Cerita Cinta – Chapter 113. Mulai Mencarinya

Chapter 113. Mulai Mencarinya

Fany telah jauh pergi meningglakan saya. Meninggalkan relung hati ini yang terus berfikir tentang sebuah kebenaran perasaan Nabila yang masih di simpannya untuk saya sampai saat ini. Namun tetap saja rasa benci itu lagi – lagi mencoba menutupi secerca cahaya terang yang menembus lirih dasar hatiku. Semua terasa sia – sia sebelum hati ini bertemu dengan Nabila secara langsung. Apakah baiknya saya harus mencarinya terlebih dulu atau bagaimana saya masih terus berfikir dan mencoba menafikan diri ini meski terkadang logika meminta saya untuk melupakannya.

Namun sebenarnya . .

hati ini tidak . .

Hubungan saya dengan Nonik masih berlanjut hingga menginjak pada satu bulan penuh. Tetap berjalan seperti apa adanya penuh dengan kerempongannya serta aturan yang akir – akir ini membuat saya semakin muak untuk memilih jarang bertemu langsung dengannya. Namun beda cerita jika hari ini adalah empat puluh hari Jovanda meninggalkan saya. Sebab diri ini ingin sowan atau berkunjung ke rumah Jovan yang baru dengan di temani mantan sahabatnya yang mungkin sekali lagi bisa mengucap kata maaf untuknya. Maka langsung saja sore itu saya ajak Nonik untuk sekedar menemani saya ke makam Jovan serta membacakan doa.

“hallo beb, kamu di kosan ada acara sekarang ??” telfonku lebih dulu.

“ga ada sih beb, ada apaan emang ??” tanya Nonik di seberang telfon.

“itu, . . aku mau ngajak kamu ke makam jovan” tukasku menjelaskan.

“ha . . ke makam Jovan lagi ?? kan kemaren udah beb” bantahnya dengan kalimat tanya.

“kan yang kemaren tuju harinya, sekarang ya empat puluh harinya. Makanya aku pengen ke sana lagi buat antar bunga sama bacain Jovan Yasin”

“duh, aku lagi agak ga enak badan beb kalo ke sana, aku titip doa aja deh buat jovan. gapapa kan ??” tanya Nonik manja seolah menghindar dari amarahku.

“yaudah kalo gak ikut, aku duluan aja”

Yang pasti saya jengkel gondok juga iya. Sebab di saat sakral seperti ini Nonik justru tengah tak ingin ikut dengan saya untuk sekedar berkenjung ke makam Jovan mantan sahabatnya. Bukannya saya tak mau sendiri, namun berkunjung berdua dengan Nonik secara tidak langsung saya mempunyai tujuan untuk meminta izin pada jovan bahwa saat ini saya tengah berpacaran dengan mantan sahabatnya meski itu secara tidak sah. Namun apa daya Nonik memang bukan tipikal wanita dengan segala keiklasan yang setiap saat terpancar dari aura tubuhnya. Dangan ini saya tau Nonik lebih jauh dan lebih dalam.

Sore itu kubelah jalanan makam menuju rumah Jovan yang baru dengan bunga dan buku Yasin yang telah kupersiapkan. Rupanya kesendirian ini tak menyurutkan niat untuk sekedar menengok bidadari saya yang kini sudah berada nun jauh tenang di surga sana. Dengan perasaan yang masih berkabung ketika melihat gundukan tanah di depan saya ini yang tak lain dan tidak bukan adalah makam milik Jovan, mata saya tersita oleh beberapa potong bunga mawar merah putih serta kenanga yang masih segar pertanda bunga itu belum lama di letakkan di atasnya. Setau saya, keluarga Jovan tengah berada di luar kota semua dan masih kembali esok hari untuk acara berkunjung ke makam anak sulungnya. Maka siapa gerangan yang masih ingat dengan hari besar Jovan sampai sejauh ini. Apakah saudara atau kerabat dari jauh saya masih belum yakin.

Tak lama berfikir, tiba – tiba diri ini di sadarkan oleh sosok Rois dan Wiwit yang bermain di sekitar area makam. Terlihat mereka tengah asyik bergurau kesana kemari tanpa memperhatikan keberadaan saya. Maka dengan semangatnya saya panggil mereka untuk sekedar merapat serta bertanya kabar.

“Rois , !!!! Wiwiiiiit !!!! sini . . .” teriakku memanggil mereka berdua.

“kalian kemana aja, kok baru nongol di sini” sapaku gembira pada mereka.

“lah, masnya ini yang kemana, udah jarang ke makamnya mbak Jojo kayaknya” keluh Wiwit berkerut dahi.

“lah, yang pas tujuh harinya aku kesini buat nyekar lagi dek, tapi aku cari kalian gada” tuturku menjelaskan pada mereka.

“owh yang pas tujuh harinya mbak Jojo, aku lagi pulang ke rumah nenek mas. Jadi ya ndak ada di sini, hehehehe” cengar cengir mereka berdua padaku.

“owh pantesan, makanya aku cariin kalian kok pada ga da ya. Padahal aku udah siapin pesangon buat kalian loh. Hahahaha” tawaku mengiming – imingi mereka.

“aku tiap hari mesti bersihin makam mbak Jojo kok mas, tuh liat gada rumput di atasnya” tunjuk Rois di atas makam Jovan.

“jadi critanya kalian minta bayaran lebih nih gara – gara kemaren ga sempet ketemu, hayoo . . .” pojokku pada mereka.

“ya pokok seiklasnya aja lah mas, hehehehe” cengengesan sudah kedua bocah itu jika sudah berurusan dengan uang.

Tak lama berselang, saya teringat akan bunga yang masih segar bertaburan di atas makam Jovan. lantas siapa orang telah yang mendahului saya di hari keempatpuluh jovan ini.

“oiya Wit, itu makam Mbak Jojo kok udah ada bunganya. Emang ada yang nyekar ya sebelum mas dateng ??” tanyaku pada Wiwit keheranan.

“iya ada mas, kirain tadi yang nyekar itu mas. Ternyata bukan, makanya aku maenan aja di sekitar sini sambil nungguin mas dateng, heheheh . .” dasar ini bocah kalo sudah ingat saya pasti ingat uang.

“lah trus kamu tau siapa yang nyekar wit ??” tanyaku makin dalam.

“ya gak tau mas, pokok orangnya cewek gitu, cantik loh !!” tukas Rois bersemangat.

Sejenak saya berfikir, apa ini bunga dari Nonik hingga ia tak mau di ajak untuk ke makam bersama saya. Namun jika benar itu Nonik rasanya sangat mustahil untuk di dengar. Dan teringat akan kejadian yang sama, orang yang dulu pernah saya sangka adalah Nonik kini kembali saya urungkan sesaat. Dengan membuka hape, saya tunjukkan foto Nonik di depan Rois serta Wiwit berharap mereka mengenali sosok yang saya maksud.

“ceweknya apa kayak yang di foto ini ??” dengan menunjukkan foto Nonik, sesaat mereka berdua mengamati.

“kayanya bukan mas, mbak yang tadi itu badannya agak gemukan dikit ketimbang di foto itu. Kalo yang di foto kan orangnya kurus ya mas”

Dengan berkesimpulan, saya yakin ini bukan Nonik pelakunya. Terpujilah Nonik jika sampai ia melakukan kegiatan macam ini tanpa saya suruh ataupun saya ajak. Maka mustahil itu adalah kata yang tepat untuk Nonik melakukan kegiatan macam ini.

Lantas inisiatif kedua muncul kepada nama seseorang yang sebenarnya saya rasa sama mustahilnya dengan Nonik. Yakni Nabila, namun rasa penasaran teramat besar itu memaksa saya untuk terus mencari tau siapa wanita yang selama ini selalu datang di makam Jovan tepat tujuh dan empat puluh harinya. Dengan bermodal internet saya browse itu foto Nabila yang berada di internet. Sebab maaf untuk saat itu saya tengah tak menyimpan foto Nabila satu pun di dalam gallery picture.

“kira – kira yang ini bukan ??” dengan menunjukkan foto Nabila yang saya rasa kurang jelas sebab gambar pecah saat di zoom kepada Rois dan Wiwit.

“kayaknya iya deh mas, ini mas orangnya” tegas Rois meyakinkan.

“yang jelas kamu Is, mentang – mentang cewek cakep asal iya aja kamunya ??!!” sentakku pada Rois untuk berfikir ulang.

“iya mas, ini orangnya. Orang tadi pake bando merah sama kaya di foto ini. rambutnya juga sepinggang panjang banget persis kaya di foto ini. cuman bajunya beda. Suer mas !!” kini dua jari Rois menjadi acuan saya untuk mempercayainya.

Dan kini semua telah terjawab, bahwasanya gadis yang selama ini berkunjung ke makam jovan tepat pada waktunya adalah Nabila. Masih belum habis saya berfikir tentang semua itu, kenapa bisa sampai Nabila harus meluangkan waktunya untuk sekedar menjenguk makam Jovan serta mebawakannya bunga. Bahkan jauh lebih dulu ketimbang saya. Menyadari hal semacam ini, lambat laun hati saya luluh. Bagaimana ketulusan hati Nabila untuk selalu memberikan yang terbaik kepada orang yang bahkan dulu sempat menyakitinya, kini selalu ia balas dengan aklak mulia berbalas doa. Sungguhpun hati saya terenyuh melihat kenyataan ini. Dan tanpa saya sadari, mata ini mulai mecari keberadaan Nabila dimana ia berada. Masihkah ada di sekitar area pemakaman, namun nyatanya tidak. Sebab tak saya temukan gadis dengan rambut panjang hingga sepinggang berbando merah berparas manis gula jawa. Entah kemana ia pergi, yang jelas hati ini . . .

Mulai mecarinya . .

Created BY : rakhaprilio KASKUS