Istri Temanku Kesepian Part 1 – Cerita Selingkuh

Istri Temanku Kesepian Part 1 – Cerita Selingkuh

Kejadian ini terjadi sekitar 2 bulan yang lalu, saat itu kondisiku benar-benar gusar, karena baru saja aku putus kontrak di sebuah perusahaan provider terkemuka di indonesia. Dan disitulah awal kisah terlarang ini terjadi, antara saya, sahabatku dan istri cantiknya yang malang.

Oh iya perkenalkan nama saya Dirga, umur saya 29 tahun, tinggi 170, berat sekitar 78kg, dan berkulit aga putih, badan saya cukup tegap dengan dada bidang dan sedikit otot-otot perut yang menonjol.

Itu karena saya emang cukup rajin menjaga kondisi tubuh saya, dan bisa d sebut atletis, saya tinggal di kota B yang biasa d sebut kota kembang, saya sudah berumah tangga dan dikaruniai satu orang anak perempuan cantik dari pernikahan saya dan istri saya sekarang, kehidupan rumah tangga kami bisa di bilang biasa-biasa saja ga ada yang aneh, dan istri saya juga bekerja disebuah perusahaan Textil.

Hubungan ranjang kami pun terbilang normal dan cenderung romantis dan seringnya saya yang memuaskan istri saya dalam bercinta, perbandingannya mungkin 1:3 , 1x saya orgasme dibalas 3x istri saya orgasme. Itu sedikit tentang saya, disini saya ga akan menceritakan kisah rumah tangga saya, jadi langsung saja ke kisah intinya.

Pagi itu setelah aku mengantarkan istri saya bekerja dan menitipkan anakku ke tempat mertua, karena anak saya memamg sering di titipkan di neneknya, setelah semua beres aku bergegas kembali ke rumah untuk mandi.

Saat tu jam menunjukan pukul 7 kurang 15 menit, dan biasanya aku telah berangkat bekerja, tapi lain cerita hari ini karena memang aku sudah d putus kontrak setelah 5 tahun mengabdi di perusahaan itu.

Setelah beres mandi saya mengecek hape saya,membuka dan membalas beberapa pesan WA dari sahabat-sahabat senasibku, mereka bertanya mau nyari kemana lagi kerjaan setelah ini, ada juga yang menawarkan untuk membuka usaha kecil-kecilan, tapi ga ku gubris semua, saat ini aku hanya ingin tenang untuk beberapa hari dulu.

Lama aku melamun memikirkan semua ini sambil menonton acara-acara tv, ga kerasa waktu sudah menunjukkan jam 10:20, tiba-tiba terdengar hapeku berbunyi dan itu nada tanda pesan WA. Sambil malas-malasan kubuka WA tersebut dan ternyata itu Arya sahabat lamaku sewaktu sekolah dulu, “Wah tumben nih anak, jarang-jarang dia WA.” pikirku.

Arya : “Bro…,”
Aku : “Yoi ”
Arya : “Gimana kabarnya bro? Kemana aja, jarang ngasih kabar?”
Aku : “Baik bro, gw ada aja, ga kemana-mana, gimana kabar lo ma istri?”

Arya : “Gw baik juga bro, kalo istri gw sih… mmmhhh…biasa aja bro.”
Aneh, kok seperti ga tau kabar istri sendiri, pikirku. Tapi aaahh itu masalah dia, aku ga mw pusing mikirin kesitu,.

Setelah beberapa saat datang lagi WA dari Arya,
Arya : “Bro lagi gawe ga?”
Aku : “Sekarang lagi engga bro.”
Arya : “Loh kenapa bro? Lagi libur??”

Aku : ” Emmhh… gw baru putus kontrak kemaren.”
Arya : “Ooohhhh…berarti santai donk?”
Aku : “Ya gitu deh”
Arya : “Ya dah, lo maen sini ke rumah gw, mumpung gw lagi off, sekalian ada yang pengen gw tawarin, sapa tau lo mau usaha kecil-kecilan, tapi lumayan loh hasilnya”

Aduh, lagi-lagi ngajakin usaha kecil, sebenarnya aku pengen nolak tapi ya sudahlah dari pada bengong sendiri di rumah, itung-itung refresing, pikirku sambil kubalas WA Arya.

Aku : “Ok deh, gw otw sekarang”
Arya : “Sip.”
Arya : “Eh bro titip beli rokok ya, rokok mild sebungkus dan mild menthol sebungkus, thx.”
Aku : “Oh, ok.”

Istri Temanku Kesepian Part 1

Aku pun segera meluncur memacu kuda besiku ke arah Bandung Utara, setelah sekitar 45 menit memacu kuda besiku karena jalanan siang itu cukup macet, sementara aku tinggal di sekitaran Bandung Timur jadi memakan waktu cukup lama.

Tak lupa aku menyempatkan untuk membeli pesanan sahabatku, tak lama aku pun sampai di depan rumah Arya, kulihat pagar rumahnya terbuka dan segera kumasukkan kuda besiku ke halaman rumahnya, tak beberapa lama muncullah wanita cantik berwajah agak mirip artis Olga Lidya.

Bertubuh ramping, rambut lurus panjang sepunggung, berkulit putih bersih mengenakan jeans ketat dan tshirt putih ketat bergambar love berwarna hitam di bagian dadanya dan dengan belahan yang cukup lebar, aku tertegun melihatnya menghampiriku dari dalam rumah.

Yang menjadi santapan pandanganku adalah kedua payudaranya yang begitu mempesona, mungkin berukuran 34B yang sangat pas dengan tinggi badannya yang sekitar 160cm itu, dengan sangat jelas aku melihat belahan toketnya yang begitu menawan ditambah lagi baju ketat yang dia kenakan sehingga kedua payudaranya terlihat terangkat ke atas, ternyata dia adalah Karmila, istri temanku.

Masih dalam keadaan terdiam terpaku melihat kemolekan istri Arya, tiba-tiba suara lembut menyapaku.
Mila : “hai Dirga, ko bengong??”
“Ayo masuk kedalam.” ajaknya.
Aku : “Oh,eh iya iya.”

Aku sedikit gugup dibuatnya dan tampaknya Mila menangkap hal itu dan hanya tersenyum lebar dan berkata “Kenapa? Ada yang aneh ya sama saya?”

“Oh itu ya..eh ngga ko” jawabku gelagapan sambil menahan malu, dan mengikutinya dari belakang menuju ruang tamunya, sambil mengikutinya dari belakang aku melihat pantatnya yang sintal berisi, terlihat bentuk pantat yang begitu mngundang birahi setiap laki-laki yang melihatnya dan berandai-andai untuk menjamahnya.

Tak pernah kulihat pantat se-sexy ini, dalam hati aku berkata, ditambah jeans ketatnya yang membuat pantatnya semakin terangkat ke atas, semakin ku perhatikan ku sadari ternyata tak terlihat ada garis cdnya, rupanya Mila ga pake cd, pikirku.

Entah kenapa otakku menjadi mesum menyaksikan tubuh indah istri sahabatku ini, dan kami pun sampai di ruang tamunya, dan aku langsung terduduk di sofa empuknya, Mila pun berbalik menyuruhku menunggu.

Mila : “Tunggu sebentar ya Dir, Arya lagi mandi dulu tuh…”
Karmila pun berlalu dan baru beberapa langkah dia berjalan dia berbalik dan berkata “Oh ya mau minum apa nih???”

“Mau jus apa kopi???” Tanyanya sambil sedikit menundukkan badannya di hadapanku untuk mengambil sesuatu yang tergeletak di sofa di hadapan ku. Ternyata itu adalah remote tv, saat Mila membungkuk untuk mengambil remote tv, tanpa sengaja kulihat sepasang payudara putih mulusnya yang menyembul hampir keluar dari bra hitam yang dipakainya.

Untuk beberapa detik aku menyaksikan pemandangan itu membuat si otong terbangun dan aku hanya bisa menelan liur sendiri sembari mnyaksikan indahnya gunung kembar milik Mila.

Lalu Mila kembali bertanya, “Dir, mau minum apa??”
Spontan aku jawab “SUSU…!” dengan lantang, dan Mila pun sesaat terlihat bengong mendengar jawabanku dan segera menatap kedua gunung kmbarnya dan menyadari klo aku memperhatikan belahan toketnya sedari tadi, dan dia berkata “Mmmhhhh…kamu ini Dir…pasti ngeliatin ini ya…!”

Dan sesaat aku terhenyak dan mnunduk malu karena kepergok Mila, “Ng…engga ko Mil” bantahku.
“Ya udah, sekarang mau minum apa??” Tanyanya sekali lagi.
“Apa aja deh” jawabku.
“Oke.” Mila pun beranjak pergi ke dapur sambil membawa remote tv yang tadi dia ambil.

Tak lama Mila pun kembali datang sambil membawa segelas kopi susu dan menyodorkannya di atas meja di hadapan ku, “Makasih Mil”.
Dan Mila pun hanya tersenyum dan berlalu meninggalkanku di ruang tamu sendirian.

Sambil menikmati kopi aku kembali terlintas pikiran mesum tentang Mila istri Arya, “Mmmhhh… gimana ya rasanya meniduri wanita seperti Mila!?”

Tak lama berselang Arya pun muncul, Arya : “Woi bro, dah lama??”
Aku : “Baru nyampe.”

Arya pun menghampiriku, bersalaman dan duduk di hadapanku, lalu kami mengobrol ngalor ngidul tentang banyak hal, kadang diselingi candaan-candaan yang membuat kami tertawa terbahak-bahak, sesekali Mila yang berada di ruang tv sambil menonton tv melihat kami yang sedang mengobrol.

Namun terlihat dia enggan bergabung dengan kami dan hanya sesekali melontarkan senyum manis ke arahku.

Dan sekarang kulihat Mila beranjak dari hadapan tv menuju kamarnya, sekitar satu jam kemudian Mila pun keluar dari kamarnya, terlihat seperti habis mandi karena dia masih terlihat sedang mengeringkan rambut panjangnya dengan handuk kuning, yang membuat mataku terbelalak dan menelan liurku sendiri adalah pakaian yang dia kenakan saat itu.

Dia mengenakan baju kaos ketat tapi berbeda dengan yang sebelumnya, kali ini kaos yang ia kenakan bagian lengannya terbuka lebar sehingga bagian toketnya yang lumayan terlihat begitu menantang, dan yang membuat si otong terbangun adalah celana leging yang super ketat yang ia kenakan.

Celana legging merah tanpa cd karena aku tak melihat ada guratan cdnya, yang terlihat jelas adalah bentuk vaginanya yang tergambar jelas d balik legging ketatnya itu, sehingga belahan vaginanya begitu terlihat jelas.

Beberapa menit aku terus memperhatikannya tiba-tiba Arya berkata “Udah bro, ntar gw kasih sesuatu buat lo yang lebih asik.” tampaknya Arya sudah menangkap gelagat isi dalam hayalanku.
Dan aku balik bertanya “Maksud lo bro??”

“Ya dah ntar sore kita ketemuan lagi, gw mau anterin bini ke ibunya.” jawabnya.
Setelah beberapa saat akhirnya aku pun berpamitan karena tampaknya Arya dan Mila pun akan beranjak pergi.

Di perjalanan pulang khayalanku terus saja melayang tanpa henti membayangkan kecantikan dan tubuh sexy Mila, istri sahabatku, Arya. Belum sampai aku ke rumah tiba-tiba ada pesan WA masuk di hp ku.

Kulihat ternyata Arya, isi WA Arya hanya bertuliskan “Ni pilih bro..!”
Bersamaan dengan itu ia kirim beberapa foto, sekitar 5 foto seorang wanita cantik yang berbeda di setiap fotonya.

Arya : “Mau yang mana bro??”
Aku : “Apaan ni bro??”
Arya : “Yang gw bilang lebih asik tadi bro, dari pada lo ngayal ga jelas ma bini gw yang payah gitu.”
Jebreeeeedd… aku bengong membaca isi WA yang menurutku janggal ini.

Aku : “Kaga bro, gw ga sampai segitunya juga kali.”
Arya : “Hahahaha… Ya sudah bro lo pilih yang mana tuh???”
Aku : “Ga ada bro, gw ga tertarik.”

Arya : “Ga percaya gw, masa kucing dikasih ikan asin nolak, hahaha…!”
Aku : “Ah, sialan lu bro, hehehe…!”
Arya : “Ya dah ntar kita ketemuan di kosan gw id deket kolam renang k******t jam 4 sore ini ya bro, ntar lo bakal puas deh.”

Cerita Dewasa – Istri Temanku Kesepian Part-1

Terakhir Arya kembali mengirimkan beberapa foto, tapi kali ini sangat berbeda dengan foto sebelumnya, terlihat foto Arya sedang telanjang bersama 3 orang wanita yang juga telanjang tanpa sehelai benang pun Di samping kirinya ada wanita muda sedang sibuk menciumi Arya dan terlihat tangan kiri Arya berada di vagina wanita itu tampak seperti lagi memainkan klitoris wanita tersebut.

Di samping kanan Arya ada wanita lainnya sedang mengangkang di tepian ranjang sambil tangannya mencengkram erat toketnya sendiri dan terlihat tangan kanan Arya sedang menusukan sesuatu di vagina wanita itu, mungkin sextoy.

Dan wanita terakhir sedang menungging di hadapan Arya dan tampak raut wajah si wanita sedang dipenuhi gairah birahi yang tinggi, tampaknya penis Arya sedang bersarang di vagina wanita itu. Begitu pun dengan foto-foto yang lainnya.

Aku : “Ah gila lo bro ngirim foto ginian.”
Dalam hati sebenarnya aku tertarik dan ingin mencobanya, tapi pikiranku lain saat itu, aku merasa kasian sama Mila, istri Arya. Aku pun bertnya-tanya dalam hati, kenapa Arya menyia-nyiakan istri secantik itu.

Arya : “Enak bro, ayo join ma gw, kita gb hari ini ampe puas bro.”
Aku : “Aduh gimana ya bro, gw belum siap buat kaya gitu sekarang, lain kali aja ya.”
Ku tolak ajakan Arya sehalus mungkin.

Arya : “Oh ya udah bro gpp, tapi gw minta lo jaga rahasia gw ya.”
Aku : “Ok bro.”

Aku pun segera pulang ke rumah setelah kujemput anak dan istriku.
Beberapa hari berlalu, saat itu adikku meminta diantarkan ke salon spa di sekitaran Bandung Utara. Sesampainya di salon aku langsung memarkirkan motorku dan adikku segera berlari ke dalam salon sambil kuikuti dari belakangnya.

Setelah mendaftar, adikku langsung masuk ke sebuah ruangan untuk memulai perawatan, dan aku menunggu di sebuah ruang tunggu yang cukup nyaman, kuambil beberapa majalah untuk kubaca, baru saja beberapa menit kubaca tiba-tiba ada suara lembut mengagetkanku, “Dirga..!”

Ternyata itu Mila istri Arya sahabatku.
Mila : “Lagi apa disini?”
Aku : “Oh hai Mil, ini nganter adik.”
Kali ini kulihat Mila berpakaian rapi, tampaknya itu seragam salon ini.

Mila : “Mana adiknya??”
Aku : “Oh dah masuk barusan, kamu kerja dsini Mil??”
Mila : “Oh iya, eh Dir lama loh klo ditunggu.”
Aku : “Oh ya gpp deh, lagian aku lagi ga ada kerjaan.”

Mila : “Emang kamu ga kerja Dir??”
Aku : “Mmhhh…sekarang lagi engga Mil.”
Mila : “Oh ya kamu mau dibikinin minuman ga??”
Aku : “Boleh deh asal gratisan, hehehe.”
Mila : “Dasar kamu Dir, ya dah tunggu ya.”

Aku hanya mengangguk sambil melihat Mila berlalu meninggalkanku. Tak beberapa lama Mila pun muncul membawa segelas minumam hangat, dan duduk di sebelahku setelah meletakkan gelas itu diatas meja.

Mila : “Ayo diminum Dir, aku temenin kamu ngobrol ya.”
Aku : “Oh iya makasih, boleh.”
Dan kami pun awalnya hanya ngobrol ngalor ngidul mengenai kegiatan dan pekerjaan masing-masing, disela-sela pembicaraan aku bertanya.

Aku : “Arya kemana Mil??”
Mila : “Kerja dia, sibuk banget kayaknya.”
Lalu Mila terlihat bengong dan terdiam penuh tanya.

Mila : “Eh Dir, bukannya Arya lagi bisnis ma kamu??”
Tanyanya keheranan, aku hanya terdiam untuk sesaat dan mencoba mengerti maksud ucapan Mila,
Aku : “Maksud kamu bisnis apa Mil??”

Mila keheranan dan kembali bertanya, “Loh bukannya lagi bisnis ma kamu? Arya kemaren bilang dia ga akan pulang seminggu buat ngurusin bisnisan ma kamu Dir.”
Aku makin bingung dengan pertanyaan Mila saat ini, “Loh…ngga ko mil” bantahku.

Sesaat Mila terdiam dan menghela nafas panjang, dari raut wajahnya terlihat raut wajah kekecewaan dan kegelisahaan, “Oh gitu ya Dir” dengan suara parau setengah mnahan tangis, dan kulihat dia coba menghapus air mata yang akan menetes di matanya mencoba untuk berusaha tegar.

Aku pun teringat akan foto-foto mesum yang dikirimkan Arya padaku beberapa hari yang lalu, dan aku pun mengerti kenapa Arya berbohong pada Mila, kucoba merogoh hp dari saku jaketku, tadinya aku berniat mau WA Arya.

Tapi baru saja hp kunyalakan muncul pesan WA, “Asik bro main berlima lagi, hehehehe.” begitu isi WAnya, beserta foto yang dikirimkannya, ternyata itu Arya, dan kulihat Mila pun ikut melihat ke arah hpku karena memang dia berada di sampingku, begitu foto itu selesai terdownload di pesan WA ku maka terlihat begitu jelas pemandangan yang membuat Mila hancur berkeping-keping.

Bagaimana tidak hancur hatinya, foto yang Mila lihat ternyata suaminya yang sedang asik pesta sex dengan 5 orang wanita, mata Mila terbelalak sambil menahan sesak di dadanya dan mencoba menahan tangisannya, sesaat kemudian Mila pun merebut hp ku dan mulai membaca dan melihat foto-foto mesum Arya yang Arya kirimkan yang tidak aku hapus.

Aku hanya terdiam melongo menyaksikan Mila mengacak-acak hp ku, dan kulihat Mila sudah tak mampu lagi membendung tangisnya, dan beberapa rekan Mila yang mnyaksikannya pun mendekat dan bertanya “Teh Mila, ada apa? Kok nangis?” Rekan Mila coba bertanya.

“Gpp, kalian kembali kerja lagi sana.” sambil mngusap air mata Mila mencoba tegar dan meyakinkan rekan-rekannya bahwa dia baik-baik saja, lalu Mila berbalik ke arahku dan mengembalikan hp ku setelah dia puas melihat isi pesan WA aku dan Arya.
Mila : “Ni Dir hpnya, maaf tadi aku rebut.”

Aku hanya mengangguk sambil kuambil kembali hpku, bingung dan takut terkena imbasnya aku hanya diam saja, lalu tiba-tiba Mila berdiri meninggalkanku masuk ke ruangannya yang berada di sebelah meja receptionis, sekitar 15 menit kemudian Mila muncul tapi kini ia tanpa menggunakan baju kerjanya, dia menggunakan celana jeans biru ketat dan kaos hijau yang ditutup dengan jaket kuning.

Rambutnya tampak sudah terikat, dan menghampiri rekannya di receptionis dan meminta ijin untuk pulang karena kurang enak badan alasannya, dia meminjam helm salah satu rekannya dan menghampiriku, dengan nada pelan dia berkata.

Mila : “Ayo Dir kamu harus jelaskan semuanya padaku.”

Mati aku, ini yang aku takutkan beberapa saat yang lalu, aku takut kalo Mila memintaku untuk mengantarkannya ke tempat Arya sekarang, “Mampus gw, bisa runyam semua nih.” resah ku dalam hati.

“Tapi Mil, anu, aa..aku..kan lagi…” Belum selesai aku berkata Mila menarikku dengan sedikit kasar.
“Ayo Dir, jangan sampai aku menyalahkanmu disini” ucapan Mila membuatku tersudut di tambah di sekitarnya sudah berdiri beberapa rekannya memperhatikan kami, ah gila bisa malu gw ditambah kalo sampe adikku tau.

Ya sudah aku menuruti kemauan Mila saat ini, di parkiran salon aku bertanya hendak kemana kita,
Mila : “Bawa aku ke tempat Arya sekarang Dir.”

Mampus deh gw, ini yang aku takutkan, ya sudah mau gimana lagi, aku nyalakan kuda besiku menuju Bandung Selatan tempat Arya ngekost, di perjalanan aku terus memutar otak agar semua ga terjadi seperti rasa takutku saat ini.

Kemungkinan ini bakal terjadi perang dunia, aku bakal ikut terlibat di dalamnya, sementara kulihat dari sela spion motorku Mila hanya terdiam membisu di jok belakang motorku, akhirnya setelah berusaha keras memutar otak, aku mendapat ide brilian.

Aku : “Mil, sebelum kita ke tempat Arya, aku menjelaskan dulu posisiku, tapi aku harap kamu bisa berkepala dingin nanggapinya.”

Mila hanya terdiam dan terlihat bimbang, sesaat kmudian dia mengiyakan permintaanku, dan kupacu kuda besiku menuju suatu pujasera terkenal di kawasan dekat makam para pahlawan, disitu aku bisa ngobrol bebas, kerana situasinya enak dan ngga terlalu ramai di jam segitu.

Setelah kuparkirkan motorku, kita pun segera memilih tempat, sengaja kupilih tempat yang agak berjauhan dengan pengunjung lainnya, setelah memesan minuman segar dan beberapa makanan, aku melihat Mila masih saja terdiam dan tertunduk, mungkin menahan kekecewaan yang teramat sangat besar di hatinya, aku pun mencoba memecah kebisuan dan bertanya.

Aku : “Mil, maaf sebelumnya ya.”
Mila hanya menatap kosong ke arahku, dan aku kembali terdiam.

Mila : “Kenapa Dir?? Kenapa Arya berbuat kaya gini?? Kenapa juga kamu rahasiakan ini?”
Aku : “Aku, anu, Mil.”

Setelah menghela nafas panjang akhirnya aku berusaha mengatakan sejujurnya.
Aku : “Gini Mil, sebenernya aku ga tau sama sekali soal ini sebelumnya, Arya ngajakin aku tapi aku tolak, sumpah aku ga bohong Mil.”

Mila mulai serius menatapku tajam, dan hanya diam.
Aku : “Sedikit pun aku ga merahasiakan semua ini, aku cuma ga mau terlibat di dalamnya, Arya kaya gitu aku pun ga tau, sampai kemarin Arya ngajakin buat pesta sex, tapi aku sedikit pun ga tertarik, tolong percaya Mil, aku dah punya anak dan istri, kami pun bahagia, jadi buat apa aku ikutan kaya gitu?”

Sedikit demi sedikit Mila pun mulai percaya omonganku, setelah panjang lebar menjelaskan akhirnya Mila pun mulai bersuara.
Mila : “Kenapa ya Dir, ko Arya tega banget ma aku?”
Aku : “Itu awalnya gimana Mil?”

Ku coba bertanya mengorek-ngorek informasi lebih dalam darinya.
Mila : “Ga tau Dir, mungkin karena aku ga bisa ….”

Mila menghentikan ucapannya dan mulai menitikkan air mata, aku hanya terdiam sejenak dan aku berpindah tempat duduk ke sebelah Mila, dengan sedikit ragu aku mulai merangkul pundaknya, Mila hanya diam saja sambil sesekali menghapus air matanya.

Aku : “Emang kamu ga bisa apa? Ko ga dilanjutkan?”
Kulepaskan rangkulanku dan mulai kutatap matanya, Mila menghela nafas panjang dan mulai meneruskan kembali ucapannya.

Mila : “Ya dah semua dah terlanjur, baiklah aku ceritakan sama kamu awal perubahan Diri Arya, tapi janji ya Dir cuma kamu aja yang tau masalah ini.”
Aku : “Ok..ok…lebih baik juga kan kamu cerita ma aku biar beban kamu sedikit berkurang.”

Aku pun coba meyakinkan Mila, dan mulai konsentrasi mendengarkan, setiap kata yang Mila ucapkan, setelah panjang lebar Mila menjelaskan dari awal pernikahan hingga kini Arya berubah menghianatinya. Akhrirnya aku tau, dulu pernikahan mereka bahagia dan Mila sempat hamil, hingga musibah itu datang.

Mila terjatuh dari tangga di saat usia kandungannya berumur 5 bulan, dan mengalami keguguran, dan imbas keguguran Mila menyebabkan Mila di vonis ngga bisa untuk hamil lagi, karena rahim Mila harus diangkat untuk menyelamatkan nyawa Mila waktu itu.

Meskipun sudah berusaha kesana kemari demi mendapatkan buah hati tapi tetap tak membuahkan hasil, di ujung rasa frustrasinya Arya mulai berubah sedikit demi sedikit, hingga terkesan acuh terhadap Mila dan juga jarang pulang untuk menafkahi batin Mila.

Terakhir Arya pulang adalah saat aku berkunjung ke rumahnya tempo hari.
“Itu mungkin penyebabnya Dir” kata Mila kembali meneteskan air mata, dan kali ini lebih deras Mila meneteskan air matanya.

Aku yang ga tega melihat Mila seperti itu kembali merangkulnya, tanpa basa basi Mila pun langsung membenamkan kepalanya di dadaku, terasa dadaku mulai dibasahi air matanya, kupeluk erat sambil membiarkan dia menangis sepuasnya dulu.

Ntah berapa lama dia menangis di dadaku, sehingga tak terasa kaos yang kupakai sudah benar-benar basah karena air matanya. Tapi aku benar-benar menikmati saat-saat itu, karena secara tidak langsung toketnya menempel erat di dadaku dan membuat si otong bangkit dari tidurnya, sampai akhirnya tangisnya mereda.

Sambil sesegukan kepalanya terangkat dan dia mulai membersihkan sisa air matanya.
“Makasih ya Dir udah minjemin dada kamu buat aku” dan Mila kembali terduduk seperti biasa lagi, dan kulepaskan pelukanku/

Aku : “Gpp Mil, kalo aku bisa bantu, aku pasti bantuin kamu.”
Kucoba menghibur Mila, setelah beberapa saat kulihat Mila sudah mulai tenang. Aku coba menyodorkan minuman dingin yang sedari tadi sudah kupesan agar dia lebih santai, dan tak lupa ku WA adikku yang tadi kutinggal di salon.

Aku bilang padanya untuk pulang mnggunakan angkot saja karena aku ada keperluan mendadak, setelah semua terasa santai aku mulai berbincang – bincang santai buat mnghibur Mila, dan sesaat kemudian aku mendapati ide mesum untuk Mila membalas penghianatan Arya.

Aku : “Mil, udah kamu jangan meperuncing masalah ini, kalo kamu melabrak dia sekarang mungkin bakal terjadi sesuatu yang buruk dan ujung-ujungnya perceraian, dan kamu bakal ada di posisi yang kalah, dan mungkin itu yang diinginkn Arya.”

Mila : “Maksud kamu Dir??”
Mila bertanya keheranan dan penasaran dengan ide ku.
Aku : “Ya maksud aku, kenapa kamu ga balas aja penghianatan Arya dengan cara yang sama, dan yang penting Arya masih ngasih kamu nafkah meskipun nafkah batin engga.”

Sesaat Mila terdiam dan raut wajahnya berubah marah.
Mila : “Gila kamu Dir, aku ke sini berharap dapat solusi yang baik, bukan begini.”
Aku tersentak kaget, ntah apa lagi yang sanggup kukatakan, namun aku tetap bersikap tenang.

Aku : “Bukan begitu maksudku Mil, kamu dengerin dulu aku ya.”
Mila : “Kamu yang denger Dir, kenapa kamu malah mencari kesempatan di saat aku seperti ini?? Km benar-benar keterlaluan Dir.”
Tampak raut kekecewaan Mila padaku dan aku hanya bisa diam untuk sesaat.

Aku : “Ngga gitu juga Mil, ini kan cuma ide, kalo kamu ga suka ya kamu bisa nolak, kamu bisa pikirkan lagi baik-baik Mil.”

Aku pun melangkah menjauhi Mila membiarkan dia sendiri berpikir, kubakar sebatang rokok sambil merenungkan kebodohanku tadi, dalam hati aku merasa benar-benar bersalah memberikan ide bodoh itu, belum habis sebatang rokokku hisap tiba-tiba Mila menghampiriku.

Mila : “Masih ada rokoknya Dir??”
Tanya Mila membuyarkan lamunanku, kusodorkan rokok mild yang kupegang bersama koreknya, dan Mila pun menyalakannya dan duduk di sampingku, kulihat raut keputus-asaan dan kekecewaan memenuhi isi kepalanya.

Terlihat dia begitu terpukul, kulihat dia menghisap rokok begitu dalamnya, hingga sebatang rokok dia habiskan dalam sekejap, dan membuang puntungnya begitu saja, aku hanya terdiam menyaksikan itu. Beberapa saat kmudian Mila menghela nafas panjang dan menatapku, kini raut wajahnya berubah, kini ia terlihat lebih tenang dan dia tersenyum penuh arti padaku.

Kemudian dia berkata.
Mila : “Kamu benar Dir, ide kamu memang benar, sepertinya aku emang harus melakukan hal yang sama, aku ga mau rugi sendiri, aku…aku…kesepian selama ini Dir.”

Kata-kata Mila membuatku terdiam sesaat dan membuatku tenang, bahkan aku sebenarnya panasaraan siapa laki-laki yang bakal menjadi selingkuhannya nanti, dalam hati aku terus berharap dia memilihku, otakku sudah dipenuhi pikiran mesum tentangnya, dan aku hanya tersenyum mendengar ucapan Mila.

Mila : “Tapi Dir, aku ingin kamu yang nanti jadi kekasih gelapku, pemuas birahiku, dan obat dari lukaku ini.”

Gila, ucapan Mila benar-benar membuat aku senang setengah mati, dan membuat si otong bersorak gembira menantikan saat-saat menghujam vagina kelak, tapi aku berusaha menjaga sikap ku.

Aku : “Tapi mil, apa kamu sudah memikirkannya baik-baik? Aku kan sudah beranak istri.”
Mila : “Ya sudah klo kamu ga mau, aku bakal cari yang lain, tapi sebenarnya aku ingin kamu Dir, karena kamu yang ngasih aku ide ini, seharusnya kamu juga yang harus bertanggung jawab kan?”

Aku berpura-pura berpikir keras mendengar ucapan Mila itu, tapi dalam hati aku bersorak riang.
Aku : “Tapi Mil, akuuu…..”
“Ya dah mau ga?? Aku juga tau kamu pasti ingin menikmati tubuhku ini kan, aku tau kamu selalu mencuri-curi pandang melihat tubuhku waktu di rumah ku kemarin.” Mila memotong ucapanku.

Aku : “Baik lah Mil, aku mau tapi kamu juga harus mengerti keadaanku saat ini yang ga sendiri, aku harap kamu pun bisa merahasiakannya pada semua org, ini hanya antara kamu dan aku saja, Mil.”
Mila : “Ok, sekarang coba kamu buktikan klo kamu mau jadi kekasih gelapku.”

Aku : “Gimana Mil??”
Mila : “Cium aku Dir!”

Aku terdiam ragu, dan melihat sekelilingku, untung tempat ini masih sepi hanya ada beberapa pengunjung, dan kulihat semua berpasangan, aku mulai mendekatkan tubuhku dan kudekap Mila lalu kucium bibir merekahnya penuh nafsu.

Mila langsung membalas dengan ganasnya, setelah beberapa menit kami berciuman, lalu kelepaskan bibirku dari bibir Mila dan kulepaskan juga dekapan ku.
“Tuh kan bener kamu emang dah nafsu ma aku, padahal tadi aku cm bercanda loh.” Mila tersenyum manis menyudutkanku, tapi apa boleh dikata nasi sudah menjadi bubur.

“Habis kamu cantik sih, tubuh kamu tu membangkitkan nafsu birahiku.” balasku seenaknya, tiba-tiba tanpa kusadari tangan Mila sudah berada di atas penisku yang sudah mengeras sejak awal kami berciuman, meskipun masih terhalang celana jeans yang kupakai tapi padatnya penisku ketika mengeras bisa terlihat menonjol dari luar.

“Hhhmmmm…besar juga ya, sabar ya otong, tunggu beberapa saat lagi kamu bakal punya kandang baru.” ucap Mila sambil mengelus-ngrlus penisku yang tertutup rapatnya jeansku sambil sesekali dia tersenyum cekikikan melihat penisku yang semakin menegang keras, aku hanya terdiam menikmati perlakuan Mila seperti itu.

Setelah puas memainkan penisku, Mila berdiri dan berjalan ke meja kami sebelumnya, dia membereskan barangnya dan mengajakku untuk meninggalkan tempat itu, aku mengikutinya dan beranjak dari tempat ini. Setelah kubayar semuanya aku bergegas menuju parkiran, dan Mila sudah menunggu di sana.

“Antar aku pulang ya Dir” pinta Mila padaku, aku hanya mengangguk dan mulai menyalakan motorku, di sepanjang perjalanan Mila terus memelukku erat seperti abg yang lagi kasmaran, aku hanya menikmati saja momen – momen saat payudaranya begitu lekat menempel di punggungku.

Akhirnya sampailah kami di depan rumahnya, Mila pun turun dari motorku, lalu melangkah menuju rumahnya, baru saja beberapa langkahm Mila berbalik.

Mila : “Dir makasih ya, oh ya Dir, kasih aku waktu ya beberapa hari buat mempersiapkan semuanya, aku ingin semua ini jadi cerita indah ku kelak.”
Aku hanya mengangguk mengiyakan kemauan Mila, tak lama aku berpamitan untuk pulang dan menunggu kabar dari Mila selanjutnya.

Mister Sange – Kumpulan Cerita Dewasa Selingkuh

Malam semakin larut dan aku masih saja melamun di teras rumah sambil mnghabiskan batang demi batang rokok mild yang kubeli tadi sore. Karena sudah begitu sepi, mungkin anak dan istriku sudah terlelap tidur dalam dekapan mimpi indahnya, tapi masih melamunkan Mila di sana, ntah apa yang telah merasuki otakku sekarang.

Rasanya sudah tak bisa kubendung lagi keinginan untuk meniduri Mila, tapi hingga saat ini sudah 2 hari aku belum mendapat kabar kepastian darinya.
“Apa mungkin dia berubah pikiran?” gumam ku dalam hati, aku masih merasakan lembut bibirnya waktu kami berciuman dengan penuh nafsu tempo hari di pujasera itu.

Belum habis lamunanku tiba-tiba hp ku berbunyi, itu adalah tanda pesan WA, kubuka pesan itu ternyata itu Mila.
“Akhirnya kau muncul juga sayang.” tawaku dalam hati,

Mila : “Ping!”
Aku : “Pong ja ah, hehehe….”
Mila : “Iiiihhhh… apaan sih pong???”
“Ini loh si otong yang balas jadi pong deh isinya, hahaha.” candaku.

Mila : “Iiihhh…nakal ya, hehehe… emang kenapa si otongnya?? Ko bangun jam segini?? Kamu ko belum tidur sayang?? Emang istrimu kemana?”
Aku : “Iya nih si otong nagih janji terus, katanya mana sarang barunya terus kapan di elus-elus kamu lagi, hehehehe.”

Aku : “Aku ga bisa tidur nih say, kepikiran kamu terus nih, klo istri sih dah ngorok dari tadi juga, hehehe…”
Mila : “Ko bisa sih mikirin aku terus say, kan ada istri kamu di sana.”

Aku : “Iya nih, ga tau kenapa cuma kamu yang ada di otakku saat ini, meskipun istriku di sampingku tapi hanya kamu yang terlihat.”
Mila : “Iiiihhhhh… gombal ah, mempan tuh ma aku, hehehe…. tapi sumpah aku suka banget kamu gombalin aku sayang.”

Aku pun merasa sangat bahagia saat ini, ternyata dia dah panggil aku dengan sayang, dan sesaat itu pun otongku semakin menegang.
Aku : “Yang bener say? Kalo kamu benar suka ntar tiap hari aku gombalin deh, hehehe.”
Mila : “Serius ih yank, aku suka banget.”

Sambil mengirim emoticon love dan kiss.
Aku : “Ok deh say, eehhhmmm, kamu lagi apa say, ko jam segini belum tidur??”
Mila : “Iya nih say, aku mau ngabarin kamu kalo besork kita dah bisa muilai rencana kita.”
Deg… jantungku sempat terhenti sesaat, “Akhirnya tiba waktunya aku nikmati tubuhmu Mila.” gumamku dalam hati.

Mila : “Aku dah pastiin smua aman sekarang, besok aku off nih say, kamu sini ya, terserah mw jam berapa juga, tapi kalo bisa dari pagi biar kita puas.”
Aku : “Ah ok deh say, besok pagi aku ke sana, tapi say ni si otong dah keras banget nih, kayaknya pengen malem ni masuk kandang barunya.”

Mila : “Iiihhhh sabar donk otongku sayang, besok ya kamu maen sepuasnya dalam kandang baru kamu ini.” lalu Mila pun mengirimkan foto, saat kubuka ternyata foto yang sangat luar biasa membuat si otong terasa ingin melompat, itu foto vagina Mila, vagina yang sangat indah berwarna merah merona di hamparan kulit putih mulus tanpa sehelai bulu pun.

Dan kulihat klitorisnya yang sangat indah menyembul seperti kacang hijau yang terselip di antara jari-jari tangan, aku sampai sedikit ngiler memandangi foto vagina Mila ini, begitu indah dan menawan.
Mila : “Tuh otong, dah liat kan kandang baru kamu, hehehe…”
Aku : “Say, si otong dah kaya mau copot ni ngeliat kandang barunya, hehehe.”

Mila : “Ya udah malem ni kamu sabar dulu ya, besok WA aku kalo kamu mw ke rumah, aku tidur duluan ya sayang, biar besok bisa kuat ngajak maen si otong, hehehe… goodnight honey muuaaach.”
Aku : “Ok deh say, kamu tidur yang nyenyak ya mimpiin aku..muuuaacchh.”

Setelah itu tak ada lagi pesan dari Mila yang masuk, mungkin dia sudah tertidur sekarang, aku pun beranjak masuk ke dalam rumah, kukunci smua pintu dan jendela, dan beranjak ke ruang tengah, di sana aku terduduk sesaat karena si otong masih saja berdiri keras, terpaksa aku onani si otong sambil kulihat foto vagina Mila.

Setelah puas beronani ria, aku pergi ke kamar mndi untuk membersihkan diri lalu pergi ke kamar dan kurebahkan tubuhku di samping istriku hingga aku terlelap tidur sambil membayangkan Mila dan apa yang akan terjadi esok.

Pagi-pagi sekali aku sudah terbangun kira pukul 4:45 dan bergegas mandi, istriku keheranan melihatku sudah bangun dan mandi hari itu, maklum saja aku kadang malas bangun di jam segini, bahkan saat dulu bekerja pun aku selalu bngun saat hendak mengantarkan istriku saja, akhirnya setelah sarapan bersama istriku, langsung kuantarkan anakku ke neneknya dan kuantarkan juga istriku bekerja.

Di perjalanan istriku bertanya kenapa aku bangun sepagi itu, aku hanya bilang mau ada proyekan pagi ini dan mungkin akan pulang tengah malam atau besok, jawabku. Istriku hanya mengangguk saja tanpa curiga sedikitpun.

Setelah mengantarkn istriku aku bergegas menuju rumah Mila, di tengah perjalanan aku menghentikan motorku sesaat untuk mengabari Mila kalo aku dalam perjalanan menuju rumahnya.
Aku : “Yank aku otw ke rumahmu nih, mungkin 30 menit lagi aku nyampe.”

Tak beberapa lama Mila membalas.
Mila : “Aduh pagi banget say, aku baru melek nih belum mandi, ya udah kalo kamu dah nyampe kamu langsung masukin ja motor kamu ke garasi, terus kunci jangan lupa ya say, pintu depan ga aku kunci, aku mandi dulu biar seger, hehehe.”

Aku pun mengiyakannya, tapi sebelum beraksi aku WA Arya sahabatku dulu, menanyakan posisinya saat ini untuk memastikan keamanan aksiku nanti.
Aku : “Bro dimana lo sekarang?”
Arya : “Lagi tugas ni bro di luar kota, kemaren malam gw berangkat mungkin balik minggu depan, ada apa bro??”

“Ah engga bro, anu, gw tadinya mw pinjem duit dulu buat ke bengkel” alasanku, padahal dalam hati bersorak riang “Yesssss…! Seminggu ini bakal puas aku menjamah istrimu.” dalam hati aku bergumam.
Arya : “Ya dah gw transfer aja kalo lo mau, mana sini no rek lo?”
Aku : “Ah ga usah bro, biar gw pinjem ade gw aja.”
Arya : “Oh ya udah klo gitu.”

Aku pun tertawa kecil mengetahui Arya sedang berada di luar kota saat ini, dalam hati aku berkata, “Salahmu kawan menghianati istri secantik Mila, dan maaf kawan istrimu kesepian, dan akan kutemani dia, memuaskan birahinya dan menjadi obat dari luka yang sudah kau berikan pada istrimu.”

Tak lama aku pun segera memacu kuda besiku, sampailah aku di depan rumah Mila, dan kulihat situasi di komplek itu masih sangat sepi, karena memang mungkin mereka beraktivitas sedari pagi buta untuk menghindari kemacetan kota Bandung di pagi hari.

Tanpa berpikir panjang langsung kumasukkan motorku ke garasinya lalu kututup kembali tak lupa aku pun menutup pagar depannya dan kukunci juga. Setelah itu secapat kilat aku masuk ke dalam rumahnya, aku tutup rapat dan kukunci, segera aku mencari Mila.

Aku : “Mil, Mila sayang kamu dimana??”
Tak ada jawaban, tapi kudengar suara orang mandi di kamar Mila, aku pun segera masuk ke kamarnya, dan kulihat pintu kamar mandi tertutup rapat, dan aku pun segera berbaring di ranjang empuknya yang masih betantakan karena belum sempat dia bereskan.

Mendengar Mila sedang mandi gairah sexualku bngkit, si otong pun mengeras, sial aku dah ga tahan lagi ingin bercinta dengan Mila, aku pun segera bangkit dan kudekati pintu kamar mandi, kuketuk lalu aku panggil, “Mil…Mila sayang…!”

Mila : “Bentar sayang, tanggung dikit lagi nih.” jawabnya dari dalam.
Sebenarnya aku sudah tak kuat, nafsu birahiku sudah memuncak sampai ke ubun-ubun, ah lebih baik aku berinisiatif untuk membuka seluruh pakaianku hingga telanjang bulat, hingga begitu Mila keluar aku akan segera menerkamnya tanpa ampun.

Hehehe pikiran nakalku, sambil menunggu aku mainkan penis besarku yang berukuran sekitar 20 cm berdiameter sekitar 6 cm di atas kasur Mila sambil terlentang.

Setelah beberapa menit berlalu terdengar suara pintu kamar mandi terbuka perlahan, dan aku semakin fokus menatap pintu itu yang lama semakin terbuka lebar, lalu terlihatlah Mila dengan badan yang hanya terlilit handuk putih dari sebagian toketnya sampai ujung pantatnya, mataku terbelalak tak berkedip sedikit pun menyaksikan pemandangan tubuh indah nan molek milik Mila.

Kupandangi setiap inci tubuh putih mulusnya, dari atas hingga bawah dan terus berulang-ulang kupandangi, tampaknya Mila tidak menyadari kalau aku sudah telanjang bulat dengan penis besar mengaceng ke atas, karena saat itu Mila sedang asik mengeringkan rambutnya dengan handuk yang satunya lagi, aku pun segera berdiri untuk menghampirinya.

Barulah saat aku berdiri Mila pun tersadar dan terhenyak melihat tubuh bugilku, dia terlihat terpesona dengan badan atletis dan penis besarku, matanya melotot dan mulutnya sedikit menganga seperti ada kata-kata yang tertahan di ujung lidahnya.

Aku semakin mendekati tubuh Mila dan terdengar hanya suara “waaaw” dari mulut Mila, aku pun lansung memegang pundak Mila yang masih terperangah melihat tubuhku dan penisku, lalu tersadar dan berkata, “Ya..yaank kamu ko tela…,”

Belum beres Mila bicara aku langsung melumat habis mulutnya, sehingga yang terdengar hanya suara “Mmhhh…emmhh…emmmhhh” dari mulut sexynya, beberapa menit aku menyerang bibirnya Mila pun membalasnya dengan rakus dan lahapnya, penuh gairah dan nafsu, dimainkan lidahnya merangsek masuk ke dalam rongga mulutku.

Lidahnya seakan-akan mengaduk-ngaduk isi mulutku mencari lidahku, dan menghisapnya kuat-kuat yang membuatku semakin bernafsu, setelah sekitar 15 menit kami saling berciuman dengan ganasnya di depan kamar mandi, aku pun menuntun Mila menuju ranjang, sembari melangkah perlahan mulut kami masih terus beradu saling menghisap satu sama lain.

Di tepian ranjang aku balikkan tubuh Mila sehingga posisinya membelakangi ranjang sekarang, kutarik handuk yang melingkari tubuhnya, dan kulempar begitu saja, kini terlihat jelas setiap lekuk tubuh indahnya, toket putih mulus yang menggantung terlihat semakin mengeras, puting merah muda laksana puting perawan terlihat semakin menjulang.

Ingin segera kuhisap dan memainkannya tapi sepertinya bibir Mila tak mau melepaskan bibirku, ia terus saja menghisap dalam-dalam lidahku hingga terasa memanjang lidahku dibuatnya. Kerena asiknya Mila memainkan mulutku maka aku pun langsung menyasar setiap lekuk tubuhnya dengan kedua tanganku, tangan kananku mulai meremas pantatnya dengan lembut, sementara tangan kiriku menjamah gunung kembarnya.

Kuremas-remas lalu kumainkan putingnya, kupilin-pilin hingga Mila melepaskan bibirnya dan mendesah “Aahhh…aaahhh…yaaaank…eeenn…aakk…”.

Aku pun sedikit menundukan kepalaku dan kulumat buah dada Mila sebelah kanan, kuciumi dan kujilati putingnya yang membuat Mila semakin terangsang sangat hebat, kuhisap dalam-dalam putingnya yang membuat Mila semakin menjadi-jadi.

“Teruuuss…teeerusss..yank… hisap yang kuuaaaatt aaahhhh…” racaunya ber ulang-ulang, kulihat Mila begitu menikmati permainanku ini, wajahnya terlihat memerah, tangannya hanya terkulai lemas tak berdaya bagai tak bertenaga.

Setelah beberapa menit kami berdiri, kurebahkan tubuh Mila ke kasur lalu kuciumi tubuhnya inci demi inci, aroma sabun dan shampo yang ia gunakan tercium begitu harum membuatku semakin bernafsu, kuciumi keningnya, lalu bibirnya dengan lembut, lalu kuciumi juga daun telinganya dan sesekali aku menghisapnya yang membuat Mila mengelijang seperti cacing kepanasan.

Melihatnya seperti itu semakin membuat aku gencar mencumbunya, kumainkan kedua buah dadanya, aku remas halus dan terkadang kasar, kuturunkan ciumanku ke leher, turun ke belahan buah dadanya sambil terus kuremas agak kasar, Mila hanya terus mndesah dan meracau, “Ssshhhh…aaahhh…yaaank…ssshhhh.”

Sekarang mulai aku meraba perutnya dengan halus, hingga turun ke selangkangannya hingga membuat Mila mengangkat sedikit perutnya ketika jari-jariku menyentuh tumpukan vaginanya, sementara mulutku masih asik menghisap kedua payudaranya bergantian, lalu kubuka lebar kedua kakinya, hingga sekarang Mila dalam posisi mengangkang dan aku terlungkup setengah miring disampingnya.

Tangan kiriku menopang tubuhku sementara tangan kananku menjamah gundukan kecil di selangkangannya, dan mulutku masih asik mengulum dan menghisap puting buah dadanya. Aku raba dengan halus vagina Mila, kumainkan jariku di bibir vaginanya, membuat Mila kembali menggeliat dan mengangkat sedikit tubuhnya.

Kubuka mulut vaginanya dengan jariku, kugesek-gesekkan jariku di antara mulut vaginanya hingga sesekali gesekanku menyentuh klitorisnya, “Aaahhh…aaahh…aaaahhhh…sssstttt.. ” racau Mila saat jariku menyentuh klitorisnya.

Kurasakan vagina Mila begitu basah, dan becek seakan-akan cairan di dalam vaginanya tak mau berhenti mengalir, kuhentikan hisapanku di payudaranya lalu kucium bibirnya dan kubisikan di telinganya, “Siap-siap kamu merasakan nikmat tiada henti dariku sayang.”

Mila hanya tersenyum nakal sambil menggigit tepian bibirnya, membuatku semakin bernafsu memburu orgasme pertamanya, lalu kubenamkn kepalaku di antara selangkangannya, kuciumi sekitar vaginanya, tercium aroma vagina yang khas bercampur aroma sabun kewanitaann yang wangi, sementara Mila terus mendesah saat kumainkan lidahku di mulut vaginanya, “Aaaahhhh…aaaahhhhh…aaahhh.”

Mila terus mendesah, tanganku mencengkram kedua belah pahanya dan Mila pun semakin mengangkang lebar-lebar, kini terlihatlah lubang vagina yang merah yang terus dibanjiri cairan putih bening yang terus mengalir dari dalam vaginanya.

Tapi meskipun Mila mengangkang lebar-lebar lubang vaginanya terlihat begitu sangat sempit, tanpa panjang lebar aku mulai menjilati dan kuhisap dinding dalam vaginanya, kumasukan lidahku menerobos lubang vaginanya, itu membuat Mila sedikit mengejang perutnya.

Terangkat kedua tangannya mencengkram keras kepalaku dan menekan kuat ke mulut vaginanya, “Dirgaaaa… saaayy.. aank…kaa..muu…aappaaiinn…aaakkuu.. aaaahhhhh…ssssshhhh… eeeennaakk.” racau Mila gelagatan.

“Tteerruuusss…ssshhhh…” tak kuhiraukan racaunya, meskipun si otong sudah berdenyut-denyut keras dan semakin mengeras tapi aku coba menahannya agar tak terburu-buru ke permainan puncaknya. Kini aku mainkan klitorisnya, aku hisap kuat kuat, membuat Mila semakin mengelijang keenakan.

MisterSange – Kumpulan Cerita Sex Dewasa

Tampak Mila semakin sering menggoyangkan pinggulnya sepertinya dia sudah dekat dengan orgasmenya yang pertama, menyaksikan hal itu langsung kutancapkn jari tengahku ke dalam vaginanya, “Jleeebb…..” Jariku masuk dengan mudah karena memang vaginanya becek banget.

Sesaat kurasakan hangat jariku d idalam vaginanya, lubang vaginanya terasa begitu sempit sampai-sampai jari tengahku terasa terjepit dinding-dinding dalam vaginanya, “Aaaawwww…..” sambil mengangkat perutnya ketika jariku menusuk lubang Vaginanya, “Peellaann…yaank…aaahhhh.”

Tampaknya Mila sedikit merasa kesakitan, mungkin ini kali pertama lubang vaginanya dimasuki benda tumpul lagi meskipun baru jari tengahku saja.

Aku pun menarik dan memasukkan kembali jariku secara perlahan, hingga Mila mulai merasa terbiasa dan nyaman dengan jariku di dalam vaginanya, dan kali ini pinggulnya bergoyang seirama dengan kocokan jariku yang semakin lama semakin kupercepat, “Plok…plok..”

Terdengar suara benturan antara mulut vagina beceknya dan telapak tanganku, 5 menit kemudian kulihat Mila semakin mempercepat goyangan pinggulnya dan menekan jariku lebih dalam tampaknya dia mencapai puncaknya.

Melihat hal itu aku langsung mempercepat kocokan jariku, dan tanganku yang lain meremas-remas payudaranya dan kujepit putingnya, “AAAAAHHH…AAAAHHH… aku mau keluuuaaaarrr SAAAYYAAAANG… AAAAAAHHHH…!”

Sedetik kemudian kurasa dinding vaginanya berdenyut-denyut kuat dan terasa semburan cairan hangat di dalam vaginanya yang mengalir deras di jariku hingga menetes keluar vaginanya. Aku masih membiarkan jariku di dalam vaginanya.

Sambil kulihat perlahan tubuhnya mereda, terlihat lunglai, keringat membasahi sekujur tubuhnya, sementara tangannya masih meremas-remas halus kedua payudaranya, sementara matanya terpejam dan terlihat Mila sedang menikmati sisa-sisa puncak orgasmenya mulutnya menggigit sedikit bibir bawahnya sehingga terlihat begitu binal.

Kucabut jariku dan “Aaaaasssshhhhh…!” Desahnya, matanya terbuka dan menatapku penuh kepuasan, senyum nakal yang begitu binalnya menghiasi bibir manisnya kini, seakan mengisyaratkan betapa dia menyukai dan menikmati permainanku sesaat tadi.

Kudekatkan kepalaku di wajahnya, kucium Mila penuh cinta dan gairah, Mila membalasnya dengan hangat setiap ciuman yang kudaratkan di bibirnya, beberapa saat kemudian aku lepaskan ciumanku, dan berdiri di samping ranjang di sampingnya.

Aku : “Enak ya say??”
Mila hanya mengangguk mengiyakan, matanya terus menatapku penuh arti.
Aku : “Itu baru awal ko yank, kamu bakal merasakan yang lebih nikmat lagi dari tadi, kamu bakal aku puasin sebagai obat kekecewaanmu ma Arya.”

Mila : “Iya sayang, kamu bebas mau ngapa-ngapain aku juga, aku milik kamu seutuhnya sekarang, tapi jangan sebut nama Arya lagi ya, aku benci dengernya.”
“Ok deh sayang” hatiku tertawa riang mndengarnya, “Setelah ini kamu bakal lupa sama dia Say, kamu bakal ketagihan.” bisikku d telinganya, sambil kucium keningnya, Mila hanya tersenyum penuh arti.

“Tapi yank, kamu ko belum nyapa si otong?” sambil kuacungkan penis besarku di hadapannya, Mila pun menurunkan pandangannya ke arah si otong, matanya terbelalak tak berkedip menyaksikan batang keperkasaanku yang banget besar dan ini mungkin baru pertama kali dia melihat penis sebesar ini, jauh dibandingkan penis suaminya.

“Oh ini toh yang namanya otong…!” sambil mengelus-elus kepala penisku dengan lembut. “Woooowww… besar banget dan keras ya otong, kamu bakal susah nih masuk kandang kecilnya nanti.” aku hanya tertawa kecil mendengar Mila ngobrol dengan si otong.

“Yank apa si otong nanti bisa masuk? Kandangnya kan kecil banget.” kata Mila sambil tersenyum jahil menatapku.
“Hehehe…si otong malah suka banget say sama kandang sempit kaya punya kamu itu loh.” godaku.

“Sebelum masuk kandang dia pengen kamu ciumi dulu katanya.”
Mila pun tersenyum dan mencubit perutku,”Iiiiihhhhh kamu nakal otong, jadi makin gereget deh ah.”

Masih dengan posisi yang sama aku lihat Mila kini berganti posisi menungging menghadap ke arah selangkanganku, dengan posisi ini aku semakin leluasa memandang indahnya tubuh Mila, lekukan punggung Mila hingga pantat menghadirkan sensasi keindahan tersendiri, dua gunung kembarnya tergantung menjuntai kebawah namun masih terlihat mengeras.

Mungkin saat itu birahinya masih tinggi, matanya terus menatap nakal ke arah si otong, tangannya tak henti-henti mengelus-elus batang penisku dan sesekali dia berusaha mencengkram dan mengocoknya, itu semua membuat penisku berdenyut-denyut.

“Iiihhhh…otong dah ga sabar ya, dari tadi ko nyut-nyutan mulu, tahan sebentar ya.” oceh Mila nakal di hadapanku.
“Ternyata kamu haus sex juga ya say? Soalnya dari tadi kamu keliatan ga canggung menikmati apa yang aku lakuin?” tanyaku, Mila hanya menatapku dan tersenyum nakal.

“Aku juga wanita normal Dirga sayang, butuh sex sama seperti wanita-wanita yang sudah menikah lainnya.” jawab Mila sedikit syahdu, namun tak henti-hentinya dia memainkan batang penisku, terkadang mengelus lembut mulut penisku.

“Aku sudah lama ngga dapat jatah, sudah 3 bulan ini Arya ga menafkahi batinku, tapi…kamu datang masuk dengan ide gila di hati ku, sebenernya batinku bergejolak Dir, tapi aku ga tahan gini terus, apa lagi kini aku tau Arya ga setia lagi padaku, hancur sudah hatiku Dir..!” lanjut Mila dan sedetik kemudian kulihat matanya mulai berkaca-kaca dan air matanya jatuh perlahan membasahi pipinya.

Aku hanya terdiam mendengar dan menyaksikan itu, jujur hatiku pun berontak atas penghianatanku kepada istriku, tapi kesetiaanku luluh lantah karena rasa iba pada awalnya, kini aku ga bs brpikir rasional lagi, mungkin aku kini mulai menyayanginya setulus hati ini.

Tapi bagaimana semua bisa terjadi, aku ga mau ambil pusing memikirkannya, lalu lanjut Mila berkata, “Aku ga tau kenapa Dir, hadirnya kamu sekarang membuat hatiku tentram kembali, semua perasaan kesepian dan kekecewaanku kini berangsur hilang dan padam, akuuu…akuuuu…merasa nyaman denganmu Dir, apa mgkin aku jatuh cinta ma kamu Dir, yang pasti aku benar-benar menyayangi kamu Dir, aku ga mau jauh dari kamu, aku ingin kamu seutuhnya Dir.”

Jeeebbrreeeeeddd…..aku semakin terdiam membisu, batinku bergejelok hebat, kepalaku seperti berhenti berpikir. Dilema ini begitu sulit kupecahkan saat ini, di sisi lain aku adalah suami yang setia dan sayang sama istri dan anakku selama ini.

Di sisi lain telah tumbuh benih-benih kasih sayang di hatiku untuk Mila, tak pernah terlintas sebelumnya semua bakal terjadi seperti ini. Awalnya aku hanya ingin memuaskan nafsu birahiku saja tanpa perasaan, tapi kini lain kenyataannya. Melihat Mila masih saja menangis, kuangkat tubuhnya lalu kupeluk erat kubenamkan kepalanya ke dalam dadaku.

“Sudah Mil, kamu jangan menangis lagi, aku di sini buat kamu dan selalu berusaha ada buat kamu, aku sayang kamu Mil, benar-benar mnyayangimu.” bisikku d telinganya, sesaat kemudian Mila menghentikan tangisnya, mengusap sisa air mata yang masih membasahi mata dan pipinya, kini wajahnya menengadah ke arah wajahku, aku tatap dalam-dalam matanya.

Lambat namun pasti kini senyum manisnya kembali terukir di wajahnya, “Aku tau kamu ga bisa janjikan kebersamaan ini terus bersamaku Dir, aku cukup senang tau kamu juga menyayangiku, aku tak minta apapun lagi Dir, selama kamu bisa menyayangi aku, aku bakal terus mnunggu kamu di sini.”

Aku hanya menatapnya penuh perasaan dan kueratkn pelukanku sebagai tanda kalo perasaanku juga sama dengannya, lalu Mila membenamkan lagi kepalanya di dadaku, tangannya mengelus-elus dada bidangku secara halus, kini tatapannya beralih ke arah selangkanganku, “Ko tidur sih otongku”? canda Mila nakal sambil mengelus batang penisku yang sedari tadi mengecil karena keadaan yang begitu mellow tadi menurunkan nafsu birahiku.

“Hehehe…abis tadi melow sih.” jawabku ringan.
“Sini aku kecup ya!” Mila pun menurunkan kepalanya dan mulai menciumi kepala penisku yang semakin membesar dan mengeras, ciuman dan kocokan halus Mila membangkitkan kembali nafsu birahiku saat itu.

“Idih dah bangun lagi ya, mmmmhhhhh… besar banget sih kamu otong.” kembali Mila meracau di hadapan penisku yang berdiri tegak, kini tatapannya kembali binal, aku tau dia sudah terangsang lagi. Kini Mila mulai menjilati penisku dengan lembut dari kepala hingga pangkal penisku, tak lupa dia mengulum buah zakarku bergantian, kini penisku semakin basah oleh liurnya.

Mendapat perlakuan seperti itu aku hanya mendesah nikmat sambil kucengkram pundaknya, kini Mila mencoba memasukan kepala penisku ke mulutnya, namun dia terlihat kesulitan memasukannya karena kepala penisku yang membesar, perlahan tapi pasti, sekarang kepala si otong sudah terbenam seutuhnya menyisakan batang kekar penuh urat yang masih terus dikocok-kocok tangan lembutnya.

Sekarang dia berusaha memasukkannya lebih dalam lagi, tapi baru saja beberapa centi masuk ke dalam mulutnya Mila terlihat seperti tersendak, dia pun memundurkan perlahan dan memasukkannya kembali hingga mentok di rongga mulutnya, terlihat penisku tidak bisa masuk sepenuhnya, mungkin terlalu panjang untuknya, kini kurasakan nikmat yang teramat sangat ketika Mila mengocok-ngocok penisku dengan mulut dan tangannya.

Dari perlahan hingga cepat dan sesekali disertai hisapan kuat dan jilatan di bagian kepala penisku. Rasanya begitu nikmat terasa sampai ke ubun-ubunku, aku pun tak ingin terus berdiam saja, kuraih payudaranya sebisaku, kuremas-remas dengan kuat, dan kuplintir-plintir putingnya.

Kini yang terdengar hanya desahan Mila dan suara kocokan dan hisapan mulutnya, “Mmmhhh…,mmmhhhh… sssrrrpppp… sssrrrppp…plok..plok…mmmhhhh…”

Setelah beberapa menit akhirnya aku ga tahan lagi ingin segera menjebol vaginanya, kuhentikan kegiatan Mila mengoral si otong, aku balikkan tubuhnya, kucium bibirnya dengan rakus dan ganas. Lalu kurebahkan ia di kasur, aku pindahkan posisi badan ke hadapan selangkangannya, aku lebarkan kedua kakinya, hingga kini Mila menggangkang lebar-lebar.

Terlihat vaginanya seperti berkedut, cairan bening mengalir dari dalam vaginanya, tak kuat menyaksikan pemandangan ini lalu aku dekatkan penis di mulut vaginanya, aku gesek-gesekkan dengan kepala penisku hingga menabrak klitorisnya dan terdengar suara Mila, “Aaaahhh…aaahhhh…mmmhhhh…!”

Ketika klitorisnya tertabak kepala penisku, tangan kirinya meremas-remas payudaranya sementara tangan kanannya menarik tanganku yang sedang memegang batang penisku yang seakan ingin segera dimasukkan ke dalam liang vaginanya.

“Yaaankk…aaaa..aahhh…maaassuukkin… aaa…aahh…cceeppeett…yaannkk” pintanya memelas, kulihat wajahnya kembali menjadi binal, bibir bawahnya ia gigit menampakkan gairah luar biasa yang tak terbendung, sekarang aku mulai memposisikan kepala penisku di mulut liang vaginanya.

Kutusukkan penisku perlahan-lahan masuk ke dalam liang vaginanya, tampak Mila sedikit meringis menahan rasa sakit, wajar saja meskipun Mila tak perawan lagi tapi beberapa bulan ini vaginanya tak terjamah suaminya, sehingga vaginanya menjadi sedikit menyempit lagi, ditambah ukuran penisku yang besar membuat vaginanya terasa seperti perawan lagi.

Melihat hal itu, aku hentikan sejenak kegiatanku sambil kubiarkan Mila agar lebih tenang, “Terusin yank, ayo terusin aja, gpp.” pinta Mila lagi.
Ya sudah kalo begitu maunya, aku hanya menuruti saja, kini kembali kutekan penisku yang lebih dalam lagi, baru seperempat penisku masuk, Mila berteriak pelan, “Aaaaawwww…sssttt… gpp terusin yank.”

Aku lihat ia mencoba menahan sakit dan nikmat yang bersamaan, kini aku mundurkan sedikit penisku, terasa kini lubang vaginanya begitu becek, melihat hal itu kutusukkan penisku dalam satu hentakan ke liang vaginanya hingga masuklah penisku sepenuhnya mentok hingga ke ujung vaginanya.

“Aaawwwwhhh…sssstttthhhh…aaaahhhh.” Mila mulai menegang, perutnya sedikit terangkat, matanya terbelalak dan mulutnya menganga merasakan hentakan keras menghujam vaginanya antara perih dan nikmat bercampur aduk.

Kubiarkan sejenak penisku di dalam vaginanya agar terbiasa dengan ukuran penisku, vagina Mila begitu sempit, terasa dinding-dinding vaginanya menjepit erat seluruh batang penisku, ini adalah sensasi yang sama saat aku memerawani istriku dulu, tapi sekarang sungguh berbeda, ini sungguh luar biasa benar-benar kenikmatan tiada tara yang kembali kurasakan.

Kini Mila sudah mulai terbiasa dengan kehadiran penisku di dalam vaginanya, seiring dengan perih yang mereda, kini pinggul Mila mulai bergoyang perlahan, melihat itu aku langsung menindihnya, kudekatkan wajahku ke wajahnya, kucium halus bibir lembutnya yang semakin lama semakin ganas dan panas, bersamaan dengan itu aku mulai menggerakkan penisku maju mundur dengan perlahan.

“Mmmhhh…mmmmhhh…mmmhhhh” hanya itu suara yang terdengar dari mulutnya yang kukulum rakus sekarang, genjotan penisku sekarang sudah semakin cepat dan goyangan pinggul Mila sudah semakin seirama dengan gerakanku, kulepas ciumanku dan aku bangkit setengah berdiri, kunaikkan pahanya, lalu kugenjot cepat vaginanya kini terdengar suara benturan penisku dan vaginanya, “Plook…plook..plook”

“Aaahhhh…eeemmmhh…aaa..aahh… iya… sayyang…ttteerruuusss…aaaa…aaahh” racau Mila seiring dengan cepatnya genjotanku.

Beberapa menit kemudian kurasakan penisku berdenyut tanda akan segera mendekati puncak orgasmeku, tapi belum sampai aku mencapainya, kurasakan dinding-dinding vagina sempitnya berkedut-kedut keras.

Mila menggoyang-goyangkan pinggulnya menekan penisku dengan keras hingga mentok ke ujung vaginanya, badannya mengejang perutnya terangkat ke atas, mulutnya terbuka, kedua tangannya menopang ke kasur dan mencengkramnya dengan kuat sesaat kemudian.

“Aaahhhh…aaa…aaahhh…yyaaa…aaank… aa…aaakkuu… ma..maa..uuuu… keeeluuuaaarrr… Aaaaaaaaaaaaahhhhh..” lengkingan panjang Mila terdengar beriringan dengan semburan cairan hangat dalam vaginanya yang membasahi seluruh batang penisku, itu menandakan orgasme kedua Mila pagi ini.

Tapi kali ini orgasme yang lebih dahsyat dari yang pertama, badan Mila kini melunglai lemah, matanya terpejam, tangan kirinya meremas-remas pelan payudaranya, sementara mulutnya menggigit pelan telunjuk tangan kanannya, badannya masih sedikit bergetar-getar, cengkraman dinding vaginanya sudah melemah, “Mmmhhhh…mmmmhhhh…mmmhhhh…”

Terlihat Mila sedang menikmati sisa-sisa orgasmenya, aku masih membiarkan penisku di dalam vaginanya sambil kuatur nafas untuk menuntaskan permainanku karena tadi aku sudah mendekati puncak orgasmeku, aku lihat tubuh Mila sudah basah kuyup bermandikan keringat dan aku pun sama, setelah beberapa saat berlalu kucabut penisku.

Mila hanya menatap nakal dan segera kulumat lagi bibirnya, kusedot lidahnya, kukulum dan kutelan liur yang tersedot olehku, rupanya gairah Mila kembali bangkit, kini aku minta dia berbalik badan menungging, kali ini aku memposisikan dia dengan doggy style, aku berencana menuntaskannya dengan posisi ini.

Kini aku berada di belakang pantatnya, kucengkram erat pantat putih mulus itu dengan gemas, Mila hanya menoleh ke arahku dan tersenyum binal padaku, lalu aku arahkan penisku di depan liang vaginanya, tanpa aba-aba aku langsung menghujamkannya masuk ke dalam vaginanya.

“Aaaaww…mmmhhhfff..” Mila merintih kaget, lalu aku biarkn sebentar lalu kugenjot perlahan, pinggul Mila mulai mengikuti gerakanku seirama dengan genjotan-genjotan yang semakin kupercepat. Dalam posisi ini vaginanya memang terasa lebih mencengkram penisku, aku pegang pinggulnya dengan tangan kananku sementara tangan kiriku meremas payudaranya yang mulai mengeras lagi dari belakang.

Aku naikkan lagi tempo genjotanku dan Mila mendesah semakin sering, “Aaaahhh…,oooohhhh… mmmmhhhhff…aaahhh.”

Aku masih terus menggenjot dengan tempo yang sama hingga cairan dalam vagina terlihat menetes keluar di sela-sela vaginanya, aku ambil cairan itu lalu kulumuri di sekitar mulut anusnya sambil sesekali aku tusukan telunjukku sedikit ke dalam lubang anusnya.

Mila yang menyadari lubang anusnya kumainkan terlihat mengelijang namun tampak penolakan darinya, “Yaaank jgn disituuu…ssshhhh…aaaahhh.” tolaknya diiringi desahan manjanya, “Kamu jangan takut sayang, ini bakalan enak banget, kamu bakal suka.” rayuku.
“Tapi yaaank, aku belum pernah…sssshhhh…mmmmhhh.”

“Gpp ko sayang, ga bakalan sakit malah makin enak, dicoba ya say.” bujukaku agar ia mengijinkanku untuk menusuk anusnya meskipun hanya jariku. Dengan sedikit keraguan, akhirnya Mila mengangguk tanda mengiyakan, mendapat lampu hijau aku pun segera mencabut sejenak penisku, kuambil cairan dalam lubang vaginanya yang kini menganga lebar.

Lalu kulumuri di sekitar mulut anus dan sedikit aku masukan dalam rapatnya lubang anusnya, kumasukin kembali penisku menghujam vaginanya dan jari telunjukku kumainkan di anusnya mencoba menerobos masuk lubang anusnya, Mila hanya mengerang menahan sedikit perih dan sensasi kenikmatan yang baru kali ini ia rasakan, perlahan-lahan jari telunjukku menerobos masuk lubang anusnya sementara genjotan penisku terus menghujam vaginanya tanpa henti.

Akhirnya setengah jariku masuk ke dalam anusnya, beberapa detik kemudian kuhujamkan jariku lebih dalam, dengan sekali hentakan masuklah seluruh telunjukku ke dalam anusnya, Mila sedikit berteriak menerima hentakan keras yang kulakukan, “AAAAAAAAWWWW…,sa…sakit yank.” sambil menoleh ke arahku, matanya terbelalak, mulutnya menganga.

“Gpp say, cuma sebentar ko, habis ini bakalan jadi enak yang kamu rasain.” jawabku menenangkannya. Kubiarkan jariku di dalam anusnya sementara vaginanya kugenjot sedikit lebih cepat agar rasa perihnya teralihkan, beberapa menit kemudian Mila mulai menikmati sensasi baru ini, desahannya kini sudah makin keras saja apa lagi saat aku mulai menggenjot jariku keluar masuk lubang anusnya perlahan.

Tubuhnya menggeliat bagai cacing kepanasan menerima sensasi double penetration yang aku berikan, “Aaauuuuww..oooohhhh… ssshhh… aaahhhh…oouuuuhhhh… eee…eeennaakk… yank.”

Tampaknya Mila benar-benar sudah terbiasa dengan ini, keringat sudah membanjiri seluruh tubuh kami masing-masing, tak terasa sudah 1 jam lebih dari awal kami bergumul memacu merengkuh gairah kenikmatan yang tiada tara, 5 menit kemudian kurasakan penisku berdenyut-denyut.

Aku tau ini saatnya ku dapatkan puncak orgasmeku, aku genjot semakin cepat dan dalam penis dan jariku di kedua buah liang nikmat milik Mila, dan Mila kini membenamkan kepalanya ke kasur sementara pantatnya semakin terangkat ke atas dan menekan lebih dalam lagi penisku, “Aaaahhhhh…aauuuhhhh…aakkuu… mau.. kkee…luuuaaaarrr…laaagiii… yyaaank.”

Dinding vaginanya berkedut-kedut kencang mencengkram penisku di dalam sana, aku yang sedari tadi sudah mendekati puncaknya menekan kuat-kuat penisku lebih dalam hingga mentok, sementara jariku pun sama aku benamkan lebih dalam, sesaat kemudian Mila mengerang panjang dan, “Aaaaaaaaaa…aaaaaaaahhhhh…..”

Cairan hangat menyembur dalam vaginanya diikuti pucak orgasmeku yang pertama, “Aaaarrrgggghhhh…,!” Ku cabut jariku dari anusnya lalu aku pegang pinggulnya kutekankan lebih erat hingga tubuhku menempel dengan pantatnya dan akhirnya, “Croott…crroooottt…crroooott”.

Beberapa kali aku semburkan cairan pejuku di dalam vaginanya yang sudah banjir dari orgasme ketiganya, kudiamkn penisku masih di dalam vaginanya, aku baringkan tubuhku di atas punggungnya sambil aku peluk tubuhnya dari belakang, kami hanya terdiam tanpa kata.

Yang terdengar hanya suara kami berdua terengah-engah letih, sementara keringat kami masih terus mengalir membasahi tubuh kami dan sebagian menetes membasahi ranjang empuknya, sambil mengatur nafas aku bangkit dan mencabut penisku dari vaginanya.

Sementara Mila masih saja terengah-engah kecapean tapi masih dalam posisi menungging sehingga terlihat liang vaginanya yang menganga dan lubang anusnya yang berdenyut-denyut kembang kempis, tampak cairan pejuku mulai meleleh keluar dari vaginanya, begitu banyak karena bercampur dengan cairan vaginanya yang terlihat bening bercampur putih pejuku.

Kubiarkan saja pejuku menetes di kasurnya sementara aku bergeser ke samping Mila, aku rebahkn tubuhnya yang sudah kelelahan. Kini Mila terbaring lemah, matanya terpejam dan nafasnya masih terengah-engah, aku berbaring setengah miring di sampingnya, aku pandangi wajah cantiknya tanpa bosan-bosannya.

Sambil kubelai rambut panjangnya, lalu aku kecup hangat keningnya, perlahan matanya terbuka dan menatapku penuh perasaan, Mila tersenyum manis padaku dan berkata “Aku sayaaaaang banget kamu Dir, aku cinta sama kamu Dir.”

Aku pun hanya tersenyum dan berbisik, “Aku juga cinta kamu Mila”, kutatap lagi dalam-dalam matanya dan kucium bibir lembutnya penuh gairah, hingga akhirnya aku terbaring di sampingnya dan kini Mila memindahkan posisi kepalanya ke dadaku, tangannya melingkar memeluk perutku, dan akhirnya kami pun terlelap dalam keadaan telanjang di ranjangnya.

Dalam hati aku bertanya apakah ini benar adanya, apakah aku benar-benar mencintainya ataukah hanya nafsu sesaat, dan jika cinta ini benar, apa yang akan aku katakan kepada istriku kelak, pertanyaan-pertanyaan itu kini mulai mnghantuiku, entah berapa lama aku berpikir hingga akhirnya aku tertidur pulas.

Kubuka mataku pelahan dan terasa angin sepoi-sepoi yang diiringi hawa hangat menerpa tubuhku, ternyata di luar sana matahari sudah meninggi ntah berapa lama aku tertidur tadi. Kulihat Mila sudah tak ada di sampingku lagi, suasana kamar pun sedikit berbeda sekarang, tampak sudah begitu rapih dan bersih, sekarang tubuhku sudah terbalut selimbut, “Ah, mungkin Mila menyelimutiku.” pikirku.

Sejenak aku biarkan pikiranku melayang dan mataku terus menatap langit-langit kamarnya, setelah bosan kubangunkan tubuhku dan duduk di atas ranjang tempat pergumulan aku dan Mila tadi, kulihat lagi sekelilingku dan mencoba menemukan pakaianku yang tadi berserakan di lantai kamarnya, ternyata pakaianku sudah terlipat rapi di samping ranjang Mila, mungkin Mila membereskannya tadi.

Aku pun beranjak dari ranjang Mila menuju kamar mandinya, setelah puas mandi aku segera bergegas mengeringkan tubuhku dan berpakaian lagi, kususuri rumah Mila sambil kucari dia dimana, “Mil… Mila sayang kamu dimana??” panggilku berulang-ulang,

“Di sini yank…!” Mila pun menjawab panggilanku, aku cari arah suara itu, ternyata berasal dari dapur. Aku lihat Mila sedang memasak, Mila tampak sudah berpakaian rapi sekarang, ia mengenakan pakaian khas ibu rumah tangga, mengenakan kaos oblong yang sedikit agak kebesaran dan terusan rok selutut, rambutnya diikat seperti kuncir kuda, dan mengenakan celemek memasak.

“Dirga sayang kamu udah seger, udah mandi ya?” sapanya dari dapur, sambil tersenyum manis padaku.
“Itu aku dah buatin Kopi buat kamu, tapi mungkin udah agak dingin.” sambungnya, aku segera menghampirinya, memeluknya dari belakang dan menciumi leher dan belakang telinganya.

“Mmmmhhhhh…aaaahh..” desah Mila sesaat kemudian. Mila pun menghentikan sejenak kegiatannya dan berbalik badan langsung melingkarkan kedua tangannya di pundakku, kami saling bertatapan penuh perasaan. Tanpa komando lagi aku dekatkan bibirku ke bibir manis Mila, sedikit aku miringkan kepalaku dan aku kecup perlahan bibirnya.

Aku lumat dengan penuh perasaan, Mila pun terus membalas seranganku, kini mulutnya sedikit terbuka tanpa menunggu lagi langsung kuterobos rongga mulutnya menggunakan lidahku, kini kulumat habis mulutnya, kuhisap lidahnya, sementara Mila hanya menikmati seranganku.

Tanganku mulai beraksi seiring dengan bangunnya si otong yang berangsur-angsur membesar dan menegang, aku jamah payudara kanannya dengan tanganku. Ternyata Mila tak menggunakan bra, namun sesaat kemudian Mila mendorongku perlahan tanda ia ingin menyudahi seranganku.

“Nanti lagi ya sayang, masakanku keburu gosong nih, nanti kita lanjutkan lagi setelah makan, tuh kamu abisin dulu kopinya ya sayang.” pinta Mila halus padaku, aku yang terdiam hanya menganggukkan kepala tanda mengiyakannya, aku pun beranjak menuju meja makan dimana kopi yang Mila sajikan berada.

Aku minum setengah kopi itu dan aku nyalakan sebatang rokok, sambil menunggu Mila selesai memasak aku hanya memandanginya sambil aku habiskan rokok di tanganku. Setelah beberapa lama akhirnya Mila selesai memasak, kini ia sedang menyiapkan hidangan yang akan kami santap nanti, sesekali Mila aku goda dengan menepuk pantatnya ketika melewatiku.

“Iiiihhhh…nakalnya tuh tangan.” Mila hanya tersenyum manja melihat keisenganku, aku hanya tertawa cekikikan, setelah semua beres kami pun makan bersama sambil disertai senda gurau, saling menyuapi satu sama lain.

Sesekali Mila menyuapiku dengan mulutnya, aku pun menerimanya dengan senang hati dan diakhiri dengan ciuman panas penuh nafsu, sungguh nikmat sekali perlakuan Mila itu. Dia melayaniku selayaknya aku ini suaminya, aku benar-benar bahagia diperlakukan seperti itu, sampai-sampai aku lupa anak istriku di rumah sana.

Selesai makan bersama kami membereskan piring dan sisa-sisa makan, kulihat Mila mulai mencuci piring di tempat cuci, aku bawa beberapa gelas dan piring kotor ke tempatnya mencuci. Sambil mencuci kupeluk lagi tubuhnya dari belakang, Mila hanya tersenyum padaku sambil meneruskan cuciannya, sesaat kemudian si otong terbangun dan menegang ketika kudekatkan selangkanganku di pantatnya.

Iseng, aku sedikit tekan dan gesek-gesekkan di sana, “Iiihhhh…kamu nakal sayang, otongnya bangun ya??” tanya Mila sambil meneruskan kegiatannya, aku pun semakin terangsang. Aku ciumi leher Mila, aku jilati telinganya dari belakang, tanganku mulai merangsek masuk melalui ujung bawah kaosnya, aku genggam payudara tanpa bra Mila, aku remas-remas perlahan, aku mainkan putingnya, aku pilin-pilin hingga kini Mila mulai terangsang dan tak konsentrasi mencuci piringnya.

Sejenak Mila menghentikan kegiatannya dan menoleh ke arahku, tanpa basa-basi lagi aku kulum bibirnya, aku hisap kuat bibirnya, “Mmmpppphhh…mmmmppphhh…” desah Mila menahan sedotan mulutku, aku lepaskan ciumanku lalu aku angkat kaos yang ia kenanakan, kusingkapkan hingga kini menyembul dua gunung putih mulus yang menggantung dan semakin mengeras.

Aku remas dengan kedua tanganku sementara Mila mulai meneruskan kegiatannya yang hampir kelar sambil sesekali ia mendesah menahan geli dan nikmat yang aku berikan melalui rangsangan-rangsangan hebat di tubuhnya.

Kuturunkan celana dan cd ku, kini si otong sudah tegang keras di belakang pantatnya yang terbungkus rok selututnya, ku gesek-gesekkan si otong di antara belahan pantatnya.

MrSange – Kumpulan Cerita Dewasa Terupdate

“Aaaahhh…,aaahhhh…mmmmhhh..”

Mila mulai mendesah keras sambil terus mencuci, kini aku sibakkan roknya, aku gerayangi selangkangannya dan ternyata Mila tak menggunakan cd. Aku usap-usap belahan vaginanya dengan tangan kananku sementara tangan kiriku meremas remas payudara kirinya, kini Mila mulai terangsang hebat, sesekali mengelijang, namun ia masih meneruskan kegiatannya.

“Aaaahhhh…hhhhmmmppp…oooouuuuwww…hhhmmmm..” desah Mila menahan siksaan kenikmatan yang aku lancarkan, kini aku tusukkan jariku ke liang vaginanya yang basah, Mila mulai memundurkan sedikit, dan badannya bergetar ketika aku mulai mengocokkan jariku di liang vaginannya, namun ia berusaha kuat menyelesaikan kegiatannya.

“Aaduuuhhh…iiiihhhh…nnnaakkaalll…yaaank..” racaunya kini disambut dengan erangan. “Saaabbbaaaarr…yaaaank…mmmmhhh…aaaahhhh… bentar laagiii bereeessttt…awwwaaass yaaa kamu yaaaank…” ancamnya ketika kocokan jariku semakin aku percepat, pantatnya semakin menungging payudaranya mengeras , mulutnya terbuka sedikit, bibir bawahnya ia gigit seakan menahan kenikmatan tiada tara yang menghujam seluruh tubuhnya.

Karena aku sudah tak bisa menahannya lagi, kulebarkan sedikit kedua kakinya, aku angkat roknya, aku arahkan penisku ke liang vaginanya dalam sekali hentakan.
Maka Bleeeesssss…,masuklah seluruh penisku ke dalam vaginanya.

“AAAAAAAHHHHHHH…..YYYAAAAAAANNKKK…” Mila berteriak kaget karena tanpa aba-aba penis besarku kembali menghujam vagina sempitnya, aku biarkan sejenak penisku di dalam vaginanya, dan kini Mila terlihat sudah beres mencucinya, ia menutup kran air dan langsung kepalanya berbalik, terlihat matanya berbinar.

Terlihat binal sekali, mulutnya langsung melumat bibirku tanpa ampun, lidahnya menerobos masuk ke dalam rongga mulutku, menghisap lidahku kuat-kuat yang sepertinya ia ingin membalas perlakuanku tadi.

Mmmmhhhhh nikmat sekali mulutnya memainkan lidahku, kutarik sedikit keluar penisku dari dalam vaginanya lalu kuhajamkan keras masuk ke dalam vaginanya yang sontak membuat Mila kembali terperanjat kaget dan melepaskan ciumannya, “AAAAAHHHHH…kamu ini nakal banget sayang” ucap Mila sambil menatapku nakal.

Kini ia mulai menggigit jari manisnya perlahan dan menatapku lebih binal lagi, aku hanya tersenyum, dan mulai memompa vaginanya pelan, Mila kembali berbalik, kedua tangannya menopang ke tepian tempat cuci, kini posisi Mila lebih menungging lagi. Aku pegang pinggulnya, aku mulai mengocok dengan tempo sedang.

Mila terus mendesah, “Aaaaahhh…mmmmhhhh…oouuuhhh…nnggghhh…teerruuuss.”
Seiring dengan desahaannya kupacu kocokanku semakin cepat, plok..plok..plok…suara benturan pantatnya dan selangkanganku yang semakin lama semakin keras terdengar.

Mila pun terus mendesah keras menerima hujaman keras penis besarku berkali-kali yang semakin cepat kocokannya, setelah 15 menit kocokanku menghujam vaginanya, kurasakan vagina Mila berkedut-kedut kencang.

“Aaahhh…aaarrrgghhh…AAAAAAHHHHHH…,yyyaaaank…, KKKEEELLLLUUUUAAA…,OOOUUUHHHGG…” desahan panjang Mila diikuti tubuhnya yang bergetar hebat, dan semburan cairan hangat di dalam vaginanya.

Terasa cairan mengalir dari sela-sela penisku, aku biarkan tubuhnya yang masih bergetar hingga mereda, badan Mila sedikit menunduk, terlihat nafasnya tersenggal-senggal, keringat membasahi tubuh dan kaos yang ia kenakan, mata Mila yang terpejam kini terbuka melihatku dengan tatapan penuh kepuasan.

Ia tersenyum nakal namun, begitu manis kulihat, sementara penisku masih tertancap dalam vaginya sambil menunggu Mila selesai menikmati sisa-sisa orgasmenya, aku mainkan payudaranya, aku remas-remas lembut sambil membangkitkan gairah Mila kembali.

Setelah beberapa menit berlalu, aku mulai mengatur gerakan kocokanku lagi, dari pelan hingga tempo yang cepat. Kini Mila terlihat lebih keras mendesahnya, sementara aku pun semakin mendekati puncak orgasmeku, aku angkat kaki kanannya ke atas hingga Mila hanya berdiri satu kaki saja dan tangannya menopang kuat di tepian tempat cuci.

Badannya sedikit memiring sehingga terlihat jelas ketika penisku menghujam ke dalam vaginanya, kini aku benar-benar sudah tak tahan ingin segera menyemburkan pejuku, aku percepat kocokanku, beberapa detik kemudian… tubuhku mengejang.

Aku tekan penisku dalam-dalam hingga benar-benar mentok di dalam vaginanya, dan sesaat kemudian, “AAARRRRGGGGHHHH…,”

CROOOTTT…CRROOTTT…,CCRRROOOTT… tumpahlah semua pejuku di dalam liang vaginanya, aku terkulai lemas di atas tubuh Mila dengan penis yang masih terus menancap dalam vaginanya.
Kami berdua ngos-ngosan, keringat terus saja mengalir membasahi tubuh kami, sementara si otong kini menyusut dan aku cabut dari dalam vaginanya.

Terlihat pejuku mengalir keluar menetes membasahi lantai dapur, aku biarkan begitu saja sambil aku atur nafasku, aku pun berdiri dan menarik tubuh Mila dalam pelukanku, “Mila sayang kamu nikmat banget.” bisikku sambil mencium keningnya.

Mila hanya tersenyum manis padaku lalu membenamkan kepalanya di dadaku, melingkarkan tangannya di perutku dan memelukku erat sekali. Setelah beberapa menit kami berpelukan, Mila mengajakku mandi bersama, setelah membersihkan sisa peju di lantai, kami berdua beranjak menuju kamar mandi.

Mandi bersama sambil saling membersihkan satu sama lain lalu bercinta di dalam kamar mandi dan membilas diri kami masing-masing. Setelah mandi, kami berpakaian rapih dan duduk mengobrol di ruang tv sambil menonton, sesekali aku insengi dia, kami bercanda tawa layaknya sepasang muda mudi yang di mabuk cinta.

Hari itu kami menghabiskan waktu bersama, mengobrol, tertawa, bercanda, dan bercinta saling memuaskan nafsu masing-masing. Entah berapa kali kami bercinta, dan entah brapa kali kami orgasme, kami ga memperdulikan itu, yang pasti kami berdua sedang dilanda cinta terlarang yang sangat memabukkan.

Mila begitu menikmati setiap detik kehadiranku bersamanya, ia terlihat begitu bahagia seperti menemukan kehidupan barunya lagi, entah ini akan bertahan sampai kapan yang pasti kami begitu menkmati saat-saat indah ini.

Kumpulan Cerita Seks Selingkuh Mister Sange

Jangan lewatkan juga part-2 di SINI!