Cerita Cinta – Chapter 30 . Merapi – Parangtritis, am I “Jogja” ?

Chapter 30 . Merapi – Parangtritis, am I “Jogja” ?

 

 

Percaya akan semua diciptakan berpasangan dan serba berlawanan ?. Kalau gw ditanya seperti itu, maka gw akan dengan mantap menjawab “Iya”. Kejadian ini terjadi pada gw saat menjalani semester 4.

Dijogja ada 1 hal yang membuat jogja sangat unik dibanding kota-kota lain di Indonesia. Merapi – Tugu Jogja – Pantai Selatan, 3 tempat ini bila saling dihubungkan akan membentuk sebuah garis lurus. Sebuah keunikan tersendiri, begitu juga diri gw. Kenapa gw menyamakan dengan quote diatas, gw akan bercerita untuk lebih jelasnya.

Merapi
Gunung terkenal dengan ketenangannya, dan udaranya yang selalu menyejukkan kita. Banyak orang yang mulai jenuh dengan hiruk pikuknya kota pergi ke puncak hanya untuk menenangkan diri, kabur dari keramaian, dan menghirup segarnya udara puncak. Tapi dibalik sifat ketenangan dan udara yang sejuk itu, tersimpan larva yang begitu banyak. Bila dia sudah tidak kuat lagi menahannya, maka bahaya dari letusan merapi sangatlah berbahaya. Maka gambaran dari merapi ini gw ibaratkan kepada “Laras”

Semester 4 pun dimulai. Semester kali ini jauh lebih berat daripada semester-semester sebelumnya. Dosen-dosen mulai memperlihatkan tanduk mereka. Inilah yang sering dikatakan para mahasiswa saat merasakan semester 4. Terkadang dosen-dosen memberikan tugas diluar kemampuan para mahasiswanya. Frekuensi gw mencuri waktu mengerjakan tugas dijam kerja semakin meningkat disemester ini. Bahkan jam tidur gw berkurang yang awalnya antara 5-6 jam perhari. Disemester 4 ini durasi tidur gw menurun drastis menjadi 1-3 jam perhari.

Saat selesai kerja…
Laras: Kita ngerjain tugas di tempat kamu aja ya ren

Gw: : ya udah deh.

Laras: sekalian ajak fika belajar bareng, fika mulai jarang masuk kuliah.

Gw: sekarang juga fika mungkin lagi gak ada dirumah ras.
Setelah pulang dari thailand, gw belum menceritakan kejadian sebenarnya tentang fika. Gw masih menjaga peristiwa itu sebagai rahasia. Mungkin itu adalah sebuah aib bagi fika. Begitu pula dengan fika, semenjak pulang dari thailand, fika semakin jarang dirumah. Sering pulang tengah malam ataupun shubuh. Biasanya dia selalu diantar oleh deny, cowok yang bagi fika sosok cowok yang sangat care dan pengertian dengan fika. Tapi berbeda dari sudut pandang gw yang malah deny itu cowok yang gak bisa menjaga fika. Tapi entahlah, gw gak bisa mengerti gimana pola fikir fika.

Sesampainya dirumah…
Laras: Rasanya aq ingin muntah melihat tugas yang gak ada habisnya. Kepala aq sudah penuh dengan tugas-tugas

Gw: Yah namanya juga “Mahasiswa”, Mahanya dari Siswa. Jadi wajar donk bila kompetensinya jauh diatas saat kita masih menjadi seorang siswa.

Laras: ren

Gw: : ya ras ?

Laras: kita liburan yuk sabtu ini

Gw: : ras, tugas masih menumpuk loh.

Laras: semalam aja, sejenak kita tenangin pikiran ya. Aq mulai mual melihat tugas-tugas ini setiap hari.

Gw: ya udah deh, semalam ajakan. Memang mau kemana ?

Laras: Kamu masih ingat vila paman aq di kaliurang kan ? aq pengen banget ngehabisin satu hari aja disana sambil membaca novel.

Gw: buat baca novel aja lo mau baca dikaliurang ? ribet banget ras baca novelnya

Laras: Aq pengen banget 1 hari yang tenang sambil membaca novel kesukaan aq. Tapi kalau sendirian kekaliurang aq agak was-was. Makanya kamu ikut ya ren . Kamu gak mau kan ntar aq kenapa-kenapa disana. Cuman sehari kok, kan kita belum pernah liburan berdua.

Gw: iya gw ikut. Gw gak mau wanita yang gw sayangi kenapa-kenapa

Laras: gitu donk, sabtu ya. Ntar jam 9 pagi aq jemput kamu. Kamu juga bawa buku kesukaan kamu, biar ntar kamu gak bosan . Tapi jangan bawa buku pelajaran loh. Awas kalau kamu bawa buku pelajara

Gw:
Sabtu paginya gw sudah siap buat berlibur bareng laras. Gw membawa beberapa pakaian dan sebuah novel yang dikasih oleh ciko. Sampai sekarang gw masih belum sempat membaca novel pemberian ciko ini karena kesibukan gw.

Sekitar jam 9 kurang gw dan laras sudah berangkat menuju kaliurang. Kurang lebih 45 menit kita sudah tiba di vila milik pamannya laras.
Laras: Ke taman kaliurang yuk. Kita simpen barang-barang dlu di vila.

Gw: he eh
Seusai menyimpan pakaian gw dan laras pergi ketaman kaliurang. Gak begitu jauh, dengan berjalan kaki pun sampai. Tapi laras membawa barang bawaan yang cukup banyak saat itu. Sesampai ditaman kaliurang kita memilih menggelar tikar dan karpet dibawah pohon. Alas kita saat itu sungguh nyaman, beralaskan tikar lalu diatasnya digelar karpet rumahan yang empuk. Tidak lupa dengan sekeranjan berisi cemilan dan minuman ringan punya laras.
Laras: huaaaa, segarnyaaaa

Gw: Seneng banget ras

Laras: aq paling suka kepuncak . Rasanya damai banget.
Laras lalu mengeluarkan sebuah novel bersampul warna pink dan bergambar sebuah sepeda. Laras mulai asik dengan novelnya sedangkan gw asik memakan cemilan karena gw belum sarapan

Tiba-tiba laras merebahkan kepalanya dipaha gw sambil tetap membaca novel.
Gw: :

Laras: Gak papa kan ren ?

Gw: gak kok, seenggaknya saat gw lagi asik baca buku gw tau kalau lo gak ngilang.

Laras: yeee

Gw: memang novel apa sih ras yang ngebuat lo pengen banget bacanya.

Laras: ceritanya bagus loh ren, tentang seorang cowok yang pura-pura amnesia setelah kecelakaan. Disitu dia menguji orang-orang terdekat dia saat dia amnesia. Pacar, keluarga, teman-teman terdekatnya. Pokoknya seru deh.
Siang itu kita habiskan dengan membaca novel. Banyak orang-orang yang lalu lalang memerhatikan gw dan laras ditaman itu. Mungkin kemesraan gw dan laras sedikit membuat mereka iri . Tapi kejadian ini tidak bisa gw lupakan, kejadian nan damai dan nyaman dengan orang yang gw sayangi.

Quote:
Parang Tritis
Suara demburan ombak, angin yang kencang dan hamparan laut biru yang terpapar luas didepan mata. Itulah gambaran tentang pantai parang tritis selatan kota jogja. Walaupun berisik, dan angin yang selalu berhembus kencang. Menjadi candu tersendiri, membuat orang-orang untuk selalu berkunjung kepantai. Begitulah gw mengibaratkan seorang wanita yang juga memberi warna didalam hidup gw, “Fika”.

Seperti yang gw ceritakan diatas, disemester 4 ini membuat gw semakin sibuk. Bahkan dimalam minggu seperti ini gw habiskan untuk mengerjakan tugas-tugas yang memang sudah menumpuk setiap harinya. Seusai malam mingguan bareng laras, maupun itu hanya sekedar makan malam bareng. Gw langsung lanjut mengerjakan tugas kuliah gw.

Saat itu kira-kira pukul dua, gw mulai dilanda ngantuk. Fika baru saja balik, tapi malam ini fika tidak pulang diantar oleh deny seperti biasanya. Dia keluar sendirian dengan mobilnya. Fika menghampiri gw sambil memegang sebotol air mineral.
Fika: kok lo suka banget sih ngerjain tugas diruang tengah. Kan dikamar lo ada meja belajar ren.

Gw: Enak disini fik, gw biasa lesehan . Lagian kalau lagi bosen ngerjain tugas kan gw bisa nonton tv disini. Jadi enak kalau ngerjain tugas disini.

Fika: Sini ikut gw

Gw: wek : kemana ? lagian sudah jam segini mau kemana.

Fika: sudah ikut aja.
Fika menyalakan mobilnya dan langsung membawa gw ke jalan parang tritis. Sepertinya fika mengajak gw kepantai malam-malam begini. Gw agak takut sebenarnya, apalagi banyak banget kisah mistis yang gw dengar tentang pantai parang tritis. Ternyata benar, fika memarkirkan mobilnya dipantai parang tritis. Awalnya gw sempat menduga pantai ini bakal sepi malam-malam begini. Ternyata dugaan gw salah. Gw melihat ada beberapa tenda berdiri dipantai parang tritis ini. Dan masih lumayan banyak orang-orang yang berdagang mulai dari wedang ronde, jagung bakar sampai penyewaan tikar.

Fika berjalan menuju pantai, gw hanya bisa mengikuti apa kemauan fika. Gw gak pernah bisa menebak bagaimana pola fikir fika.
Fika: duduk gih, lo mau berdiri semaleman ?

Gw: parah lo fik, gw cuman pakai kaos ama celana pendek gini lo bawa kepantai malam-malam. Anginnya kencang lagi.

Fika: Nanti kalau resepsi pernikahan, gw pengen ngadain dipantai. Suara ombak, hembusan angin pantai. Selalu membuat gw merasa nyaman.

Gw: :rolleye:
Gw pun hanya bisa diam. Mungkin keadaan fika sekarang masih membuat hatinya sakit. Menjelang detik-detik perceraian kedua orang tuanya. Mungkin inilah yang membuat dia selalu keluar malam dan kuliahnya menjadi terbengkalai. Gw mulai mendengar isu-isu yang kurang mengeenakan ditelinga gw tentang fika. Ada yang menyebut fika wanita malam, wanita panggilan. Gw gak pernah menghiraukan isu-isu murahan seperti itu. Mereka yang ngomong begitu hanya melihat fika dari sisi gelapnya. Mereka tidak tau apa-apa tentang fika sebenarnya.
Gw: Fik, lo kurangin keluar malam donk. Ayo semangat kuliah lagi, gw bakal ngebantu lo sebisa gw. Gw masih memegang amanah dari Ayah lo fik. Gw bakal ngejaga lo, mungkin obrolan saat itu hanya angin lalu bagi lo. Tapi bagi gw, amanah seperti itu merupakan tanggung jawab besar bagi gw untuk mewujudkannya.

Fika: Bullshiit dengan kuliah. Orang tua gw cuman tau bilang “Fika, fika fika dan fika”. Jalan hidup gw sudah diatur oleh orang tua gw, akan menjadi apa gw nanti. Mereka gak pernah memberi gw waktu untuk berpendapat. Ego mereka terlalu besar, terlalu berambisi memiliki anak yang harus melanjutkan kesuksesan mereka.

Hening….

Fika: *Hiksss*

Gw: : (gw mendengar suara tangisan fika, walaupun gw gak bisa melihat dengan jelas karena disaat itu sangat gelap)
Gw menarik kepala fika untuk bersender dibahu gw. Fika menangis semakin kencang, hingga bahu gw terasa basah saat itu. Mungkin batin fika masih tersiksa saat itu. Memang berat bagi seusia fika mengalami cobaan seberat ini. Gw akan selalu menjaga lo, karena gw bisa melihat lo dari sisi yang berbeda.

 

Created BY : Biji.Salax KASKUS