Majikanku dan Dua Temannya Pt 5 – Cerita Bokep

Majikanku dan Dua Temannya Pt 5 – Cerita Bokep

Cerita sebelumnya di: Part-4

Eps 5: The Prince of Freedom

Aku berjalan hilir mudik di dalam jeruji besi, sudah berminggu-minggu aku susah tidur, isu-isu miring menyebar dari mulut para napi, tentang tiga orang gadis Chinese yang cantik, cute dan mulus, semula aku ikut bernafsu mendengarkan isu-isu miring ber-rated XXX, namun begitu aku mengetahui nama-nama ketiga gadis Chinese tersebut, kontan kemaluanku menciut lemas, selemas jantung dan tubuhku, waduh…!!!

Apa yang dilakukan oleh ketiga gadisku di dalam sini… kemarahanku membara ketika mendengarkan pelecehan-pelecehan seksual terhadap mereka, dasar gila !!! Pamer paha, pamer dada, memangnya lagi musim pameran !!!!

Belum lagi ada isu panas terbaru, si gemuk merencanakan sebuah scenario kejam, para gadisku akan disuguhkan sebagai santapan empuk para napi yang kelaparan di Blok D. Aku tidak bisa tinggal diam, aku harus menghalangi rencana busuk si gemuk.

Oo iya, di dalam penjara aku bertemu kembali dengan bekas gang-ku, walaupun secara fisik mereka sudah berbeda akibat penganiayaan yang dilakukan oleh warga sekampung waktu kami tertangkap dulu , namun mereka masih tetap sahabatku yang paling setia.

Mereka begitu kaget ketika melihat aku masih hidup, karena pada saat kami ditangkap, aku dibakar massa, kemudian diceburkan ke dalam sungai yang sedang mengamuk karena hujan deras.

Sekilas inilah Profile Para sahabatku:
1. Rhoni (bertubuh gemuk berlemak, tinggi, sekujur tubuhnya penuh bekas luka, karena dianggap tidak membahayakan, Rhoni kini diangkat sebagai asisten tukang sapu di LP..)
2. Amin (wajahnya yang dulu ganteng, suka bermain wanita kini berwajah hancur mengerikan akibat dibakar warga)
3. Sam (bermata picak, hanya memiliki satu kuping, kayaknya sih kuping yang satu lagi udah Alm. waktu digerebek dan dianiaya oleh warga)
4. Fadil (tubuhnya berotot mirip hulk, bibirnya kini dipenuhi bekas jahitan)
5. Jo (wajahnya tetap Jo, tapi Cuma setengah, setengah lagi hancur tersiram air keras)
6. Nick (botak, brewokan, tubuhnya bertato.. berperut buncit kayak orang cacingan)
7. Shad (ahli kunci, tubuhnya penuh bekas jahitan di sana-sini, mirip Frankenstein)
8. Barli (si bawel, bibirnya sumbing)
9. Agato (tangannya kini cuma sebelah kanan)

Para sahabatku bertubuh tinggi besar, kuat, apalagi kalau sudah urusan sex…

Aku menoleh ketika seseorang menepuk pundakku, tanpa banyak bicara aku mengikuti orang itu.

“Rhon…biar bagaimanapun caranya aku harus berhasil…Aku harus menyelamatkan mereka!!!” Dhani tampak panik, menyadari tiga gadisnya dalam bahaya besar….

“Bagaimana… Perintahku sudah kamu jalankan?” Dhani Anwar menatap Rhoni, ia terlihat gelisah. “Jangan kuatir …. Semuanya beres…. Pssstttt… Psssttttttt…” Rhoni berbisik-bisik ditelinga Dhani, Dhani mengangguk-angguk, wajahnya berseri-seri.

Mr Sange – Majikanku dan Dua Temannya Pt 5

Dhani memandangi para sahabat lamanya, Shad terkekeh-kekeh kemudian tangannya mengacung-ngacungkan sesuatu di hadapan Dhani, mata Dhani berbinar-binar, “Shad.. bener-bener hebat lu…” Dhani langsung merebut kunci palsu dari tangan sahabatnya.

Aku mengikuti Rhoni dari belakang, hmm petugas jaga sedang tertidur pulas, Rhoni cengengesan.

“Tenang… udah gua beresin… he he he… sementara mereka ngak akan bangun.”

Perjalanan berlangsung mulus, tanpa halangan sedikitpun. Tepat di bawah tembok yang memisahkan antara Blok D dan Blok F, Rhoni berjongkok, posisinya seperti orang mau buang air besar.

“Hahhh…. Rhon ngapain lu… kita kan mau ke Blok D…Apa lu sakit perut?“ aku kebingungan dengan kelakuan Rhoni.

“Guobbbblokkkkk !!! Naek kepundak gua dodolllll….Gua angkat lu supaya nyampe..ha ha ha…” Rhoni ngakak tertawa.

“Abisnya, koq lu sampe ngeden segala…kaya mau ngelahirin.” jawabku sambil naik ke pundaknya. “Heugggg…. Mampus gua. Cepetan !!!!, Dhan… berat amat sih lu…!!! makanya ilangin dikit tuh lemak dibadan lu.” Rhoni sekuat tenaga mengangkat tubuhku. Tanpa banyak kesulitan aku melompat dari atas tembok.

“Huppppp…..”

******************

Sementara itu Tarida, Nia dan Feilin masih berusaha melarikan diri, nafas mereka terengah-engah kecapaian menyusuri lorong-lorong di dalam penjara, mata mereka bersinar ketika melihat ada pintu jeruji besi yang sudah terbuka lebar, mendadak seperti ada semangat baru di tubuh mereka yang sudah keletihan, mereka segera bergegas berlarian keluar.

********************

Mataku melotot melihat tiga sosok telanjang yang berlari keluar dari jeruji besi yang sudah kubukakan.
“Feilin.. Tarida… Nia.. ”pundakku terasa dingin, sangat dingin ketika melihat ekspresi wajah mereka yang ketakutan, kelelahan, tanpa selembar benangpun menutupi tubuh mereka yang halus dan mulus.

“Mang Dhaniiii….”

Hampir berbarengan mereka berteriak memanggil namaku, serentak mereka berlarian ke arahku, memeluk erat-erat tubuhku, aku pun balas memeluk mereka bertiga, ada sesuatu yang rasanya seperti tersayat-sayat di dalam hatiku ketika mereka menangis terisak-isak dalam pelukanku.

“Dhani… ngapain sih lo lama amat… Hahhhh…” Rhoni tercekat melihat aku sedang memeluk tiga orang gadis Chinese, matanya melotot dan mulutnya terbuka lebar.

“Lohhh koqqq lu bisa nangkring di situ…”

Aku keheranan ketika melihat Rhoni yang tiba-tiba tersembul dari atas tembok.

“Euhhhh.. Mmmmm ggu.. Ggua lupa, di pinggir kan udah gua sediain tangga… cepetan udah ngak ada waktu lagi… tutup pintunya dulu…” Rhoni mengingatkanku.

Aku buru-buru mengunci pintu besi tua yang sudah agak berkarat, para gadisku menutupi bagian-bagian terpenting di tubuh mereka dari tatapan Rhoni. Hatiku sedih melihat para gadisku yang kini terisak-isak menangis, dari tatapan mata mereka aku bisa membaca betapa mengerikannya kejadian-demi kejadian yang telah mereka alami.

“Lebih baik kalian pulang, jangan kembali lagi ke sini…”Aku menasihati mereka bertiga, namun mereka tidak menjawabku.

“Dhani ayo cepattt….!!!” Rhoni kembali mengingatkanku, sang waktu dengan kejam memisahkan aku dengan ketiga gadisku, aku kembali melompati tembok pemisah antara Blok D dan Blok E. Sambil menghela nafas aku berjalan kembali ke tempatku.

Ehh.. mana si Rhoni, aku menoleh ke belakang. “Rhon… ngapain lu disitu.. buruan turun…!!!”
Kini aku balik mengingatkannya.

“Iya.. ya … iyyy Whuaaaa…” aneh banget si Rhoni, ia membalikkan tubuhnya kemudian melangkah ke depan, tubuhnya yang gemuk dan berlemak meluncur deras dan “Gubrakkkkk!!!” terdengar bunyi yang sangat keras ketika Rhoni mendarat.

“Gila lu Rhon.. emangnya lu superman…!! Jalan tu di tanah bukan di udara gitu”

Aku buru – buru menghampirinya dan membantunya berdiri.
“Aduh… duhhhh sakittt..!! Susu… ehh” Rhoni cengengesan.

Aku pura-pura tidak mendengar kata terakhirnya, kayaknya Rhoni terkesima melihat kecantikan dan kemulusan para gadisku … apalagi tanpa selembar benangpun menutupi tubuh mereka.

Cerita Dewasa Gangbang Murid SMU

Tarida, Feilin dan Nia masih terisak-isak menangis, mereka tampak kuatir dengan nasib Dhani, tapi mereka tidak dapat berpikir lebih lanjut karena dari kejauhan terdengar suara bergemuruh, disertai teriakan-teriakan penuh nafsu, mereka bertiga mundur ketakutan melihat tingkah laku para napi yang liar, tangan-tangan mereka terjulur keluar dari sela-sela jeruji besi berusaha menggapai Tarida, Nia dan Feilin, untung saja teralis besi itu cukup kuat menghadapi kekuatan para napi yang berubah liar dan sangar.

“Waduhhh goblok… masa kalian kalah…. Sudah !! Kembali ke sel masing-masing…” Si gemuk tampak geram karena rencananya gagal total.

Para binatang buas telah kehilangan kesempatan untuk melampiaskan nafsu birahi mereka, sambil bersungut-sungut mereka kembali ketempat mereka masing-masing, sel yang dingin..!!

Setelah selesai mengandangkan para binatang buas itu kembali keselnya, si gemuk melangkah dengan geram menuju pintu jeruji yang terkunci, kemudian si gemuk membuka pintu jeruji di hadapannya, dihampirinya Nia, kedua tangannya membalikkan tubuh Nia, ditariknya pinggul Nia.

“Jrebbbbb…Jrebbb..” disentakkannya kemaluannya menusuk lubang anus Nia, kedua tangannya meremas-remas kedua buah susu nia kuat-kuat.

“Aduhh… duhhh sakit pak…” Nia mengeluh kesakitan ketika si gemuk meremas buah susunya dengan kasar, si gemuk tidak mempedulikan Nia, malah kini ia semakin kasar, dijambaknya rambut Nia, hingga wajahnya terangkat menatap langit-langit.

Feilin dan Tarida memeluk si gemuk dari kiri dan kanan, mereka berdua berusaha meredakan kemarahan si gemuk dengan belaian dan rayuan.. Akhirnya reda juga kemarahan si gemuk, dilepaskannya jambakannya pada rambut Nia, remasannya mulai berubah, biarpun tusukan-tusukannya pada lubang anus Nia tetap kasar.

Feilin dan Tarida menghela nafas lega ketika mendengar rintihan Nia yang kesakitan berubah menjadi rintihan kenikmatan, apalagi ketika tangan si gemuk kini merayap ke arah selangkangan Nia dan mempermainkan daging kecil yang bentuknya seperti kacang tanah, tubuh Nia akhirnya bergetar hebat dan “Crrrrrrr.. Crrrrrrrrrr……”

Air mani Nia muncrat dan meleleh dari selangkangannya. Si gemuk membalikkan tubuh Nia, kini keduanya berdiri berhadap-hadapan, si gemuk merendahkan tubuhnya dan “Crebbb… Crepppppppphhhh….”

Kali ini disodoknya lubang vagina Nia, tusukan-tusukan si gemuk semakin gencar dan kuat, bunyi-bunyi becek seperti lumpur yang terijak-injak semakin kuat terdengar, berirama sesuai dengan irama kemaluan si gemuk memasuki lubang vagina Nia yang seret dan sempit.

“Ahhhh Ouuhhh….”Nia kewalahan menghadapi gaya bertempur si gemuk yang kasar bahkan cenderung brutal.

Si gemuk tambah erat memeluk tubuh Nia seakan akan hendak menghancurkan tubuh mulus dipelukannya, kemaluannya semakin kuat menghentak-hentak menyerang lubang vagina Nia.

“Auchh…Mmmhh Crrrrrr…” Nia terkulai pasrah, kedua tangan si gemuk bergerak mencengkram buah pantat Nia agar pantat gadis yang sedang disetubuhinya tidak turun.

”Pakkk… sama Fei aja yuk..” Feilin merasa kasihan melihat Nia yang sedang disetubuhi dengan brutal. “Udah… Berisik amat sih lu.. Gua pengen ngentot Nia… nihhh Hihhhh”

Si gemuk malah membentak Feilin, si gemuk semakin kasar memompa kemaluannya, setelah Nia megap-megap kehabisan nafas barulah si gemuk melepaskan tubuh Nia. Feilin ketakutan ketika si gemuk menghampirinya, Feilin memandangi si gemuk. Tanpa diduga si gemuk menggerakkan tangannya dengan kasar, si gemuk menekan kepala Feilin ke arah kemaluannya.

“Ketimbang lu banyak bacot ngatur-ngatur segala rupa, lebih baik lu telen kontol gua…he he he…” Feilin membuka mulutnya dan diemutnya kemaluan si gemuk. Si gemuk menarik Tarida dan dikulumnya bibir Tarida, “Mmmrrrrrhhh.. hua ha ha ha ha…uhh asikkk he he he…“ si gemuk senang ketika Feilin bersujud dan menservice kemaluannya.

Tangan si gemuk membalikkan tubuh Tarida kemudian dari belakang diremas-remasnya buah susu Tarida, digoyang-goyangkan buah dada Tarida kemudian dipilin-pilinnya putting susu Tarida yang lancip dan berwarna pink, ciuman liar si gemuk mendarat di pundak, di leher, habis-habisan si gemuk menciumi Tarida.

Si gemuk duduk ngangkang di atas lantai kemudian, “Sini… nahhhh betull masukin… yak goyang.. goyangghh terussss ha ha ha Feilin emang hebat…” Si gemuk meremas-remas buah Susu Feilin yang sedang bergoyang diatas setumpukan lemak.

“Owwww akkkkhhhh.. aduhh…” Feilin mengaduh ketika tiba-tiba kepala si gemuk menyeruduk buah dadanya, gigitan si gemuk pada putting susu Feilin terasa menyakitkan, kedua tangan Feilin berusaha mendorong kepala si gemuk namun si gemuk semakin erat menekan punggung Feilin sehingga kini buah Susu Feilin menjadi bulan-bulanan si gemuk, diemut, diciumi, bahkan sekali-kali digigitnya dengan gemas gundukan buah dada Feilin yang mulus dan halus.

Dengan kasar si gemuk mendorong tubuh Feilin yang sedang turun naik d iatas tumpukan lemak sehingga Feilin terjengkang ke belakang, sebelum si gemuk memberikan perintah lebih lanjut dengan ketakutan Tarida mengangkangi si gemuk, dan berusaha memasukkan kemaluan si gemuk pada lubang vaginanya.

“Eittt… gua pengen lubang anus he he he…” kata si gemuk sambil terkekeh-kekeh mesum, Tarida membalikkan tubuhnya agar si gemuk lebih leluasa, pinggul Tarida bergerak turun mendekati kemaluan si gemuk yang teracung seperti sebuah tombak tumpul.

“Aaaaaaa!!” Tarida meringis ketika si gemuk menghentakkan kemaluannya dengan kasar, kedua tangan si gemuk manarik pinggul Tarida sehingga mau tidak mau lubang anus Tarida harus menerima kedatangan kemaluan si gemuk yang liar memasuki dirinya.

Mata Tarida mendelik ketika si gemuk dengan paksa menarik bibir vaginanya kekiri dan kekanan kemudian jari tangan si gemuk mengobel-ngobel ‘kacang mungil; dilubang vagina Tarida, si gemuk menggeram-ngeram keenakan, tubuh Tarida sampai tersentak-sentak ke atas, seperti bola basket, buah susu Tarida bergoyang-goyang berirama dengan indahnya.

Setelah sore mulai menjelang barulah si gemuk selesai memuaskan nafsu bejatnya, si gemuk menyeka keringat yang masih asik berselancar dilehernya yang berlemak, matanya memperhatikan Tarida, Feilin dan Nia mengenakan kembali pakaian seragam sekolahnya.

Tanpa banyak bicara Tarida, Feilin dan nia mengikuti langkah si gemuk, sebelum si gemuk melepaskan mereka bertiga si gemuk berkata ,“Tar kita ewean lagi ” sambil cengengesan cengar-cengir, duh mimik wajah Si gemuk mesum amat.

Dengan wajah lesu Tarida, Feilin dan Nia meninggalkan tempat mengerikan itu, sebuah penjara tempat mereka berkali-kali dilecehkan oleh si gemuk, namun ada sedikit rasa senang di hati mereka. Dua bulan lagi Dhani akan dibebaskan dengan surat berkelakuan baik dari si gemuk.

Sepeninggalan Tarida, Nia dan Feilin, si gemuk kembali ke tempat durjana itu, matanya mencari-cari kunci cadangan yang sengaja disembunyikannya, keningnya berkerut, kunci cadangan itu masih rapi berada di tempat persembunyiannya, mendadak amarahnya meledak-ledak.

“Sialannnn… kerjaan siapa nihhh?! Ganggu rencana Gua…..Huhhh..!! Tapi ngak apa-apa… gua udah siapin kejutan… buat mereka he he he he…” entah apa lagi keinginan manusia bejat bertubuh gembrot ini.

Hari ini si gemuk terkekeh-kekeh senang, matanya memandangi Feilin, Tarida dan Nia dengan tatapan mata nakal, penuh misteri yang sulit ditebak, si gemuk mengumpulkan bawahannya, sepertinya ada sebuah upacara, entah upacara apa?

Mister Sange – Kumpulan Cerita Sex Anal

7 orang kini berhadapan dengan Tarida, Feilin dan Nia, dengan suara yang lantang si gemuk memberi komando kepada para bawahannya agar segera melakukan aksi pelepasan pakaian.

Feilin, Nia dan Tarida tercengang melihat kemaluan-kemaluan para pria yang mengacung-ngacung di hadapan mereka, si gemuk terkekeh-kekeh melihat para gadis cantik dan mulus yang tampaknya masih kebingungan, bahkan bisa dibilang salah tingkah di hadapan 7 tombak yang teracung–acung dan siap untuk melakukan penyerangan.

Hmm ternyata sebuah upacara mesum akan digelar hari ini.
Sepertinya para oknum kita bakalan senang hari ini, siapa sajakah para oknum kita?

1. Anto, petugas kantin di penjara.
2. Karyo, petugas bertubuh ceking.
3. Ijon, dokter jaga di penjara.
4. Nono, asisten dokter jaga.
5. Muklis, si tua peot.
6. Darwin, berambut cepak, sok ganteng.
7. Rana, bertubuh tegap sayang wajahnya ngak menunjang.

”Siappppppp Grakkkkkkk…..”
“Istirahat ditempat Grakkkkkkkk”

Si gemuk mengistirahatkan bawahannya, kini 7 orang dengan kemaluan mengacung berdiri dalam posisi mengangkang di hadapan Tarida, Feilin dan Nia. Si gemuk menarik Feilin dan memperkenalkan Feilin kepada para bawahannya.

“Nahhhhh…. Yanggg ini Tarida…… he he he… lawannya adalah Anto… Ijon…. Toni dannnnn Darwin…….”

Tanpa banyak bicara keempat orang yang sudah disebut namanya oleh si gemuk mengelilingi Tarida, Tarida tampak gugup, seumur hidup baru kali ini dirinya dikelilingi oleh laki-laki dalam keadaan telanjang bulat

Tangan Ijon terjulur, diremasnya buah susu yang masih tersimpan rapi di balik seragam sekolah Tarida, Tarida menepiskan tangan-tangan yang berulang kali mencolek, meremas, dan membelai-belainya namun tangan-tangan itu tidak pernah kapok berusaha menjamah tubuhnya.

Bahkan kini kedua tangannya dipegangi, “Ohhhhh… jangannn… “  Tarida tampak panik ketika tangan-tangan itu berusaha menelanjanginya, satu persatu pakaian Tarida terlepas dari tubuhnya.

“Ohhhhhh….” Tarida menarik pingulnya ke belakang ketika merasakan jilatan kasar pada bibir vaginanya. Darwin tengah asik menjilati bibir vagina Tarida, lidahnya mengait–ngait daging mungil berwarna pink, diemut-emutnya bibir vagina Tarida.

Tangan-tangan yang lain kini meremas-remas kedua buah susunya, berkali-kali putting susu Tarida dipelintir-pelintir, Tarida menoleh ke belakang ketika merasakan daging kenyal keras berusaha menyelinap di sela-sela pantatnya, Toni tengah berusaha menyodomi Tarida.

“Hennhhhh… Ennnnggghhhhhh….. ” Tarida menggelinjang, rintihan-rintihan kecil mulai terdengar merdu dari bibirnya yang mungil. Kedua tangan Tarida kini memegangi kemaluan Anto dan Ijon, sedangkan Anto dan Ijon membalas dengan meremas dan mengusap-ngusap bulatan buah susu Tarida.

Darwin manarik kepala Tarida dan mengulum bibir Tarida, Toni menarik pinggul Tarida kini Tarida dalam posisi berdiri menungging, Toni tersenyum ketika merasakan kepala kemaluannya sedikit demi sedikit mulai tenggelam ke dalam anus Tarida, dengan satu sentakan yang kuat, kemaluan Toni melesat kedalam lubang sempit yang berdenyut-denyut kuat meremas-remas batang kemaluannya.

“Ufffhhhhhhhh….. nnnnnnnnhh…” Tarida merintih ketika Toni mulai memaju mundurkan batang kemaluannya, hasilnya tentu sudah dapat ditebak, ‘pertempuran tidak seimbang 4 lawan satu’ membuat Tarida berkali-kali merintih kecil dan akhirnya, “Akhhhhhhh…. Crrrrrrrrrr ” Tarida merasakan ada sesuatu meluncur keluar dari dalam dirinya, kedua lututnya terasa lemas.

“Uhhhh…….” Tarida meringis-ringis keenakan ketika Anto menjilati dan menghisap-hisap vaginanya, rupanya Anto tidak rela membiarkan cairan gurih itu terbuang percuma. Ijon menarik dan menekan kepala Tarida ke bawah, Ijon memaksa Tarida mengoral kemaluannya.

“Mmmmm… Mmmmmmm…” Suara mulut Tarida yang tersumpal kemaluan Ijon. Si gemuk duduk di atas kursi sofanya, ia tersenyum memandangi Feilin dan Nia berdiri ketakutan dibelakang Feilin.

“Niaaa !!!! sini…. ” entah kenapa si gemuk seperti terobsesi oleh si putih Nia, ia ingin agar Nia dapat sepandai Feilin dan Tarida. Si gemuk memerintahkan Nia agar bersujud di selangkangannya, si gemuk terkekeh-kekeh.

“Kamu harus banyak belajar supaya semakin pintar.. kaya Tarida…. Sama Feilin….. ayo jilattt…” Nia mengenggam batang kemaluan si gemuk, lidah Nia terjulur keluar dan menjilati batang kemaluan si gemuk.

Nia memang belum semahir Tarida atau Feilin namun jilatan-jilatannya membuat si gemuk merinding panas dingin, si gemuk memaksa menjejalkan kemaluannya ke mulut Nia. Tangannya memaksa kepala Nia untuk bergerak maju mundur, “Mmmhhh Huhh…”

Nia menarik kepalanya ketika kemaluan si gemuk masuk terlalu dalam, si gemuk melotot sambil kembali menyodorkan kemaluannya ke mulut Nia, melihat sorot mata si gemuk yang berubah galak, Nia memaksakan diri untuk menuruti kemauan mahluk berlemak yang terkekeh-kekeh keenakan, mulut Nia kini tersumpal oleh kepala kemaluan si gemuk.

Nia mulai melakukan hisapan-hisapan sambil memaju-mundurkan kepalanya, mata si gemuk berbinar-binar.

“Ya… betulll he he he baguss..!! bagussss !!!” si gemuk memuji kemajuan Nia yang cukup menggembirakan.
“Nono… Muklis dan Rana… lawannya adalah Feilin… he he he…” Si gemuk mulai memberikan perintah lebih lanjut, maka meloncatlah ketiga orang yang disebut oleh si gemuk mengurung Feilin.

“Owwwww….Brengsek Plakkkkkkk!” Feilin menampar Rana yang berusaha memeluknya, biarpun ditampar tapi Rana tidak marah ia terkekeh-kekeh, tangannnya bergerak cepat mencomot buah dada Feilin, belum juga habis rasa marah Feilin karena buah keramatnya dicomot Rana, Nono dari belakang meremas buah pantatnya yang bulat dan padat.

Mulut uklis hinggap dipipi Feilin, “Cuppp…. Sialan…. Awwww” Feilin mendorong tubuh Muklis, Feilin terus berusaha melakukan perlawanan, sementara Rana, Nono dan Muklis terus berusaha meremas, mencomot, dan mengelus tubuh si kucing liar Feilin. Lama kelamaan aksi Rana, Nono dan Muklis membuat dua buah gunung didada Feilin semakin membuntal padat, mengeras.

Tangan Muklis merangkul pinggangnya dari belakang.

“Ohhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh………………..” Punggung Feilin kini bersandar pada Muklis, nafasnya semakin memburu, apalagi ketika Muklis menciumi lehernya dari belakang. Mata Feilin menatap dengan tatapan sayu ketika sepasang tangan Rana kini meraih dan meremas buah dadanya. Feilin mengerang lirih ketika rok seragam sekolahnya disibakkan ke atas.

Tangan Nono mengelusi sepasang pahanya yang polos, kepala Nono menyusup ke dalam rok seragam sekolah Feilin, “Wuihhh… wangi amatttt… he he he…”

Nono memberikan komentar mengenai aroma yang tercium di dalam rok seragam sekolah Feilin, ciuman-ciumannnya pun mulai gencar menciumi permukaan paha Feilin yang halus dan harum. Nono mulai giat mempereteli kancing baju seragam sekolah yang dikenakan Feilin, kemudian kedua tangannya menarik dua cup bra Feilin, Nono menelan ludah melihat dua buah ranum tersembul keluar.

Nono merendahkan kepalanya dan diemut-emutnya putting susu Feilin, si pemilik buah susu meringis dan menggeliat-geliat kegelian.
“Ha ha ha ha ha….” Si gemuk tertawa ngakak, sinar matanya seperti orang tidak waras, penuh dengan kegilaan.

Tangannya meraih tubuh Nia, didudukkan Nia di pangkuannya, “Kamu liat Feilin dan Tarida… he he he… Cantik… mulus.. pinter ngentot… kamu juga harus belajar kayak mereka… hmmm…” Si gemuk merayapkan tangannya kedalam rok seragam Nia, rok seragam Nia semakin tersibak ke atas, tangan si gemuk mengelus dan merayapi paha Nia yang mulus.

Kini jari telunjuk si gemuk menyelinap ke dalam celana dalam nia yang tipis, tepat di bagian selangkangannya, tangannya menggesek-gesek dalam gerakan yang teratur, tangan Nia memegangi dan menahan tangan si gemuk ketika gerakan-gerakan si gemuk menjadi kasar.

“Nakal !!! Saya sudah bilang kamu harus belajar…!!!” si gemuk menarik tangan Nia ke belakang dan mengikat kedua tangannya dengan ikat pinggang. Jari tangan si gemuk kembali menyelinap ke dalam celana dalam Nia, untuk sesaat si gemuk mencari-cari daging kecil penghuni lubang vagina Nia.

“Sippp ketemu…he he he…” bibir Si gemuk tersenyum sinis.
“Ahhhh… Ahhhhh.. ” Nia tidak kuasa lagi menahan jeritannya ketika si gemuk menggesek dan menekan-nekan Clitoris Nia dengan kasar.

Kedua kaki Nia melejang-lejang, matanya terpejam rapat, “Sudahh akhhh owwwwwwwwwwwww… mmmmmhhh.. pelannnn Hhhhhhh…” Nia memohon si gemuk agar tidak mengucek-ngucek vaginanya dengan kasar, namun si gemuk malah semakin kasar mempermainkan vagina Nia.

“Cppp… Kkpppppphhhh… Sssppphhhhh….”

Vagina Nia semakin sering berteriak nyaring, suara lubang vagina Nia yang sedang diobok-obok oleh jari-jari si gemuk.

“Akhhhh..” Tiba-tiba mata Nia mendelik.
“Crrrrrtt…. Sruuuuuttttthhh”

Air mani Nia menyembur, kepala Nia terkulai kesebelah kiri, sesekali tubuhnya mengejang, ketika si gemuk menekan-nekan clitoris Nia. Satu demi satu kancing baju seragam Nia dipreteli oleh si gemuk, Tangan si gemuk menyelinap kebalik bra dan meremas -remas buah Susu Nia.

“Ahhhh.. sudahh pakkk jangann…” Nia merasa kesakitan ketika si gemuk meremas buah susunya kuat-kuat. Si gemuk memaksa Nia menungging, beberapa kali ditamparnya buah pantat Nia sampai kedua buah pantat gadis itu memar kemerahan.

“Gadis nakal… berani kamu melarang keinginanku..!! he he he.. plakk.. plakkk!” Si gemuk mengekeh sedangkan Nia hanya meringis-ringis, ia tidak berani membuka mulutnya, Nia mulai belajar untuk memuaskan keinginan si gemuk, Nia menungging tanpa daya, kedua tangannya terikat ke belakang. Si gemuk mengarahkan kemaluannya kelubang vagina Nia.

“Jrebbbb… Cllpppp… Plepp.. Pfffhhh!” Tubuh Nia tersentak maju mundur, terdorong-dorong oleh tubuh si gemuk.
“Heiii… Darwinnn !! Sini lu…”  Si gemuk memanggil Darwin, Darwin berlari kecil menghampiri tempat pertarungan, kini Darwin menjejalkan kemaluannya ke mulut Nia.

“Hmmm.. Mhhhhhhh….. Mhhhhhh” mulut Nia kini diisumpal oleh kemaluan Darwin.

Tangan Darwin meraih kepala Nia kemudian Darwin menggerakkan kemaluannnya maju mundur dengan kasar.

“Uhuk… uhukkk… uhukkkk ” Nia terbatuk-batuk ketika kemaluan Darwin menusuk terlalu dalam.

“Uhhh Akkk… Kecrotttt…. Crottttt…..” Si gemuk menggeram sambil menekankan kemaluannya sedalam-dalamnya, kemaluan si gemuk terlepas dari lubang vagina Nia, si gemuk bangkit berdiri, posisi si gemuk segera digantikan oleh Darwin.

“Ohhhhhh… Mmmmmm…” Nia merintih, ketika merasakan kemaluan Darwin memasuki lubang vaginanya.

“Wah.. sempit amat… he he he asssiikkkkkkk…” Darwin memacu kemaluannya sampai Nia terdorong-dorong maju-mundur. Darwin melepaskan ikatan pada tangan Nia, kemudian ditariknya nia berdiri dan kini sambil merendahkan posisi tubuhnya Darwin kembali menyentakkan kemaluannya.

Kedua tangan Nia berpegangan pada bahu Darwin, si gemuk mulai mendekati Nia dari belakang dan kini kemaluan si gemuk menusuk Anus Nia. Nia kini terjepit ditengah-tengah, Tanpa ampun si gemuk dan Darwin menggempur lubang anus dan lubang vagina Nia.

“Akhhhhh…. ” Tarida meringis ketika kemaluan Toni dengan kasar menusuk lubang anusnya, posisi Tarida kini menduduki penis Toni yang terlentang di lantai, Anto mengarahkan kemaluannya ke wajah Tarida.

Tarida dipaksa mengoral kemaluan Anto dan Ijon dengan asik menyusu di buah susu Tarida, sementara tubuhnya tersentak-sentak k eatas ditusuk oleh Toni. Ijon kini mengangkangkan kedua kaki Tarida, ditusukkannya kemaluannya ke lubang Tarida yang seret dan nikmat, Anto menyumpal mulut Tarida dengan kemaluannya, sedangkan Toni dan Ijon asik menggenjot lubang Anus dan lubang vagina Tarida.

“Hmmmm… Mmmmmhhhhh…” Tarida kelelahan menghadapi nafsu ketiga orang laki-laki yang menyetubuhinya, tubuh Tarida sudah basah oleh keringatnya yang terus menetes.

“Auhhh Owww Crrrrrr… kccppprtttt….”

Tubuh Tarida kembali terkulai lemas, namun tusukan-tusukan dilubang vagina dan anusnya malah semakin gencar, Tarida merintih-rintih, kelelahan, ketiga orang yang mereguk kenikmatan dari tubuhnya malah tertawa lepas mendengar rintihan-rintihan Tarida yang terdengar manja.

Pesta seks terus berlanjut di dalam kantor si gemuk sampai akhirnya pintu kantor itu terbuka lebar, dari dalamnya keluar 7 orang laki-laki, ada kepuasan yang tersirat dari wajah mereka yang tersenyum-senyum.

Sementara di dalam ruangan kantor itu segemuk terkekeh-kekeh, menyaksikan Tarida, Nia dan Feilin yang terkapar kelelahan, mata mereka terpejam rapat, si gemuk duduk di kursi dan menyalakan sebatang rokok, matanya merayapi tubuh ketiga gadis Chinese yang mulus dan halus.

Tanpa terasa masa 3 bulan yang dijanjikan sudah tiba, berbagai macam penderitaan dan pelecehan sudah dialami oleh Tarida, Feilin dan Nia, termasuk digangbang habis-habisan oleh si gemuk dan 7 orang bawahannya.

Ketiga gadis Chinese menagih janji si gemuk, si gemuk tersenyum sinis, dikeluarkannya sebuah dokument dari laci kerjanya, diberinya cap dan kemudian ditandatanganinya document itu, si gemuk melemparkan document itu ke lantai sampai bersebaran.

Dengan hati yang pedih Tarida, Nia dan Feilin memunguti kertas document yang berceceran dilantai. “Ha ha ha… kalian ikut aku….” Si gemuk keluar dan memberikan perintah kepada bawahanya agar segera membebaskan Dhani Anwar.

Mr. Sange – Cerita Sex Dewasa Terlengkap

===============

POV Dhani

“15009!″ Seorang petugas menanggil nomorku, aku berdiri dari tempatku, “Kamu boleh keluar…heran? Demi orang jelek kaya kamu ha ha ha ?” Si petugas cengengesan, aku heran mengapa wajahnya cengengesan begitu, aku juga tidak mengerti arti ejekannya.

“Mang Dhani….” Aku mendengar suara yang tidak asing lagi ditelingaku, para gadisku menyambut kedatanganku dengan wajah gembira, mereka tampaknya sangat merindukanku, kemudian setelah segala macam urusan administrasi aku dinyatakan bebas.

“Kalian.. ikut aku… he he he…” Si gemuk berwajah mesum sepertinya memberi perintah kepada Tarida,, Nia dan Feilin, si gemuk hendak menghampiri Feilin namun aku menghadangnya.

“Bapak mau apa ?!!” Aku membentaknya, si gemuk terkesiap, beberapa petugas disana siap-siap mengurung posisiku.

“Mangg ngak apa koqqq… Cuma.. Mmm Cuma urusan administrasi aja” Tarida berusaha menenangkanku.

“Iya Mangg… mang Dhani tunggu diluar aja ya…” Nia menarik tanganku.
“Ngak akan lama koq manggg he he he…”Feilin berusaha tersenyum. Aku menghela nafas, kesal, aku diantar keluar.

===============

Si gemuk segera menggiring Tarida, Nia dan Feilin ke blok D, disini tempat para napi yang sudah bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun mendekam, dan sudah dapat dipastikan, tidak akan pernah memperoleh kebebasan lagi, hukuman penjara seumur hidup.

“Kita teruskan permainan kita yang sempat tertunda ha ha ha ha….” Si gemuk membuka pintu sel di sana satu persatu, wajah-wajah mengerikan menyerigai buas, Tarida Nia dan Feilin terkesiap melihat wajah-wajah mereka yang liar dan garang.

“Pakkk… jangan ”
“Ampunn pakkkk….”
“Tolong lepaskan kami ”

Ketiga gadis cantik dan mulus itu memohon pada si gemuk, si gemuk hanya terkekeh-kekeh, melihat Tarida, Nia dan Feilin mulai menangis, mereka berlari ketakutan berusaha menjauhi para mahluk berwajah liar dan garang yang mulai keluar semakin banyak dari selnya mengejar mereka.

Teriakan–teriakan liar mengiringi derap kaki para mahluk liar itu yang semakin lama semakin mendekati Tarida, Nia dan Feilin yang sudah terpojok, terdengar suara gelak tawa para napi, mereka sedang mengerubuti tiga orang gadis yang seksi, cantik dan mulus, para napi itu seperti kesetanan tidak mempedulikan jeritan ketakutan yang keluar dari mulut ketiga gadis dihadapan mereka.

”Jangannn…. Ampunnnnn…akkkkk”
“Aduhhhh…Owww…”
“ngakkk… uhhhhhh”

Suara–suara yang keluar dari mulut ketiga gadis itu, Tarida ditidurkan di atas lantai, kedua tangannya dipegangi terentang ke samping, begitu pula kedua kakinya. Sesosok agak tua namun kekar mendekati selangkangannya, tanpa permisi si tua menusukkan senjatanya ke dalam lubang vagina Tarida.

“Ahhhh…” tubuh Tarida terguncang-guncang akibat tusukan-tusukan kasar di lubang vaginanya, sementara itu beberapa tangan berebut mengelusi buah dadanya, pahanya bahkan menyelinap meremas buah pantat Tarida.

Tidak begitu jauh dari tempat Tarida diperkosa, Feilin dipaksa menunggging, kedua tangannya dipegangi ke belakang, tusukan kasar menghujam lubang anusnya sampai Feilin tersentak, kemudian yang seorang lagi duduk mengangkang di hadapan Feilin, sepasang tangan meraih dan menekan kepala Feilin.

“Mmmm… Mmmm…” mulutnya tersumpal oleh kemaluan orang itu, buah dadanya jadi rebutan dielus dan kemudian diremas-remas oleh beberapa orang laki-laki yang mengerubutinya. Keadaan Nia tidak jauh berbeda dari kedua temannya, dalam posisi berdiri Nia dicumbu dan dijilati habis-habisan oleh para lelaki yang asik menyantap kehangatan dan kenikmatan dari tubuhnya yang mulus.

“Awwww…” Nia menjerit kesakitan ketika merasakan ada yang mengigit buah dadanya.
“Aduhhh Aowwwwwwww… “ tidak begitu lama terdengar jeritan kesakitan Feilin ketika seseorang meremas bukit kemaluannya dengan kasar, Feilin memekik ketika merasakan seseorang menarik bibir vaginanya dengan kasar.

“Slllpp Slpppp Slppppppp…”

Rakus sekali orang itu meneguk cairan-cairan lengket beraroma khas yang rasanya asin. Dua buah susu Feilin digeluti oleh dua orang pria sekaligus. Mulutnya di deep throat sampai ia kehabisan nafas. Salah seorang dari mereka tidur terlentang, beramai-ramai mereka mendudukkan Nia di atas kemaluan pria itu.

“Jrebbbb.. Jebbbbb…. Akhhhhh…” kasar sekali kemaluan pria itu ketika menghantam vagina Nia, entah kemaluan siapa mulai berusaha menyelinap di antara buah pantat Nia dan langsung menyodok anus gadis itu.

“Aaahh Awww Crrrrrrr…”

Nia memekik ketika merasakan cairan kenikmatannya meledak dari dalam lubang vaginanya, gelak tawa terdengar riuh rendah seolah-olah mengejek Nia yang mendadak terkulai. Feilin meronta-ronta ketika mereka merentangkan kedua tangan dan kakinya lebar-lebar, ciuman dan jilatan mendarat di sekujur tubuhnya,

Jeritannya yang malang tersumpal oleh mulut yang begitu rakus mengulum bibirnya, empat orang laki-laki seakan-akan sedang berbagi mengemut dan menjilati buah susunya. Beberapa pasang tangan berlomba menjamahi bukit mungil diselangkangannya. Nasib Tarida tidak kalah malang kedua kakinya dikangkangkan lebar-lebar dan sebatang kemaluan yang keras menghujami lubang vaginanya, buah dadanya sudah memar kemerahan karena tangan-tangan liar yang kasar dan brutal meremas-remas buah Susunya.

Semuanya itu disaksikan oleh si gemuk, “Ayooo… hua ha ha ha ha terusss…. Lebih liar….”

Nia menangis memohon agar lelaki itu mau melepaskan dirinya namun sambil terkekeh-kekeh orang itu menerkam dan menggumulinya dengan liar, sosok-sosok lain bertepuk tangan menyaksikan pertarungan 1 Vs 1.

“Hmmm… Mmmmmhhhh” mulut Nia yang sedang menangis tersumpal oleh orang itu, ciumannya turun ke leher, ke dada.

“Ahhhhhhhhhhh…..” Nia memekik merasakan putting susunya terasa sakit, dan perih ketika gigi orang itu mengigit putting susunya. Tubuh Nia menggeliat-geliat ketika putting susunya terasa diemut oleh orang itu, dengan sebuah perlawanan yang kuat Nia mendorong tubuh orang itu.

Nia meronta-ronta merasakan seseorang memeluknya dari belakang dan meremas-remas buah susunya. Orang itu dengan paksa membalikkan tubuh Nia agar tengkurap di lantai, “Hekkkkkggg… Aaaa…” kasar sekali orang itu menyodomi Nia.

Tubuh Feilin terguncang-guncang dengan kuat ketika seseorang menyetubuhinya dengan brutal, buah susunya bergerak memutar–mutar, sesekali beberapa pasang tangan meremas dan mengelusi buah Susu yang bergerak dengan indah.

“Hmmm.. Hmmmmmmm…” suara bibir Feilin yang sedang asik diemut dan dikulum oleh seorang napi bertubuh cebol.

“Crrrrrrrrrr…. Kecrottt Plopppp….”

Kemaluan orang itu terlepas setelah puas memperkosa Feilin. Si cebol duduk santai, seorang napi lain memaksa Feilin mengangkang dan menduduki kemaluan si cebol yang terkekeh-kekeh keenakan, tangan si cebol memeluk erat-erat tubuh Feilin, mereka berdua duduk saling behadapan dengan kemaluan saling bertaut erat.

Feilin dipaksa bergoyang untuk memuaskan si cebol, tidak berapa lama si cebol menggelepar dalam pelukan Feilin, seseorang menarik Feilin dari pelukan si cebol, kedua kakinya diangkat ke atas kemudian ditarik ke kiri dan ke kanan.

“Ahhhhhhhh…. ” Feilin menggeliat-geliat ketika kemaluan napi yang lain memasuki lubang vaginanya.

Tiga Orang Napi menyodorkan kemaluan mereka di hadapan wajah Tarida, gadis itu kewalahan menjilati, menghisap dan mengemut kemaluan ketiga orang napi itu, sementara dua orang napi mengelus-ngelus buah pantatnya yang sedang menungging, dua orang lagi meremas dan menarik-narik buah susu Tarida yang bergelantungan didadanya.

“Ahhhh… aduh.. duh….. mmh…” seseorang menjambak rambut Feilin dan menjejalkan kemaluannya ke mulut Feilin, putting susunya dipelintir-pelintir, beberapa orang asik mengelusi tubuh Feilin yang halus dan mulus, berkali-kali tubuh Feilin bergetar hebat.

“Mmmm.. Keccrrtttt… Crrtttt…”

Akhirnya bobol juga pertahanannya. Nia memejamkan matanya ketika orang yang menindihnya bangkit setelah puas menggenjot Nia, kini berganti wajah-wajah lain mulai meneduhi tubuh Nia, dua orang sekaligus berbaring di sisi kanan dan kiri gadis itu, mulut mereka langsung menyedot-nyedot putting susu Nia.

Seorang napi yang lain menyusupkan kepalanya di antara paha Nia, sambil mengelusi paha Nia, mulut sang Napi mengemut-ngemut lubang vagina Nia, berkali-kali lidahnya mengait daging kecil yang bentuknya mirip “kacang”.

“Akkhhhh ahhh…” Tarida memekik-mekik, napi yang satu ini begitu kasar, rasa sakit mendera lubang anusnya yang dirojok-rojok oleh jari sang napi.

“Aduhhhh aduhhhhhhh awwwww…”

Tarida semakin menderita, sedangkan napi yang mengorek-ngorek lubang anus Tarida malah tertawa lepas, dibaringkannya tubuh Tarida dan dengan sekali sentakan kasar dijebloskannya kemaluan hitam itu ke lubang vagina Tarida, selanjutnya tubuh Tarida terguncang guncang dengan kuat.

“Ayo sini he he he….” Sang Napi menyukai goyangan Feilin, kini Feilin dipaksa berdiri sementara beberapa orang memegangu tubuh Feilin, sebatang kemaluan mulai mendesak memasuki lubang vagina Feilin, sambil berdiri Feilin dipaksa bergoyang, air mata mulai mengalir dimata Feilin.

Tarida, Nia dan Feilin menangis dalam dekapan para Napi, Para lelaki liar itu seakan-akan tidak pernah habis, wajah-wajah baru selalu meneduhi tubuh mereka yang mulus, rasa putus asa, ketidak berdayaan semakin lama semakin terasa menyesakkan dada mereka.

===============

POV Dhani

Sedikitpun tidak pernah terpikirkan kalau mereka akan mengalami “Pemerkosaan Masal”.

Aku menunggu diluar, detik demi detik terasa lama, menit demi menit seakan akan tidak pernah mau berlalu dariku, berkali-kali aku menanyakan pada petugas jaga di depan, “Dimanakah para gadisku?” namun mereka hanya cengengesan, beberapa orang petugas disana tersenyum mesum.

Sinar matahari yang hangat kini berganti dengan gelapnya malah yang dingin, sesekali bunyi geledek terdengar seperti akan hujan lebat. Aku menunggu kedatangan seseorang, akhirnya kudengar suara mesin mobil, buru-buru kucegat, “Rhoni….” Aku memanggil sahabatku.

Rhoni turun dari mobil Mitsubishi T120SS tahun 1990 berwarna Biru Tua, ia baru disuruh belanja oleh tukang masak di LP itu, terburu-buru Rhoni menghampiriku, aku menjelaskan duduk permasalahannya, Rhoni mengangguk-anggguk, entah kenapa wajahnya juga terlihat cemas.

“Bantu aku Rhon, cari mereka…!!!”Aku sangat mengharapkan bantuannya.
“Tenang Sobat.. Aku pasti membantumu!!” Rhoni menatapkuku dengan yakin.

Kini aku hanya dapat menunggu, dinginnya malam menusuk tubuhku namun itu semua tidak kupedulikan, yang ada hanya rasa kuatir, dan rasa cemas. Akhirnya aku melihat Rhoni dari kejauhan, ia agak berlari-lari kecil, aku berlari menghampirinya.

“Bagaimana Rhon… dimana mereka!!!”

Aku mengguncang-guncangkan tubuh sahabatku, Rhoni hanya menundukkan kepalanya ia menggeleng-gelengkan kepala, “Habiss… para napi diblok D memperkosa mereka seharian, mereka kini dibawa ke ruangan doctor Ijon.. entah masih hidup atau tidak…….”

Rhoni tidak berani memandangiku.

“Hahhhh….!!!!!”

Mendadak tubuhku lemas, “Dimana ruangannya!! Dimana…!!!! Bajingan!!!! aku bunuhhh merekaaa semuaaaa!!!!!”

Aku histeris dan hendak menerobos penjara terkutuk itu, namun Rhoni memegangi tubuhku.

“Dhani… sabar!!!!… Dhani…. Jangan sia-siakan pengorbanan mereka…Bukkk…” Dhani meninju wajah Rhoni. Dhani pun tersadar dan mulai berjalan.

Aku mengikuti langkah Rhoni dari belakang, Rhoni menarik kereta sorong sedangkan aku membantu mendorong kereta dorong itu dari belakang.

“Siapa dia ?” petugas jaga disana bertanya menyelidik.
“Ohhh.. ini yang sekarang disuruh bantu-bantu saya… pakaian kotornya mana pak ?” Rhoni mengalihkan topic pembicaraan.

“Nihhh… “ si petugas jaga melemparkan pakaian kotor dengan kasar. Tanpa banyak bicara Rhoni dan aku melewati petugas jaga disana.

“Ingat Dhani…jangan gegabah…, yang itu ruangan Doktor Ijon…” Rhoni mengingatkanku sekaligus memberitahuku. Aku mengangguk kemudian dengan mengendap-ngendap kami mendekati pintu yang sedikit terbuka, aku mendorong pintu ruangan itu.

“Keparat….” Aku memaki dalam hati, aku melihat Doktor Ijon dan 2 orang petugas disana tengah mengangkangi Tarida, Nia dan Feilin, tidak ada rintihan yang keluar dari mulut para gadisku, tubuh mereka diam tidak bergerak. Aku dan Rhoni berpandangan, kemudian mengangguk, Rhoni memadamkan lampu di ruangan itu, terdengar bunyi…

Buk..!!! Bukkkkk… Bukkk!!!

Di dalam ruangan yang kini pencahayaannya sangat minim, hanya mendapat sedikit cahaya dari lampu diluar ruangan.

“Brukkkk….”

Terdengar bunyi tiga sosok tubuh yang terjatuh ke atas lantai, Rhoni menyalakan kembali lampu diruangan Doktor ijon. Tubuh bugil dokter Ijon dan 2 orang petugas di LP itu roboh, “Rhoni Cepat..!!!”

Aku memanggul Feilin dan Nia di bahuku, Rhoni seperti tersadar, ia memanggul tubuh Nia, kami masukkan tubuh mereka bertiga ke dalam kereta dorong, dengan rapi Rhoni menumpukkan baju-baju kotor, untuk menutupi Tarida, Nia dan Rhoni. Rhoni menarik kereta dorong itu dan aku membantu mendorong dari belakang, sepertinya situasi berjalan sukses sampai…deg… deggg deggggg….

Seorang petugas menghampiri kami ia hendak membuang kopi panas kedalam kereta dorong ,“Untuk saya saja pak..” aku maju menghadang sambil mengulurkan tanganku.

“Mau? Nihhh!!”

“Byur..Arggghhhh”

Rasa panas menyengat di kulitku, kemudian petugas itu meludah di lantai dan berlalu dari hadapan kami. Rhoni memandangi petugas itu dengan geram, ia tidak terima aku diperlakukan seperti itu.
“Ayo terus.. Rhon…”Aku mendorong kereta itu kembali.

Aku dan Roni mengangkat baju-baju kotor dari dalam kereta, kemudian aku masukkan Tarida dan Feilin ke dalam mobil tua yang biasa dipakai Rhoni untuk membeli sayur mayur pesanan situkang masak di dalam penjara itu.

Loh……….. koq Nia ngakkk ada !!!!!!!!!!! apa ketinggalan ya??????!!! Aku panic dan bengong. “Rhoniiii… Nia ketinggalan….”

“Hahhh dimana? Emangg ada empat ?” Rhoni ikut gugup. Aku menoleh kearah Suara Rhoni yang gugup, wajahku mendadak berseri-seri, aku melihat Rhoni tengah membopong tubuh Nia.

“Ngak Cuma tiga he he he…” Aku tertawa gembira.

Rhoni yang kebingungan meletakkan Nia di samping kedua temannya, kemudian Rhoni duduk di depan untuk segera mengemudikan mobil tua itu sedangkan aku masuk ke belakang.

”Tarida.. Niaaa… Feilin” Aku mengguncang-guncangkan tubuh mereka, wajahku mendadak pucat, tubuh mereka semakin dingin, nafas mereka bertiga semakin lama semakin lemah.

“Arggggg! Tidak!!” Jeritanku mengguncang malam dan rintik hujan semakin lama semakin lebat disertai bunyi geledek yang memekakkan telinga.

***************************

Aku memandangi rumah kosong itu, gelap, tidak ada canda tawa lagi di dalamnya, tidak ada desahan – desahan manja Nia, ataupun jeritan Feilin yang liar, ataupun guyonan Tarida yang nakal. Dinginnya angin malam menerpa tubuhku. Rintik-rintik gerimis.. membuat hatiku pilu.

=== Bersambung ke part terakhir: Part-6 ===

Mister Sange – Kumpulan Cerita Sex Porno 2020

Jangan lewatkan juga kisah Feilin dan teman-temannya di:

Part-1

Part-2

Part-3

Part-4

Part-5

Part-6