Cerita Cinta – Chapter 39. Angga & Anggi

Chapter 39. Angga & Anggi

 

malam itu aku menghabiskan waktuku untuk menyendiri di dekat kolam ikan sebelah taman, di mana tempat itu ada beberapa kursi santai untuk melepas pikirku yang masih berkecamuk akan kondisi rumah Nabila. Apakah sodara
tau apa yang saya rasakan saat itu, jika hidup ini harus saya tukar dengan Nabila, maka tak kuat adalah jawaban yang tepat atas segala rasa yang terbendung di hati. Sungguhpun rumah seluas ini justru terasa sangat menyiksa.

Perasaan sakit Nabila entah kapan rasanya bersemanyam di dasar lubuk hati ini, sperti sedang berbagi rasa atas apa yang Nabila rasakan. Tak heran jika sewaktu ia berada di rumahku, ia lebih memilih menghabiskan waktu dengan keluarga ketimbang dengan saya yang sahabatnya. Nampaknya ia benar – benar tengah haus akan kasih sayang yang lain.

Lamunanku begitu jauh membawaku hingga tanpa terasa telinga ini samar – samar menangkap suara gegap gempita anak – anak yang memanggil namaku di tengah sunyinya taman malam itu. Rasa takut itu tiba – tiba saja menyelimutiku, akankah seekor tuyul datang menghampiriku dengan tawanya yang khas seperti . . .

“khi khi khi khi, kak Lakha !”

“ASTOFIRULLAH !!!!! ini kalian sejak kapan ada di belakang kakak ??” kagetku atas kemunculan dua adek Nabila.

“kak lakha ndak masuk kedalem, di caliin mbak Bilah tadi” Tanya anggi padaku mengingatkan pada sifat Bila yang ceria.

“kakak mo mancing tah malam – malam gini di kolam” sedangkan angga, seperti Bila versi cowoknya.

“owh enggak, kakak lagi pengen dengerin aer aja dek, sini – sini kalian kakak pangku” rayuku mendekatkan mereka padaku.

“emang ail bisa ngomong kak ?” Tanya anggi penuh kebingungan.

“yha kalo nanti kalian udah gede pasti bisa denger kok” tuturku sambil usap ke dua rambut bocah – bocah itu.

“oiya, mamah sama papah kok ga ada di rumah dek” tanyaku pada mereka.

“papah sibuk cali uang buat Anggi di jakalta kak” jawab Anggi bersemangat.

“iya kak, mamah juga, kalo udah pulang pasti mereka bawa uang”

Terasa teriris hati saya saat itu sunggu pedih sekali mendengar pernyataan dari kedua bocah itu. Anak sekecil ini di jejali dengan kasih sayang yang salah kaprah, menganggap uang adalah segalanya dan itu merupakan bentuk dari kasih sayang. Mereka di jejali dengan segala materi yang saat ini memang masih berarti, namun percayalah bahwa 5 tahun lagi mereka tidak butuh kasih sayang macam ini. ingin rasanya saya menemui kedua orang tua Nabila dan berteriak di depan muka untuk memaki habis – habisan atas kejadian seperti ini. andai saja saya bisa bawa pulang kedua bocah ini untuk di rawat di rumah, pastilah saya akan besarkan mereka dengan kasih sayang yang saya punya.

“Angga, Anggi !!! mbak cariin kalian kemana aja sih !” teriak Bila sedikit kesal pada dua adeknya ini.

“Bil udah Bil, gausa treak – treak gitu. Kasian mreka tar takut” terasa pinggang ini di genggam erat oleh Angga dan Anggi.

“abisnya gw cariin di mana – mana gada taunya ama lo di sini” dengan perasaan kesal ia duduk di sebelahku.

“lo ngpain juga sih Kha di sini sendirian deket kolam, mana ama ade – ade gw lagi” Tanya bila sambil lempar batu ke kolam.

“ya gapapa, cerita – cerita aja ama mereka, eh btw ni ade – ade lo kembar ya ?? haha” tanyaku sedikit tawa pada Bila.

“ya gitu deh, namanya aja uda copelan gitu. Kalo mukanya sih gw rasa rada beda, hff” hela nafasnya di tengah rasa kesalnya.

“oiya Bil, bonyok lo mlm ini pulang ke sini kgak ??” tanyaku simple pada Nabila.

“udah gausa bahas bonyok Kha, mreka ga akan pulang mlm ini besok atau kapanpun” wajah itu kembali bermuka kesal.

“iya iya udah ah lo gampang bgt sih ngambegnya, kasian ade – ade lo ini pada takut ngliatin lo. Dah yuk masuk rumah dlu, kayanya gw td ngrasa grimis. Takutnya tar lg malah ujan” ajakku membonceng kedua adek Nabila.

Di susul lah saya yang telah beranjak pergi terlebih dahulu malam itu masuk kedalam ruangan, terlihat wajah Nabila penuh dengan murka atas keadaan yang ia rasakan saat itu. Sungguh pun hati saya dapat menangkap apa yang Bila rasakan juga. Sedangkan rintik hujan bulan Febuari itu lambat laun mulai turun melengkapi isi hati Nabila tanpa di undang kedatangannya.

 

Created BY : rakhaprilio KASKUS