Majikanku dan Dua Temannya Pt 4 – Cerita Sex

Majikanku dan Dua Temannya Pt 4 – Cerita Sex ♫

Cerita sebelumnya di: Part-3

Eps. 4: The Gangbang

Hari demi hari berlalu, kemudian minggu demi minggu berlalu semenjak aku memperawani Tarida, Nia dan Feilin. Si kucing liar Feilin yang sudah terbius oleh nafsu birahi selalu memberikan servicenya yang selama ini belum pernah membuatku kecewa.

Namun semenjak peristiwa pemerkosaan yang terjadi atas diri Tarida dan Nia, mereka berdua selalu menolak jika Feilin mengajak Tarida dan Nia untuk pulang besama-sama, tampaknya mereka berdua berusaha menjauhiku, padahal dimana salahku!!

Aku hanya mengajak mereka berkelana di lautan birahi, itu saja tidak lebih dan tidak juga kurang, hasratku untuk kembali menikmati tubuh Tarida dan Nia semakin menggebu-gebu, halusnya kulit mereka, mulusnya body mereka yang kencang, dan peretnya lubang vagina mereka membuatku selalu tersiksa dalam khayalan yang semakin lama semakin berontak memintaku untuk segera mencetuskan dan merealisaskian “undang-undang” bercinta dalam kobaran nafsu.

Dengan langkah yang pasti aku menaiki anak tangga di sekolahan itu, pada saat itu hanya ada beberapa anak sekolahan yang dengan terburu-buru ngacir pulang kerumah masing-masing. Tujuanku adalah ke lantai empat tempat dimana Tarida, Nia dan Feilin menuntaskan mata pelajaran praktikum fisika.

Aku semakin mendekati lantai empat, suasana di sana sepi dan hening, dari kejauhan aku melihat tiga sosok gadis cantik yang sudah sangat kukenal, perlahan-lahan aku mendekati mereka, baru saja aku hendak menampakkan diri tiba-tiba, pintu ruangan disisi mereka terbuka.

“Ehh… kalian belum pulang ?”
Sosok pria itu menegur para gadisku, “Belum pak…. Lagi beres-beres dulu….” Tarida menjawab.
“Ya sudah kalau begitu bapak pulang dulu….” sahut si pria yang sepertinya bertitel pak guru.

Sebelum pak Guru melanjutkan langkahnya, mata Guru yang nakal melirik paha Nia yang pada saat itu duduknya sembarangan… kemudian pura-pura memandang kearah lain.

“Huh menyebalkan dasar kadal…” makiku dalam hati, kalau aku sih sudah kelas buaya, sukses memperawani ketiga siswi Chinese yang cantik dan mulus.
Setelah yakin keadaan aman aku menampakkan diriku. “Halo manissku!”

Tarida dan Nia melotot kaget sedangkan Feilin tersenyum ketika aku melangkah menghampiri mereka. “Tarida…Mang Dhani.. mau ewean lagi sama kamu.”

Aku menghampiri Tarida, Tarida melangkah mundur, ia tampak was-was dengan nasibnya. Tarida mundur sampai punggungnya menempel ketembok, aku segera menerkamnya.

“Aww….jangannn…. Tidakkk… ohhh!” Tarida berusaha melepaskan dirinya ketika tanganku menahan bahunya.
“Ssssssssstttt… jangan keras-keras.. manisssku…?” Aku berbisik ditelinganya.

Tarida terus berontak, tanganku segera bergerak kini aku meraih pinggangnya yang ramping, ciumanku mendarat bertubi-tubi di pipi, di leher dan di bibir Tarida. Kukulum kuat-kuat bibirnya yang mungil, tanganku berkeliaran mengerayangi tubuhnya, kini tanganku hinggap di susu Tarida, Tarida berusaha mendorong tubuhku, kutampar Tarida.

“Plakkkkk……” ia terdiam shock melihatku yang beringas, kemudian sambil terus mengulum bibirnya, tanganku semakin aktif meremas-remas susu Tarida yang masih rapih tersimpan di balik pakaian seragam sekolahnya.

Aku menarik turun resletingku dan kusibakkan rok seragam Tarida ke atas, dari sela-sela celana dalamnya yang berwarna biru muda, kemaluanku menyelinap berusaha mencari-cari lubang hangat yang nikmat dan seret.

“Jlepppp….. “ Suara itu terdengar dengan jelas ketika aku menjebloskan kepala kemaluanku, berkali-kali sentakan-sentakan kemaluanku menghujam lubang Tarida. Tarida merintih lirih mulutnya sedikit terbuka, air mata mulai menetes dari matanya yang indah, desahan-desahan nafasnya tiba-tiba memburu tubuhnya mengejang dan “Mmm…nhh…crrrrttt.. crrttt”

Mata Tarida terpejam rapat ketika cairan kenikmatannya muncrat tanpa dapat dikendalikan, wajah Tarida merona merah, ia hanya memandangiku tanpa berkata apapun, sesekali ia terisak-isak ketika aku kembali menggenjot lubang vaginanya, keputusasaan, dan juga ketidakberdayaan akhirnya membuat Tarida pasrah dalam ganasnya sodokan-sodokan kemaluanku sampai akhirnya ia kembali terkulai dalam terkaman gelombang kenikmatan yang dahsyat.

Cerita Seks – Majikanku dan Dua Temannya Pt 4

Kini aku beralih mendekati Nia, Nia terlihat panik ia membalikkan tubuhnya hendak menghindariku namun Feilin malah menghadang Nia dan dengan lembut dipeluknya tubuh Nia, kedua tangan Feilin merangkul pinggang Nia dalam posisi saling berhadapan, kutarik pinggulnya agar Nia berdiri dengan posisi sedikit menungging, kusibakkan rok seragam Nia dan kuturunkan celana dalamnya.

“Tidakk…tidakk…okhhh, blepp…aahhh!” Nia tersentak ketika merasakan kemaluanku yang besar dan panjang memasuki dirinya. Kucengkram pinggulnya kuat-kuat sambil kusentak-sentakkan kemaluanku lebih dalam.

“Ehhhh…akkk…Feiii…. Feiliinn……Ngggghh” Nia meronta-ronta dalam pelukan Feilin.
“Kenapa Nia… enak yah?” Feilin mencium lembut pipi Nia, Nia hanya mengangguk perlahan, tusukan-tusukanku semakin kuat.
“Pelann.. pelannn Ohhhhh manggggggg” Nia mengajukan permintaan.

Aku menurutinya karena aku tahu kalau Nia adalah tipe seorang gadis yang lembut, kutarik perlahan kemudian kudorongkan lagi kemaluanku memasuki lubang vaginanya dari belakang. Tarida mendekati kami bertiga.

Aku meraih pinggang Tarida dan berbisik. “Sini… kamu bantu pegangi Nia…” dan Tarida menuruti perintahku, tangannya membantu tapi bukan untuk memegangi Nia, kedua tangan Tarida kini terjulur menggenggam kedua susu Nia dari samping dan tangannya meremas-remas susu Nia, Nia semakin kuat merintih lirih dan….

“Akhhh…crrttt” tampaknya Nia pun tidak berdaya menahan keluarnya cairan kenikmatan dari dalam lubang vaginanya, kucabut kemaluanku dan kemudian kugiring para siswi yang mulus ke dalam mobil, tanpa buang waktu aku segera menuju rumah Feilin, sebuah rumah dimana api birahi dan nafsu selalu berkobar dengan dahsyatnya

Sementara itu dari lantai empat
——————————————————————————
Sepasang mata memandangi kepergian Dhani Anwar dan ketiga gadis bertubuh mulus itu, jakun di tenggorokannya turun naik, senyuman licik dan culas menghiasi wajahnya.

Hmmmmmm…. Siapakah itu….? Apa yang dilakukannya disana…….

Dan Apa yang hendak dilakukan oleh sosok misterius itu?

Sesosok tubuh yang kurus dan tua renta itu kini perlahan-lahan menuju pintu gerbang sekolah, di tangannya tergenggam sebuah kamera murahan.
——————————————————————————

“Mmmmmmmmmmmpppp……” dengan malas aku membuka mataku, tidurku terganggu oleh rasa menggelitik di kemaluanku, kesadaranku mulai memasuki tubuhku, perlahan-lahan dengan masih mengantuk aku membuka mataku, aku tersenyum ketika melihat ketiga gadis cantik mulus itu kini sedang asik menjilati kemaluanku.

Masih terasa olehku kenikmatan yang kuarungi semalam dan tampaknya di pagi hari yang indah ini akan dimulai sebuah perjalanan menjelajahi lautan api kenikmatan yang berkobar-kobar. Aku merasakan kemaluanku semakin tegang dan mengeras, Feilin sedang mengajarkan kedua temannya bagaimana cara memainkan kemaluanku, bagaikan seorang instruktur yang sedang memberikan instruksi kepada bawahannya.

“Bukan begitu… begini….”
“Nahhh betul ayoooo terusss kocokk”
“Salahhh…. Agak di…” begitulah suara – suara yang keluar dari mulut si kucing liar Feilin.

Aku merasakan kemaluanku semakin keras dan membengkak, mungkin karena saking berkonsentrasinya, mereka bertiga tidak menyadari kalau mereka sudah membangunkanku dari tidurku dan itu artinya mereka harus siap menjadi santapanku di pagi hari ini.

Jilatan-jilatan lidah terasa mengelus-ngelus kepala kemaluanku dengan perlahan-lahan, hisapan-hisapan lembut itu membawa sebuah sensasi tersendiri, kupejamkan mataku dan menikmati hisapan Nia yang sedang menungging kearah wajahku.

Aku menatap nanar melihat buah pantat Nia yang menungging kearahku.
“Aww…..” Nia terkejut ketika aku menyambar pinggulnya dan menarik pinggulnya dengan kasar agar ia menduduki wajahku, mulutku langsung mencecar buah pantat Nia yang terasa lezat dan manis, lidahku menjilati sela-sela pantat Nia, kugelitiki lubang anusnya dengan lidahku yang terjulur menggeliat-geliat liar.

“Hehehe….”Feilin terkekeh-kekeh melihat Nia yang keenakan. Uhh enak sekali emutan dan jilatan liar di kemaluanku, sepertinya ini jilatan khas Feilin, kudorong sedikit pinggul Nia ke atas agar aku bisa melihat siapa yang menjilati kemaluanku, keningku berkerut.

Ternyata Taridalah yang sedang asik menikmati kemaluanku, dalam hati aku memuji kelihaian Tarida, sepertinya ia memiliki bakat alami apalagi setelah diajarkan oleh si kucing liar Feilin.

Nia berontak dan melepaskan dirinya dari cengkramanku, aku hanya tersenyum memandangi Nia yang duduk dengan posisi kaki agak mengangkang, mataku merayapi lubang kecil elastis yang dapat menelan besarnya kemaluanku, Nia rupanya menyadari aku sedang asik memandangi lubang vaginanya, ia mengatupkan kedua kakinya.

Tarida dan Nia bersujud di sisi kanan dan di sisi kiriku. Aku kini bangkit dari posisiku, aku pindah kebelakang Tarida, kupeluk erat-erat tubuh Tarida yang hangat dan mulus, hidungku mengendus-ngendus dan menghisap dalam-dalam aroma tubuh Tarida yang membuat api birahiku semakin membara.

Kedua tanganku merayap dan meremas-remas buah susu Tarida, Tarida mendesah-desah lirih, mulutku menyumpal bibirnya yang mungil.

“Hmm…Mmhhhhh….” hisapanku yang liar dan buas membuat Tarida kewalahan.
“Ha uuhhh…” Tarida menarik wajahnya, nafasnya terengah-engah, buah dadanya turun naik, kuremas-remas dan kutarik-tarik pentil susu Tarida, sesekali kupelintir-pelintir pentil susunya yang semakin runcing mengeras.

Mister Sange – Kumpulan Cerita Seks Murid SMA

Kuselipkan kemaluanku ke sela-sela pantat Tarida, perlahan namun pasti aku mulai menyodomi Tarida, ketika aku menyodominya dengan kasar Tarida meringis-ringis, wajahnya terlihat seperti minta dikasihani, aku tidak peduli apakah ia kesakitan atau tidak, yang pasti aku sangat keenakan, Feilin kini menyusu di buah dada Tarida sebelah kiri, Nia mulai merangkak dan kini ikut menyusu dibuah dada sebelah kanan.

Nia menciumi bulatan buah dada Tarida, ciuman Nia semakin turun dan terus turun sampai akhirnya lidahnya terjulur-julur menjilati selangkangan Tarida yang masih dalam posisi bersujud. “Aaaannnghhhhh… Crrrr” satu lenguhan panjang menghempaskan Tarida tanpa ampun ke dalam lautan kenikmatan.

Kuterkam Nia yang sedang memandangi vagina Tarida.

“Ahhhhh… Uffffff!” Nia mengeliat-geliat kegelian ketika aku menggeluti buah dadanya yang putih dan mulus, mata Nia terpejam rapat ketika aku menjebloskan kemaluanku memaksa memasuki lubang vaginanya yang masih peret dan sempit, kupompa lubang vagina Nia dengan lembut karena aku tahu kalau si sexy Nia kurang bisa menikmati permainanku jika aku memompanya dengan kasar.

Beda banget dengan Feilin dan Tarida, mereka berdua sepertinya menyukai tipe hardcore. Perlahan-lahan aku memasuki lubang sempit lembut yang berdenyut-denyut, vagina Nia seperti sedang mengurut-ngurut kemaluanku, perlahan-lahan kuaduk-aduk lubang mungil itu.

“Ahhhh… Crrrrr ” Nia menjerit kecil, ketika sesuatu menyemprot batang kemaluanku, Feilin yang sudah tidak sabaran menarik tubuhku dan memintaku tidur terlentang di atas ranjang empuk, perasaan seperti sedang bernyanyi lagu “Medley”.

Tapi Medley yang ini lebih asik didengarkan karena suara–suara “Pleppp… Plepppp… Plepppp…” “Ahhhhh….” “Uhhhhhhhh” yang dikeluarkan oleh Tarida, Nia dan Feilin.

Feilin mengangkangi kemaluanku, pinggulnya menekan turun dan “Sleppppppppp…….”

Tenggelamlah kemaluanku berenang-renang ria di dalam lubang sempit dan berdenyut milik Feilin.

Goyangan Feilin Liar dan memukau seperti goyangan dewi persik, buah dadanya yang bulat dan keras seperti sedang meloncat-loncat, tanganku terjulur meremas-remas buah dada Feilin, berkali-kali susu yang mengeras itu aku remas-remas, aku pilin-pilin putting susunya, kukocok kuat-kuat sampai Feilin tersentak-sentak keatas

“Ahhhh… Ahhh… Ahh Ouhh manggg Dhaniii!!” Feilin histeris dalam amukan nafsu birahi, Tarida memeluk Feilin dari sebelah kiri sedangkan Nia memeluk Feilin dari sebelah kanan, mereka memberi semangat pada Feilin yang mengarungi lautan kenikmatan.

“Feilinnnn Ayoooo terussss… goyanggg!”

“Ayooo Feilinnn jangan kalah… hebat!!! Terusss… Wowww Goyangan kamuuu itu lohhh he he he…”

Tarida dan Nia memberikan semangat kepada Feilin yang sibuk menaik turunkan pinggulnya, kedua tanganku mencengkram pinggul Feilin, aku lebih kuat lagi menghujam-hujamkan kemaluanku pada lubang vaginanya, Tarida dan Nia kini asik meremas-remas buah dada Feilin, bahkan berkali-kali Tarida dan Nia mengemut-ngemut susu Feilin.

“Ahhh.. aduhhh Taridaaaa… Akkk Niaaa kalian koq bantuin mang Dhani Sihhh akhhhhh… mhalah ngeroyok akkkhuu Oww Crrrrrttt…..” Goyangan maut Feilin tiba-tiba berhenti, cairan panasnya bucatt !! muncrat… nafasnya terengah-engah, kupilin-pilin putting susu Feilin dengan gemas.

Feilin menaikkan Nia ke atas tubuhku, “Ehhh Feilinnn… ngakkk ahhh aku ngak bisaaa…”
Nia menolak ketika ia disuruh Feilin untuk “bermain” diatas tubuhku.

“Makanya kamu belajar.. jadi bisaa… nihhh pegangin senjata mang Dhani terus kamu masukin… ngak susah koqq.” Feilin memberikan instruksi dengan serius pada Nia, Nia terlihat “malu-malu mau” tangan kanannya memegangi batang kemaluanku, diarahkannya kepala kemaluanku pada lubang vaginanya.

Nia meringis ketika ia menurunkan pinggulnya, bibir vaginanya sedikit demi sedikit mulai terbuka berusaha menerima kepala kemaluanku yang extra big, sungguh tidak sebanding dengan lubang vaginanya yang kecil mungil, perlahan–lahan Nia memasukkan kepala kemaluanku, pinggulnya menekan semakin kuat.

“Sssslllleeeeshh….” Kedua tangannya bertumpu pada bahuku, posisinya agak menungging ketika kemaluanku semakin dalam tertancap di lubang vaginanya, sebentar pinggulnya menekan turun namun tiba-tiba tidak jadi trus terangkat lagi, wajah Nia penuh dengan keragu-raguan.

Tanpa diduga Tarida menduduki pinggul Nia kuat-kuat, “Hiaaaatttt…he he he…“ Tarida terkekeh-kekeh, kemaluanku melesat tanpa ampun merojok kemaluan Nia sedangkan Nia menjerit kecil, “Ouuuuuw… Hekkkkk!” Nafasnya seperti tertahan, matanya melotot kemudian terpejam rapat.

“Auhhhh Tarr… Taridaa Hhhhh…” Nia terkulai dalam pelukanku, kedua tanganku menyambut tubuhnya yang terkulai lemah, nafasnya seperti sesak dan terdengar berat, kupeluk erat-erat tubuh Nia.

Kemaluanku terbenam dengan sempurna, Nia perlahan-lahan mengeliat dalam pelukanku, ia mulai dapat menguasai dirinya kembali, Nia melirik Tarida kemudian ia mencibirkan bibirnya, duh lucu banget wajah si sexy Nia pada saat itu.

“Ha ha ha ha…. Kalo ngak dipaksa gitu… bisa setaun baru masuk…” Tarida si gadis periang tertawa lepas. Tangan Nia kanan bertumpu di bahuku, sedangkan tangan kirinya diletakkan menyilang di depan dada, si sexy Nia berusaha menyembunyikan buah susunya dari tatapan mataku, kepalanya tertunduk ke bawah.

Sepertinya ia sedang memeriksa kemaluanku yang kini tertancap dengan sempurna, kemaluan kami berdua bertaut dengan erat, kuhentakkan kemaluanku kuat-kuat menusuk-nusuk vagina Nia dari bawah.

“Ahhhh aduhhh pelhann… akk pelllaannnnhhh manggg…” Nia menahan gerakanku yang liar dan brutal.
“Suda.. hhhh mangg akhuu Saja…Nnnnnnhh.” sambil merengek-rengek Nia menahan gerakan-gerakan liarku, aku mengikuti keinginannya.

Nia menggerakkan pinggulnya naik turun, wajah seksinya bertambah seksi ketika meringis-ringis, desahan dan juga rintihan silih berganti, sebuah irama baru tercipta disertai rengekan-rengekan manja Nia ketika Tarida menjulurkan lidahnya menjilati belahan pantat Nia, Feilin memeluk Nia dan memainkan buah dadanya.

Mister Sange – Kumpulan Cerita Dewasa Siswi SMU

Nia menahan nafasnya ketika cairan kewanitaannya meledak tanpa ampun ,“Brrrrr… Kecrotttt…. Cruttt.. Uffff…”

Nia berusaha mengambil nafas, butiran-butiran keringat meleleh dari kulitnya yang putih mulus, aku mencabut kemaluanku kemudian aku mengambil posisi di belakang tubuh Nia yang masih menungging kecapaian, kuselipkan kepala kemaluanku pada sela-sela pantatnya dan satu sentakan kuat membuat tubuh Nia terdorong dan tersungkur, ia merintih-rintih, aku memakluminya.

Nia pasti belum terbiasa disodomi, begitu juga Tarida, beda banget dengan Feilin yang binal, ia sudah terbukti dapat kuandalkan dalam memuaskan nafsuku, depan oke belakang oke. Kutusukkan dan kutekan kemaluanku masuk lebih ke dalam menelusuri Anus Nia yang berdenyut-denyut.

“Enhhh Owww sakit… mangg sakitttt….” Nia kesakitan ketika aku memompa anusnya kuat-kuat, Tarida dan Feilin menghibur Nia, mereka berdua membelai-belai rambut Nia yang meringis-ringis kesakitan, tubuh Nia terdorong-dorong maju-mundur, nafsu yang meledak-ledak didalam diriku membuat aku lupa diri.

Aku tidak mempedulikan Nia yang berulang kali mengeluh kesakitan, di dalam kepalaku hanya ada keinginan untuk menikmati kehangatan dan kenikmatan tubuh Nia yang mungil dan mulus.

Lumayan lama kugenjot lubang anus Nia dan “Arggggg…. Gejroott…. Krrootttttt”
Air maniku meledak di dalam lubang Anus Nia, kutarik kemaluanku dengan kasar.

Nia langsung merangkak menjauhiku. Wajahnya terlihat menahan sakit, kemudian Nia tersungkur di atas ranjang, dari lubang anusna meleleh cairan putih dan kental, sperma milikku, perlahan-lahan Nia membalikkan tubuhnya, Nia terlentang di atas ranjang.

Aku kembali menerkamnya, Nia memohon supaya aku melepaskan dirinya.

Ha ha ha mustahil aku melepaskan santapanku, aku semakin asik menggeluti buah dadanya yang putih dan kencang. Kumiringkan posisi Nia dan kuangkat kaki kanannya ke atas, wajah Nia terlihat seperti kuatir ketika aku hendak menusukkan kemaluanku.

Jleb…kutusukkan kemaluanku dengan lembut dan kemudian dengan hati-hati aku memompa Nia, sepertinya Nia sangat menikmati tusukan-tusukanku yang lembut, matanya yang sipit terpejam-pejam, bibirnya sedikit terbuka mendesah-desah.

“Nnnn Hhhhhhhh… Crrr Crrrr…” belum begitu lama aku melakukan gerakan memompa Nia mengejan dan semprotan-semprotan cairan hangat mengguyur kemaluanku, kukalahkan Nia berkali-kali sampai ia terengah-engah tanpa daya, kuremas buah pantatnya dengan lembut kemudian kucabut kemaluanku dari lubang yang sudah banjir, cairan kenikmatan Nia meleleh sampai membasahi seprai bermotif Donald duck, Feilin mendorong tubuh Tarida terlentang di atas ranjang.

“Ayooo Manggg, kocok memeknya sampe lecetttt…. He he he..” kemudian Feilin memaksa mengangkangkan kedua kaki Tarida lebar-lebar.

“Auhhhh tidakkk ehhh Feiiii…” Tarida ketakutan melihat wajahku yang beringas, Tarida hampir berhasil melepaskan kakinya namun, “Akkkk Niaaa!” Tarida gugup ketika Nia menangkap kaki kanannya sedangkan Feilin menangkap kaki kirinya, secara serentak Nia dan Feilin menarik kedua kaki Tarida ke atas, sehingga kini Tarida dalam posisi mengangkang.

Tubuhnya menggeliat-geliat tidak berdaya, mulutnya terus memohon agar Feilin dan Nia melepaskan kedua kakinya.

“Hekkkkkkkkkk….Ohhhhhhhhhhh” mata Tarida melotot ketika aku dengan kasar menjejalkan kemaluanku memasuki lubang vaginanya yang sempit, mulutnya menceracau seperti orang yang sedang mengingau, kemudian Tarida seperti merengek-rengek ketika aku menggasak lubang vaginanya kuat-kuat, kemudian tubuhnya menggeliat dalam liukan yang menggetarkan jantungku, “Srrrr…Crrrrttt…crrrrrttt… Emmmmhhh…”

Tarida tergeletak di atas ranjang, tubuhnya masih terguncang-guncang dengan kuat mengikuti sodokan-sodokanku yang semakin liar, Nia dan Tarida terkekeh- kekeh menertawakan temannya yang tergolek lemah.

“Wooowww gilaaaaaa… Mang Dhani memek Tarida sampe merah gitu he he he…kayak punyaku waktu diperkosaaa.” Feilin terkekeh-kekeh, Nia mengelusi paha Tarida, Feilin juga mengelus-ngelus paha Tarida, Tarida terdiam seribu bahasa terkadang memekik kecil, kemudian merintih-rintih dan “Auuffff…. Ssssshh Nggggg Crrrrr…. Crrrrrr…”

Tarida meregang ketika kenikmatan menghinggapi dirinya. Kuambil guling dan kuganjal pinggul Tarida dengan guling, kusuruh Feilin dan Nia agar mereka menarik kaki Tarida lebih ke atas sehingga lubang anusnya ikut terangkat naik.

“Jrebbbbb akkhh…” Tarida meringis menahan sodokanku.
“Owww!” satu jeritan panjang mengiringi melesatnya kemaluanku memasuki lubang anus Tarida.

“Akkk Oww mangg Ammm phunnn achhhhhhhh…” Tarida menggeleng-gelengkan kepalanya, rambutnya acak-acakan, jeritan-jeritan kecilnya sering terdengar diiringi oleh senandung rengekan-rengekan yang terdengar semakin manja, aku harus sering melatih Nia dan Tarida agar mereka dapat “All In” seperti teman mereka, si kucing liar Feilin.

Tusukan-tusukan yang cepat dan prima kutembakkan sedalam-dalamnya pada lubang Anus Tarida yang sempit, lubang anus Tarida tampak kewalahan menghadapi tusukan-tusukanku, lingkaran di sekitar anus Tarida yang seperti cincin terlihat tertekan masuk ke dalam ketika aku menusukkan kemaluanku kuat-kuat dan melejit tertarik keluar ketika aku menarik kemaluanku.

Mata Tarida mendelik-delik ketika aku semakin liar dan semakin kuat memompa anusnya, tiba-tiba Tarida terisak-isak sepertinya ia kesal karena ketidak berdayaannya menghentikan aksiku yang brutal.

Tarida memang paling cengeng di antara tiga gadisku yang cantik, melihat Tarida yang menangis, Feilin melepaskan sebelah kaki Tarida, kemudian ia menggeser posisinya dan membelai-belai rambut Tarida, bibir Feilin menyumpal bibir Tarida, hingga Tangisan Tarida agak teredam.

Nia memeluk diriku dari belakang dan berbisik perlahan, ”Terusss manggg colokkk yang kuat…lampiaskanlah nafsu mang Dhani pada Tarida tapi kalau sama aku pelan-pelan aja, jangan keras gitu yah mang Dhani sayang.”

Dikecupnya pipiku, aku tersenyum padanya kemudian mengangguk, Nia tampak tenang ia semakin erat memelukku.

“Mmmm Mmmmm.. Hmmmm…” suara-suara itulah yang selanjutnya terdengar dari mulut Tarida dan Feilin, bibir Feilin melumat-lumat bibir Tarida dengan buas, tubuh Tarida tiba-tiba mengejang.

“Hnnnhhhh crrrr… crrrrrrrrrrrr” muncratlah cairan kewanitaan Tarida, cairan putih lengket yang beraroma harum itu seperti es yang mencair meleleh dari sela-sela bibir vagina Tarida, kutarik kemaluanku lepas dari dalam anus Tarida, Nia dan Feilin menghampiri kemaluanku, lidah mereka membersihkan kemaluanku yang sudah basah kuyup, diemut-emutnya kepala kemaluanku, denyutan-denyutan kuat mulai terasa diujung kemaluanku.

“Keccrooootttt…. Krrrrrooooootttt… Srrrreeppphh… “

Bendungan spermaku akhirnya jebol juga, Nia dan Feilin saling berebutan membersihkan Asir maniku yang meleleh. Setelah selesai dan puas, Feilin dan Nia membaringkan tubuh mereka di samping Tarida yang sedang tertidur, ketiga gadisku yang cantik dan mulus menggeliat dengan malas ketika aku merangkul tubuh mereka, ciuman-ciumanku mampir di bibir mereka, kulumat lembut bibir-bibir mereka yang terasa manis, desahan-desahan nafas yang memburu perlahan-lahan mulai sirna.

Kehangatan dan kemulusan tubuh mereka bagaikan selimut terenak di pagi hari yang indah ini, mulutku masih belum puas, kuemut-emut enam pasang payudara di bawah pelukanku, ketiga gadisku yang cantik menggeliat-geliat kegelian, mata mereka terpejam kecapaian.

Setiap hari kulewatkan dengan hati senang, gembira dan puassssssss lahir batin, sampai pada suatu hari ketenanganku terganggu ketika aku sedang menunggu para gadisku yang hangat dan mulus.

“Duh lama amat padahal seharusnya mereka sudah keluar.” kataku dalam hati.
Aku tersenyum lebar ketika dari kejauhan kulihat Tarida, Feilin dan Nia menghampiriku, namun bagaikan tersambar petir disiang hari aku dikagetkan oleh pengaduan Tarida, Feilin dan Nia.

Dengan api kemarahan yang makin berkobar aku mendengarkan cerita mereka bertiga, kemudian aku mencari si brengsek itu, pantesan aja mereka lama. Dari belakang perlahan-lahan kuhampiri si peot yang kelihatannya tidak sabaran menunggu sesuatu, kujambak rambutnya.

“Wadowww… akkkk!” Si peot kesakitan, kubanting dan kuinjak mahluk tidak tahu diri itu.
“Hehhhh jangan kurang ajar lu… mana keluarin….” aku membentaknya.

Dari dalam saku celananya ia mengeluarkan sesuatu… ternyata sebuah foto yang diprint di atas kertas HVS, waduhhhh dasar amatirannn…!!!!!

Setelah selesai melampiaskan amarahku kutinggalkan tubuh peot menyebalkan itu. Si peot tertatih-tatih matanya memandang geram, “Awassss looooeee!!!!!!!!!! Bangsattttt… dasar Monster.“

Si peot hanya berani bersumpah-serapah ria di dalam hati.

Huuhh… ada-ada saja, untung gadis-gadisku pandai dan cerdik, mereka menjanjikan si peot bermain di belakang sekolah.. Kalau tidak, entah apa yang akan terjadi..?

Kini aku tinggal pulang dan menikmati hidangan hangat diatas tempat tidur. Hari-hari selanjutnya kujalani dengan normal sampai pada suatu saat ketika aku sedang menunggu Tarida, Feilin dan Nia.

“Tok… Tokkk… tokkkkk!”

Aku membuka kaca mobil, tiga orang polisi berpakaian preman mengepung mobilku, mereka tampak sangar, setelah meminta KTP-ku, aku disuruh keluar dari mobil dan diangkut ke markas mereka, aku dituduh memperkosa tiga orang gadis Chinese, di kantor ada sesosok tua renta yang sangat kukenali, keterangannya dan juga alat bukti yang dikeluarkan oleh si peot Parto membuatku tak berdaya, rekaman pemerkosaan di lantai IV!!!

Aku tidak dapat mengelak lagi, dengan lesu akhirnya aku digiring masuk sel tahanan, si peot tersenyum senang melihat nasibku yang sudah tidak tertolong

Mister Sange – Kumpulan Cerita Sex Foursome

——————————————————————————————-

Sepeninggalan Dhani Anwar, Parto si tua renta merasa dirinya bebas untuk melampiaskan hasrat bejatnya. Disuatu hari yang sepi karena para murid dan guru disekolah itu sudah berlarian pulang “He he he….”

Sosok tua renta mencegat langkah Tarida, Feilin dan Nia. Ketiga gadis itu memandangi sesosok tua renta yang terkekeh-kekeh di hadapan mereka, mau ngapain lagi sih manusia peot bau tanah ini.

“Sudah ketemu tasnya ya ? wa ha ha ha…” Situa bangka terbahak-bahak, rupanya mahluk peot inilah yang menyembunyikan tas Nia sampai-sampai ketiga gadis itu sibuk mencari-cari tas yang mendadak menghilang. Tanpa terlalu banyak basa-basi, si Parto mengeluarkan beberapa lembar foto yang kali ini tercetak di atas photo paper… lumayan mulai tau teknologi juga akhirnya…

Si peot menghampiri Feilin dan dengan nafsu yang berkobar ia hendak menjamah buah dada Feilin.

“Heeeiii…. Jangan kurang ajar pak.. Parto….Nanti saya bilangin sama mang Dhani!!!” Feilin membentak si Parto.

“Eee Ehhhh… jangan sok kalian ini…. Dhani mah udah tamat… udah dikurung kayaknya ngak akan keluar lagi….he he… Nanti saya sebarkan foto-foto ini baru tahu.. rasaaa!!! Ayo masuk ke dalam. He he he…” si peot tambah ngelunjak, matanya berkedip-kedip dengan genit menatap bagian-bagian terpenting ketiga gadis Chinese yang masih terhalang oleh pakaian seragam mereka.

Wajah Tarida, Feilin dan Nia mendadak pucat mereka tidak menduga akan mengalami kejadian seperti ini apalagi tanpa ada seorangpun yang dapat melindungi mereka, Dhani Anwar kini mati kutu didalam sel penjara, ketiga gadis Chinese yang cantik memandangi Parto dengan tatapan geram.

Pasti si Parto inilah yang punya kerjaan, pantasan saja mang Dhani menghilang tanpa meninggalkan kabar berita. Dengan mudah Parto menggiring ketiga gadis Chinese ke dalam kelas, pintu kelas itu tertutup rapat.

S itua bangka Parto terkekeh-kekeh menghampiri Nia, Nia terlihat serba salah ketika tangan yang kurus kering itu terjulur dan mulai membuka kancing baju seragamnya satu persatu.

Parto tersenyum, ditariknya cup bra Nia sebelah kiri dan kanan sekaligus, Boinnnnnkk… mata si tua bangka melotot ketika buah dada Nia seperti melompat keluar dari sarangnya. Mulut Parto dengan rakusnya menjilati buah susu Nia, mulutnya yang sudah ompong mengigit-gigit buah dada Nia.

Nia menatap Feilin dan Tarida, tatapannya seperti minta tolong pada kedua temannya, sungguh mengenaskan nasib Nia. Feilin dan Tarida hanya dapat memandangi teman mereka yang sedang dilahap susunya habis-habisan oleh si tua bangka.

Nia menolak ketika Parto mengajaknya berciuman, ia jijik berciuman dengan si Parto, dengan kasar si tua bangka menjambak rambutnya dan “Hmmm… mmm” bibir Parto mengulum bibir Nia dengan rakus, suara berdecak-decak keras mulai menghiasi ruangan kelas yang menjadi saksi bisu kebejatan Parto seorang satpam tua di sekolahan itu.

Mata nia terpejam rapat-rapat, ia tidak rela menjadi santapan si tua bangka yang lebih pantas menjadi kakeknya, biarpun Parto sudah berupaya maksimal tetap saja Nia tidak bergairah menghadapi mahluk kurus kering di hadapannya.

Parto mengeluarkan sesuatu, Dhuennnnn !!!!!!! senjata pamungkas superrrrrrr wakkkkkkk!!!!!! Beda banget kemaluan Parto sama kemaluan Dhani anwar, duhhh paling Cuma 10 cm, ….. Nia merasa was-was, apalagi ketika Parto menekan bahunya agar dirinya bersujud di hadapan kemaluan Parto yang sudah tegang.

“Setiap ada kamu….. mengapa jantungku…… berdetak lebih kencang……. seperti genderang mau perang…..” Senandung Lagu itu menghiasi kepala Parto yang pening karena sudah lama menahan nafsu birahi.

Parto memaksa Nia menjilati kemaluannya, lidah Nia terpaksa terjulur keluar menjilati kemaluan Parto, mata Parto melotot ketika lidah Nia mengulas-ngulas batang kemaluannya.

“Uuuhhhhh… asiiikkkkkk…. Sedappppp….Auuhhhhh ayo hisappp!!!” mulut ompong itu menceracau tidak karuan.

“Huaaa duhhhhh… Uhhhhh”

Mata si parjo melotot ketika kepala kemaluannya diemut oleh Nia. Parto sudah tidak sabar ,ditariknya tubuh Nia dan dibaringkannya di atas meja dikelas itu, Nia mulai terisak-isak.

Ia merasa tidak berdaya menghadapi kebejatan Parto, baru saja Parto menyibakkan rok seragam Nia, Parto dan ketiga gadis cantik mulus tersentak kaget, mereka mendengar suara langkah kaki mendekati ruangan kelas, dengan terburu-buru Nia merapikan pakain seragamnya begitu juga Parto, ia merapikan seragam satpam yang lusuh dan dekil.

Pintu kelas dibuka seseorang, “Lohhhhh ?? Kalian belum pulang….” Pak Diro bertanya keheranan, ternyata guru di sekolah itu.

“Ehhh eeee itu… tas sekolah Non Nia hilangg pak jadi saya membantu mencariii….” Parto dengan sedikit akal bulus mengakali Pak Diro.

“Ooooo…. Sekarang Tasnya sudah ketemu ?” Pak Diro bertanya tanpa merasa curiga.
“Sud.. Sudahh pak.” Nia menjawab dengan gugup, Pak Diro memang terkenal sebagai guru paling galak di sekolah itu.

“Yaaa kalau sudah ketemu mau ngapain kalian disini… koq ngak pulang…Oo iya Pak Parto tolong bawakan tas saya yang tertinggal ke mobil!” dengan tegas Pak Diro memerintah Parto, kemudian Pak Diro melangkah keluar diikuti oleh Parto, mulut Parto tampak monyong karena niat bejatnya terganggu.

Tarida, Nia dan Feilin segera kabur meninggalkan Parto yang memandangi ketiga siswi yang hampir saja menjadi korbannya. Nia yang terus terisak-isak menangis dihibur oleh kedua temannya.

“Fei… kita ngak bisa begini teruss…” Tarida termanyun-manyun, namun wajahnya tetap saja cantik. “Iya… aku pikir juga begitu… huhhhh… untung saja kita selamat… kalo ngak entah gimana nasib kita.” Nia cemberut.

“Hmmmm gimana kalau…….” si kucing liar Feilin tiba-tiba mempunyai sebuah akal bulus, sebuah akal bulus yang tanpa disadari oleh ketiga gadis itu akan membuat mereka semakin terperosok jatuh ke dalam jurang keangkaramurkaan birahi.

“Wahhhhh kamu cerdik sekali Feiiii…” Tarida dan Nia memeluk Feilin, mereka bertiga bersiap-siap menjalankan siasatnya menghadapi si tua bangka Parto sekaligus mencari tahu dimana keberadaan Dhani Anwar..

Parto si tua bangka melintas melewati kantin, matanya menatap Feilin, Tarida dan Nia yang sedang duduk-duduk di kantin, mereka tersenyum manis kepadanya, jantung Parto mendadak berhenti ketika ketiga gadis Chinese di hadapannya seperti sengaja menggoda Parto, mereka sedikit mengangkangkan kaki mereka, glek…

Parto menelan ludah melihat kemulusan paha Tarida, Feilin dan Nia. Siang itu, Tarida, Feilin dan Nia seperti sengaja menunggu sekolah menjadi sepi, para murid dan para guru sudah pulang sedari tadi, Parto seperti seekor macan buas yang sedang mengincar mangsanya, ia berjalan mengendap-ngendap dari belakang mendekati ketiga gadis Chinese incarannya.

“Hupppppp…. Nahhhhhh!!! Mau kemana kalian sekaranggg….” Tangannya menyambar pinggang Tarida.

“Oww.. “Tarida menjerit kaget namun ia kemudian membalikkan tubuhnya dan tersenyum manis, kini Parto yang tersentak kaget, ketiga gadis di hadapannya tampak jinak, hal ini benar-benar di luar dugaannya. Feilin meraih dan meletakkan tangan Parto pada buah dadanya, tangan kurus kering itu sampai gemetar ketika meremas buah susu Feilin.

“Mang Parto mau liat susu?” Feilin menjajakan buah dadanya yang sedang diremas-remas Parto, tanpa menunggu jawaban dari Parto, Feilin membuka baju seragamnya, Feilin menarik cup bhnya ke bawah sehingga kedua buah dadanya tersembul keluar.

Lidah Parto terjulur-julur seperti seekor ular tua, kedua tangannya membelit pinggang Feilin, rakus sekali Parto ketika menikmati buah dada Feilin yang putih dan ranum, Feilin mendorong kepala yang sedang rakus-rakusnya menikmati kenikmatan buah susu.

“Jangan disini pak… lebih baik kita kerumah pak Parto aja..” Feilin tersenyum menggoda si tua Parto.

Parto menelan ludahnya “Ngak usah… kita disini aja… kita terusin dikelas… kemaren kan sempet… kepotong he he he…” Parto terkekeh-kekeh kemudian menggiring Tarida, Feilin dan Nia ke dalam kelas. Feilin garuk-garuk kepala karena siasatnya gagal atau mungkin juga perlu pengorbanan terlebih dahulu untuk menjalankan siasat yang sudah tersusun dengan rapi?

Mereka berniat mendapatkan semua bukti-bukti yang digunakan Parto untuk menjalankan aksi bejatnya, berhasilkah mereka bertiga? Tapi yang pasti kini…tangan Parto meremas-remas susu Tarida, Tarida merasa serba salah, mau lari sudah tidak mungkin, agar tidak terlalu menderita dirinya pasrah mencoba menikmati permainan lidah Parto yang mulai menjilati buah susunya yang lembut.

Parto menarik Tarida dan membalikkan tubuh mulusnya, kedua tangannya meremas-remas pinggul Tarida, tangan keriput itu menurunkan resleting rok seragam sekolah Tarida, kemudian sambil berjongkok ditariknya kain segitiga berwarna putih sampai terlepas dari tubuh Tarida.

Parto menarik kursi, diletakkannya kaki sebelah kiri Tarida ke atas kursi,tubuh Tarida sedikit menungging, kedua tangan Tarida bertumpu pada tembok di hadapannya, sedangkan ia berjongkok dan mengendus-ngendus selangkangan Tarida.

Tarida menahan nafas merasakan lidah Parto menjelajahi vaginanya dari belakang, rasanya basah, hangat dan menjijikkan apalagi ketika mulut Parto dengan rakus mulai melahap kenikmatan di lubang vaginanya.

Semakin lama perasaan jijik semakin sirna, tubuh Tarida tidak dapat menyembunyikan cairan-cairan yang semakin lama semakin berontak ingin keluar, “Akkkk… Crrrrrr…” nafas Tarida memburu, sesekali tubuhnya tersentak-sentak ketika merasakan mulut Parto yang menyedot-nyedot cairan gurih di selangkangannya.

Parto duduk diatas kursi sambil menarik turun pinggul Tarida namun Tarida berontak melepaskan dirinya, Feilin dan Nia menghampiri Parto, mereka berdua membujuk Parto agar bersabar, buaian dan juga rayuan mulai membuat Parto lunak.

Apalagi ketika Feilin dan Nia menyodorkan buah dada mereka agar dihisap-hisap oleh mulut si tua yang sudah keriput, Parto tambah terlena, Feilin bersujud di hadapan Parto, dengan menahan rasa jijik ia meraih kemaluan Parto yang kecil, dijilatinya kemaluan Parto dan dihisap-hisapnya kepala kemaluan Parto.

Detik demi detik merayap perlahan, menit-demi menit berlalu, jam demi jam melangkah menuju sore hari, salah satu pintu kelas disekolah mendadak terbuka, dari dalamnya keluar tiga orang gadis Chinese yang cantik dan mulus diikuti oleh Parto, wajah si tua bangka terlihat puas.

“Heee heee heeee… lain kali kita maen lagiii…” Tangannya dengan kurang ajar meremas buah pantat Nia.

“Supaya lebih asik gimana kalau kita main di rumah mang Partoo ?” Feilin merengek manja.
“Iya manggg… supaya lebih leluasa…..” Tarida dan juga Nia ikut merengek manja, Parto terkekeh-kekeh kemudian ia mengangguk tanda setuju.

“Tapi ingettt janji kalian bertiga…. Kalau dirumah boleh ngewee…kalo enggak awas!!!“ Parto mengeluarkan ultimatumnya, Feilin berusaha tersenyum manis dan mengangguk.

Hari demi hari berlalu semenjak Parto hampir berhasil memangsa tiga siswi di sekolahan itu yang super cute dan mulus, jika diperhatikan seolah-olah tidak ada kejadian yang ganjil dan aneh namun pada suatu Siang, wajah Parto tampak ceria ketika pintu rumahnya yang terletak ditempat terpencil diketuk seseorang, dengan terburu-buru Parto membuka pintu rumahnya, senyum di wajahnya tambah lebar ketika matanya melihat siapa yang datang….

”Masuk cepat!!!” Parto buru-buru menggiring ketiga tamunya ke dalam kamar, tangannya yang keriput menelanjangi Tarida, Nia dan Feilin. Kemudian Parto melepaskan kain sarung yang dikenakan olehnya, dan Jrengggg kemaluannya yang pendek dan tidak tahu diri itu mulai unjuk gigi.

“Eiiiittt ntar dulu manggg…” Nia menolak ketika Parto hendak memeluknya.
“Lohhhh…. Kannn udah janjii!! Gimana sihhh….!!!” Parto tampak sewot karena keinginannya terbendung untuk yang kesekian kali.

Feilin dan Tarida memeluk Parto kemudian berbisik, “Mang Parto sayangg… sebelumnya… kami penasaran ingin tahu sejak kapan sih mang Parto mengetahui rahasia kami…trus dimana mang Dhani??”

Feilin membelai – belai ujung kemaluan Parto yang bentuknya seperti helm, tangan Tarida mengusap-ngusap buah pelir Situa Bangka.

“Wadhhh kalo itu mah gampangggg…Si Dhani dipenjara di…… dan soal itu….. ntar aja, kita entotan dulu…” Parto melepaskan diri dari pelukan Tarida dan Feilin, ia menerkam Nia yang berdiri gemetar ketakutan menghadapi monster tua di hadapannya, tangan Parto membelit pinggang Nia, kedua tangannya memeluk erat-erat tubuh Nia, mulutnya sudah sedari tadi menciumi Nia dengan nafas tuanya yang memburu.

“Owww…. Blukkk…” Nia kaget ketika Parto mendorong tubuhnya jatuh ke atas ranjang, belum juga hilang rasa kaget Nia, Parto menggeram dan menerkam tubuh Nia, Parto menggesek-gesekkan kemaluan kecilnya, pada belahan bibir vagina Nia, tubuh Nia merinding ketika Parto hendak menyodok vaginanya.

“Outssss….ouuuhh…” Parto mengeluh keenakan ketika tiba-tiba Tarida menyambar kemaluannya dan “Sllllrppp… Sllllppppppp” Tarida menjilati kemaluan Parto.

“Aduhh gimana sihhh !! baru juga mau masukk…. Duhhh Hmmmmmmm Mmmmm…” Parto bersungut-sungut namun mulutnya segera disumpal oleh mulut Feilin, tangan Parto bergerak liar mengusap-ngusap dan memeluki tubuh Feilin, bahkan tangan Parto yang keriput berulang kali meremas-remas buah susu Feilin.

Nia menghela nafas panjang-panjang…. Untung saja Tarida dan Feilin bertindak menyelamatkannya, kalau tidak sudah pasti kenikmatan dan kemulusan tubuhnya akan menjadi santapan empuk Parto.

“Hee ekkkkkkhhh… Kecrott… Kecrotttttt.. Blukk…” Parto sampai terjengkang dan jatuh duduk diatas ranjang tuanya yang dekil, kemaluan Parto kian menciut. Feilin mendekap tubuh kering Parto dari belakang, Jantung Parto sampai loncat ketika merasakan buah susu Feilin menempel di pungungnya, gesekan-gesekan halus membuai Parto, Feilin berbisik manja di telinganya.

“Ayoo Mangggg.. liatttt… jangan biarkan kami penasaran…sejak kapan mangggg…” Feilin tambah erat memeluk tubuh kering yang terkekeh-kekeh, kemudian Parto bercerita panjang lebar tentang kapan dan bagaimana caranya Parto mengabadikan rahasia ketiga gadis Chinese bersama Dhani Anwar.

“Terusss ditaro dimana ? Kita nonton yukkkkk…” Tarida bergelayut dengan manja.

“Ayooo manggggg…..” Nia ikut merengek. Jakun Parto turun naik, kemudian tubuhnya berdiri dan dari sebuah laci dikeluarkannya setumpukan Cd berisi rekaman persetubuhan Tarida, Nia dan Feilin. Kemudian digiringnya tubuh bugil ketiga gadis Chinese itu menuju ruang tamu, diputarnya satu persatu sampai kelima CD itu selesai ditonton.

“Nahh sekarang… “ Parto mendesakkan tubuh Tarida kesudut dinding, ia mengarahkan kemaluannya pada lubang vagina Tarida.

“Ahhh… mangg Partooo… ngak seru ahhh!!!! Masak rekamannya cuma segini… tadi katanya banyak….”Tarida menolak tubuh kurus kering yang hendak menikmati lubang vaginanya. Parto menarik nafas panjang akhirnya ia menuju sebuah lemari diruangan itu, dibukanya pintu lemari.

“Krettttt….” suara pintu lemari yang sepertinya menyimpan banyak rahasia di dalamnya. Feilin, Tarida dan Nia tersenyum ketika Parto mengeluarkan sebungkus Cd termasuk Kamera murahannya.

“Ya sudahhh ini dikeluarkan semuanya!!!! tapi Ayoooo Dooooooonnnnnggg….” Parto merengek ingin segera mencicipi lubang kenikmatan para gadis Chinese di hadapannya.

“Kalau gitu mang Partoo mandi dulu gihhhhh…” Tarida mengecup pipi Parto yang keriput. “Asiiiiikkkk……he he he…” Parto terkekeh-kekeh senang, ia menuju kamar mandi yang terletak di belakang rumah, baru saja ia menutup pintu kamar mandi tiba-tiba ia teringat, ia lupa mengambil handuk, Parto keluar lagi dan menuju kamarnya………………………

“Heiiiiii…. Kalian mau apa… lohhhh???” Parto memergoki Tarida, Nia dan Feilin sedang terburu-buru memakai baju seragam mereka kembali, melihat mangsanya berusaha melarikan diri Parto bergerak secepat kilat menghadang mereka, Parto benar-benar gelap mata, kini seorang kakek tua keriput dengan tubuh telanjang bulat tengah berusaha menangkap mangsanya yang mulus dan segar.

Huppp… mangsanya yang pertama Tarida meloloskan diri disusul oleh Feilin mangsanya yang kedua, Parto mengamuk bagaikan macan tua yang terluka dan kini diterkamnya mangsanya yang ketiga Nia, waduhhhhh mampusssss dahhhhhhh !

Ternyata mangsanya yang ketiga lolos juga… bahkan Nia masih sempat melempar kain segitiga ajaib ke arah wajahnya, Kain ajaib itu menutupi pandangan mata Parto… raungan terdengar mengerikan dari mulut Parto yang hanya tinggal geraham.

”Owww…….Gubrakkk!”

Ternyata keberuntungan berpihak pada Parto, mangsanya yang ketiga Nia, kurang hati-hati, ia terpeleset jatuh ke atas lantai, belum juga hilang rasa sakit akibat terjatuh, Parto menindih tubuh mulus Nia. Nia menjerit kecil… ia berusaha melepaskan diri dari Parto yang begitu buas menindihnya.

“Sialannn luuu… Grrrrr… gua entot….lu Hiattttttt…” Parto bagaikan seorang pendekar mesum berusaha menaklukkan Nia.

“Ohhhhhh tidakkkk lepass…Tidakkkk…Nnnnnnnnhhhh…” Nia melawan mati-matian ketika Parto menyibakkan rok seragam sekolahnya ke atas, Tangan Parto mencekik batang leher Nia sampai Nia terkulai lemas kehabisan nafas, pandangan matanya agak gelap seperti mau pingsan.

“He he he……Cd yang kalian bawa Cuma backup-an, semuanya ada di dalam computer…kali ini lu yang gua sikat dulu, temen lu yang dua ntar pasti nyusul he he he…”

Parto menggesek-gesekkan kemaluannya pada vagina Nia, sepertinya kali ini ia bakal berhasil menyetubuhi Nia yang sexy, kemaluanya bergerak menekan dan perlahan namun pasti kepala kemaluan Parto mulai merasakan jepitan di lubang vagina Nia yang seret, Parto tersenyum merasakan kepala kemaluannya mulai tengelam di lubang sempit yang hangat dan nikmat.

Ia hendak menjebloskan kemaluannya, Nia hanya dapat memandangi Parto yang terkekeh-kekeh di atas tubuhnya, pandangan matanya masih nanar akibat dicekik oleh Parto, tubuh tua Parto mulai bergerak mengambil ancang-ancang untuk melakukan “peluncuran roketnya” dan…!!

”Jrebbbbbb…Wuadowww!!!!!!!”

Mata Parto melotot, Parto melolong kesakitan setengah mati ketika merasakan sesuatu menyerang tubuhnya dari belakang, bahkan bukan hanya itu serangan benda itu berlanjut dan menekan kedalam tubuhnya, sebatang bolpen kini tertancap dilubang anusnya, tubuhnya menggelepar-gelepar.

Feilin dan Tarida menyingkirkan tubuh tua Parto dari atas tubuh Nia, Nia yang ketakutan dibantu berdiri oleh kedua temannya, “Niaaa cepet….mau ngapain ?”

Tarida keheranan melihat Nia dengan terburu-buru membuka casing computer diruangan itu, Nia mencari-cari obeng kecil dilaci meja dan kemudian dengan terampil Nia membongkar Harddisk bermerek Seagate.

Feilin menarik tangan Nia dan kabur dari rumah Parto, Parto mengerang kesakitan, menungging tanpa daya dengan sebatang bolpen tertancap di anusnya, matanya terpejam rapat……. Kayaknya sih kelenger deh macan tua kita yang hebat.

Sudah berhari-hari Parto tidak masuk kerja, sampai akhirnya si macan tua muncul kembali di gerbang sekolah namun langkahnya masih agak….aneh. Feilin, Tarida dan Nia tersenyum – senyum kecil ketika melihat Parto berjalan dengan langkah yang agak mengangkang, akhirnya ketiga gadis super cute dan mulus itu tidak dapat lagi menahan tawa mereka membayangkan sebuah bolpen yang menusuk Parto, tepat di lubang anusnya. Siang hari itu Parto kembali mencegat Feilin, Tarida dan Nia, Parto mengertak mereka.

“Saya berikan kesempatan terakhir…. Sebaiknya kalian menyerahkan diri…kalau tidakk!!! Saya akann…. “

Pidato Parto mendadak terhenti ketika……..

“Pletak….” Feilin menjitak jidat Parto, “Ihhh Dasar…” Tarida mencibir kemudian berlalu meninggalkan Parto.

“Tarida… Feiiii, tunggu!” Nia berlari kecil mengikuti langkah kedua temannya, Nia menengok ke belakang, tubuhnya bergidik melihat mulut ompong Parto yang pernah melahap buah dadanya dengan rakus. Parto mengusap-ngusap jidatnya, mulutnya yang ompong termanyun-manyun.

Mister Sange – Kumpulan Cerita Dewasa Satpam Sekolah

=====================

Siang hari di sebuah rumah mewah, para siswi Chinese yang mulus tengah mengadakan rapat penting. Tarida, Feilin dan juga Nia berniat membebaskan Dhani Anwar, mereka dengan sukarela menguras tabungan di Bank BCA demi membebaskan Dhani.

Pada hari Sabtu, di sebuah Lembaga permasyarakatan, tiga gadis Chinese tampak gelisah menunggu seseorang, mendadak pintu ruangan itu terbuka dan masuklah seorang pria bertubuh gemuk berlemak, dan berwajah garang, mata si gemuk memandang Tarida, Nia dan Feilin dengan tatapan menyelidik.

“Ehmmmm nahhh adik-adik ada keperluan apa mencari saya ?” Si gemuk membuka pembicaraan. “Mmmm begini pakkk.. apa benar Dhani ditahan disini….?” Feilin memberanikan diri bertanya pada si gemuk.

”Betul… ada keperluan apa adik-adik menanyakan Dhani Anwar…?” dengan tanpa ekspresi si gemuk balik bertanya.
“Begini Pakk… kami ingin menjamin Mang Dhani, ini uang jaminan sejumlah 50 juta rupiah….” Tarida mengeluarkan amplop coklat berisi uang sejumlah 50 juta rupiah.

“Brakkk…!!!! Kalian pikir… saya ini seorang koruptor yang bisa disogok !!!! Selama 20 tahun lebih saya bekerja… saya belum pernah menerima uang haramm!!! Sebaiknya adik-adik pulang kerumah… belajarlah baik-baik agar berguna bagi masa depan adik-adik semua….nah silahkan….. saya masih banyak urusan.”

Si gemuk menasihati Tarida, Feilin dan Nia, mereka sangat kecewa mendengar kata-kata yang keluar dari mulut si gemuk, apalagi si gemuk sudah mempersilahkan mereka keluar dari ruangannya.

Tiba-tiba Tarida berbalik dan berkata, “Kalau kurang…. Saya bisa memberikan lebih koqq pak.” Tarida melangkah mendekati si gemuk.

“Saya kan sudah bilang kalau saya tidak menerima sogokan dalam bentuk apapun….sebaiknya kalian… Glekkkkk” kata-kata si gemuk mendadak berhenti ketika Tarida duduk di atas meja di hadapan si gemuk, dengan sengaja tangannya menyibakkan rok seragamnya ke atas, kurang lebih 5 cm di atas lutut.

“Bukan pakai uang koq pakkk…”Feilin berbisik ditelinga si gemuk, dengan menahan rasa jijik, Nia mencium pipi si gemuk.

“Ehmmmm Glekkk… Glekkk…” si gemuk kehabisan kata-kata, pikiran-pikiran kotor mulai memenuhi benaknya, selama ini ia sering mendengar cerita dari teman-teman sejawatnya tentang gadis-gadis sekolahan yang bisa dibooking, namun hanya sebatas mendengarkan saja. Mata si gemuk memandangi paha tarida yang tampak mulus, Feilin tersenyum kecil kemudian ia membimbing tangan si gemuk agar hinggap di paha Tarida.

Tangan si gemuk merayap dan mulai menikmati permukaan paha Tarida, si gemuk menggeser kursi yang didudukinya agar lebih dekat ke meja, tangannya terus merayap-rayap, mulus dan halus, tangannya bergerak hendak menyibakkan rok seragam Tarida, Tarida menahan rok seragamnya.

“Gimana Pakkk… boleh?” senyumannya menggoda si gemuk.

“Ehmm… begini…. Mmm.. saya mungkin dapat membantu membebaskan karena berkelakuan baik… ya seperti pemotongan masa tahanan… itu saja…. katakanlah 3 bulan saja di dalam penjara….. Bagaimana ?” si gemuk mengajukan penawaran.

Tarida Nia dan Feilin saling pandang kemudian mereka mengangguk tanda setuju.
“Tapi…. Kalian harus janji dulu….. sering kemari…untuk he he he…”

Si gemuk tidak melanjutkan kata-katanya, baginya aksi lebih penting daripada kata-kata, disibakkannya rok seragam Tarida ke atas, Tarida diam kali ini ia membiarkan kemauan si gemuk, merasa diberi angin si gemuk semakin berani, ditariknya turun celana dalam Tarida.

Tarida mengangkangkan kedua belah pahanya lebar-lebar, si gemuk memeletkan lidahnya, matanya berbinar-binar menatap selangkangan Tarida, sambil meletakkan kedua kaki Tarida pada bahunya, kini kepala si gemuk bergerak mendekati selangkangan Tarida yang terbuka lebar.

“Slurppp… Sllurrpppppp… Slurpppp…” lidahnya bermain, rakus dan garang bermain di gundukan mungil beraroma khas vagina. Tubuh Tarida tersentak–sentak ketika si gemuk semakin garang, tubuh tarida agak miring ke belakang, kedua tangan Tarida bertumpu pada meja di ruangan itu.

“Esttt ouhhhh….” Kadang-kadang tangan Tarida menahan kepala si gemuk yang terlalu garang menikmati vaginanya, lidah si gemuk menggeliat liar mengait-ngait clitoris Tarida, si gemuk tidak menyia-nyiakan cairan–cairan yang semakin banyak meleleh membasahi lubang vagina Tarida, mulutnya berkali-kali menghisap-hisap cairan-cairan yang rasanya gurih dan lezat.

Tiba-tiba si gemuk berdiri dan melepaskan celana dinasnya. Senjata si gemuk +/- 12 cm, hmm ukuran standar, si gemuk tersenyum lebar ketika Feilin bersujud dan meraih kemaluannya, lidah Feilin menyapu ke sana ke mari, bahkan dengan berani dikulumnya kepala kemaluan si gemuk yang bentuknya seperti helm, service Feilin yang liar menyenangkan hatinya.

Kedua tangan si gemuk bergerak lincah melepaskan kancing baju seragam sekolah yang dikenakan oleh Tarida, kemudian bra Tarida dilucuti dan dilempar oleh segemuk, sepasang bra Tarida harus rela meninggalkan susu majikannya yang kini diremas-remas oleh si gemuk, beberapa saat kemudian si gemuk menarik kemaluannya dari mulut Feilin, tanpa permisi si gemuk menjebloskan kemaluannya ke dalam lubang vagina Tarida.

Tusukan si gemuk yang kasar membuat tubuh Tarida tersentak, tubuh Tarida terguncang-guncang ketika si gemuk mulai memacu kemaluannya dengan cepat. Mata si gemuk melotot melihat buah susu Tarida yang bergerak-gerak terombang-ambing tanpa daya.

Sssssshhh si gemuk harus mengakui memang benar kata-teman–temannya, lubang vagina gadis sekolahan lebih seret dan lebih enak, begitu muda dan mulus.

Kalau soal ukuran penis, jelas saja si gemuk kalah dengan Dhani Anwar, tapi soal ketahanan boleh juga rupanya, Tarida sampai kewalahan dibuatnya, besar tenaga, besar pula nafsunya, sudah dua kali Tarida terkulai lemas, dikalahkan oleh si gemuk, si gemuk mencabut kemaluannya, kini giliran Feilin yang maju, dijilatinya kemaluan si gemuk yang sudah basah kuyup, Feilin mendorong tubuh si gemuk agar ia duduk di sofa.

Feilin menurunkan pinggulnya perlahan-lahan, si gemuk yang sudah tidak sabaran menarik pinggul Feilin dan menyentakkan kemaluannya ke atas, amblaslah kemaluan si gemuk memasuki lubang Feilin yang sempit.

Feilin tersenyum kemudian menarik kepala si gemuk ke arah buah dadanya, si gemuk tampak jinak dan kini mengemut-ngemut buah susu Feilin, mendadak mata si gemuk melotot ketika Feilin memulai permainannya yang liar, pinggulnya bergerak-gerak liar, bahkan berkali-kali Feilin memutar pinggulnya.

Gerakan-gerakan Feilin yang binal membuat si gemuk sering terperangah dan meringis keenakan, setelah beberapa saat si gemuk mulai dapat menguasai diri kembali, kemaluannya menyerang vagina Feilin dengan garang dan sangar, ciumannya kasar dan rakus, “Plefff.. plepppp.. pppppeepphh….. pppppfff”

Suara-suara becek terdengar keras, sekeras Feilin dan si gemuk beraksi, si gemuk tidak mau kalah begitu saja, jarinya merayap kebelakang, mencari-cari celah diantara himpitan buah pantat dan “Achhhh….”

Tiba-tiba gerakan Feilin tertahan, jari segemuk menusuk lubang anusnya, si gemuk menikmati ekspresi Feilin yang tampak sensual, si gemuk kini kembali melakukan serangan yang kasar dan bertubi-tubi, karena lubang anusnya sudah dikuasai oleh si gemuk, gerakan Feilin menjadi terbatas, serangan demi serangan semakin membuatnya melayang-layang tinggi dan semakin tinggi ,

Akhirnya disertai satu pekikan kecil, Feilin seolah-olah dicampakkan ke jurang yang paling dalam, keringat Feilin yang harum bercampur dengan keringat si gemuk, tangan si gemuk meremas dan mengelus kesana kemari seolah-olah sedang melukis di tubuh Feilin yang basah. Feilin turun dari tubuh si gemuk, Feilin manarik Nia yang sedang asik melakukan onani, “Masih sanggup pak ?” Feilin tersenyum seolah-olah menantang si gemuk.

Si gemuk tersenyum tanpa banyak bicara, si gemuk menarik tubuh Nia ke pangkuannya, kemudian tubuh berlemak itu menjatuhkan dirinya ke belakang, kini si gemuk bersandar santai sambil memeluk Nia.

Nia terlihat risih karena tubuh si gemuk sudah basah banjir keringat, tangan si gemuk mengelus-ngelus paha Nia, kini jari si gemuk hinggap di selangkangan Nia, mulut Nia terbuka seperti mau mengucapkan huruf A, matanya terpejam-pejam ketika klitorisnya digesek-gesek oleh si gemuk, kasar sekali si gemuk memainkan tubuh Nia.

“Pelan-pelan pak Ahhhh…” Nia kewalahan, si gemuk malah semakin garang dan galak, Nia tidak tahu apa dan bagaimana tapi permainan kasar si gemuk agak berbeda, bahkan bibir si gemuk menciumi bibirnya dengan liar, perlahan namun pasti Nia mulai terpengaruhi oleh permainan seks si gemuk, ternyata lebih enak yang hardcore, pikir Nia.

Nia berusaha menyambut ciuman si gemuk, kini bibir Nia dan si gemuk bersatu erat, saling hisap dan saling mengulum. Tarida dan Feilin saling berpandangan, mereka mendekati Nia yang sedang sibuk melayani si gemuk

“Hmmm Hmmmmm…” bibir Nia diemut-emut oleh si gemuk, tangan si gemuk meremas selangkangan Nia, si gemuk kini mendorong pinggul Nia ke atas, ia hendak mengarahkan kemaluannya pada lubang vagina Nia, namun Tarida malah mengarahkan kemaluan si gemuk pada lubang anus Nia, si gemuk menatap Nia dari belakang dengan tatapan mesum, selama ini si gemuk belum pernah melakukan sodomi, dengan penasaran si gemuk menarik pinggul Nia dan……….

“Urrhhh…..Arrrrrrrggghhhhhh” si gemuk, mengeluh merasakan kemaluannya memasuki lubang anus Nia, rasa nikmat terasa semakin menggerogoti kemaluannya, tangannya semakin kuat menekan pinggul Nia ke bawah sampai akhirnya Nia dengan sempurna menduduki kemaluan si gemuk, kedua tangan bergerak menggerayangi buah susu Nia dari belakang, nafasnya mengeram-geram, gerakan-gerakan kemaluan si gemuk yang kasar menyentak-nyentakkan tubuh Nia keatas.

”Ohhhhhhhhh……..” Nia membelakkan matanya yang sipit ketika jari tangan si gemuk kini mengait-ngait clitorisnya, si gemuk semakin barbar, Nia sampai menjerit-jerit kecil, Nia benar-benar tidak tahan ketika si gemuk melahap kehangatan dan kenikmatan dari tubuhnya yang mulus.

Feilin menutup mulut Nia dengan telapak tangannya agar suara Nia tidak terlalu keras, Tarida membelai-belai Nia, Tarida dan Feilin tersenyum kecil melihat si gemuk, tubuh besarnya bergerak liar, menikmati kehangatan dan mulusnya tubuh mereka.

“Aahhhhh….Crrrr… Crrrrrrrr…”
“Arrgghhhhhhhh… kecrotttt… kecrotttttt…”

Nia dan si gemuk seperti berduet menyanyikan lagu kenikmatan, namun rupanya si gemuk belum puas ia masih ingin terus bertualang di dunia barunya, dunia yang penuh kenikmatan, desahan dan juga rintihan yang membangkitkan birahi. Beberapa lama kemudian pintu kantor si gemuk baru terbuka, dari dalamnya keluar tiga orang gadis Chinese, perjalanan di depan mereka masih jauh dan panjang.

Di dalam ruangan si gemuk memandangi kepergian Tarida, Feilin dan Nia, bibirnya tersenyum puas, dimasukkannya surat pembebasan Dhani Anwar karena berkelakuan baik ke dalam laci dimeja dinasnya, ha ha ha tiga bulan yang menyenangkan…

Begitulah pikiran si gemuk, ide-ide porno mulai bermunculan di kepalanya. Hari demi hari terus berlanjut, semakin lama permintaan si gemuk semakin aneh, nari striptease, belly dance, trus mulai permintaan yang tidak senonoh, pamer paha di depan anak buah si gemuk, pamer dada… telanjang bulat dan yang paling gila adalah permintaan di hari minggu, telanjang di lorong sel penjara.

Tarida, Nia dan Feilin protes, mereka menolak untuk melakukan hal-hal aneh yang semakin melecehkan mereka. Si gemuk hanya tersenyum sinis “Terserah kalian… tapi he he he surat ini ada ditangan saya.” si gemuk mengacungkan surat pembebasan Dhani Anwar.

Pada Hari minggu Tarida, Feilin dan Nia pulang agak larut, setelah selesai memuaskan nafsu si gemuk, namun kali ini wajah mereka tampak kusut memikirkan permintaan si gemuk yang semakin tidak masuk akal. Hari senin yang mengerikan tengah menanti tubuh mulus mereka bertiga, sesuai dengan semboyan sejati “I don’t like Monday”.

Senin siang, Tarida, Feilin dan Nia digiring oleh si gemuk, baru kali ini mereka masuk ke dalam sel penjara, lorong yang panjang, jeruji besi yang kokoh.

Ohh..!! Entah apa yang menanti mereka disana. si gemuk terkekeh-kekeh membuka pintu berjeruji didepannya, suara berderit terdengar memekakkan telinga, kini di sebelah kiri dan kanan terpampang wajah-wajah sangar, manusia yang tampak liar, kulit mereka hitam karena terlalu sering dijemur, buas, bersorak-sorak nakal, kata-kata jorok dan kasar teerdengar riuh rendah.

Si gemuk menyuruh Tarida, Nia dan Feilin agar segera melepaskan pakaian mereka, namun mana mau mereka melakukan hal segila itu, si gemuk terkekeh-kekeh dipeluknya tubuh Feilin dari belakang, Feilin meronta.

“Ingat… kamu ingin membebaskan Dhani bukan…? He he he…” si gemuk berbisik di telinganya, Feilin terdiam, perasaan tidak berdaya, malu, dilecehkan bercampur di dadanya, tangan si gemuk bergerak mulai melepaskan kancing baju seragam Feilin, satu-persatu kancing baju seragam Feilin terlepas tanpa daya, bahkan bra Feilin pun dilucuti tanpa ampun oleh si gemuk, buah susu Feilin menjadi tontonan mahluk-mahluk kelaparan, yang berteriak-teriak liar dari balik balik jeruji.

Pelecehan yang dilakukan si gemuk masih terus berlanjut. Tangan si gemuk menarik turun resleting rok seragam yang dikenakan Feilin, kemudian si gemuk bersujud sambil menarik turun celana dalam Feilin, mata -mata haus seks, berbinar-binar menyaksikan tubuh mulus di hadapan mereka, decak kekaguman berkumandang bersahutan, kini si gemuk mengeluarkan kemaluannya, ditariknya pinggul Feilin agar ia berdiri dalam posisi agak menungging.

Feilin tergagap-gagap memohon, menolak pelecehan yang dilakukan oleh si gemuk, sesuatu yang hangat, dan keras mulai memasuki lubang anusnya, selanjutnya tubuhnya terayun mengikuti helaan kemaluan si gemuk yang semakin liar, entah kenapa Feilin merasakan suatu sensasi tersendiri ketika menyadari dirinya sedang ditonton oleh berpuluh-puluh napi yang kini sedang memandangi sekujur tubuhnya, tatapan mata mereka seolah-olah berteriak-teriak “We want sex” “We want sex”.

Atau mungkin juga ini akibat perasaan tidak berdaya yang semakin hebat melanda akal sehatnya? Apakah karena perasaan dilecehkan yang akhirnya justru berbuah kenikmatan?

Feilin tidak sempat berpikir lebih jauh karena rasa nikmat yang tadi terbendung seakan–akan meledak dari dalam lubang vaginanya. Kini pada saat si gemuk meremas-remas buah susunya, tanpa disadari kedua tangan Feilin terangkat ke belakang berkalung pada leher si gemuk, pinggulnya mulai bergerak-gerak menikmati permainan si gemuk yang semakin garang.

Rintihan demi rintihan kini terdengar mengiringi teriakan-teriakan liar, kotor dan mesum, si gemuk tersenyum merasakan Feilin mulai menikmati permainan gilanya. Si gemuk membalikkan tubuh Feilin kini lidahnya terjulur keluar mengajak Feilin untuk berciuman.

“‘Hmmm….mmmmmhhhh…” suara Mulut Feilin tersumpal oleh mulut si gemuk yang mengemut-ngemut dengan kasar.

“Nnnggghhh…” Feilin meregangkan kedua kakinya agar kemaluan si gemuk dapat lebih mudah menusuk lubang vaginanya, selanjutnya mereka berdua asik melakukan gerakan-gerakan liar yang membangkitkan birahi. Si gemuk mencabut kemaluannya kemudian mendorong tubuh Feilin ke arah jeruji besi, entah berapa pasang tangan terjulur keluar dari sela-sela jeruji besi, berebut mengelus dan membelai tubuh Feilin yang mulus dari belakang.

Si gemuk tertawa dan semakin menempelkan tubuh Feilin bersandar ke arah jeruji besi, Feilin meronta merasakan tubuhnya mulai dinikmati oleh tangan-tangan nakal, membelai, mengelus dan meremasi buah pantat, dan juga ada yang menyelinap meremas-remas buah susunya…

Percuma saja Feilin berusaha menepiskan tangan-tangan nakal yang bermain di sekujur tubuhnya “Jangan…. Ohhh Tidakkk Achhhh…”

Feilin terus memohon, kedua tangannya kini dipegangi terentang ke samping, entah siapa yang melakukannya, Feilin menolehkan wajahnya ketika merasakan jilatan-jilatan di telapak tangannya, sang pelaku balas menatap feilin dengan tatapan mesumnya.

Si gemuk menghampiri Nia, Nia tampak ketakutan ketika si gemuk mendorongnya. Tangan-tangan kelaparan segera menarik tubuh Nia, Nia meronta-ronta berusaha menarik tubuhnya yang semakin terseret merapat ke jeruji besi yang dingin, kedua tangan Nia dipegangi ke samping. Mata Nia mendelik ketika merasakan beberapa tangan menyelinap ke balik rok seragam sekolahnya, mengelus paha Nia, membelai bahkan berani menarik celana dalam Nia.

Si gemuk terkekeh-kekeh, ia menekan bahu tarida agar Tarida bersujud di hadapannya kemudian si gemuk menjejalkan kemaluannya ke mulut Tarida. Mata si gemuk berbinar-binar menyaksikan Feilin yang sedang meronta-ronta, tangan-tangan jahil berebutan merayap di selangkangannya.

Nia tak berdaya ditelanjangi oleh tangan-tangan nakal, si gemuk menarik bahu Tarida kemudian dengan kasar didorongnya Tarida ke arah jeruji besi, dimana telah menanti tangan-tangan yang menggapai-gapai berusaha meraih tubuh Tarida.

“Aww…” Tarida panik ketika menyadari dirinya sudah dipegangi oleh tangan-tangan liar yang merejang kedua tangan Tarida. Tangan–tangan liar itu berusaha menelanjanginya dengan kasar, Tarida merintih lirih ketika sebuah tangan merayap, mengobel-ngobel bibir vagina Tarida.

“Ha ha ha ha ha…” si gemuk tertawa, ia mencelupkan kemaluannya pada lubang vagina Nia, tersorot kegilaan disinar matanya, sinar mata manusia abnormal…

Tanpa terasa waktu sudah memasuki bulan kedua, masa perjanjian dengan si gemuk hampir berakhir, Pelecehan-pelecehan yang dilakukan oleh si gemuk selama ini semakin membuat Tarida, Feilin dan Nia terperosok kedalam sebuah dunia baru, tanpa mereka sadari prilaku seks mereka semakin menyimpang.

Kini tanpa rasa malu mereka berani menarikan tarian striptease di hadapan para napi yang haus seks, sorak-sorai para lelaki dibalik jeruji seolah-olah merupakan pujian bagi tarian mereka yang menggairahkan dan membangkitkan birahi.

Feilin yang binal semakin liar, demikian pula prilaku Tarida semakin nakal dan menggoda, Nia yang tadinya pemalu kini berubah total, keinginan untuk memamerkan kemolekan dan kemulusan tubuhnya selalu menggebu-gebu tanpa akhir, haus ingin melihat kemaluan-kemaluan berbagai ukuran yang masih terpenjara di balik jeruji besi.

Mister Sange – Kumpulan Cerita Dewasa Napi

Hari minggu siang, ruangan kantor si gemuk tampak sepi, “Kringgg….. Kringggg… Kringgggg…. Kringggg…” bunyi suara telepon dari dalam ruangan yang selama 2 bulan ini sudah banyak menyimpan berbagai macam rahasia, terdengar langkah-langkah berat melangkah terburu-buru.

“Hallo… Ya.. pak … sudah siapp… yaaa… sudah… sudahhh semuanya.” si gemuk menjawab serius, rupanya ada telopon dari orang penting, si gemuk menghela nafas panjang-panjang. Tarida, Nia dan Feilin tidak ada didalam ruangan itu, apakah mereka cuti…?

Hmmmmm sepertinya enggak mungkin dehhh…. Liat aja muka si gemuk yang cengengesan ngak puguh itu, dengan santai si gemuk melangkah menuju Blok F, tempat si gemuk memuaskan fantasi seksnya yang paling liar.

Telinga si gemuk mulai mendengar, desahan nafas tertahan, dan juga bisikan-bisikan kotor, Feilin tengah bersujud di depan jeruji besi, mulutnya sibuk mengemut-ngemut kemaluan para pria yang tersembul dari sela-sela jeruji besi, kedua tangannya sibuk mengocok-ngocok kesana kemari.

Nia yang pemalu semakin pandai, lidahnya terjulur liar menjilat kesana kemari, “Kecrooottt…” Nia buru-buru menghisap cairan sperma yang muncrat dari kemaluan di samping kepalanya, kemaluan yang baru terpuaskan itu terkulai dan mengecil, namun segera digantikan oleh kemaluan baru yang masih fresh milik napi lain, Tarida lagi asik menyusui para napi, susu Tarida menyelinap di antara sela-sela jeruji besi, dan langsung menjadi santapan mahluk-mahluk buas di dalam sana.

“Utsss…..” tangan Tarida menahan sebuah kemaluan nakal yang mencoba menusuk vaginanya dari sela-sela jeruji besi, Tarida memundurkan pinggulnya ke belakang sehingga pemilik kemaluan itu menghela nafas kecewa. Tarida tersenyum menggoda kemudian menarik kemaluan nakal yang sedang kecewa itu, diremas dan dikocok-kocoknya.

Tarida bersujud di hadapan pemilik kemaluan yang malang… lidahnya keluar terjulur menjilati dan mengelitik lubang dikepala kemaluan sang Napi malang, diemut, dikulum dan dihisapnya kuat-kuat, cukup lama Tarida berusaha menaklukkan ular besar didalam mulutnya dan “Srrrppp.. srrrppppp…….”

Tarida menelan cairan yang menyemprot di dalam mulutnya, semua itu disaksikan oleh si gemuk.
“He he he… sekarang kita bermain yang lain…..” si gemuk mengacung-ngacungkan kunci di tangannya.

“Gimana kalau kalian sekalian masuk ke dalam dan memuaskan mereka semua ha ha ha ha…. Gue pengen liat lu semua dientot rame-rame!!! Diperkosaaaa rame-rame ha ha haha…” Perutnya yang gemuk terguncang-guncang karena tertawa.

“Setuju…!!! Masukin aja pak”
“Asikkk……Amoy geulis”
“Pakkkk ngak sabarrrr… pengen ngewe nihh!!!!!!”

Para Napi berteriak riuh rendah. Feilin, Nia dan Tarida sampai pucat pasi ketika mendengar keinginan aneh si gemuk. Mereka memohon memelas, tampaknya biarpun Tarida, Nia dan Feilin sudah ketagihan kemaluan pria, mereka masih mempunyai harga diri.

“Diperkosa beramai-ramai……..” kata-kata itu bagaikan petir di siang bolong, si gemuk terkekeh-kekeh, mereka memohon agar si gemuk mau mengurungkan niatnya.

“Ya udah gini aja…!!! Gua udah sembunyiin 1 buah kunci disepanjang lorong sana… terserah nasib kalian… bisa lolos apa ngak!!! Nah 15 menit dari sekarang, saya buka semua pintu sel disini…!!!“

Si gemuk memainkan sebuah permainan gila.

“Jangan… pakkk” Nia ketakutan memohon pada si gemuk, Tarida dan Feilin merayu si gemuk, namun si gemuk malah membentak mereka.

“Gua udah baek ngasih lu semua kesempatan!!! Apa perlu gua buka sekarang hahhh!!!”

Si gemuk mendekati pintu sel berlagak hendak membuka pintu berjeruji besi di hadapannya. Nia, Tarida dan Feilin berlari tanpa selembar benangpun menutupi tubuh mereka yang mulus…

Mereka berusaha meloloskan diri dari permainan gila si gemuk, diiringi jeritan–jeritan penuh nafsu birahi di belakang mereka. Sang waktu seolah melangkah cepat mengejar, bergelora bagaikan amukan waktu…

Mahluk-mahluk dibelakang mereka berteriak-teriak, tidak sabar ingin segera menerkam dan menikmati tubuh-tubuh mulus yang berusaha melarikan diri.

**************************

Gimanakah kelanjutan nasib Tarida, Nia dan Feilin ? Akan berakhirkah penderitaan mereka ?

=======================
Aku menoleh ketika seseorang menepuk pundakku, tanpa banyak bicara aku mengikuti orang itu,
“Rhon… biar bagaimanapun caranya aku harus berhasil…. Aku harus menyelamatkan mereka!!!”

Dhani tampak panik, menyadari tiga gadisnya dalam bahaya besar….

“Bagaimana…. Perintahku sudah kamu jalankan ?” Dhani Anwar menatap Rhoni, ia terlihat gelisah.

“Jangan kuatir …. Semuanya beres…. Pssstttt… Psssttttttt.” Rhoni berbisik-bisik ditelinga Dhani, Dhani mengangguk-angguk, wajahnya berseri-seri, Dhani memandangi para sahabat lamanya, walaupun mereka sudah sulit dikenali dengan wajah dan fisik yang hancur tapi mereka tetap sahabat Dhani yang paling setia.

Berhasilkah rencana Dhani& The Gang dalam menyelamatkan Tarida, Nia dan Feilin dari kegilaan si gemuk ? Jawabnya ada di part ke-5!

Kumpulan Kisah Dewasa Bikin Sange

Jangan lewatkan juga kisah Feilin dan teman-temannya di:

Part-1

Part-2

Part-3

Part-4

Part-5

Part-6