Cerita Cinta – Chapter 34 . C.a.r.e

Chapter 34 . C.a.r.e

 

 

Sibuk, sibuk dan sibuk. 3 kata itulah yang selalu menyertai gw dalam perjalanan di semester 5 ini. Antara pekerjaan dan tugas-tugas kuliah yang semakin banyak saja. Kadang gw merasa drop dan kelelahan dengan semua rutinitas ini. Tapi setiap gw merasa drop, gw selalu menelpon nenek gw. Beliau selalu berkata di telponnya “Bersabarlah sedikit saat ini, Maka bahagia yang panjang akan datang sebagai hadiahnya”. Setiap mendengar perkataan nenek itu, gw merasa seperti sebuah robot yang baterainya terisi kembali. Keletihan gw hilang, dari situ gw sadar. Kalau yang membuat gw letih adalah “Pikiran”. Ya, pikiran lah yang membuat gw merasa letih dan drop. Tapi ketika gw mendengar omongan dari nenek gw, pikiran gw berubah untuk lebih berusaha sedikit lagi untuk mendapatkan sebuah kebahagian yang panjang. Letih dan semua perasaan yang membuat gw drop, sirna begitu saja setelah mendengar omongan beliau.

Selain nenek, laras juga selalu ada disetiap waktu gw. Gw dan laras selalu berjanji untuk menghadapi semuanya bersama. Dikuliah dan dipekerjaan, kita selalu mencoba menyelesaikannya bersama-sama. Banyak tugas-tugas kuliah yang selalu kita kerjakan berdua. Hal ini membuat waktu gw bersama laras semakin banyak. Kadang gw juga berperan dalam perkembangan café milik laras. Tidak sedikit ide-ide yang gw tuangkan untuk kemajuan café milik laras. Bahkan kita berdua sering mengunjungi café-café lainnya yang berada dijogja mencari sebuah minuman atau cemilan yang cocok untuk ditambahkan kedalam menu café.

Berbeda dengan keadaan gw dan fika. Semenjak fika balik dari Jakarta gw semakin jarang mempunyai waktu buat mengobrol dengan fika. Perbedaan jam tidur membuat kita tidak mempunyai waktu untuk mengobrol. Gw selalu pulang tengah malam setelah berkerja dan mengerjakan tugas bersama laras. Dan ketika gw sampai rumah, fika tak akan ada dirumah saat gw balik. Saat tengah malam dia selalu keluar dengan deny entah kemana. Sedangkan bila gw berangkat kuliah paginya, maka fika sudah dengan nyenyak tidur dikamarnya. Hal inilah yang membuat kita tidak mempunyai waktu untuk mengobrol lagi. Mungkin hanya perbedaan waktu beraktivitas yang membuat dunia gw dan dunia fika berbeda. Dan sosok denylah yang sesuai dengan dunia hidupnya fika, “Malam Hari”. Walaupun dalam hati gw masih merasakan beban yang pernah dipesankan oleh ayahnya fika untuk terus menjaganya.

Sabtu sore…
Laras: rendy, sini bentar deh (panggil laras yang sedang duduk disalah satu meja sambil membaca sebuah brosur)

Gw: : kenapa ras ?

Laras: ntar malam kita kesini ya, aq mau coba beberapa menu disana.

Gw: iya, tar pas selesai shift gw jam 8an ya
Setelah giliran gw kerja selesai. Gw dan laras langsung pergi ke sebuah resto yang berada didaerah nologaten. “Ngeban Resto”, tempat ini lebih mencolok kepada sebuah cafe taman. Beberapa meja ditata rapi di sebuah halaman dengan beratapkan langit malam. Ditambahkan dengan sebuah lilin yang menghiasi mejanya. Dan disana juga disediakan beberapa pendopo dan saung. Pendoponya cocok buat untuk kegiatan organisasi , sedangkan saugnya didirikan tepat dipinggir sungai yang membelah ngeban resto menjadi 2 bagian. Inilah yang membuat tempat ini menjadi sangat khas.
Laras: tempatnya bagus ya ren

Gw: he eh, mereka dapat lokasi yang bagus.
Lalu datang pelayan yang mengantarkan menu kepada kita. Seperti biasa laras yang menentukan menu yang kita pesan. Biasanya laras akan memesan semua jenis minuman yang terdengar aneh. Dengan sabar pelayan disitu mendeskripsikan semua jenis menu yang laras pesan. Sekitar setengah jam pelayan itu dijejali pertanyaan-pertanyaan tentang menu oleh laras. Kadang gw tertawa kecil ketika melihat pelayan mulai lelah menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan oleh laras. Gw bisa mengerti perasaan dia ketika mendapatkan pelanggan yang agak cerewet dan tidak berhenti bertanya seperti laras saat ini .
Laras: menurut kamu gimana ren tentang tempat ini ? apasih gitu yang membuat dia ramai

Gw: hmmm , Lokasinya. Resto ini menang di lokasinya, memberikan nilai plus yang banyak. Karena berada didekat sawah dan sebuah sungai. Dan karena café ini bertema taman, jadi cocok dengan lalu lintas yang sepi disini. Sehingga terasa sangat tenang bila berada disini, ditambah ada suara air sungai yang mengalir.
Gw mencoba sebisa mungkin membantu laras buat mengembangkan usaha yang sedang dia rintis saat ini. Walaupun gw hanya seorang waiters, gw tetap mencoba melakukan yang terbaik demi usaha yang dijalani oleh laras ini.
Sekitar jam 12 malam gw tiba dirumah. Gw langsung mandi untuk menghilangkan lelah gw seharian ini. Selepas mandi gw langsung menyeduh segelas kopi hangat sambil menonton tv. Awalnya gw ingin bergadang sambil menunggu fika pulang. Karena sudah lama kita tidak mengobrol. Karena perbedaan jam tidur, membuat kita tidak pernah mengobrol lama lagi. Semakin lama gw menunggu, semakin mata gw merasa berat hingga gw terlelap disofa depan tv.

Sekitar jam setengah 5 gw terbangun untuk beribadah. Seusai beribadah gw langsung beranjak ke dapur untuk membantu mbak may membuat sarapan. Entah kenapa pagi itu perasaan gw agak kurang enak.
Gw: wah masak besar nih mbak may pagi ini. Masih pagi tapi menunya udah banyak gini :

Mbak May: Sesekali kan gak apa-apa mas.
Gw langsung beranjak kekamar fika, buat ngebangunin dia. Karena sarapan pagi ini terasa sangat special dengan berbagai masakan yang disiapkan oleh mbak may. Saat membuka pintu kamar fika, gw melihat kamar fika masih kosong. Perasaan gw semakin tidak tenang dengan tidak adanya fika dikamar. Karena selama ini selarut apapun fika keluar, dia tetap pulang. Gw coba beberapa kali menelpon ke handphone milik fika, tapi tidak aktif. Keadaan ini membuat gw semakin khawatir.

Karena gw khawatir dengan keadaan fika, gw langsung menghubungi ciko.
Gw: Cik

Ciko: kenapa ren, pagi-pagi gini dah nelpon aja. Tumben

Gw: iya, ini fika juga tumben gak balik sampai pagi begini. Gw jadi was-was cik.

Ciko: ntar kalau lapar juga balik kok ren. Santay aja

Gw: lo kira kucing, kalau lapar baru pulang. Serius cik, fika gak biasa begini. Lo punya nomor deny kan. Kirimin ke gw gih no deny.
Tak berapa lama sms dari ciko sampai yang berisi no deny. Beberapa kali gw mencoba menghubungi no deny. Sama halnya dengan no fika yang tidak aktif. Gw mencoba untuk tetap berpikir positif. Tetapi hal seperti ini untuk pertama kalinya selama 3 tahun lebih gw mengenal fika. Gw pun kembali menghubungi ciko untuk meminta bantuan.
Gw: halo cik, nomornya gak aktif.

Ciko: Ya mungkin fika nginep dirumah temennya gitu ren.

Gw: cik, 3 tahun gw kenal fika. Gw gak pernah lihat dia dekat dengan orang lain selain deny. Dan selama ini gw gak pernah lihat fika tidak pulang semalaman. Lo bisa bantu gw kan cik

Ciko: bantu apa ren ?

Gw: lo tau alamat deny ?

Ciko: klo tepatnya gw gak tau, tapi gw bisa tanyain keteman-teman gw yang seangkatan dengan dia.

Gw: ntar lo jemput gw ya, kita coba datangin ke tempat deny.
Sekitar 30menit gw menunggu, ciko tiba didepan rumah.
Gw: gimana cik, tau alamat deny.

Ciko: he eh, tadi gw udah nanya. Kita coba pastiin aja dlu.
Deny, tinggal dijogja seorang diri. Semenjak SMA deny sudah tinggal di jogja. Berpisah dengan kedua orang tuanya yang berkerja dijakarta. Segala kebutuhan deny selalu dipenuhi oleh kedua orang tuanya. Deny tinggal disebuah perumahan, tidak terlalu besar. Tetapi cukup mewah untuk tinggal seorang diri.

Beberapa kali gw coba tekan bel rumahnya. Hingga akhirnya deny keluar menghampiri gw dan ciko.
Gw: Fika ada ?

Deny: oh, tunggu bentar.
Deny kembali masuk kerumah. Disaat itu pikiran gw memikirkan hal-hal yang negatif. Apa yang yang dilakukan fika hingga dia menginap dirumah deny. Mungkinkah fika dan deny melakukan hal yang gw bayangkan. Tiba-tiba pikiran gw buyar ketika melihat fika keluar dari rumah deny masih mengenakan dress yang dia pakai semalam.
Gw: ehmm, fik. Bisa ngomong bentar.

Fika: ngomong aja ren. :

Gw: lo kenapa gak ngasih tau gw kalau gak pulang

Fika: kenapa harus bilang ke lo ?

Gw: gw khawatir dengan keadaan lo. Lo inget, gw sudah janji ke ayah lo buat ngejaga lo
Disaat gw sedang berbicara kepada fika, tiba-tiba deny memotong pembicaraan gw.
Deny: santay aja kali bos, gw gak ngapa-ngapain kali. Lo gak usah so care gitu lah. Gw cukup dewasa kok buat ngejaga fika. Dan kita juga sudah cukup dewasa untuk melakukan semua hal.

Gw: denger fik, bila ini cara lo buat lari dari masalah lo. Lo salah besaar fik. Ini gak menyelesaikan apa-apa. Lo gak bisa begini terus-terusan. Dan orang tua lo juga gak bakal rujuk kalau tingkah lo begini terus.
Fika hanya menatap gw tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun dari mulutnya. Mungkin gw terlalu egois untuk mengatur kehidupan fika. Tapi gw agak sedikit kesal dengan tingkah fika yang semakin menjadi-jadi seperti ini.

Kemudian deny menghampiri gw
Deny: nyantai aja bos. Gw tau kok apa yang terbaik buat fika. Dan gw kenal fika lebih dari lo. Jadi gw bisa mengerti tentang fika.

Gw: fik, gw yakin lo sudah cukup dewasa untuk menentukan yang mana yang terbaik buat hidup lo. Gw juga yakin ini bukan diri lo yang asli. Karena gw percaya, lo lebih baik dari semua orang yang pernah bayangkan tentang diri lo.
Setelah berbicara gw langsung balik dengan ciko. Gw sadar, gw memang gak pantas menentukan jalan hidup fika. Siapa gw ? gw hanya seorang pelayan dari fika. Tapi entah kenapa, gw gak ingin fika semakin terpuruk oleh keadaan ini. Dan gw percaya fika sudah cukup dewasa untuk menentukan jalan hidupnya.

Tidak berapa lama setelah gw balik ke rumah. Fika juga pulang kerumah. Itu membuat perasaan gw senang.

 

Created BY : Biji.Salax KASKUS