sepatu highheels. Sungguh perpaduan yang sangat sempurna. Ditambah bila melihat potongan rambutnya yang panjang bergelombang bercat hi-lite coklat, dengan model ala artis.

Tak bisa disanggah, wajar bila saat itu semua mata tertuju pada kedatangannya. Dia langsung berjalan ke arahku duduk, mungkin mau kearah kota C juga tebakku. Dan benar saja, sesaat kemudian dia duduk tepat di sampingku.

Saat dia menyapaku, dengan senyum manisnya, dihiasi kawat gigi berwarna pink. Justru menambah kesan manis dan seksi di dirinya.

Cerita Dewasa – Kisah Hidup Tania – Part 2

“Mau ke mana mbak?”, sapanya padaku.
“Ke C, mau nyari bahan kuliah nih. Jangan panggil mbak doonk.. , nah lo mau kemana?”, Jawabku.
“Hehe, iya deh sory… eh, sama donk gw juga mau ke C. ohya nama gw Sinta (dia perkenalkan dirinya). Gw mau gawe sih. Ntar masuk jam 7”, ucapnya lagi.

“Gw Tania. Oh lo gawe di C?… dimana? Jam 7 baru masuk?”. Tanyaku penasaran. Akhirnya, dia jelaskan padaku. Sinta bekerja di salah satu tempat karaoke di Kota C. ‘Karaoke D’ namanya. Sudah cukup lama Sinta bekerja di situ sebagai pemandu tamu.
Katanya penghasilannya lumayan. Ya cuman resikonya masuk kerja jam 7 dan baru pulang lewat tengah malam. Hanya soal itu Sinta menjelaskan soal tempatnya bekerja padaku. Namun, ada hal yang membuatku bersyukur bertemu dengannya. Adalah ketika dia menawariku untuk mengajukan lamaran pekerjaan di tempat karaoke itu.

Katanya, Tempat karaokenya sedang membutuhkan banyak karyawan baru, karena peningkatan jumlah tamu pengunjung akhir-akhir ini. Dan salah satu posisi yang ditawarkan adalah ‘pemandu tamu’, sama sepertinya.

Dan ketika itu Sinta meyakinkanku untuk memberanikan diri melamar. Karena syaratnya sangat gampang. Hanya harus ramah dan berpenampilan menarik. Dan lagi-lagi menurut Sinta, bila melihat penampilan fisikku. Dia yakin aku langsung diterima.

Benar saja, tak menunggu lama. Saat itu juga kuputuskan untuk melamar pekerjaan ke Karaoke D, tempat sinta bekerja.
Sebelumnya waktu di bus Sinta sempat berkata, “nggak usah bawa dokumen apa-apa Tan..”. ucapnya padaku, seolah untuk menghilangkan kegamanganku karena saat itu aku tak membawa dokuman apa-apa. Maklum khan memang sebelumnya aku hanya berniat mencari bahan kuliah.

Begitu tiba di C dan sampai di Karaoke D, Sinta langsung mengantarku ke ruangan Bang Reno. Pemilik sekaligus bos di tempat ini. Langsung disampaikannya maksud kedatanganku. Dan ketika itu, saat melihat kehadiranku, mata Bang Reno sontak terpana. Dia menatapku dari ujung rambut sampai ujung kaki. Entah apa yang ada di benaknya.

“Jadi kau mau bekerja disini… ?? kau sudah tahu aturan mainnya?”, katanya padaku. Dan aku langsung mengangguk tanda mengerti. Walaupun padahal kau tak begitu paham apa maksudnya. Namun karena tuntutan perut tak bisa di tunda-tunda dan karena aku berfikir tak ada yang harus dikhawatirkan dengan pekerjaan sebagai “pemandu tamu”, maka kutepiskan semua ragu itu.

Singkatnya malam itu aku langsung diterima bekerja. Namun aku baru efektif bekerja 2 hari lagi. Bang Reno mempersilahkan aku untuk mempersiapkan diri terlebih dahulu. Betapa senangnya hatiku saat itu, karena aku sudah membayangkan sesaat lagi aku akan hidup mandiri. Tak lagi merepotkan Cindy sahabatku.

Dan yang paling penting, aku punya pendapatan sendiri. Yang semakin membuatku senang adalah, Bang Reno menjelaskan bahwa, selama bekerja, aku akan mendapatkan jatah makan juga satu kali. Dengan menu yang bebas pilih sesuai yang tersedia di café. Tentu hal itu membuatku makin sumringah, karena berarti anggaran makan malamku sudah tercover oleh jatah makan dari Bang Reno. Sungguh polos dan naifnya aku.

Selama dua hari masa sebelum aku mulai bekerja, akhirnya aku benar-benar pergi dari kost-an Cindy. Aku akan mencari kost-an baru yang tak terlalu jauh dari kampusku. Selama aku mencari kost-an, Cindy selalu setia menemaniku. Hingga akhirnya aku mendapat tempat kost yang cukup bagus di kawasan Lapangan Bola dan Olah Raga, dekat pusat kota. Daerah ini cukup sejuk dan hijau, karena masih banyak di tumbuhi pohon-pohon besar.

Hingga kawasan ini menjadi kawasan favorit untuk orang berolah raga setiap sore hari. Sepertinya aku akan betah disini. Yakinku. Dan yang lebih membuatku klik, adalah harga sewa kamarnya yang cukup murah. Lagi-lagi alasan klise khas mahasiswi perantauan. hehe

Hingga akhirnya datanglah hari saat aku akan mulai bekerja. Senja itu, kusiapkan diri sebaik mungkin. Kupoles wajahku dengan make-up nan menggoda namun tak seronok. Kubungkus tubuh jenjangku dengan stelan kaus ketat lengan panjang warna merah hati dengan model kerah lebar potongan rendah, membuat dadaku yang cukup montok ini tersembul keatas seolah hendak keluar dari penopangnya.

Dan untuk bawahan, aku masih menggunakan celana panjang jeans-ku yang bermodel pencil. Tapi, didalam tasku tersimpan celana Hot Pants warna hitam yang seksi, yang akan kukenakan nanti di tempat kerjaku. Tak lupa, sepatu Highheels kesayanganku pun tak luput kukenakan.

Penampilan macam ini adalah arahan dari Sinta, saat tadi siang aku menelponnya untuk bertanya seperti apa aku harus berpakaian saat bekerja.

Akhirnya aku tiba di karaoke D, tempat dimana aku sekarang bekerja. Langsung aku mengarah ke kamar ganti yang memang tersedia bagi karyawan. Kutanggalkan celana jeans panjangku, dan kuganti dengan hot pantz seksi yang sudah kupersiapkan tadi.

Kembali kupersiapkan diri dengan make-up ulang secukupnya, memasang aksesoris kewanitaan blink-blink di tubuhku. Setelah selesai, aku beranjak ke ruang Bang Reno untuk melapor. Dan apa reaksi Bang Reno saat melihatku berpenampilan seperti sekarang ini..

“Uhhhh… seksi nian kau Tania, bisa banyak tips kau malam ini..! , sudahlah kau mulai bekerja sana. Cari saja Sinta, sudah dari tadi anak itu datang dan menunggu kau”. Begitu kata Bang Reno. Dan aku beranjak.

Kucari Sinta di ruang karyawan. Tak sulit untuk ku menemukannya. Malam ini penampilan Sinta-pun tak kalah cantik dan seksi. Dengan menggunakan dress motif leopard yang modelnya sangat seksi, sungguh dia sangatlah menawan.

Cukup lama kami bersantai, sambil berbincang menunggu tamu. Rupanya Bang Reno sudah berpesan pada Sinta untuk membimbingku dalam memperlakukan tamu saat bekerja. Dan dari percakapan kami, aku sekarang sudah semakin paham. Dan rasanya cukup siap untuk mendampingi tamu yang ingin mencari hiburan disini.

Hingga akhirnya aku dikejutkan oleh suara bel dan kemudian di ikuti oleh suara Bang Reno yang terdengar dari ujung pengeras suara.

Cerita Dewasa – Kisah Hidup Tania – Part 2

“Sinta… Tania… Room 12!”. Rupanya itu adalah kode panggilan bagi para cewek pemandu tamu, untuk turun ke room. Dalam perjalanan, Sinta menjelaskan, biasanya order tamu hanya satu cewek saja. Namun karena ini adalah kesempatan pertamaku. Makanya Bang Reno meminta Sinta untuk mendampingi. Itung-itung Ospek mungkin.

Tamu pertamaku malam ini adalah dua orang lelaki, yang sudah cukup tua. Kukira sudah lebih dari 50 tahun umur mereka. Terlihat dari uban yang mulai menghiasi rambut mereka. Terlihat dari gayanya, mungkin mereka pejabat pemerintahan atau petinggi perusahaan di sekitar kota C ini. Tak ada yang spesial malam ini di tugas pertamaku. Syukurlah semuanya berjalan lancar.

Kedua orang lelaki yang tadi mengenalkan diri dengan nama Pak Rudi dan Pak Arif. Sepertinya bukan termasuk oang yang neko-neko. Terbukti selama aku dan Sinta bersama mereka di room, standar saja. Mereka hanya minta ditemani bernyanyi, atau sekedar minta dibantu memesan minuman. Paling jauh mereka hanya meminta duduk kami sedikit merapat dengan mereka. Itu saja.

Walaupun tak bisa disembunyikan, entah berapa kali aku pergoki mereka melirik gundukan daging kembarku, yang mungkin tadi sempat bergelantungan ikut bergoyang ketika lagu dangdut berirama koplo kami putar.

Lalu, setelah selesai sekitar 2 jam, merekapun pulang dengan menyelipkan selembar uang seratus ribuan di tanganku. Kulihat, Sinta-pun mendapat tips yang sama. Aduh senangnya aku, karena untuk pertama kalinya aku mendapat uang dari hasil keringatku sendiri. Dan relatif gampang lagi mendapatkannya.

Saat di lorong menuju ruang karyawan, Sinta sempat berbisik kepadaku. Mungkin karena melihat ekspresi mukaku yang kegirangan setelah mendapat tips.

“Tan, segitu mah biasa kali.. , lo kalo bisa lebih hot lagi waktu goyang,… trus lo lebih genit dikit… hmmmhh.. cewek model lo sih bisa balik bawa tips segepok kali neng!”. Begitu ucap Sinta padaku sambil tersenyum penuh arti. Dan aku coba memahami maksud perkataannya.

Begitulah hari-hari awalku sebagai pemandu tamu di karaoke D. awalnya memang aku sempat risih, saat ada beberapa tamu yang mulai bertingkah genit melewati batas. Terkadang ada tamu yang mulai berani memegang-megang daerah sensitifku. Contohnya saat mereka mencuri-curi kesempatan meremas pantatku yang bulat dengan gemas.

Atau ada saat dimana musik dangdut koplo sedang dimainkan, sengaja mereka mematikan lampu. Menyuruhku bergoyang sensual, lalu walaupun masih dengan pakaian menempel di tubuh, mereka tak segan tiba-tiba mendekat, ikut bergoyang denganku, sangat erat bahkan hingga dapat kurasakan, mereka menggesek-gesekkan kontolnya yang sudah mengeras di pantatku dari arah belakang. Kadang tak habis fikir juga aku. Bahkan pernah kupergoki, saat menggesek-gesekkan kontolnya ke pantatku, ada salah seorang tamu yang sampai muncrat. Yaa ampuun..

Hingga ada satu kejadian yang membuatku akhirnya menyadari, di tempat seperti apa aku ini bekerja. Ceritanya suatu hari saat aku sedang menemani tamu di room 8. Hari itu kebetulan Kota S dan sekitarnya termasuk Kota C diguyur hujan deras tak kunjung henti dari malam sebelumnya, pagi, siang, bahkan hingga sore hari ketika aku hendak berangkat ke tempat karaoke.

Akibatnya seharian rasanya aku kebelet pipis terus, ya bisa dibilang beser. Dan sialnya hal itu terbawa hingga aku bekerja. Hasilnya, saat aku sedang menemani tamu, entah berapa kali aku bolak-balik ke kamar kecil. Mohon ijin untuk buang air. Sempat juga aku merasa tak enak pada tamuku. Tapi bagaimana lagi.

Nah, saat itu ketika aku hendak ke kamar kecil, tak sengaja aku berjalan melalui room 15 yang letaknya berada di tengah-tengah koridor. Tiba-tiba dari ujung kulihat Mila, terkenal sebagai salah satu pemandu tamu yang paling sering dicari oleh pelanggan. Wajar bila melihat keseksian tubuh dan sensualnya wajah yang dimilikinya.

Kulihat dia berjalan agak terburu-buru menuju ke arah room 15. Saat aku semakin dekat ke arah room itu, terkejut aku melihat Sinta menjulurkan kepala, keluar dari dalam room namun dengan tubuh masih berada di balik pintu. Sepertinya Sinta sudah menunggu kedatangan Mila. Dan tak memperhatikan kedatanganku dari arah belakangnya. Dan apa yang kutemukan saat itu… sungguh mengagetkan.

“Aduh Mil.. sory.. sory gw ngerepotin lo ya…, ada kan kondomnya? Gw bagi dulu ya punya lo. Si Om minta ng*nt*t euy..!”. begitu bisik Sinta pada Mila. Dan saat itu sungguh aku terkejut.

Oh ternyata.. Dan lebih mengagetkanku lagi, walaupun ruangan room itu agak gelap, namun masih dapat kulihat apa yang terjadi didalamnya. Karena pintu tak sepenuhnya tertutup, terhalang oleh bahu Sinta. Saat itu Sinta sudah tak mengenakan pakaian bagian atasnya. Kuberanikan lagi sekejap untuk melongok lebih kedalam, karena rasa penasaranku. Ya. Sinta hanya tinggal memakai Hot Pantz-nya saja.

Dan lebih parah lagi, samar-samar kalau aku tak salah mengenali, kulihat Vera, si toked jumbo, demikian dia terkenal. Sedang mengangkangi Om-om tamu di atas sofa. Berhadapan dengan tubuh si Om yang pasrah di servisnya dengan gaya WOT. Sambil menggerakan tubuh bugilnya naik turun. Terlihat sebelah toked Vera sedang dilumat oleh si-Om itu.

Hanya beberapa detik kemudian, Sinta rupanya tersadar akan kedatanganku. Dia menoleh ke arahku, dan dia hanya tersenyum penuh arti. Lalu kembali masuk kedalam. Setelah itu aku tak tahu lagi apa yang akan terjadi di room itu.

Jam pulang kerja sekitar pukul 1 dinihari, sengaja kali ini aku tunggu kedatangan Sinta. Aku ingin bertanya. Sebenarnya tempat seperti apa ini. Aku tak naif tentang dunia malam, akupun tak menafikkan diri tentang adanya “private room”. Tapi aku tak mengira sampai sejauh itu.

Hingga akhirnya Sinta-pun datang, dan anehnya saat bertemu aku, tak perlu aku bertanya, dia langsung berbicara padaku, “Tan, disini emang gini… klo ada tamu yang minta ML, asalkan si cewek mau, dan duitnya deal. Bisa kok. Di room juga boleh. Gpp…, tapi, ga pernah ada paksaan dari Bang Reno. Semua tergantung ceweknya.. lo bisa ngerti khan Tan?”.

Begitu tutur Sinta, seperti hendak meredakan rasa penasaranku. Dan kuanggukkan kepalaku tanda mengerti. Tanpa berucap sepatah katapun.

Dalam perjalanan pulang aku coba merangkai hal-hal yang sempat mengganjal fikiranku, semua. sebelum akhirnya terjawab malam ini. Mulai dari hadirnya sosok-sosok cewek pemandu tamu freelance yang berpakaian super seksi secara tiba-tiba. Juga dengan adanya beberapa temanku sesama pemandu tamu yang selalu membawa kondom ke room saat menemani tamu, pernah kutanya pada mereka, untuk apa.

“Buat jaga-jaga aja Tan.” , kata mereka singkat. Juga ada lagi, saat sering kali aku dirayu untuk diajak berhubungan intim di room oleh tamu, saat mereka terlihat sudah agak mabuk dan horny berat.

Awalnya kaunggap itu permintaan aneh-aneh tamu yang gila. Masa iya melakukan itu di room.., fikirku. Namun permintaan layanan seks itu masih bisa kutolak dengan halus. Kuberikan alasan klasik.
“Maaf om… Tania lagi ada tamu bulanan…”. dan mereka mengerti.

Cerita Dewasa – Kisah Hidup Tania – Part 2

Juga setelah lebih jauh kupelajari, ternyata hampir semua cewek-cewek pemandu tamu disini bisa di boking keluar. Termasuk Sinta, begitu kudapat dari pengakuannya. Asalkan harga cocok, dan tebus cas jam-nya ke Bang Reno. Ada juga tamu yang sengaja menunggu jam tutup karaoke. Lalu setelah janjian sebelumnya dengan si cewek. Ya begitulah selanjutnya.

Tak bisa kupungkiri, aku bukan orang yang suci. Aku tak munafik atas itu. Namun selama ini, masih bisa kupertahankan prinsipku. Aku hanya mau memberikan tubuh, gairah, dan birahiku, untuk melayani lelaki yang kucintai. Apapun akan kulakukan untuk membahagiakan dan memuaskan lelaki itu.

Tapi jujur kuakui pernah terjadi sesuatu yang mungkin sedikit melanggar prinsipku itu. Yaitu ketika suatu malam, salah satu tamuku merayu untuk meminta layanan seks di room. Awalnya masih bisa kutolak.

Namun karena godaan janji dia akan memberiku tips yang besar, dan kebetulan saat itu aku sedang ada perlu untuk bayar kost. Kuiyakan permintaannya, namun aku hanya bisa memberi layanan ‘servis atas’. Dan setelah aku menjelaskan, diapun setuju. Akhirnya malam itu kuservis dia hingga dia puas. Ku’oral’ kontolnya sambil kujepit batang miliknya itu di belahan tokedku.

Karena komitmenku, kulayani dia dengan sepenuh hati. Dan seperti sudah kutebak dari awal. Tak butuh banyak waktu untukku membuatnya, lumer… tak akan sanggup dia bertahan lama, melihat ku berjongkok di depannya… melucuti dress ******* sendiri dengan gerakan erotis… melepas BH ku dengan nakal… membiarkan susuku bergelantungan dengan indahnya.

Lalu, kuraih batang miliknya, kubenamkan batang kelelakian itu dalam belahan bukit kembarku yang ranum.. kukucok dengan gerakan naik turun, sambil kujilati kepala kontol itu. Benar saja.

Tak berselang sekitar 3 menit kemudian. Tumpahlah air mani itu di mulut dan sebagian tokedku. Langsung kubuang dan kubersihkan dengan tissue yang ada di meja. Dan hanya muka puas terpejam yang kulihat darinya.

“Hah.. cemen…”, fikirku geli. Lalu saat dia pulang, diselipkannya beberapa lembar uang berwarna merah di belahan tokedku yang menyembul walaupun aku telah mengenakan dressku lagi. Sesuai nego awal fikirku. Namun setelah dia pergi. Ternyata dia memberiku tips lebih dari yang dia janjikan sebelumnya. Dan aku tersenyum.

Cerita Dewasa – Kisah Hidup Tania – Part 2

Seperti itulah pekerjaanku di Karaoke D. Dengan semakin lama aku bekerja disini, semakin ‘profesional’ juga caraku melayani tamuku. Aku semakin luwes untuk bergoyang sensual, meliuk-liuk panas, manja-manja merayu, mendesah…. berbisik…. bahkan kini tak segan-segan aku untuk duduk di pangkuan tamu, memeluknya, berciuman bibir dengan liar. Tapi ya, hanya sebatas itu.

Atau paling jauh lagi mungkin sesekali layanan ‘servis atas’. Itupun aku memilih-milih. Tak mau ke sembarang tamu. Aku hanya mau memberi layanan lebih pada tamu yang nggak rese dan memperlakukanku dengan respect. Tentunya juga yang sanggup membayar jasa layanan ‘servis atas’ ku. Karena sekarang aku sudah berani memasang tarif untuk layananku itu.

Tapi toh faktanya, berita tentang aku dan servis-ku, cepat juga menyebar. Buktinya semakin banyak saja tamu yang meminta servis lebihku. “denger dari temen”, kata mereka. Dan semakin sering juga aku di ‘order’ oleh tamu, bahkan ada tamu langganan yang sampai rela menunggu bila aku masih bekerja di room lain. Hmmh..

Satu hal yang masih dapat aku banggakan saat ini. Satu sisi putih yang masih ada di dalam diriku. Setitik cahaya diantara ribuan sisi hidupku yang sepertinya mulai menghitam. Ya. Sampai saat ini belum pernah sampai, aku menyerahkan diriku seutuhnya kepada lelaki manapun.

Untuk dinikmati bukan atas nama cinta. Untuk dinikmati sepenuhnya… setiap jengkal tubuhku, setiap lekuk ragaku, serta setiap hembus nafas geloraku. Tak sampai kuserahkan atas nama lembar Rupiah. Namun kini, disini, berawal dari tempat karaoke ini. Kembali akan kuserahkan cintaku .. kugantungkan hidup dan sayangku… pada….

Suatu malam di awal bulan seingatku. Saat tadi dari jendela lantai tiga Karaoke D, kulihat langit sangat cerah malam ini, jutaan bintang bertebaran di hamparan mega, dan bulan mengintip manis malu-malu. Aku duduk melamun memandang langit, sambil coba merangkai-rangkai kisah lamaku. Ketika sedari pagi aku merasa bibirku berkedut-kedut. Tak tahu firasat apa kiranya.

Hingga lamunanku disadarkan oleh panggilan Dinda, dari ujung tangga. “Taaan… ada tamu… room 5 ya Tan!”. Teriaknya padaku. Dan akupun langsung bergegas turun, menyempatkan untuk sedikit bersolek merapihkan diri.

Setelah kurasa sudah cukup manis penampilanku, akupun melangkah menuju room 5. Disana tamuku menunggu. Malam ini pakaianku tak seheboh seperti biasanya. Aku hanya mengenakan kaus ketat warna putih agak tipis, berhiaskan tulisan lucu “I Know What You Want” dibagian dada.

Dengan dipadu celana jeans panjang pencil warna biru tua. Sepertinya, tak ada yang spesial di diriku. Rambutku, yang kini kuwarnai dengan hi-lite agak kecoklatan-pun kubiarkan saja tergerai bebas. Hingga akhirnya kutiba di depan room 5.

Kubuka pintu, kuperhatikan didalam sudah menunggu, 5 orang cowok yang usianya hampir sama diantara mereka. Mungkin sekitar 25-30 Tahunan taksirku. Dari pakaiannya, kuperkirakan mereka adalah Pegawai Pemerintahan, karena, dua orang dari mereka masih mengenakan celana dinas warna coklat, walaupun untuk atasannya sudah berganti dengan kaos t-shirt.

“Malem Aa’’. Sapaku ramah kepada mereka.
“Udah pada pesen minuman belum?”, aku kemudian bertanya.
“Malem”, diantara mereka menjawab. Lalu kemudian, mereka memesan minum. Ada yang juice mangga, es jeruk, es lemon tea, dan ada juga yang memesan C*ca C*la dengan es.

Namun ada satu sosok di ujung sana tak memesan apapun. Dia hanya duduk sambil sekali menatapku tajam dengan senyum tersirat di bibirnya.
“Nyantai aja… ntar aja mbak..”, katanya padaku lirih.

Seketika.. Oh My God..! senyum apa itu. Senyum yang sekejap tadi tersirat dari lelaki itu padaku. Apa spesialnya senyuman itu.. Kenapa tiba-tiba aku terpaku. Untuk beberapa detik seakan waktuku terhenti. Hingga…

“Mbak… Mbak… jangan ngelamun donk mbak..”, gurauan seseorang yang agak gemuk, yang duduk paling dekat layar LCD itu, akhirnya menyadarkanku.
“Ehh.. emm.. iya A’ maaf.., tadi dah pesen minum ya…”, kataku sambil salah tingkah.

Lalu kulangkahkan kakiku menuju pesawat telepon, dan disana kuorder pesanan tamu-tamuku ini pada petugas di cafe, untuk nantinya diantar ke room.

Setelah itu.
“Mbak, punten namanya siapa nih…?”. tanya salah satu diantara mereka lagi padaku.
Mencairkan suasana. “panggil aja Tania A’..”. jawabku singkat.

Kemudian semuanya mengalir seru.. kami semua bernyanyi bersama, minuman pesanan-pun telah di antar. Kami bersenang-senang. Hingga sampai mereka-pun minta tambahan satu pemandu tamu lagi. Dan saat itu ku panggil Sinta. Yang kebetulan juga sedang kosong.

Dengan hadirnya Sinta, suasana bertambah meriah. Kubantu mereka untuk mengganti pilihan lagu. Terkadang kami juga bernyanyi bersama. Kuakui, sikap mereka cukup sopan. Seingatku, tak sekalipun selama kami di room, seorang-pun dari mereka berusaha nakal mencuri-curi kesempatan. Untuk sekedar mencolek-colek tubuhku, misalnya. Seperti yang selama ini tamuku lakukan saat kutemani. Kami benar-benar hanya bernyanyi bersama, dan bersenang-senang kala itu.

Ketika semua di ruangan itu tengah bergembira lepas, tertawa dan bernyanyi. Cowok yang tadi tersenyum kepadaku. Yang sempat membuat denting waktu hidupku berhenti sesaat karena pesona senyuman mautnya, rupanya hanya ‘cool’ saja menyemangati teman-temannya, aku, serta Sinta bernyanyi. Sementara dia hanya duduk santai, sambil sesekali menatapku. Dan, lagi-lagi, lumer hatiku dibuatnya. Entah apa maunya.

Cowok yang kemudian kutahu bernama Reza itu. Dia harus bertanggung jawab karena sudah membuat hatiku berdebar. Walaupun aku tak tahu, makna sensasi rasa yang kualami saat ini. Mungkinkah…

Ada moment yang membuatku semakin terpana padanya. Adalah ketika Reza dikompori oleh teman-temannya untuk bernyanyi. Dengan malu-malu, dia memintaku untuk men-set lagu requestnya. Mau juga dia akhirnya bernyanyi, fikirku. Dan “patience-nya Gun’s n Roses” adalah pilihannya.
“Upz.. pilihan lagunya…” bathinku.

Cerita Dewasa – Kisah Hidup Tania – Part 2

Dan ketika lantunan “Cari jodoh-nya Wali” oleh si Gendut, yang dari tadi menyebut dirinya ‘Paul’, berakhir. Reza maju dengan tenang, mengambil mic, dan…

Ohh my God… suara Reza semakin membuatku mabuk kepayang.. Rupanya tarikan nadanya cukup mampu menjangkau notasi lagu gubahan Axl Rose and the gank itu, di bagian bridge-nya yang lumayan tinggi.

Ketika bernyanyi itulah, sekali dia menyentuh jemariku yang kebetulan berdiri di sisinya. Melirikku sesaat sambil tersenyum, sembari tetap melantunkan lagu. Emmh, romantisnya…

Hingga waktu akhirnya harus memisahkan kami, mereka harus pulang. Namun ketika Reza hendak pergi, sejenak dia kembali memalingkan wajahnya kepadaku, menghampiriku lagi, dan meraih tanganku untuk digenggamnya, “Tania… aku pasti kesini lagi. Buat nemuin kamu”. Begitu bisiknya.

Dan aku hanya tersenyum tak mampu berkata-kata. Menahan gejolak hatiku yang sangat bahagia. Bahagia karena bertemu Reza. Bahagia karena aku yakin, aku tlah jatuh cinta. Akan kutunggu kehadiranmu lagi. Disini…

Hari demi-hari berlalu, entah kenapa kini pergantian detikku terasa sangat lama. Setiap saat aku selalu teringat sosok Reza. Sempat aku menyesali, kenapa aku tak meminta nomor handphone-nya malam itu. Uhh.. segera kutepiskan fikiran itu dari otakku. Gila apa.. gengsi donk, masa cewek minta nomor Hp duluan.

Tapi,.. sebagaimanapun aku menafikkan diri, nyatanya kini aku adalah ‘korban rindu’. Ya. Aku sangat rindu pada Reza, setiap hari aku ingin cepat-cepat berangkat kerja, berharap Reza malam itu datang. Datang untuk menemuiku, dan menepati janjinya. Namun, hingga saat ini, dia tak kunjung datang. Sempat aku meratapi. Hingga…

“Tan.. room 5 ya”, teriak Sinta kudengar dari ruang tunggu pemandu tamu yang kebetulan berada tepat di sebelah ruangan tempat aku merapihkan diri saat ini. Didepan kaca kumemandang bayangan diriku. Tampaklah sesosok gadis putih nan ayu, dengan kemeja jeans yang dikenakannya.

Dengan tiga kancing atas yang sengaja dibuka. Menampakkan kemben ketat yang menutupi payudara yang montok nan menggoda. Ya. Itulah aku. Seperti itulah penampilanku malam ini. Tak lupa kuikat seperti simpul, dua ujung bawah kain kemejaku. Hingga tampaklah perutku yang mulus ini. Ditambah dengan hotpantz, kuyakin kesan seksi pasti semakin terpancar jelas didiriku.

Setelah aku yakin dengan penampilanku, akhirnya kuberjalan melangkahkan diri menapaki lorong dengan deretan pintu-pintu room di kanan kiri saling berhadapan. Kupijakkan kakiku pada sepatu high heels yang baru kubeli kemarin di Mal S.

Tak terbayangkan siapa tamu yang telah menungguku di balik pintu room 5 disana. Ya. Room 5. Sesaat mengingat nomor room itu, mengingatkanku kembali pada Reza. Disanalah aku berkenalan dengannya.
Tapi. Stop Tania ! “Sekarang waktunya bekerja.” Tekadku.

Hingga akhirnya langkahku terhenti di ujung pintu room 5. Kuketuk sekali, kubuka pintu itu. Dan, “Missi… Malem….”, seraya ku melangkah masuk kedalam ruangan itu. Lalu, kulihat sosok yang ada didalamnya, menyambutku dengan senyum ramah yang teramat manis. Senyum terindah yang beberapa minggu lalu sempat membuatku mabuk kepayang..

Dan, memang… Reza! Itu memang Reza!.

Kucoba menahan getar bathinku, saat aku menyadari itu memang benar dia. Dia benar-benar hadir kembali, memenuhi janjinya padaku, semoga. Karena selama hari-hari aku menunggu kedatangannya ini, dia telah sukses membuat hatiku galau, jiwaku hampir porak-poranda menahan tanya. Namun, kini, saat ini dia tepat berdiri di hadapanku. Menyambutku, ‘sang pemandu’nya malam ini. Dan kali ini, Reza datang sendiri, tak bersama teman-temannya.

“Hai.. gimana kabarnya Tan?” sapanya padaku hangat.
“Aku sengaja lho dateng pengen ketemu kamu…seneng banget pas tahu kamu lagi kosong.”. katanya lagi.

“Jahat kamu tuh ya… Ga tahu apa orang kangen nungguin! Katanya mau dateng lagi… kemana kali lama banget! Sibuk pacaran kali yaa…”. Jawabku manja.
Namun aku tak tahu, apa yang ada di fikirannya saat itu, saat aku mengatakan kangen padanya. Semoga saja dia tak menganggapku murahan. Habisnya, rupanya aku tak tahan lagi untuk mengutarakan rasa rinduku padanya.

Senyum manis khas Reza, kembali tersungging saat mendengar kata-kata manjaku tadi. Setelah itu, semua justru mengalir dengan bebasnya. Suasana sangat nyaman dan mencair. Tak segan dia juga mengatakan kerinduannya padaku. Walaupun aku tak ingin terlalu berharap pada makna kata rindunya.

Ya, karena setelah cukup lama aku bekerja disini, sudah sering aku mendengar “kata rindu” yang terlontar dari para tamu yang kutemani. Dan aku tak terlalu menganggap serius kata-kata mereka. Namun dengan Reza, dengan rasa rindu yang disampaikannya padaku. Dari dalam hatiku yang paling dalam. Aku inginkan sebuah ketulusan.

Waktu yang berjalan saat kami di ruangan itu, terasa begitu cepat berlalu. Karena mungkin hatiku sedang bahagia saat ini. Bahagia saat bersamanya. Saat kami bersama memilih lagu, bernyanyi berdua, atau saat sedang berbincang tentang latar belakang kehidupan kami masing-masing.

Ketika berbincang itu, dia bercerita bahwa saat ini dia bekerja di unit a***t *n***n*l P*m*a. Sudah cukup lama dia bekerja di sana. Semenjak dia merantau dari Kota M Jawa Timur, tempat kelahirannya. Terhitung mungkin sudah lebih dari 7 tahun dia tinggal di Kota S.

Begitupun aku menceritakan padanya tentang daerah asalku, keluargaku, dan hampir semuanya. Hanya kisah tentang Mangci Zul yang tak kuceritakan pada Reza. Aku takut akan merubah pandangannya padaku. Dan dapat merusak suasana malam ini.

Kesanku ketika berbincang dengannya, dapat kusimpulkan bahwa Reza adalah pribadi yang smart. Terlihat dari kemampuannya untuk selalu mengimbangi topik pembicaraanku. Bahkan ketika topikku mengarah pada makanan dan ke khas-an budaya di daerah asalku di M*rt*p*ra sana, ternyata diapun cukup dapat merespon baik menanggapi.

Mungkin karena pengalamannya bekerja di pemerintahan. Yang membuatnya sering melakukan perjalanan dinas keluar daerah. Termasuk katanya pernah juga suatu waktu, Reza berkunjung ke Palembang dalam rangka study banding. Pantas saja dia cukup tahu tentang budaya dan ke-khasan daerah asalku.

Cerita Dewasa – Kisah Hidup Tania – Part 2

Semakin lama kami berbincang, semakin terlihat pula kecerdasan terpancar darinya. Dan itu membuatku semakin jatuh hati pada Reza. Apalagi, status sebagai sama-sama orang perantauan, membuatku juga respect dan merasa senasib dengannya. Meskipun jelas, dari pekerjaan saja, dunia kami jauh berbeda.

Dia adalah seorang *bd* N*g*ra. Sedangkan aku hanya seorang mahasiswi, yang malamnya bekerja sebagai pemandu karaoke. Tapi tetap aku berdoa dalam bathinku, semoga perbedaan ini justru semakin menyatukan kami.

Kebahagiaan ini bagaimanapun harus ku akhiri untuk sementara waktu, ketika Reza mengatakan sudah harus pulang. Sudah cukup malam katanya. Namun kali ini, kami sempat bertukar nomor Handphone. Dan tanpa sepengetahuannya.. Ku simpan nomor-nya itu dengan nama kontak ‘honey’.

Sesaat ketika akan pulang dan hendak melangkahkan kakinya keluar room, satu kecupan lembut sempat mendarat di keningku. Dan dengan tangannya yang menggenggam jemariku, seraya berkata “Tania…., aku yakin kamu bisa ngerasain…, Ntar aku telpon kamu …”. kemudian diapun pulang.
Meninggalkanku dengan hati yang dipenuhi rasa bahagia.

Sejak saat itu, hubungan kami semakin dekat. Kami memang tak terlalu sering bertemu, namun kami tak pernah lost contact. Bila ada kesempatan, kami selalu saling menghubungi, sekedar saling menanyakan kabar. Biasanya kami lakukan saat waktu kami senggang. Saat dia sedang jam istirahat dan tak sedang sibuk dengan pekerjaannya di kantor.

Atau saat siang hari aku dikost-an sedang tak ada jadwal kuliah. Namun tak pernah dia menghubungiku di malam hari, terutama saat aku bekerja. Takut menggangguku bekerja mungkin. Fikirku. Namun untuk urusan yang namanya sms-an, hampir tak pernah putus kami lakukan.

Selalu ada saja topik pembicaraan yang bisa kami bahas melalui sms. Mulai dari saling mengingatkan makan, mengingatkan istirahat, atau sampai sekedar becandaan konyolpun terkadang menjadi bahan sms-an kami. Bagiku, Reza tak pernah membosankan.

Reza juga beberapa kali menyempatkan untuk menjemputku pulang kerja. Gila juga fikirku cowok ini. Misalnya suatu ketika, bayangkan, jam 2 malam. Saat kebanyakan penduduk Kota C sudah terlelap dalam mimpi, Reza datang dengan membawa motornya, dengan masih mengenakan pakaian dinasnya yang berwarna coklat. Dengan sweater hitam yang dilipatnya saat menungguku di depan pintu keluar karyawan. Menyempatkan untuk menjemputku.

Lencana kuning keemasan dan papan nama bertuliskan ‘B*mbang A Sy*hreza, SH’ itu-pun masih menempel gagah di dadanya. Membuatku tertawa geli sambil menggodanya.

“Lembur Pak..? mau bikin KTP nih..”, kataku manja. Dan dia hanya tersenyum menyambutku. Lalu dia mengantarku pulang. Selama di perjalanan, tak pernah kulepaskan dekapanku di tubuhnya. Tanganku tak pernah luput kulingkarkan mesra. Kupeluk erat, seakan tak sedetikpun aku mau jauh dan kehilangan Reza.

Hingga suatu hari, hari Jumat kalau tidak salah. Saat itu aku sedang libur kerja. Sore itu aku janjian dengan ‘my hunny’ Reza untuk jalan-jalan. Dia janji untuk menjemputku jam 5.

Tepat seperti janjinya, diapun datang 10 menit lebih awal dari waktu yang kami sepakati. Aku persiapkan berdandan cantik saat itu. Dandanan khas gadis yang mau pergi berkencan. Sama sekali jauh dari kebiasaanku berpakaian saat bekerja, yang cenderung seksi dan menggoda.

Sore itu aku hanya mengenakan kemeja putih agak longgar yang kulipat bagian tangannya hingga lengan, kupadu dengan dalaman tanktop berwarna merah yang samar terlihat meski tertutup kemejaku. Ditambah dengan celana jeans pencil standar. Semoga Reza cukup senang melihat penampilanku yang agak berbeda ini.

Tujuan kami jalan-jalan, rencananya adalah pantai di sekitar kota C. Semoga saja kami tak terjebak macet selama di perjalanan menuju kesana. Karena memang biasanya sekitar jam 6 sampai jam 7, jalan menuju pantai A cukup padat oleh kendaraan besar pengangkut karyawan yang hendak pulang kerja. Maklum saja, arah menuju ke kawasan wisata pantai yang terkenal itu, melalui kawasan industri yang cukup besar. Dan ditambah lagi sedang ada pengecoran jalan disana.

Di perjalanan, kami sempatkan untuk mampir ke warung yang menjual tahu sumedang. Nikmat juga sore-sore ngemil tahu fikirku. Terhitung hampir dua porsi tahu, yang masing-masing berisi 10 potong untuk setiap porsinya itu, habis kami lahap. Sama sekali tak ada rasa canggung diantara kami. Apalagi ’jaim’. Kami cuek saja untuk menunjukkan selera ngemil kami yang ternyata cukup parah. Hehe.., Setelah selesai, kami lalu melanjutkan perjalanan.

Dan sekitar jam 7, kamipun tiba di pantai A. Syukurlah, karena kami menggunakan roda dua, kami agak mudah untuk menembus kemacetan yang kala itu memang mulai terjadi. Kami masuk, dan menyewa salah satu saung di tempat itu. Kami nikmati malam itu dengan memesan susu putih hangat dan snack yang tadi kubawa dari kost-an.

Memang udara pantai malam itu, cukup dingin terasa. Kami berbincang banyak tentang hubungan kami yang sudah semakin dekat dan cukup mesra.

Lalu, kami sempatkan untuk berjalan-jalan bertelanjang kaki menikmati pasir pantai. Dengan hantaman lembut riak ombak yang sesekali datang seolah menggoda. Kami berjalan bergandengan tangan dengan syahdunya. Hampir tak ada kata terucap kala itu, hanya kerlip-kerlip cahaya, yang memantul dari jutaan kilauan bintang, yang menjadi saksi atas bergetarnya dua hati.

Hingga akhirnya, Tepat di bawah menara mercusuar peninggalan Belanda, yang kokoh berdiri tegak dengan dihiasi kilau lampu pandu dipuncaknya. Reza menghentikan langkah kami, dia menghadapkan tubuhnya ke arahku.. Tatapan matanya tajam menusuk kalbu.

Kemudian, digapai hangat kedua jemariku untuk digenggamnya. Dan.. “Tania, selama beberapa saat ini, kita udah saling kenal. Aku ngerasa nyaman ama kamu. Moga-moga kamu juga ngerasain sama… Tania, ga bisa aku pungkiri lagi, dari awal kita ketemu. Aku mau bilang… aku sayang kamu. Kamu mau khan jadi pacar aku..?”.

Oh My God… akhirnya dia mengucapkannya… akhirnya rangkaian kata-kata itu keluar dari bibirnya, sesungguhnya, sudah lama aku berdoa, berharap dia segera menyatakan rasa padaku…, karena akupun sama.. tak bisa kupendam rasaku ini. Aku juga sayang Reza. Bahkan aku sangat mencintainya.

Cerita Dewasa – Kisah Hidup Tania – Part 2

Dan.. tak perlu lama menunggu… ”Iya sayank… Tania juga sayang ama kamu..”, ucapku.
Dan satu kecupan lembut di keningku, seolah menjadi tanda resminya kami berpacaran, sejak saat itu.

Hubungan pacaran kami berjalan sangat baik. Kemesraan kami dalam berpacaran, tak jarang sampai mengundang godaan lucu dari teman-temanku sasama pemandu karaoke. Karena semenjak kami jadian, semakin sering Reza mengatarku pergi bekerja.

Atau bila dia sedang lembur, biasanya pulangnya Reza menyempatkan untuk menjemputku. Yaa… godaan macam “Ehemm.. Taniaaa… cieeee dianterin si Aa…” atau “Tania, tuh… si Aa-nya udah nunggu tuh…”, goda teman-teman, sudah seperti cemilan harian buatku.

Sebagai sepasang kekasih, selain menjalani kemesraan berdua dengan hal-hal yang romantis, seperti makan malam berdua. Yang biasanya kami lakukan di daerah sekitar Kota C. Atau nonton film terbaru layaknya abg yang sedang kasmaran di 21 Theater. Tak jarang juga kami melakukan hal-hal yang menurutku sah-sah saja dilakukan oleh kami yang memang saling mencinta.

Aku berjongkok dihadapan Reza, yang berdiri bersandar pada motornya. Sambil kulihat matanya sigap mengawasi keadaan sekitar kami. Ketika perlahan dengan hati-hati kubuka sabuk kulit yang melingkar di pinggangnya. Sedetik setelah itu, resletingnya-pun kuturunkan. Untuk memudahkanku meraih sesuatu yang ada dibaliknya. Sesuatu yang sedari tadi sudah kurasakan mengeras, mengikuti hasrat tuannya yang kucumbu dengan liar.

Sebelumnya, diatas motor itu, kami berciuman dengan hebat, lidah kami saling berpaut seolah juga ingin menunjukkan hasrat kami yang sedang menari-nari, diiring debur ombak pantai U yang silih berganti menerjang garis pantai tak berpasir ini. Tangan Reza dengan sangat bernafsu menjamah gundukan bukit kembarku. Meskipun masih berbalutkan kaus ketat bermotif polkadot berwarna hitam, dengan potongan kerah lebar dan rendah. Toked montokku ini diraihnya, diremasnya penuh birahi.

Leher mulusku-pun tak luput dari permainan panas lidah Reza, dikecupnya bagian belakang kupingku. Membuat bulu romaku berdiri seketika, semilir bersama aliran darahku yang kian melaju deras. Semakin menderu karena kurasa, jilatan Reza kini mulai turun menjelajahi bahu dan terus mengarah turun kearah daging kenyalku, yang sedikit menyembul keatas. Setiap jengkal disana seolah tak luput dari madu syahwatnya.

Kuteruskan perlakuan jemariku, dengan binal kuturunkan celana jeans Reza hingga sebatas lutut. Seketika, kuraih sesuatu dari balik celana dalamnya, sebatang daging berurat yang sangat kusukai. Benar saja, Kontol kekasihku ini sudah menegang hebat, seolah sudah menunggu untuk kuperlakukan sayang. Kuperlakukan lembut dengan tangan dan bibirku yang sensual.

Seiring dengan terlucutinya celana dalam Reza, kini, kugenggam erat batang itu dengan hangat tanganku. Kukocok pelan dengan teratur, kumainkan, dan kurangsang dengan jemariku. Reza hanya bisa terdiam dan sedikit mendesah..

Cukup lama aku bermain-main dengan posisi berdiri seperti ini, dengan kami tetap ber’french kiss’ panas. Sambil sesekali batang kelelakian Reza itu kuremas dengan gemas. Ingin sekali aku segera menikmati kontol Reza, karena entah mengapa, aku sepertinya sudah haus untuk kembali merasakan aroma khas kelamin laki-laki, menjilatinya, melumurinya dengan liurku, serta mengulumnya hingga dalam sampai pangkal tenggorokanku.

Aku sudah gila, aku seperti sudah kerasukan setan birahi. Buktinya, kurasa justru malam itu aku yang jauh lebih bernafsu, jauh lebih terlihat tak mampu mengendalikan ke’binalan’ku. Dibandingkan dengan Reza yang masih bisa tenang, kala kini aku mulai kembali berjongkok dihadapannya.

Tepat didepan mukaku terpampang dengan gagahnya, kontol Reza yang telah berdiri tegak. Tak kuasa aku menunggu lama, sekejap langsung kudekatkan bibirku ini di kepala kontol reza yang seksi membulat. Langsung kukecup tepat di bagian ujungnya, dan kujilat dengan tepian lidahku.

Sekejap saja, rasa geli sepertinya menjalar di tubuh kekasihku ini. Hanya desahan “Emmmh…. Uuuhhhh…., enak banget sayaaank..”, yang dapat kudengar terlontar dari mulutnya.

Setelah itu, langsung mulai kutelusuri titik demi titik kontol Reza, dengan sapuan bibir dan lidahku yang menari-nari dari kepala, batang, hingga biji kejantanannya. Kulumuri dengan leleran air liurku yang menetes seiring dengan gerakan tubuhnya yang makin menggelinjang.

“Srrrlluuupp….aahhh…sllluuurppp… emmmh..”, suara itulah yang timbul kala aku kini mulai meng’oral’nya.

Ketika aku menjilati penis Reza, kenapa justru gairah birahiku yang semakin berdesir.. tak kuasa rasanya aku lebih lama lagi, untuk…

“Hllluuupp…!”, kumasukkan dan kubenamkan kontol kekasihku ini, kedalam mulutku. Kubiarkan untuk sesaat benda itu terdiam disana. Nikmat sekali rasanya, seakan sedikit membasahi dahagaku akan kelamin laki-laki.. kurasakan urat-urat itu seperti mengganjal rongga bibir ini. Nikmatnya… emmmhh..

Setelah aku cukup merasakan, terbenamnya kontol itu dengan lembut. Kemudian..

Kumaju-mundurkan kepalaku, sambil kini kusentuh dan kuremas pantat Reza, kontol itu terseret kedalam pusara kenikmatan yang aku ciptakan. Keluar masuk batang itu dimulutku, menciptakan percikan gairah.

“Hlruuup…emmmm..plllppp..slluurrppp… eemmmhhh..”, melukiskan betapa aku sangat menghayati peranku kini yang sedang melayani Reza.

Rambutku-pun, tak lepas dari luapan birahi Reza,. Mahkota kewanitaanku itu kini dijambak-jambaknya, di remas-remasnya, seraya tangannya menggapai kepalaku dan menuntunnya maju mundur, bagai bayangan fantasi, atas lubang kenikmatan di pangkal pahaku.

“Aaahh… enak banget sayank.. emmmh.. terus sayank… bibir kamu enak banget… sepong aku sayank… emmmh.. ooohh”, begitulah ocehannya, ketika tak kuasa menahan kenikmatan yang kuberikan.

Kencangnya semilir angin laut, justru menambah seru permainan. Karena rupanya hembusan dinginnya tak sedikitpun menyurutkan gairah dan hasrat kami. Justru malah makin menggelorakan birahi ini untuk berpacu memanaskan suasana bercinta.

Aku semakin bersemangat untuk men’servis’ kontol Reza, dengan kulumanku yang dahsyat, diiringi dengan tarian lidah yang semakin liar… Reza seolah akan menggelepar, tak kuasa dia sepertinya untuk lebih lama lagi, menahan dinding pertahanannya. Dinding itu sebentar lagi akan runtuh.

Setelah sekitar 10 menit bibir dan lidahku menjelajahi kontol Reza, dengan sambil menatap wajahku.., “Sayank… udah mau keluar yank… gimana..”, begitu bisiknya. Dengan raut muka yang seperti menahan sesuatu.

Mandengar itu, justru semakin kupercepat lagi ayunan bibirku.. maju mundur kurangsang juga dengan permainan lidah yang juga kian menggila. Bahkan desahan mautku seolah ikut bergelora memacu sensasi rasa yang kuciptakan.

Cerita Dewasa – Kisah Hidup Tania – Part 2

”Aaahh.. emmmmh… aachhh… sluuurrpp..”.
Tak kupedulikan bila mungkin tiba-tiba…,

Dan…, “Aaachhhkkkk…..!”.
Terasa cairan hangat nan kental itu akhirnya menyembur deras di rongga mulutku. Membasahinya dengan sangat lengket. Namun bagiku, justru terasa sangat nikmat. Karena, pejuh ini adalah milik kekasihku yang sangat kucintai. Tak ada sedikitpun rasa jijik di hatiku, yang ada hanya pengabdian.

Dengan gerakan menarik, lalu kumundurkan kepalaku. Dan, “plup..!” kontol yang mulai melemas itu tampak lucu berdiri disana. Menyisakan sisa-sisa campuran air cinta kami. Campuran antara sisa sperma dan air liurku.

Sisa-sisa leleran itu kemudian kubersihkan dengan sapuan bibirku dengan sedikit menghisap. Setelah cukup bersih, kukumpulkan dengan sperma yang masih kutampung di mulutku.

Dihadapannya… kukeluarkan sperma itu, untuk kutuangkan di tangan kananku. Seakan hendak menunjukkan makna cinta yang kupendam dan ingin kuutarakan padanya. Dan Reza hanya terpaku diam melihat tingkahku. Lalu, sedetik kemudian, dengan satu tarikan nafas…

“slluuupp…..aaachhhh..”, cairan cinta Reza, telah kembali mengalir melewati tenggorokanku. Kutelan sampai habis. Tak menyisakan setetespun. Biar dia tahu, aku siap melakukan apapun untuk membahagiakannya… ya, apapun..

Begitulah wujud pengabdian ku pada Reza. Aku dengan ikhlas melayaninya. Seolah….

Akhirnya, setelah merapihkan diri, dan sedikit menghela nafas. Menyeka peluh yang tadi tertumpah karena pergumulan sesaat. Maka, kamipun pulang kembali ke Kota S. Menyisakan kebahagiaan di hati kami masing-masing. Dan pastinya juga kepuasan di sekitar selangkangan Reza.

Seperti itulah gambaran hubungan percintaan kami. Ada kalanya kisah ini kami warnai dengan kata-kata mesra, perhatian-perhatian kecil namun mengesankan, atau sekedar menghabiskan waktu berdua di pinggir pantai A, kala senja tiba.

Ketika kami seolah mengiringi sang surya untuk kembali ke peraduannya. Namun kadang juga, kisah romansa ini kami isi dengan rangkaian semburat syahwat, yang bisa saja tiba-tiba datang kala kami bermesraan berdua. Dan bila sudah begitu,…

Selain di pantai U, yang memang menjadi tempat favorit muda-mudi untuk berpacaran. Karena di kawasan pantai yang merupakan hasil reklamasi laut ini, tidak terdapat lampu penerangan barang satupun.

Tentu saja hal ini memudahkan banyak pasangan kekasih yang ingin sekedar bermasyuk ria bercumbu, dapat dengan leluasa melakukannya, tanpa takut terlihat oleh orang lain. Pantas saja, sering saat kami pacaran disana, banyak pasangan yang lain tengah…., ya seperti itulah. Bisa di atas motor, seperti kami. Atau ada juga yang bercumbu di dalam mobil yang mereka parkirkan di ujung pantai. Hmmhhh…

Kami juga sering melampiaskan hasrat kami di tempat kost-ku. Ketika terkadang, di siang hari saat aku sedang tak ke kampus, ketika jam Reza istirahat makan siang. Kekasihku ini bisa saja tiba-tiba datang, minta ‘jatah’ padaku. Karena jarak antara kantor tempatnya bekerja, dengan tempat kost-ku tak terlalu jauh.hanya sekitar 15 menit perjalanan.

Dengan tampang imutnya yang manja, seketika dia sudah berdiri di depan pintu kamarku. Mengagetkanku. Namun juga membuat aku senang karena kehadirannya. Tapi, namanya juga tiba-tiba, jadi aku tak sempat mempersiapkan diri.

Setelah aku mengintip dari balik jendela, dan aku yakin Reza yang datang. Dengan pakaian seadanya yang memang saat itu kukenakan, berbalut tanktop tipis tanpa bra di dalamnya dan celana pendek motif bunga yang seksi. Aku sambut kehadirannya. Kehadiran chayankku..

Tapi, dasar laki-laki normal. Melihat aku berpakaian seperti itu. Langsung saja aku ditubruknya. Untung saja pintu kamarku masih sempat ditutup, walaupun hanya dengan dorongan sebelah kakinya. Sementara dalam waktu bersamaan, bibirnya telah melumat habis bibirku… dan kedua tangannya telah menelusup di balik tanktop, menggerayangi apa yang ada di dalamnya.. dengan sangat bernafsu.

Tak sempat kami berbincang. Karena tubuh ini sudah saling bergumul di kasur, saling menindih dan menggerayangi. Kami sudah terbuai nafsu. Tak terhitung berapa lama kami melakukannya saat itu, yang pasti, peluh yang ada di tubuhku, dan bercak basah di seragam coklat yang dikenakan Reza menjadi saksinya.

Hingga akhirnya siang itu, setelah kubantu melucuti pakaian dinasnya. Kulayani hasrat kekasihku dengan membenamkan batang kontolnya di jepitan hangat bukit kembarku. Kuraih baby oil yang memang selalu tersedia di kamarku, untuk jaga-jaga bila kondisi ‘darurat’ seperti ini. Berbekal pengalamanku saat SMU dengan Indra dulu.

Kini, batang milik Reza sudah terdiam nyaman menikmati ayunan tokedku yang bergerak naik turun, sembari sesekali kulumat kepala penis itu. Sementara pemiliknya hanya terdiam menikmati sambil menyandarkan tubuhnya di dinding. Matanya kadang terpejam menahan nikmat yang kuberikan. Tapi tangannya tak pernah mau diam, meremas-remas rambut tebalku yang tergerai indah di punggung mulus ini.

Tak seberapa lama, “Aaaaachhhh……”, Reza memuntahkan spermanya di mulutku. Namun kali ini tak kutelan. Karena tadi sebelum Reza datang, aku baru saja selesai makan. Takut mual, fikirku. Hingga, leleran sperma itu, hanya kutuangkan saja di tissue. Lalu kemudian, kontol Reza kubersihkan.

Setalah puas tadi. Kamipun menyempatkan mengobrol dan bercanda sejenak. Sambil tetap berpelukan di kasurku.

Hingga Reza melihat ‘swiss army’ coklat di tangannya, menatap kesal dua jarum yang ada di jamnya itu. “huft… beteeee..,udah jam 1 lagi aja! Masih mau disini tau ama ayaaaank…”, begitu rengek kekasihku manja.

Namun atas nama tugas negara, kurelakan dia untuk berdiri, mengenakan kembali pakaian dinas kebanggaannya itu, dan dengan diiring usapan lembutku di bahunya. Seraya sebuah kecupan sayank tersemat di keningku, sayankku pun pergi.

Cerita Dewasa – Kisah Hidup Tania – Part 2

Begitulah kiranya gambaran hubungan cinta kami. Cinta yang penuh warna indah di antara romansanya. Cinta yang tulus dariku, berbalas kedalaman makna hati dari Reza. Kedewasaan untuk saling menjaga dan menghargai.

Setidaknya Reza mampu untuk membuktikan rasa sayangnya padaku. Dia selalu ada saat aku butuh, saat aku ingin disayang, saat aku ingin dimanja, juga ketika gelora birahiku tiba-tiba memaksa untuk dituntaskan. Hampir setiap hari kami bertemu. Tak ada sedikitpun rasa bosan, karena yang ada hanya rindu.

Namun khusus untuk sabtu minggu. Reza meminta sedikit ‘dispensasi’. Mungkin tak bisa dia menemuiku. Karena dia butuh istirahat katanya. Dan hal itu kumaklumi, walau dengan sedikit upaya menepis tanya.

Semakin hari, semakin aku menyayangi Reza. Dan hubungan kami pun terasa semakin dalam. Ya, ‘semakin dalam’, dalam artian yang sebenarnya. Kini, bila kami bertemu, tak hanya sekedar ngobrol, makan malam, atau bercumbu sampai Reza terkapar dan selangkanganku basah. Seperti yang biasanya kami lakukan selama ini. Namun…

Ceritanya, suatu pagi handphone-ku berbunyi, nada dering “patience-nya G n R” terdengar disana. Sengaja ku-setting nada deringku dengan lagu itu. Karena lagu itu selalu mengingatkanku pada malam pertemuanku untuk pertama kali dengan Reza. Malam ketika dengan manis Reza menyanyikan lagu itu di room 5. Moment yang membuat hatiku lunglai dilanda cinta.

Benar saja, seperti kebiasaan Reza menelponku pagi-pagi sekitar jam 8, saat kekasihku itu baru saja selesai apel di kantornya. Saat inipun sama, seperti tebakanku tadi, nama kontak ‘honey chayank’ tampil di layar blackberry-ku.

Seketika kuangkat.., “Hallow sayank…., udah beres apelnya.. udah maem belum yank..?”, kataku menyambut teleponnya.
“Eemmmh.. khan aku lagi ga di kantor yank…. , bla.. bla.. bla…”

Ketika itu Reza menjelaskan padaku bahwa, dari semalam dia berada di Hotel LD. Masih di sekitar Kota S. Dirinya sedang ada acara kantor. Entah rapat koordinasi apa…., aku juga lupa namanya. Dan dia kebetulan jadi panitia kegiatan disana.

Selanjutnya, dia juga mengatakan bahwa, acara semalam hanya pembukaan, dan pagi ini sampai esok hari, kegiatan rehat sejenak. Dalam susunan acara memang begini katanya. Panitia sengaja menyusun jadwal seperti itu dengan maksud memberi kesempatan pada para peserta rapat yang kebanyakan berasal dari luar Kota S, untuk istirahat atau mungkin ingin jalan-jalan dan membeli oleh-oleh khas.

Tapi Reza, selaku panitia kegiatan itu. Kebetulan justru diberi tugas untuk standby di hotel, sendirian. Sambil untuk menjaga properti rapat. Nah, kesempatan inilah yang ingin disampaikannya padaku. Reza ingin aku menemaninya disana malam ini.

Sempat aku sedikit kaget karena permintan Reza, bukan karena apa. Tapi karena aku sempat takut dan ragu kalau… tiba-tiba bisa saja ada teman Reza yang datang. namun karena rasa sayangku padanya, akhirnya kutepis semua itu. Aku mau untuk menemaninya malam ini, tentunya setelah nanti aku akan izin untuk tidak masuk kerja 1 hari, pada Bang Reno.

Ketika akan mengakhiri pembicaran kami di telepon, Reza mengatakan bahwa dia menungguku untuk datang sebelum makan siang. Karena, sambil menunggu teman-temannya pergi terlebih dahulu.

“Oke ya sayank.. ntar aku tunggu lho… aku di kamar 2**…. Love u..”, dan dia pun menutup telponnya.

Setelah mendapatkan sms dari Reza. Yang berisi kode bahwa kini Reza telah sindiri di kamar hotel, segera kupersiapkan diriku untuk bersiap pergi kesana. Kuambil beberapa baju ganti, dalaman, dan keperluan lain yang mungkin perlu.

Penampilanku tak mencolok ketika pergi menuju Hotel LD, siang ini aku hanya mengenakan stelan casual, kaos lengan pendek dengan Celana jeans panjang saja. Tak ada yang spesial, bahkan untuk make-up pun, hanya kupoles natural. Karena aku menghargai Reza, aku khawatir bila penampilanku agak ‘wah’, takut membuat Reza malu bila bertemu dengan teman-temannya, saat dia mungkin sedang bersamaku.

Kulihat jam menunjukkan pukul 11.45 ketika aku kini sudah tiba di depan lobby Hotel LD. Kulangkahkan kakiku menuju restoran. Setelah sebelumnya kuhubungi Reza, dan aku tahu dia sudah menunggu disana. Dan benar, kekasihku ini telah duduk menungguku di sofa yang berada dipojok dekat jendela. Dengan batik ‘D*narH*di’ berwarna biru dan celana jeans abu-abu kesayangannya, sayankku ini terlihat sangat berwibawa namun tetap cute. Uuuuh… gemesnya…..

Ditemani dengan lantunan instrumental dari Dave Koz dan Kenny G, aku lahap menyantap menu yang tersedia di meja saji. Saat itu, ikan bakar fillet dan lalapan segar, menjadi pilihanku saat makan siang ini. Sedangkan Reza terlihat hanya minum juice jambu sambil ngemil kerupuk udang. Tak begitu nafsu makan sepertinya chayankku. Atau, jangan-jangan nafsunya sama…., Fikirku geli.

Sekitar setengah jam, kami akhirnya selesai makan. Langsung kami menuju kamar. Begitu didalam, kulihat tumpukan alat tulis dan perlengkapan rapat tergeletak menumpuk di lantai. Seketika kugoda Reza.
“Jadi satpam nih yank… hhehehe”, godaku.

Kuletakkan tasku di meja. Lalu kemudian aku melangkah ke kamar mandi, berniat untuk cuci muka. Ketika aku hendak mengusap mukaku dengan sabun, dari arah belakang Reza langsung memelukku. Sambil menggesek-gesek pantatku dengan miliknya yang sudah mengeras dari balik celana. Rupanya dia langsung mengikutiku ketika aku tadi berjalan ke kamar mandi.

“Hmmmhh… hayoo, mulai dech… bentar donk sayank… aku cuci muka dulu ya….”, pintaku padanya. Dengan muka cemberut, diapun langsung membalikkan badan. dan pergi dari dekatku. Sempat aku menahan tawa karena tingkah manjanya. Aku tahu, dia ingin bercinta.

Setelah selesai aku membersihkan diri, aku segera menghampirinya. Rupanya, kulihat dia sedang duduk kesal sambil menonton TV. Gemas aku melihat kekasihku ini.
“Apa ciiih chayank.. Napa…? Kok cemberut ciiih… uuuh.. Ayank mau apa..?”, godaku. Dan dia hanya terdiam tak berekspresi.

Melihat reaksinya seperti itu,… dengan bertingkah centil aku menggodanya.
“Gantungan dimana ya yank… gerah nih abis makan….”, sambil kubuka kaos yang kupakai dihadapannya.

Hingga sekarang terlihatlah daging kembarku menyembul di balik bra yang kupakai. Kuletakkan kaosku tadi di meja lampu yang letaknya berada di samping Reza. Dengan sambil agak membungkuk, aku berharap dia melirik kearah tokedku. Namun, rupanya dia masih tak merespon.

Aku tak kehabisan akal, dihadapannya kini kulucuti juga celana jeansku. Sengaja ketika memelorotkan celana itu tadi, aku bergaya layaknya penari erotis yang binal. Menggoda dengan hempasan rambut yang tergerai bebas, serta liukan tubuh yang sensual. Hingga kini, yang tersisa di tubuhku hanya sepasang pakaian dalam nan seksi.

Cerita Dewasa – Kisah Hidup Tania – Part 2

Kemudian kusandarkan tubuhku di kursi yang ada di dekat jendela. sambil memandang kearah kolam renang yang airnya biru jernih. Sesekali kulirik Reza. Dan sesekali itu pula kulihat dia menahan senyum.
“Hmmmh…., nggak tahan juga khan tuh….”, bathinku menahan tawa yang sebenarnya hendak meledak, melihat kelakuannya. Dan…

“Yaaaank…. Ayank…., sini doonk duduknya…”, rengek Reza padaku. Kubalas dengan “Makanya… Jangan sok-sok’an ngambeeek… Gak tahan juga khan ayank…”, dengan senyumku yang dari tadi kutahan, akhirnya kudekatkan tubuhku padanya.

Kuhampiri kekasihku yang kini sudah cerah mukanya. Bersinar kembali karena akan dapat sesuatu yang amat disukainya. Sesuatu yang pasti akan membuat dia melayang…

Tak perlu lama, sambil mendekatkan tubuhku padanya, kulepas juga BH yang menutupi keseksian tokedku, kubiarkan langsung bergerak bebas dengan indahnya, ketika kini aku langsung melumat bibir Reza.

Dalam rengkuh lumat bibirku, tanganku pun tak mau tinggal diam, dengan sigap, satu-persatu kancing bajunya kulepas, begitupun seterusnya, dengan kaus singletnya. Lidahku menjilati bibir kekasihku itu dengan sangat bernafsu.

Tak berbeda dengannya, tangannya sigap meraih tawaran nikmat dari bukit kenyalku. Tokedku itupun tak luput dari genggaman tangannya. Di remasnya dengan liar.

“Accchhhh…. Enak sayaank… emmhh…”, ocehku tak karuan, sambil tetap lidahku menjelajahi setiap senti bibirnya. Lumatanku tak terhenti, justru semakin panas, kini, kuarahkan jilatanku pada leher Reza. Kucumbui bagian itu dengan hembusan nafas yang kian menderu. Kuciumi, kukecup…., dan Reza hanya bisa mendesah menahan nikmat.

Dalam kondisi kecumbui lehernya, tangan Reza juga semakin nakal menggerayangiku. Jemarinya kini mulai menjamah memekku dari balik g-string yang masih melekat di tubuh ini. Sementara satu tangannya masih sibuk memilin-milin putingku yang makin mengeras. Sial, menggelinjang aku dibuatnya.

Rongga memekku sepertinya juga semakin basah karena perlakuannya. Jari manisnya tak henti memainkan klitorisku. Membelai-belai labia mayora-ku, seraya juga menusuk-nusukannya ke lubang kenikmatan itu.
“Hhhhffffhh… aaaachhhhh…, emmmh… sayaaankk…”, desahku.

Diperlakukan seperti itu, aku semakin liar memacu birahi. Putting Reza kuraih… kubelai dengan lembut. Aku kembali menjilati bibir dan dagu Reza. Lidah kami berdua juga semakin memilin.

Peluh deras membasahi percumbuan kami. Sepertinya setting 22 derajat AC yang berada di kamar, tak mampu untuk mendinginkan gelora ini. Kami semakin panas meluapkan aliran birahi, hingga tak terasa aku kini sudah berada di atas tubuh Reza yang terlentang. Dengan kedua bibir kami yang tetap berpagut, dan gundukan susuku yang kenyal bersandar di dadanya.

Sejenak kuhentikan lumatanku di bibirnya. Kutatap wajahnya, sambil satu tanganku mengusap dada bidang kekasihku ini dengan lembut.
“Ayank…. Jangan suka ngambek lagi ya…”, aku tersenyum saat mengatakannya.
“Iya sayank……”, jawabnya.

Tak perlu lama, kulanjutkan lagi servisku, kini, dengan tubuh yang masih terlentang. Perlahan kepalaku merayap turun, sambil menjilati dadanya… , kemudian turun lagi dan berhenti di bawah pusarnya. Disana, kukecup lembut dengan bibirku.

Dalam posisi itu, tanganku kini berusaha membuka sabuknya. kemudian, kuraih resleting dan menurunkannya perlahan. Setelah terbuka, celana jeans merk C*rd*nal itupun kupelororotkan, kulucuti, dan langsung kubuang ke lantai.

Sudah tak sabar aku. Rasanya aku ingin segera menikmati pusaka milik Reza. Dan, segera saja celana dalam itupun kupelorotkan juga. Menghadirkan pemandangan yang sangat menggairahkan bagiku.. saat kulihat tubuh kekasih ku kini terlentang dengan telanjang, tak ada satu helai benang–pun yang menutupi. Dan dihiasi oleh batang kelelakian yang tegak berdiri dengan hebat. Seolah menantangku untuk menjamah dan menggenggamnya.

Segera saja, karena aku sudah sangat bernafsu untuk menikmati. Maka kini, dengan jemariku yang hangat, kuraih dan kugenggam kontol itu. Kukocok-kocok pelan sambil membayangkan memekku sedang diaduk-aduk oleh batang ini.

“Sluurpp… hhllpp…sllrruuppp…. Hhhllllpp….”, suara bibirku beradu dengan kontol Reza, saat kini aku mulai meng’oral’nya. Batang ini terasa sangat enak di lidahku. Kombinasi rasa yang sulit kugambarkan. Namun aku yakin, semua wanita yang pernah menikmati meng’oral’ batang lelaki, pasti tahu rasanya.

Kumaju-mundurkan kepalaku dengan teratur dan perlahan, seiring dengan lembutnya bibir dan lidahku bermain di kontol Reza. Air liurkupun kubiarkan mengalir dan membasahinya. Reza hanya pasrah menerima pelayananku.

Matanya hanya terpejam menghadap ke langit-langit kamar. Menyisakan sebisik desahan halus….”Ssshhhhh….aaaahhhhh…. sshhh…enaknya sayank….”.

Sementara, sambil aku mengoral kontol Reza saat itu, jarikupun turut bekerja. Memekku kubelai-belai sendiri. Menambah sensasi birahi yang nikmatnya tiada tara. Hingga… “Udah yank.. Aku ga kuat… Aku masukin sekarang yaa….”, ucap Reza.

Dengan lembut, tubuhku diangkatnya.. direbahkan di kasur empuk bersprei putih itu. Kini aku terlentang di hadapan Reza. Lalu, dengan telaten dia melepas g-stringku. Menyibakkan tabir yang sedari tadi diidamkannya. Ya, sekarang memekku yang ditumbuhi rambut halus ini, terpampang jelas di matanya. Menyisakan sesirat nafsu di wajah kekasihku.

Kedua kakiku kemudian dilipatnya, dibuka lebih lebar lagi. Rupanya ia akan memulai persenggamaan yang sebenarnya. Dan.., “Ayank… aku masukin ya”, ucap Reza. Kemudian aku hanya mengangguk sambil tersenyum padanya.

Dilumurinya kepala kontol itu dengan sedikit air liurnya. Digenggamya, kemudian diarahkan tepat di bibir memekku.

Kemudian..”Zllleeeppph…..zzlleeeepppphh…..bless…”. terbenamlah kontol itu di rongga kenikmatan milikku. Seluruhnya.

Sesaat dia biarkan batang kebanggaannya itu nyaman terdiam disana. Menikmati kedutan-kedutan lembut yang ada di dalam memekku. Dia mulai memompa…

Perlahan sayankku ini memaju mundurkan pinggulnya, disekitar bagian bawah tubuhku. Pelan dan halus… seiring dengan keluar masuknya kontol itu. Rasa nikmat tak tergambar langsung menjalar di sekujur tubuhku.
Hanya erangan lirihku yang menjadi saksinya… “Eeemmmmhh…. Enaak yaaaank… Teruuuus yank…”.

Awalnya “slepp…slep…slepp..” terdengar.. kurasa semakin lama, lendirkupun semakin lumer membasahi batang kontol Reza yang sedang mengocokku. Kini suara syahwat itu, mulai berganti dengan “plokk…ploookk…plookk.. zlleeepp”. Sungguh aku sangat bergairah saat ini.

Cerita Dewasa – Kisah Hidup Tania – Part 2

Hingga tanpa kusadari, tanganku memegang pantat Reza yang sedang maju mundur mengocokku. Kuremas dengan liar. Kini pantat itu, kutarik-tarik dan kuhantamkan lebih keras kearah pangkal pahaku.

Aku ingin merasakan dikocok lebih keras lagi. Hasratku menggebu. Memekku sangat haus untuk dikoyak-koyak lebih buas. Kuhentakkan pantat itu. Hingga dapat kurasakan tusukan kontol Reza menyentuh dengan telak ujung memekku.

Lebih dalam lagi, sampai g-spotku kini semakin tersentak.., “Ayoooo sayank… Kocok teruuus yaaaank… Kencengin yaaaank..”, ocehku semakin tak karuan. Sungguh nikmatnya benar-benar membuat aku menggila. Menggelinjang dalam gelora birahi yang telah membakar jiwaku.

Sampai akhirnya, kurasa.. sepertinya aku akan klimaks. Denyutan akibat kocokon Reza yang semakin keras tadi rupanya telah meningkatkan libidoku. Ada arus deras yang seolah mengalir menuju rongga kenikmatan ini.
“Aaaaaahhh… sayank, aku mau keluaaar yaaank…” rintihku menahan nikmat.

Dan Reza semakin mempercepat pula kocokannya, rupanya.. ”Bentar ya sayank… bentar lagi… Aku juga… Udah geli yaaank….”, ucap kekasihku, yang juga merasa pejuhnya sebentar lagi mau tumpah. Lalu…

“Aaaaaahhhhhh… I love u sayank.. I love u …Aaaaachhhh…Mmmuuuaaahh… aaahhh..”, teriak Reza bersamaan dengan tersemburnya air mani Reza di dalam lubang memekku. Beriring dengan ledakan lendir cinta milikku yang meleleh deras.
“Oooh… Aku juga keluar sayank… Nikmatnya… Muuuaaaachh..”. desahku sambil melumat bibirnya..

Tubuh Reza tertelungkup di atas tubuhku. Denyutan di kontol Reza masih dapat kurasakan meski semakin lemah. Sungguh keintiman ini, membuat rasa cintaku padanya kian bertambah dalam. Jauh lebih dalam, bila dibanding dengan dalamnya Reza membenamkan kontolnya di memekku saat ini.

Kudekap erat tubuh Reza. Hingga tanpa sadar, karena terlalu lelah, kamipun tertidur. Bahkan terlepasnya kontol Reza dari dalam memekku-pun, aku tak menyadarinya. Kini, dengan masih tanpa selembar benang, yang melekat di badan, kami terlelap, saling memeluk merapatkan tubuh kami, di balik hangatnya bed cover ranjang ini…

“Ting..Tong..Ting..Tong!”, suara bel itu mengagetkanku. Membuatku tersadar dari tidur. Sesaat kulihat dari layar BB-ku yang kuletakkan di meja lampu dekat ranjang, kutahu saat ini jam setengah lima sore.

“Yank.. Yank…, Ada sapa yank di depan pintu..?”, tanyaku pada Reza, sambil berusaha membangunkannya. “Eemmmhh… Paling juga OB yank.. Biarin aja..”, dia tetap memejamkan matanya.

“Ting..Tong..Ting..Tong!”,
“Za.. Woooi.. Buka wooiii.. Molor aja..!”, suara seorang lelaki, samar terdengar terdengar dari balik pintu.
“Nah lho sapa tuh yank..?”, tanyaku khawatir.

“Udah.. gpp yank… Nyantai aja… Paling juga…”, ucap Reza, seraya kemudian dia beranjak dari tempat tidur dan hendak membukakan pintu. Sementara aku refleks menutup tubuh bagian atasku yang masih telanjang dengan bed cover.

“Waduuhh,… Hmmhhh…Dasar koplak..!”, begitu suara seorang lelaki dari arah pintu kamar ini kudengar. Reza dan lelaki itu sempat berbincang sejenak dengan pelan. Tapi dasar cowok.. paling penasaran kalau tahu ada cewek, rupanya dengan sedikit memaksa sambil bercanda. Dengan tubuhnya yang terhalang oleh hadangan tubuh Reza, cowok itu sempat menjulurkan wajahnya untuk melihatku..

“Hehehe.. Nyantai aja Teh… , Eh Tania khan..?…”, begitu ucap cowok, yang kemudian kuingat ikut bersama Reza saat pertama kali kami bertamu di room 5, kepadaku.
“Jangan percaya ama Reza, Tan.. hahaha… Gombal Tan.. wakakkkk…!”, seraya Reza mendorongnya mundur kearah pintu. Dan kembali di tutupnya.

“Huh.. Napa tuh si Sapi tiba-tiba nongol.. Bukannya balik tuh anak ke rumah.. Dasar koplak!”, begitu umpat Reza sambil tersenyum.
Kemudian menjelaskan bahwa tak akan ada apa-apa. Reza berusaha menenangkanku. Namun aku masih sewot dibuatnya.

“Yakin yank… Ga apa-apa…, Tuh anak cuman mau ambil berkas doank tadi… , padahal khan gak ada disini..moduus..moduuss..”, begitu kata Reza.
“Bener ya yank… takut tauu…”, ucapku menjawab penjelasannya.

Setelah cuci muka sambil masih bertelanjang ria, kini kuambil pakaian ganti santai dari dalam tasku. Tanktop putih bergambar Winnie the pooh dan celana pendek balon berbahan parasut warna merah kupilih untuk kukenakan. Lalu kulangkahkan kakiku menuju balkon di teras depan kamar..

Dari balkon yang menghadap kearah belakang hotel ini, dapat kulihat jernih dan birunya air kolam renang yang berdesain modern itu. Dihiasi dengan pepohonan rindang yang tertata rapi. Diselingi bunga-bunga yang sedemikian indahnya. Tentunya pemandangan ini sangat menggodaku untuk kesana.

“Ayaaank…. Mauuuuu… , mau renang tau ayaaank..”, begitu rengekku manja pada kekasihku ini. Dan iapun menyetujui permintaanku.

Dengan hanya membawa handuk, kamipun bergegas turun ke ‘first floor’. Untuk kemudian berjalan menuju kolam renang. Dengan sebelumnya melewati lorong hotel LD yang berhiaskan lukisan-lukisan bertema abstrak dan natural.

Setelah sampai di tepi kolam, sejenak aku duduk di kursi kayu panjang yang ada di sana. Kunikmati pemandangan di sekitarku. Tampak begitu asri.

Tak begitu lama, tak sabar aku ingin segera menikmati segarnya air kolam renang itu. Dan “byuuurrrr…”, akupun menceburkan tubuhku. Sedangkan Reza hanya duduk di tepi kolam sambil bermain-main air menggodaku.

Ketika aku berenang, sempat kupergoki ada beberapa bapak-bapak yang mengamatiku saat mereka melintas. Setelah aku lihat diriku, pantas saja. Dengan kondisi basah seperti ini, pastinya lekukan tubuhku akan jadi terlihat jelas. Tercetak pada bajuku yang basah, terutama kuyakin tatapan mata mereka terfokus pada dua bongkahan dadaku yang menyembul dengan indah ini.

Cerita Dewasa – Kisah Hidup Tania – Part 2

Melihat gelagat seperti itu, kulihat Reza sedikit sewot cemburu. Segera dia ceburkan tubuhnya juga ke air. Dia menemaniku berenang. kami bemain-main cukup lama disana. Hingga, sampai kurasa langit sudah semakin gelap.

Akhirnya kami memutuskan untuk berhenti berenang. Dengan ditutupi oleh handuk, dan dalam dekapan Reza, kami berjalan kembali menuju ke kamar.

Setelah sampai, langsung kulepaskan semua pakaianku, dan langsung kutuju kamar mandi, sementara Reza masih mau duduk-duduk di teras balkon kamar sepertinya.

Begitu aku berada di dalam kamar mandi, langsung kumasukkan tubuhku ke bathtub. Kunyalakan shower dengan sebelumnya kustel untuk mode air hangat. “uhh segarnya, kurasakan siraman air yang keluar dari shower ini, seolah langsung menghilangkan rasa dingin yang melandaku karena berenang tadi. Alirannya yang deras mengguyur punggungku, seolah juga menjadi obat bagi segala kepenatan yang kurasakan hari-hari ini.

Namun seketika aku tersadar, aku lupa membawa sabun cair yang kusimpan di dalam tasku. Sebenarnya hotel ini sudah menyediakan semua peralatan mandi dengan cukup lengkap. Namun aku lebih suka bila memakai sabun cairku sendiri. Malas untuk keluar kamar mandi,…

“Yaaank… ayaank.. tolong donk yank, ambilin sabun di tasku. Bawa kesini donk yank…”, pintaku pada Reza. Dan sepertinya dia langsung mengambilkannya untukku.

“Ini yank… Taro dimana..?”, tanya Reza padaku.
“Sini atuh sayank… taro kesini… males tau keluar bathtub”, jawabku dengan nada manja. Dan ketika Reza hendak menyerahkan botol sabun cair itu…

“Hayo… ngeliatin apa..? Mauuu yaa….., mau tuuuhhhh…”, godaku manja pada kekasihku itu, saat kupergoki dia menatapku nafsu saat dia melihat tubuh muluskuku telanjang bulat bermandikan siraman air hangat dari shower, sambil mengusap-usap bagian bukit indahku.

Dan benar saja, langsung Reza membuka seluruh bajunya yang basah, dan mendekat kearahku. Dalam kondisi bugil itu. Dapat kulihat, kontol Reza kembali menegang. Aku hanya tertawa melihatnya.
“Hmmh… dasar ayank.. baruuu liat aku mandi… bangun dech tuh dedeknya…”, begitu ledekku.

Lalu kamipun mandi bersama. Sabun cair yang tadi dibawa Reza kutuangkan di telapak tanganku, dan kemudian kuusapkan pada tubuh Reza. Kugosok-gosok halus sekujur tubuh Reza, kusabuni, dan kubelai dengan sayang. Seolah aku sedang memandikan seorang anak kecil.
Setelah seluruh tubuh Reza terlumuri oleh sabun, akupun ganti meminta Reza untuk menyabuniku.
“Ayank.. gantian doonk.. punggungku..”, ucapku padanya sambil membalikkan badanku memunggunginya.

Cerita Dewasa – Kisah Hidup Tania – Part 2

Dalam kondisi seperti itu, punggung halusku kurasakan, diusap-usap lembut oleh Reza. Busa sabun itu nampak sangat banyak menghiasi tubuh bagian belakangku. Ketika Reza menyabuniku tadi, tiba-tiba kurasakan birahiku kembali muncul.

Seketika kugerakkan pantat montokku sedikit menungging hingga menyentuh kontol Reza yang dari tadi menegang.

Dengan gerakan halus namun binal, kugesek-gesekkan kontol Reza hingga terkadang seolah keluar masuk sela-sela pangkal pahaku. Sudah bisa kutebak, saat kulirik dia, kulihat chayankku sedang terpejam menikmati. Dan sebenarnya akupun sama. ada sensasi berbeda, ketika ada suatu benda yang kini menggesek-gesek bagian luar memekku dari arah belakang. Uuhh… enaknya, kurasakan.

Tangan Reza seolah juga ikut hanyut dalam permainan yang baru aku mulai. Kini, jemarinya, sudah menggerayangi gundukan daging kembarku yang sangat disukainya, dengan halus, seperti gerakan mengelus-elus.

Leleran busa di punggungku diraihnya, untuk kini diusapkannya di daerah sekitar dadaku. Geli aku dibuatnya, namun kurasa, justru gelora syahwatku-lah yang lebih terkobarkan.

Dalam kondisi birahiku yang meninggi, dibumbui hangatnya hembusan air. Kuangkat satu kakiku, untuk kupijakkan pada tepian bathtub. Masih tetap dengan membelakangi tubuh Reza, kini kontolnya yang besar dan mengeras itu kuraih dan kugenggam dengan jemariku, kupijat-pijat dengan lembut.

Kulirik wajah kekasihku yang terlihat horny.
“Ayaaank… masukin ya….”, lirih ucapku padanya. Dan tak perlu menunggu reaksinya. Kuarahkan kontol itu ke mulut memekku yang sudah menganga, menunggu untuk disetubuhi.

Dalam sekejap. Dibantu dengan basahnya tubuhku karena gemercik air,..”Sllleepppphh…”, batang kekasihku inipun akhirnya masuk dengan nyaman, ke kedalam rongga birahiku yang berkecamuk.
“Aaaahhhh…. emmmhhpp…, ayaaankk…..”, aku mendesah.

Dengan perlahan.. sedikit kugerakkan pinggulku naik turun, menggoyang reza dengan seksinya. Sementara kedua tanganku bersandar pada dinding, kenikmatan yang kurengguk saat ini tak mampu lagi kukendalikan.. rasanya…..
“Aaaahhh…… kontolmu yaaaank… aacchhhh, enaknyaa…”, ocehku tak karuan.

Sambil juga kunikmati sebelah tangan Reza menggerayangi susuku, dan sebelah tangannya lagi menarik rambutku, seolah dia sedang diatas pelana. Kedua tubuh kami sedang meneguk indahnya aliran gelora, merekat erat menghasilkan siluet yang sensualnya tak tertandingi.

“Plokk… plokk.. plokk…”, suara yang tercipta ketika tubuh kami beradu dengan panasnya. Ketika dua kelamin kami saling bertemu. Saat batang itu dengan gagahnya mengaduk-aduk lubang kenikmatanku. Bersamaan dengan goyangan pinggulku yang kian kupercepat.

Sesaat kemudian, kuturunkan satu kakiku yang tadi kupijakkkan pada tepian bathtub. Kuapitkan kini kedua kakiku. Dengan masih tetap menungging membelakangi Reza.

Melihatku merubah posisi tubuh, Reza juga mengalihkan genggaman tangannya. Saat itu, kemudian, kedua tangan Reza berpindah memegangi pinggangku. Degan posisi seperti itu, akan semakin memudahkan Reza untuk menyodokku dari belakang. Dan benar saja….

Hantaman kocokan Reza semakin deras bertubi-tubi membombardir selangkanganku. Mebuatku semakin menggelinjang tak karuan, “Aaacchhh… fuck me ayank… kontolmu yaaank.. kontolmu.. aaachh..!”, semakin ocehanku tak tertahan.
Lalu…, kurasa mengalirlah lahar cintaku dibuatnya..”Uuuuh…. emmmhhh…..”, semakin lirih desahku karena…

“Ayank… aku mau keluar yaaaankkkkk…..”, tak sebegitu lama setelah aku sampai, Reza juga memuntahkan pejuhnya di dalam memekku.
“Ooh.. angetnya yaaank… emmmhhpp..”, kataku padanya. Dan seketika tubuh sayankku ini, lunglai tak berdaya tertelungkup di punggungku.

“Eh ayank.. iiih… udah ih..!, Masa molor disini..” kataku.
“Capek yaank… enaaaak.. jadi ngantuk tauuuu..” jawab Reza.
“Mandi dulu ah yank.., baru ntar tidur lagi..”, ucapku menanggapi sikap ogah-ogahan kekasihku itu. Dan,..

Lalu dengan ekspresi malasnya, kembali kumandikan Reza, kubersihkan tubuhnya dengan sabun, serta kukeramasi rambutnya. Akupun saat itu juga meneruskan mandiku yang tertunda. Tertunda karena pergumulan kami.

Dan ketika selesai, kamipun berganti baju. Waktu di jam tangan Reza, saat itu menunjukan pukul 18.30. ketika ternyata Reza menyadari setelah mandi justru rasa kantuknya hilang. Berganti dengan rasa lapar yang justru mulai datang.

Dengan mengenakan kaus t-shirt dan hotpantz, aku bersama Reza melangkah turun ke lobby, untuk makan malam di restoran. Di meja saji sudah menunggu smoke beef, kentang, sosis (yang sempat menggelitikku, karena tiba-tiba aku membayangkan bentuknya mirip kontol Reza, haha), dan aneka makanan lain yang menggoda. Untuk dinner-ku ini, kupilih untuk makan kentang dan sosis saja. Begitupun dengan Reza, mengikuti pilihan menuku.

Selesai makan, kami langsung kembali ke kamar. Saat sudah berada kembali di dalam, terbersit aku ingin bertanya, “Yank.. nih barang-barang buanyak banget… mau buat apa sih yank..? berantakan amat..!”, kataku sambil menunjuk alat tulis dan perlengkapan yang tergeletak, berserakan di lantai.

“Hhehehe… “, Reza malah tertawa. “Itulah yaaank… selain aku minta ditemenin, sekalian aku minta kamu bantuin masuk-masukin tuh alat tulis, pulpen, note, ama jadwal acara, ke dalam tas di sono..”, sambil menunjuk tumpukan tas pelatihan yang juga menumpuk di pojokan lemari.
“Waduuh… alamaaak….. cape dech!”, kesalku.

Namun karena rayuan Reza yang manja, akupun menuruti permintaan kekasihku ini, “Hhhmmh… enak banget ya nih orang… udah minta di temenin.. dikelonin…, barusan minta jatah…. , nah, sekarang nyuruh beberes..!”, kataku sambil manyun.
“Coba ajaaa klo orangnya nyadar ya… upahnya mahal ini.. hehehe..”, kataku melanjutkan.

Seketika aku membayangkan… andai saja…, saat ini aku berada disini sebagai…. , ah, malu. Ingin sekali rasanya aku suatu saat, dapat merasakan kesempatan indah, berdiri berdampingan di sisi Reza, mengenakan pakaian merah muda khas anggota Dh*rma W*nita. Hadir di acara kedinasan suamiku, atau datang di acara arisan ibu-ibu di kantornya. Ooh.. semoga…

Seketika lamunanku buyar, dikagetkan oleh Reza..”Hayo! Bengong aja!… eh yank, ayam tetangga kemaren masuk ICU tau, gara-gara kebanyakan ngelamun…hahaha..”, ledeknya padaku.
“Dasar ngaco… udah ah bawel… mau diberesin ga nih..???..”, aku membalas ucapannya.

Seketika obrolan kami jadi seru, kami bercanda, bercerita, dan sesekal saling towel-towelan. Ahh, ada-ada saja. Kemudian malam itu, kami habiskan waktu dengan menonton film yang tayang di saluran TV berlangganan di kamar kami. Hingga rasa kantuk mendera, kamipun tertidur pulas, berpelukan dibalik hangatnya bedcover.

Kami terbangun sekitar jam 6 pagi. Sengaja Reza memintaku menset alarm untuk berbunyi pada jam itu. Lalu setelah sebentar kami meregangkan tubuh, kamipun cuci muka, dan langsung turun kembali ke restoran untuk breakfast. Dan bubur ayam kupilih saat itu. Sedangkan Reza memilih roti bakar.

Setelah selesai, kami langsung naik lagi ke kamar, untuk beres-beres, karena menurut Reza, sebaiknya aku pulang tak terlalu siang, karena takut keburu teman-temannya datang.

Ketika merapihkan pakaian itu, Reza sepertinya kembali horny, dan dia mengajakku bercinta.

Kamipun sempat sekali lagi melakukannya. Di kasur kamar ini, kami kembali bergumul, saling menjilat, dan saling mendesah, hingga leleran sperma Reza akhirnya nampak tersisa, lengket di wajahku. Saat itu dia meminta untuk dikeluarkan di mulutku saja. Dan akupun menuruti kemauan kekasihku ini.

Setelah bermandikan peluh karena seks di pagi hari, kamipun segera melangkah menuju kamar mandi, kembali saling mengusap, saling menyabuni, dan juga tentunya saling meraba, sampai-sampai…”Eiiitzz….. udah ya ayank… klo aku turutin… copot nih dengkulku…”, kataku bercanda, melihat gelagat Reza yang sepertinya mau minta jatah lagi, saat dia melirik nakal tokedku yang montok sambil tersenyum penuh arti.

“Gila apa, masak baru 15 menit yang lalu muncrat, mau minta masuk lagi, sange kok terus-terusan”, bathinku geli.

Setelah mandi, akupun segera berpakaian, memoles wajahku dengan make-up, dan kemudian setelah kuyakin semuanya sudah oke. Reza mengantarku ke kost-an untuk pulang. Dengan menggunakan motor matic miliknya.

Dalam perjalanan itu, kembali terbersit bayangan indah di dalam diriku, gambaran tentang kebahagian dan kenikmatan kebersamaan dengan Reza. Malam tadi, telah kulakukan apa yang mampu aku lakukan. Hanya untuk Reza, hanya untuk kekasihku yang kucinta. Semoga saja dia mampu memaknai semua ini dengan utuh.

Hari-hariku selanjutnya bersama Reza terasa semakin indah, semakin mengesankan saat dijalani. Kebersamaan dengannya tak pernah ingin sedetikpun kuakhiri. Saat Reza didekatku, sikap manja dan lucunya selalu tergambar dengan manis. Juga bila sudah waktunya dia tiba-tiba minta ‘jatah’, selalu akan kuberikan dengan setulus hati, dengan pelayanan terbaik yang mampu kuberikan untuknya. Kecuali bila sedang ada ‘tamu bulanan’.

Cerita Dewasa – Kisah Hidup Tania – Part 2

Namun, ketika kondisi seperti itupun, masih kuusahakan untuk memuaskannya, dengan jepitan hangat kedua bukit kenyalku yang montok, atau dengan kuluman bibirku yang lembut, cukuplah membuat dia terkapar lega, memuntahkan leleran pejuhnya di tubuhku.

Namun semuanya … tiba-tiba hancur.. , saat..

Sore itu, saat malamnya aku libur kerja. Kami janjian untuk ngedate… dia menjemputku di kost-an, kami jalan-jalan ke Kota C. Disana, kami mampir untuk makan di restoran cepat saji M*D. Kami duduk di teras luar tempat itu. Lebih nyaman fikirku. Hingga tiba-tiba….

Reza gelisah tak menentu, ketika mata Reza memandang kearah jalan. Dari arah itu kulihat seorang perempuan cantik berkulit putih dengan pakaiannya yang casual, tergesa-gesa menggendong anaknya yang masih kecil. Dari jarak tempatku duduk ini, sudah dapat kulihat muka sendu di roman perempuan itu.

Sementara Reza, hanya menunjukkan ekspresi tegang. “aduuuh..”, bisiknya lirih namun masih dapat kudengar.

“Napa yank.. kok gelisah gitu… napa sih…?!”, tanyaku padanya.
Sampai akhirnya.. “Plaakk!!”, perempuan itu menamparnya. Sedangkan aku hanya terbengong-bengong tak mengerti. Ada apa sebenarnya.. ada apa ini…. , pertanyaan itulah yang muncul seketika di benakku.

“Kurang ajar kamu ya Pah… puas kamu ya nyakitin aku..!.. Salahku apa Paaah… , aku sakit.. , kamu malah disini enak-enakan makan ama J*blay ini!!!…”, bentak perempuan itu pada Reza. Sedangkan Reza hanya tertunduk diam tak berucap apa-apa.

“Oh Tuhan…. Itu istri Reza….”, terkejut seketika hatiku. Ternyata selama ini, selama menjalani hubungan denganku, saat dia mengatakan sayank, saat dia memperlakukan aku manja, juga ketika dia menikmati tubuhku. Ternyata…

Dibalik semua ini, dia menyimpan satu kebohongan besar yang disembunyikan dariku. Oh Tuhaaan…., kenapa ini lagi-lagi terjadi.. kenapa untuk kesekian kalinya hatiku kembali hancur.., Reza, tega sekali kamu nyakitin aku…..

Seketika, “Teh… Teteh boleh bilang saya J*blay..! Teteh boleh anggap saya cewek penggoda!, tapi…., saya bener-bener ga ada niatan buat ngerebut suami Teteh.. saya ga tau A’Reza udah punya….”.

“Ah diam aja kamu b*ngs*t !!… Puas kamu ya…”, dengan tatapan nanar perempuan itu memandangku. Membuat bathinku perih.

“Reza… cukup!.. lupain aku..!”, ucapku lirih pada Reza, seraya kulangkahkan kaki pergi dari tempat itu, menapakkan diri menjauhi lelaki yang amat kusayangi, namun telah tega membohongiku. Berlalu meninggalkan kenangan indah dan sejuta harapan yang sempat kulukis bersamanya…Tapi Reza…,

Kenangan bersamamu.. akan selalu ada dihatiku….

TAMAT

Cerita Dewasa – Kisah Hidup Tania – Part 2