Majikanku dan Dua Temannya Pt 3 – Cerita Porno

Majikanku dan Dua Temannya Pt 3 – Cerita Porno ♪

Cerita sebelumnya di: Part-2

Eps. 3: The Fall of Three Virgins

Sudah seminggu berjalan semenjak aku dengan sukses merengut kegadisan Feilin, Tarida dan Nia masih belum tahu kalau temannya sudah bukan perawan lagi, di hadapan mereka berdua, aku hanya main luarnya saja namun jika mereka berdua sudah pulang langsung kulahap habis-habisan kenikmatan dan kehangatan dari tubuh Feilin sampai ia terengah-engah dalam rintihan dan jeritan-jeritan birahi yang binal.

Dunia seks yang kukenalkan pada Si kucing liar Feilin rupanya membongkar sisi lain dari jati dirinya, keliaran dan kebinalan dalam bercinta. Malam itu udara terasa dingin, di luar hujan turun dengan begitu deras, di sebuah rumah kontrakan inilah aku tinggal, dan selama seminggu ini pertarungan yang hebat selalu terjadi di dalam hatiku, namun lama-kelamaan sisi baik di dalam diriku semakin kabur, seperti matahari pagi yang hangat ditelan oleh gelapnya malam yang pekat, dingin tanpa sinar sedikitpun.

Aku tersenyum dingin menanti datangnya hari esok, yang ada dalam pikiranku hanya kenikmatan, kenikmatan, dan kenikmatan. Pikiran-pikiran kotor dan mesum sudah memakan habis hati nuraniku, sambil menghela nafas aku membaringkan tubuhku, tanganku tidak henti-hentinya mengocok-ngocok batang kemaluanku, kesadaranku mulai hilang dan akupun jatuh dalam gelapnya malam.

Mataku mendadak terbuka, ada senyuman di bibirku, akhirnya hari yang kunantikan sudah tiba, dengan terburu-buru aku mandi, suasana hari itu mendung seperti mau hujan, sudah selama seminggu aku selalu menjemput Feilin lebih awal, dengan mengendap-ngendap kubawa santapan pagiku ke dalam mobil agar tidak ketahuan oleh orang rumah, santapan pagi yang mulus dan hangat.

“Jreng…jrengg…jrennggg….ada yang….benci dirinya ada yang….” seorang pengamen mendekati mobilku, ia bernyanyi sebuah lagu si kupu-kupu malam, “Ini hidup wanita sikupu-kupu mallllaa Uhukkk… uhukkkk…..”

Sang pengamen terbatuk-batuk ketika tanganku menyibakkan rok seragam Feilin ke atas, petikan gitarnya mendadak berhenti, mulutnya terbuka lebar, matanya melotot melihat kemulusan paha Feilin.

Feilin tercengang kaget dengan aksiku sampai-sampai ia lupa kalau rok seragamnya tetap tersibak memperlihatkan sepasang pahanya yang mulus, sementara lampu setopan berganti warna hijau. Aku segera menginjak gas meninggalkan sang pengamen yang masih bengong.

“Ditttttt…Dittttt… Ditttt!!!” Bunyi klakson terdengar dibelakangku, lewat kaca mobil kulihat rupanya sang pengamen masih bengong di tengah jalan, sementara Feilin buru-buru merapihkan rok seragamnya, ia mencubit lenganku. Aku melihat jam tanganku, masih menunjukkan jam 6.05 menit, seorang satpam tua memperhatikan kami dengan mata yang masih mengantuk di sekolah, ia sepertinya tidak curiga dengan kedatangan kami yang terlalu pagi.

Aku segera memarkir mobil dilapangan parkir yang masih sepi, baru juga aku mematikan mesin mobil si kucing liar Feilin menerkamku, mulutnya mengulum bibirku, aku membalas mengulum bibirnya yang mungil.

Cerita Sex – Majikanku dan Dua Temannya Pt 3

Feilin membuka kancing baju seragam sekolahnya, tersembullah sepasang buah dada yang ranum di hadapanku, sudah seminggu ini Feilin tidak memakai beha dan juga celana dalam, Feilin menyodorkan buah dadanya yang ranum ke wajahku, aku langsung melahap buah dadanya, kuhisap dan kujilati bulatan buah dadanya, tidak lupa aku emut-emut putting susunya yang semakin runcing.

“Ahhhhh… Ahhhhhhh Manggggg Dhaniiii…. Ouhhhh manggggg” Feilin menjerit-jerit liat karena desakan birahi.

“Sssssssttttt…. Jangan terlalu keras manissss… nanti kedengeran orang gimana….???” Kataku mengingatkan sambil menciumi bibir dan lehernya. Feilin tidak menjawab ia hanya mendesah-desah dengan nafas yang semakin memburu keras.

Tangan Feilin memaksa membuka seleting celanaku dan menarik keluar isi celana dalamku, Feilin naik ke atas tubuhku yang masih duduk dengan santai, di pagi hari yang dingin, kepala kemaluanku masuk ke dalam lubang yang hangat dan seret, lubang vagina Feilin, pinggulnya naik turun dengan liar, kepalanya terangkat-angkat ke atas, jeritan kecil kadang-kadang terdengar dari mulutnya.

Aku tidak mau diam lagi kini kusentak-sentakkan kemaluanku dengan kuat ke dalam lubang mungil dan seret, berulang kali tanganku meremas–remas buah pantatnya yang padat, “Akhhhhh Crrrrr… Crrrr”

Gerakan-gerakan Feilin yang liar berhenti, kedua tangannya memelukku kuat-kuat, sesekali kusentakkan kemaluanku untuk mengantar mengiringi badai dahsyat yang baru saja melemparkan Feilin ke jurang kenikmatan, ciuman-ciuman kasarku berkali-kali hinggap di dadanya yang turun naik seiring dengan desah nafasnya.

Feilin turun dari tubuhku dan duduk di kursi sebelahku, setelah membersihkan cairan yang meleleh di pahanya Feilin merapihkan pakaiannya, aku menerkamnya, “Sudah manggg…. Hampir jam 07.00 kurang”

Aku tidak mempedulikan kata-kata Feilin, kusibakkan rok seragamnya sampai aku bisa melihat kembali gundukan mungil di selangkangannya, bibir vagina Feilin masih terlihat basah, lidahku langsung menari-nari, kukait-kait clitoris Feilin sampai Feilin tersentak-sentak dan merintih-rintih, aku tidak peduli lidahku semakin liar memainkan daging kecil di dalam lubang vaginanya.

“Auh… Crrrr….. Crrrrrr” Feilin merintih untuk kedua kalinya, mulutku dengan lahap menyedot cairan putih yang terasa asin dan gurih sampai habis.

“Mangg…Manggg Dhani…” Feilin mendorong kepalaku keluar dari selangkangannya. Mataku melihat keadaan di sekeliling, rupanya satpam tua itu mulai mendekati mobil kami. Si tua mendekati pintu mobil dan “tok… tokkk….”

Pintu mobil diketuk, Feilin membuka jendela mobil.
“Koq ngak turun Non?” Si tua bangka bertanya, matanya memandangi kami berdua dengan tatapan matanya yang penuh selidik.

“Koq baunya gini…” hidungnya mengendus-ngendus, wangi cairan yang keluar dari lubang vagina Feilin menimbulkan aroma yang tidak asing lagi bagi penggemar seks.

“Psstttt… Psttttt…….” Feilin menyemprotkan parfum, si tua bangka tampak kecewa sekaligus curiga, Feilin tertunduk ia seperti takut ketahuan oleh Situa bangka.

“Hehhhh ngapain loh…. Minggir….” Aku turun dari mobil dan menghardiknya agar segera pergi menjauh dari Feilin, si tua bangka segera ngacir pergi menjauh. Aku menenangkan Feilin yang masih ketakutan, sebelum ia keluar dari mobil aku masih sempat meremas buah dadanya, Feilin menatapku dengan manja dan kemudian sambil tertawa kecil ia menuju ruangan kelasnya.

Aku dengan tidak sabar menunggu ketiga gadis Chinese itu selesai sekolah, sang waktu berjalan lambat seolah-olah berusaha menyelamatkan Tarida dan Nia dari nafsu binatangku, dengan kelelahan sang waktu mengakhiri perlawanannya ketika bel sekolah berdentang dengan nyaring tanda jam sekolah telah usai, akhirnya penantian di hari Sabtu yang kutunggu berakhir juga.

“Feilin Haus nihh…” Tarida menatap Feilin dengan tatapan manja.
“Ya… ambil sana di kulkas……..” Feilin menyahut.

“Minta Fantaaaaaaaaaaa.” Tarida tambah manja, sambil sebelah tangannya menyusup ke balik rok seragam sekolah Feilin. Nina juga mulai ikut-ikutan, ia merangkul Feilin dari belakang dan meremas-remas bagian buah dadanya yang masih bersembunyi di balik seragam sekolahnya, “Aku minta coca-cola yahhh… cuppp.. cupppp”

Dikecupnya leher Feilin sampai Feilin keenakan.
“Ya sudah kalian tunggu disini… aku ambilkan…..” Feilin membalas dengan meremas Susu Tarida dan Nia dengan lembut.

“Awww…enak”
“Aduhhhhhhh… jangannnnnnnn…!”

Mister Sange – Kumpulan Cerita Sex ABG Amoy

Tarida dan Nia menjerit manja, kemudian sambil tertawa lepas, Feilin keluar dari kamar, Feilin mengambilkan minuman untuk kedua orang temannya. Aku mengikuti Feilin ke dapur. Aku tersenyum ketika Feilin mulai mengisi gelas-gelas kenikmatan itu dengan Fanta dan Coca Cola kesukaan Tarida dan Nia.

Kupeluk Feilin dari belakang, kukeluarkan obat perangsang dosis tinggi, sambil menciumi dan menggigit-gigit kecil daun telinga Feilin aku berbisik “Masukkan ini sekalian manisku…”.

Feilin menoleh menatapku, ia bertanya keheranan “Apa… ini manggg”.
Aku tersenyum memeluk Feilin sambil melepaskan kancing baju sekolah dan beha Feilin dari belakang, ” Itu obat perangsang.“

“Tolong jangan…. Kasihan mereka….” Feilin memohon belas kasihanku.
”Jangan banyak bacott!!! Lakukan perintahku ngertii!!!!”

Aku membentak Feilin, Feilin ketakutan dan ia segera menjalankan perintahku, dimasukkannya obat perangsang pemberianku ke dalam gelas kenikmatan rasa Fanta dan Coca Cola, sambil bersujud kulepaskan rok seragam Feilin dan kutarik celana dalam Feilin.

“Slllllrrrppppphhhhh…. Sllllllrrrrrrpppphhhh………..” kujilati belahan pantatnya yang lembut dan halus, kupeluk erat-erat pinggul Feilin sambil mencari-cari daging kecil di dalam lubang vaginanya, kutelan-tekan perlahan daging kecil itu dalam gerakan memutar.

Feilin merintih kecil, api birahi semakin besar menyala dalam dirinya, sambil merendahkan posisiku dari belakang kutusukkan kemaluanku pada lubang vaginanya, kupacu vagina Feilin kuat-kuat dan iapun bergoyang dengan binal, kedua tangannya bertumpu pada pinggir meja.

“Kamu jangan nakal manisku…Ayo berikan minuman ini pada Tarida dan Nia….agar aku dapat segera menikmati mereka!!” perintahku kepada Feilin.

Feilin melangkah dengan pasti, sepertinya Api birahi yang berkobar dengan dashyat sudah membakar habis akal sehatnya. Sambil tertawa senang aku mengikuti langkah Feilin yang sudah lebih dulu sampai ke dalam kamar.

Hmm di kamar hanya ada Feilin yang terdiam memegang dua buah gelas ditangannya, diletakkannya gelas itu di atas meja belajarnya, Feilin menoleh ke arahku, di lantai kulihat pakaian seragam milik Tarida, sedangkan dalam jarak yang agak jauh lagi kulihat pakaian seragam milik Nia.

Sambil memunguti attribute di tubuh Tarida dan Nia yang tercecer, aku mengikuti jejak yang sengaja ditinggalkan oleh santapanku yang pasti lezat dan mengenyangkan nafsu birahiku, rok seragam, kemudian beha dan yang terakhir celana dalam, semuanya kutemukan, sambil membungkuk kuambil celana dalam terakhir berwarna coklat muda dan…”Dharrrrrrr……..!!!!!!!”

Sesuatu melompat dari tempat yang tersembunyi, mataku hampir melompat keluar dari tempatnya ketika melihat dua pasang buah dada yang segar dan ranum melompat ke hadapanku. Dua sosok tubuh mulus yang kukenal tertawa lepas tanpa beban, sepertinya mereka tidak tahu kalau hari ini mereka wajib melepaskan dan dan menghidangkan keperawanan mereka untukku.

Aku menerkam mereka berdua dan kuciumi mereka berdua, tanganku merayap.
“Ihhhh mang Dhani… ihhhhhh”
“Ahhhh geli mang!”

Kata–kata seperti itulah yang keluar dari mulut Tarida dan Nia. Kugiring Tarida dan Nia menuju kamar Feilin, kamar tempat aku akan menyantap keperawanan mereka. Di dalam kamar tanpa basa-basi Tarida dan Nia meminum minuman yang sudah disediakan oleh Feilin, Feilin tertunduk, sepertinya ia merasa serba salah, aku memeluknya dari belakang sambil berbisik.

“Jangan kuatir… mereka berdua akan baik-baik saja…… hari ini kita berempat pasti akan bersenang-senang sampai puas….. apa kamu sudah melaksanakan perintahku…?” sambil meremas kedua susunya dalam gerakan memutar aku bertanya pada Feilin, Feilin mengangguk sambil mendesah resah. “Bagussss… ha ha ha ha…..” aku tertawa senang.

==================

15 menit yang lalu

“Haloooo…. Siapa ini…?” suara yang terdengar dari gagang telepon bertanya.
“Ini Feilin tante…. Tarida nginap di rumahku tante….” Feilin berusaha agar tidak gugup.
“Ooooo Tarida mana?” suara itu bertanya lagi.

“Lagi…. Di kamar kecil tante, jadi aku bantuin ngasih tau supaya tante ngak kuatir…?” Feilin berbohong.

“Ooo ya sudah kalau begitu….” Suara itu tampak lebih tenang.
“Mari tante, bye.” Feilin kemudian menutup gagang telepon.
Kemudian ia juga menghubungi orang tua Nia dan melakukan hal yang sama.

==================

Mister Sange – Kumpulan Cerita Sex Pembantu dan Majikan

Baru 10 menit aku meremas – remas Susu Felin, di hadapanku Tarida dan Nia mulai terlihat resah dan gelisah, aku tersenyum karena tahu kalau pengaruh dari obat perangsang pasti mulai bekerja, kubalikkan tubuh Feilin, kemudian aku masukkan kemaluanku ke lubang vaginanya kutusuk-tusukkan dengan cepat dan kuat sampai terdengar bunyi “Clepp.. Cleppp.. Clepppp” bunyi itu semakin kuat terdengar.

“Akhhhhhh…..Crrrrrrrrr” satu pekikan manja terdengar dari mulut Feilin. Kucopot kemaluanku dengan kasar, kemudian sambil menggoyang-goyangkan kemaluanku aku mendekati Tarida dan Nia, kedua gadis itu kini menggigil hebat karena berada di bawah pengaruh obat perangsang.

Kudorong tubuh keduanya ke atas ranjang yang empuk. Aku menerkam Tarida dan Nia kemudian menciumi mereka, ciumanku semakin liar dan kasar ketika aku menggeluti buah dada mereka. Tarida dan Nia menggelepar, rintihan mereka semakin keras, kulepaskan tubuh Tarida kini aku mulai berkonsentrasi pada tubuh Nia, kulumat lembut putting susunya, Nia memekik kecil ketika aku merubah gaya bercintaku menjadi liar dan kasar, dengan rakus kulumat-lumat buah dadanya bergantian yang kiri dan yang kanan.

Nia seperti merengek-rengek menahan nafsu birahi yang semakin tinggi, kugigit–gigit dengan gemas putting susunya yang semakin mengeras, rakus sekali mulutku ketika menjilati, mengemut, dan mengigit–gigit buah dadanya yang semakin mengeras. Ciumanku yang liar dan brutal semakin turun, ke perut, dan…hinggaplah aku di sebuah gundukan mungil yang aromanya sudah sangat kukenal.

”Nggghh…ahhhh!!” tubuh Nia mengejang ketika aku melumat-lumat bibir vaginanya dengan kasar, kutekan dan kubuka bibir vagina Nia dengan jari jempolku, tersembullah daging kecil dambaan setiap laki-laki, kukait-kait daging kecil mungil yang menggemaskan itu dengan lidahku sampai pemiliknya tersentak-sentak kenikmatan.

Aku mulai menggesek-gesekan kepala kemaluanku pada lubang vagina Nia, kutekan dan kucoblos lubang vagina Nia dengan satu sentakan yang kuat “clepppppppp” bunyi lubang kecil itu ketika kepala kemaluanku merangkak masuk.

Kutekan kemaluanku agar lebih dalam lagi memasuki lubang sempit yang berdenyut-denyut meremas-remas kemaluanku dengan kuat, untuk sesaat aku tersentak…kuhentikan gerakanku, api kecil menyala di dalam hati nuraniku, haruskah aku merampas kegadisan Nia yang baik hati dan pemaaf?

Pada saat-saat yang kritis ini Nia menekuk dan mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar, kemudian mengangkat-angkat pinggulnya ke atas, api kecil itu mendadak padam bagaikan tertiup oleh angin badai yang dasyat, kusentakkan kemaluanku berkali-kali merobek-robek kegadisan Nia.

“Aaaaahhh!! ” jeritan Nia terdengar menggema di dalam kamar itu ketika aku dengan buas melahap keperawanannya, aku terus berkutat merojok-rojok lubang vagina Nia sampai kemaluanku tenggelam secara sempurna, kutarik dan kutekankan kemaluanku berkali-kali.

Si kucing Liar Feilin kini naik ke ranjang dan menghampiri Tarida yang mendesah-desah tidak karuan, Feilin memeluk Tarida dan mengulum bibir Tarida dengan rakus, kedua gadis itu saling melumat dan saling berpelukan.

Ciuman Feilin kini turun ke buah dada Tarida, mulut Feilin begitu rakus menggeluti buah dada Tarida, setelah puas menggeluti buah dada Tarida, Feilin menarik tubuh Tarida agar bangkit duduk di atas ranjang, sedangkan Feilin duduk di belakang Tarida, sambil memandangiku dengan tatapan matanya yang nakal, Feilin meremas bagian bawah buah dada Tarida, kemudian dengan gerakan memutar kedua tangannya meremas-remas sepasang susu yang segar dan ranum.

Tangan Feilin yang sebelah kiri dengan perlahan merayap semakin turun dan kini hinggap di gundukan mungil milik Tarida, jari tangannya menggesek-gesek bibir vagina Tarida sehingga Tarida semakin sering merintih lirih, sambil terus memacu kemaluanku menikmati vagina Nia, aku menonton “Live Show” yang semakin liar, mataku merayapi tubuh Tarida, Feilin seperti mengerti keinginanku.

Didorongnya tubuh Tarida ke arahku, kurengut dan kutarik tubuh Tarida agar posisi susunya pas di mulutku dan kulahap buah susu Tarida, si pemilik buah dada merintih-rintih ketika aku semakin liar melampiaskan nafsuku pada buah dadanya, lidahku mengait-ngait putting susu Tarida yang semakin keras, kuemut pentilnya dan kuhisap-hisap.

Feilin menarik kepalaku sambil menyodorkan buah dadanya, aku tersenyum senang sambil menerima pemberian Feilin, kepala kemaluanku sibuk merojok-rojok lubang vagina Nia.

Sedangkan kepalaku sibuk mengemut-ngemut empat buah susu ranum yang terhidang di hadapan wajahku, kupercepat kocokan-kocokan kemaluanku pada lubang vagina Nia yang mulai terasa lancar karena membanjirnya cairan pelumas dari lubang kewanitaannya, sepertinya inilah yang disebut dengan istilah empat sehat lima sempurna.

“Eeengghhh Achhh!!” Nia menjerit kecil, tubuhnya bergetar hebat dan Srrrr…crrrttt, semburan-semburan cairan hangat terasa menyemprot kemaluanku. Aku meneruskan acaraku “berpacu dalam melody” birahi.

“Crep….crepp…plepp…slepp!” Entah apa judul lagu ini, kadang-kadang slow, kadang kadang nge-rock, kadang-kadang agak metal tergantung bagaimana cara aku mengayunkan kemaluanku. Feilin menerkam Tarida sehingga tubuh Tarida yang mulus terlepas dari kekuasaanku.

Si kucing liar Feilin menggeluti tubuh Tarida, seperti binatang buas yang kelaparan, kubiarkan Feilin bermain dengan Tarida, kutarik pinggul Nia kemudian aku meneduhi tubuhnya dan memompa lubang vaginanya dengan lebih kuat lagi, kupeluk erat-erat tubuh ramping Nia yang seksi, keringat sudah membanjir di tubuh kami berdua, permainan semakin basah, hangat dan mengasikkan.

Nia yang sexy sudah tiga kali menyemprotkan air maninya dalam posisi ditindih oleh tubuhku dan ini yang keempat kali… “Akkhhh…crrrtttt” Nia kembali terhempas dalam kenikmatan, Nia yang sexy dan cantik terkulai tanpa daya setelah kukalahkan dengan telak.

Aku bangkit dan mencabut kemaluanku “Plooopppp” aku memperhatikan lubang vagina Nia yang memar kemerahan, cairan putih kental meleleh keluar dari sela-sela vaginanya bercampur dengan cairan berwarna merah, darah perawan, Nia terengah-engah kecapaian, matanya terpejam rapat-rapat, mulutnya sedikit terbuka.

Aku merangkak mendekati Tarida dan Feilin, bersama-sama dengan Feilin, aku mengemuti Susu Tarida, Feilin mengemut susu kanan dan aku mengemut susu sebelah kiri, lumayan lama juga kami berdua menyusu di dada Tarida, Feilin mendorong tubuhku sampai aku terlentang di atas ranjang dengan posisi mengangkang, kemudian Feilin menaikkan Tarida ke atas tubuhku.

Feilin menekan pinggul Tarida turun, aku tidak menyia-nyiakan maksud baiknya, kuarahkan kepala kemaluanku pada lubang vagina Tarida yang mendekati kemaluanku, beberapa kali kepala kemaluanku terpeleset ketika akan masuk ke dalam lubang vagina Tarida yang licin, seret dan hangat, setelah kurasakan pas kali ini dengan satu sentakan keras kuhentakkan kemaluanku keatas.

“Cleppp…” suara itu begitu keras terdengar.terdengar, Feilin menekan pinggul Tarida, kurasakan kemaluanku semakin dalam terbenam menusuk vagina Tarida.

Mr Sange – Kumpulan Kisah Dewasa Terlengkap

“Brettt… drrrrrrrrrtttt prrrrrrrrrttt……” terasa sekali enaknya ketika kepala kemaluanku merobek-robek keperawanan Tarida, sedangkan pemilik keperawanan meringis-ringis ketika aku merobek-robek miliknya yang berharga, sesuatu yang tidak akan pernah mungkin dapat kembali lagi, kucengkram pinggul Tarida sambil berkali-kali menghentakkan kemaluanku keatas, sedangkan Feilin mengangkangi wajahku, si kucing liar menghidangkan vaginanya yang beraroma harum menggairahkan.

Aku langsung menjulurkan lidahku mencari-cari daging mungil kesukaanku, pinggul Feilin berulang kali menekan-nekan ke bawah, sehingga lidahku semakin tenggelam ke dalam lubang vaginanya, kukorek lubang vagina Feilin, kuemut-emut vagina Feilin dengan rakus.

“Akh….Hnngghh!!” Tarida memuntahkan cairan kenikmatannya, Tarida yang mulus memang lebih cepat mencapai kenikmatan jika dibandingkan kedua temannya. Feilin menekan-nekankan vaginanya kemulutku, pinggulnya bergoyang kesana kemari.

“Aww…Crrrr” Feilin semakin kuat menekan pinggulnya kewajahku ketika aku dengan lahap menjilati cairan gurih yang meleleh dari selangkangannya. Feilin hendak mengangkat vaginanya namun kutahan buah pantatnya dengan kedua tanganku, aku tidak akan membiarkan santapan yang lezat ini seenaknya berlalu di hadapanku, sambil terus menghentak-hentakkan kemaluanku merojok-rojok Tarida, aku melumat-lumat selangkangan Feilin.

Kadang-kadang Feilin memekik ketika aku mengigit-gigit kecil bibir vaginanya dengan gemas. “Unghhh…crrrrrrr…” Tarida kembali mengeluh dan cairan hangat terasa menyemprot kemaluanku berkali-kali.

Aku merasakan Tarida turun dari tubuhku “ploppppppppp….” kemaluanku terlepas dari vaginanya. Kuterkam si kucing liar Feilin dan kugeluti tubuhnya, tembakan-tembakan gencar berulang kali kuarahkan untuk menghantarkannya berkali-kali ke jurang kenikmatan.

Setelah itu sasaran kualihkan pada Tarida yang terkulai lemas di atas ranjang, kubalikkan tubuhnya kini Tarida dalam posisi menungging, bibir vaginanya kini merekah dan agak terbuka, aku kembali menjejalkan kemaluanku ke dalam lubang vaginanya yang seret, kutekan kemaluanku sedalam mungkin, sampai buah pantatnya menggesek perutku, halus, begitu lembut, hangat dan ada perasaan serrrrr di jantungku.

Kukocokan kuat-kuat kemaluanku sampai terdengar bunyi “Plokkk…” “Plokkk….” “Plokkk!” yang semakin lama semakin keras terdengar. Tubuh Tarida terdorong maju mundur, semakin cepat aku mengayuhkan kemaluanku semakin cepat pula tubuhnya terayun-ayun dalam posisi menungging.

Kemaluanku keluar masuk menelusuri lubang kenikmatan yang seret dan sempit, pada saat aku mendorongkan kemaluanku, bibir vagina Tarida bagaikan amblas tertekan masuk, dan pada saat aku menarik kemaluanku bibir vagina Tarida bagaikan tertarik keluar.

“Engggg Ahhhhh… Akh…ssshhttt!” Tarida menjerit tertahan ketika dirinya kembali tenggelam ke dalam lautan kenikmatan. Tanpa melepaskan pinggul Tarida, aku menjatuhkan diriku ke belakang, kini aku duduk di atas ranjang sedangkan Tarida menduduki kemaluanku, tanganku meremas-remas susunya, kocokan-kocokan kemaluanku semakin kuat menghujami lubang vagina Tarida.

“Uhhhhh…” Aku menghentikan gerakanku, Tubuh Tarida dan tubuhku sudah basah bagaikan habis kehujanan, keringat mengalir dengan deras dari tubuh Tarida dan tubuhku, sesekali kuayunkan kemaluanku ke atas dengan gerakan yang santai sambil mengumpulkan kembali tenagaku yang terkuras, punggung Tarida bersandar di dadaku, kepalanya terkulai lemah kecapaian, gesekan buah pantat Tarida yang halus mulus menimbulkan sensasi yang sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata.

“Utssss…Crrrott” tanpa kuduga sesuatu yang sangat nikmat keluar dari dalam tubuhku, nafasku seperti tertahan, kuremas lembut Susu Tarida dari belakang, tenggorokanku terasa panas, kulepaskan tubuh Tarida, aku berlalu keluar untuk mengambil minuman dingin dari kulkas, kemaluanku yang besar kini terkulai, kubuka pintu kulkas dan kuraih sebotol Sprite untuk melepaskan dahagaku.

Kugerakkan tubuhku untuk menghilangkan rasa pegal, beberapa saat kemudian tenagaku mulai pulih, ulat-ulat porno mulai menggeliat di otakku, kulangkahkan kakiku menuju kamar Feilin dan kubuka pintu kamar itu perlahan, di atas ranjang terbaring tiga sosok tubuh mulus yang terkulai lemah, kuhampiri tubuh mereka dan kini kubalikkan kembali tubuh Tarida dan tubuh Nia, kujilati lubang anus Tarida kemudian lubang Anus Nia, perjalanan Tarida dan Nia masih panjang, kuarahkan kepala kemaluanku pada lubang anus Tarida dan…

Jeritan kesakitan Tarida kembali terdengar menggema di dalam kamar…..

Setelah aku selesai, kulepaskan tubuh Tarida, tidak berapa lama kemudian terdengarlah jeritan kesakitan Nia, mereka berdua menangis terisak-isak, sepertinya pengaruh obat perangsang yang kuberikan mulai hilang, kesadaran mereka perlahan-lahan mulai pulih namun segalanya sudah terlambat, aku kembali menikmati kemulusan dan kehangatan tubuh mereka bertiga.

======================

Beberapa bulan kemudian

Dari dalam sel di sebuah penjara, tepatnya diblok D terdengar suara gelak tawa para napi, mereka sedang mengerubuti tiga orang gadis yang seksi, cantik dan mulus, para napi itu seperti kesetanan tidak mempedulikan jeritan ketakutan yang keluar dari mulut ketiga gadis di hadapan mereka.

“Jangannnnn…. Ampunnnnn…… akkkkkkkkkkkkk”, “Aduhhhhhhhhhhh… Owwwwwwww…..” “ngakkkkkk….. uhhhhhhhhhhhhhhh” suara – suara yang keluar dari mulut ketiga gadis itu.
Tarida ?…. Nia ?………… Feilin ?…………… Huhh ????? Mau Ngapain mereka di dalam sana ?

======================

Mister Sange – Cerita Seks Dewasa Majikan dan Supir

Jangan lewatkan juga kisah Feilin dan teman-temannya di:

Part-1

Part-2

Part-3

Part-4

Part-5

Part-6