Cerita Cinta – Chapter 47. Makluk Pengasih Nabila

Chapter 47. Makluk Pengasih Nabila

 

Saya tegaskan sebelumnya, bahwa pada chapter ini buang segala pikiran mesum anda sekalian. Hilangkan pikiran kotor anda yang sebelumnya sudah beberap kali saya jejali dengan kejadian tak terduga di rumah Nabila. Sebab, pada chapter ini akan membahas tentang pengalaman mistis saya di kota Jakarta. Segala bentuk kengerian itu masih akan terus berlanjut ketika mediasi dengan tamu tak di undang itu berhasil kami lakukan di bantu oleh kiyai di sekitar vila tempat saya bermalam. Kini liburan yang saya dambakan dengan canda tawa yang menghiasi sebelumnya, berubah menjadi malapetaka !!

“Tuuuuuuut, Tuuuuuuut, TuuuuuuuT” bunyi hapeku yangs sedari tadi saya tinggal di ruang tamu tengah mencob menyadarkanku dari rasa lelah teramat sangat.

“iya halo yank, hosh . . hosh . . hosh . .” jawabku dengan nafas tak karuan.

“loh kamu kenapa yank kok ngosh – ngoshan gitu ??” tanya vanda panik seketika.

“Bila yank, hosh . . hosh . .” jawabku terpotong kerana nafas ini.

“iya Bila kenapa yank ??” Vanda semakin penasaran di buatnya.

“Bila ilang yank tadi pagi, ini magrib baru ketemu” jawabku sekuat tenaga.

“Astgfirullah, kok bisa yank. Anu yank, kasih air putih trus ajak bicara. Kalo bicaranya nglantur atau ga nyambung, panggil kiyai aja yank” usul Vanda yang sedikit membuatku bingung.

“iya udah aku ajak ngobrol kok tadi, cuman kenapa mesti panggil kiyai yank ??” nafas mulai kutata dan mencerna usulan Vanda.

“biasanya orang kalo baru kalap suka di ikutin makluk halus yank, emang sih waktu di tanya orangnya sadar, tapi kalo di ajak ngomong udah ga nyambung bisa jadi itu orang kesurupan yank” jelas Vanda seolah kawatir akan kondisi Nabila.

“lah iya ta yank, aku baru tau. Ywdah bntar aku cek dulu kalo gitu” sambil berpamitan saya sudahi itu telfon dari Vanda.

Segera mungkin saya masuk kamar untuk melihat kondisi Nabila yang masih lemas tak berdaya dengan mata sedikit merem melek karena menahan rasa lelah. Fany, ia hanya bisa menangis di atas tubuh Nabila karena menyesali perbuatannya yang tak mengkawatirkan sahabatnya sebelumnya. Perasaan menyesal it uterus menyelimuti hati Fany tanpa berhenti bibir itu berhenti berucap kata maaf, sedangkan Bila setengah sadar setengah tidak tangannya mencoba menggapaiku seolah ingin aku berada di dekatnya. Setelah saya mendekat pada tubuh Nabila yang di sampingnya masih ada Fany, ia pun mengajak saya bicara terlebih dahulu.

“Ngga, kamu kemana aja aku cariin selama ini” tutur Nabila masih terasa samar di telingaku.

“apa Bil, ga jelas ??” seraya saya dekatkan telinga ini di bibir Nabila lebih dekat.

“aku pingin ikut sama kamu, tega kamu niggalin aku sendirian, Rangga jangan tinggalin aku” dengan ekspresi yang aneh Bila berucap seperti itu. Matanya meneteskan air mata, namun anehnya bibir Nabila justru tersenyum manis seolah mata dan bibirnya itu menunjukkan ekspresi yang amat tak lazim.

Siapa yang tidak kaget, saya di kira Alm.Rangga oleh Nabila, jelas ini seperti yang di katakana Jovanda bahwasanya Bila tak sendirian, entah siapa kini tengah bersemayam di dalam tubuh Nabila dan menghilangkan segala indra yang ada. Maka saya aja Fany untuk keluar kamar sebentar dan membicarakan perihal masalah ini. awalnya lagi – lagi Fany tak percaya tentang hal beginian. Namun kesabaran saya sudah habis, saya bentak itu Fany jelas di depan muka Doni. Saya sudah masa bodoh dengan yang namanya sahabat. Jika harus pisah dan pecah, maka pecahlah sudah.

Akirnya Fany mencoba menuruti permintaan saya untuk mencari kiayi terdekat di sekitar vila tersebut. Dengan Doni dan Stevy yang masih setia menjaga Bila di kamar sesekali mereka mengajak ngobrol Nabila. Dan jelas saja omongan Nabila nglantur kemana – mana saat di ajak ngobrol. Makin pelik merasakan hal ini, saya segera bergegas dengan Fany hingga pukul 07.00 PM saya baru balik ke vila dengan seorang kiayi pak Abdullah namanya. Beliau adalah orang pintar di daerah tersebut namun bukan dukun, sebab ketika melakukan mediasi dengan Nabila, beliau menggunakan lafadz tuhan dalam agama islam.

Dengan membawa sebotol air putih dan berbekalkan tasbih maka pak Abdullah dengan cekatan melakukan kuda – kuda untuk memulai berinteraksi terhadap makluk yg ada di dalam tubuh Nbila. Dan ketika air di percikkan, terlihat tubuh Nabila meronta kesakitan seolah ada susuatu yang mau keluar dari tubuhnya namun tak bisa. Dengan Stevy dan Doni yang memegang erat kiki dan tangan BIla agar tak banyak bergerak, maka pak Abdullah melakukan tahap selanjutnya, yakni mediasi.

Di usapkan tangan pak Abdullah di atas jidat Nabila, dengan seketika Nabila mengerang kesakitan dengan teriakannya yang meremukkan hati sungguh saya tak kuat mendengarkan teriakan itu. Akirnya mediasi berhasil, dan kami berinteraksi dengan makluk tersebut sebelum mengusirnya pergi perihal alasan kenapa ingin bersemanyam pada tubuh Nabila.

“kamu siapa, kenapa kamu masuk kedalam tubuh anak ini !!” tanya pak Abdullah dengan tegas.

“kula ngesakaken kalian bocah niki”
Quote:
saya kasian sama anak ini
Dengan logat jawa amat fasih terlebih lagi menggunakan Jawa karma inggil, maka jelas itu bukan Nabila yang berucap, tidak lain tidak bukan. Terlihat pak Abdullah bingung dengan jawaban makluk tersebut, yang ternyata beliau tidak mengerti tentang bahawa Jawa. Akirnya sayalah yang berkomunikasi dengan makluk tersebut.

“Njenengan sinten nggih, wonten perlu nopo kok sampek mlebet teng ragane rencang kula” tanyaku dengan logat jawa krama inggil.
Quote:
kamu siapa ya, ada perlu apa kok sampai masuk kedalam raga teman saya
“kula ngesakaken kalian bocah niki, bocah niki sampun asrep ngrasaaken roso loro. Kawula naming pingin nulungi kemawon mboten wonten niatan nopo – nopo” tutur makluk tersebut sambil menahan sedikit rasa sakit
Quote:
saya kasian sama anak ini, anak ini sudah sering merasakan rasa sakit, saya hanya ingin menolong saja tidak ada niat apa – apa
“lha njenegan nulungi kados pripun ??” tanyaku penasaran.
Quote:
lha kamu menolong dengan cara bagaimana
“bocah niki kebayang kalian rencange ingkang sampun mboten wonten, trus kawula njelma dados tiang ingkan pun mboten wonten niku wau” jelas dari makluk tersebut.
Quote:
anak ini membayangkan temannya yang sudah meninggal, kemudian saya menjelma menjadi sosok yang sudah meninggal tersebut
“nggih kula ngertos njenengan kagungan niat sae, tapi niki saneh dalan ingkang leres, kula nyuwun njenengan medal saking rogo rencang kula kerso nggih” pintaku pada makluk tersebut dengan nada halus.
Quote:
iya saya tau kamu punya niat baik, tapi ini bukan jalan yang benar, saya minta kamu untuk keluar dari raga teman saya ini
“sak derange kulo medal saking raganipun bocah niki, njenengan musti janji njogo, pun mboten usah di larani maleh nggih” usul maksud tersebut sambil menangis tak jelas.
Quote:
sebelum saya keluar dari raga anak ini, kamu harus janji menjaga dan tidak usah di sakiti lagi
“inggih kulo bakal jogo rencang kula niki, pun sakniki njenengan medal nggih”
Quote:
iya saya bakal jaga teman saya ini, sudah sekarang kamu cepet keluar
Dengan sekali mengerang seperti orang meregang nyawa, maka makluk itu keluar dengan sedirinya. Nabila, ia tengah pingsan tak sadarkan diri karena telah berbagi raga dengan mkluk tersebut. Suasana lambat laun menjadi tenang dan membaik. Kemudian percakapan saya dengan makluk tersebut saya sampaikan kepada rekan – rekan semua termasuk pak Abdullah yang telah membantu saya.

Di sini Fany hanya bisa menyesal dan perasaan itu terus menghantuinya. Saya dan Doni coba support itu Fany agar tidak semakin larut dalam penyesalannya. Malam it uterus berlanjut hingga esok pagi yang cerah menyapa kami. Siapa sangga liburan ini bakal berakir dengan kejadian seperti ini, tapi untunglah madiasi yang kami lakukan tergolong lancar. Pasalnya jika makluk yang suka ribet bakal lama keluarnya dan harus di paksa.

Masih terbanyang di angan saya sebelum tidur atas kejadian hari ini, bahwasanya makluk halus saja dapat mengasihi perasaan seseorang, sedangkan kita yang sama sebagai makluk hidup masa tak mau berbagi rasa dengan sesama. Apa kita mau di rendahkan oleh makluk seperti itu ?

Tentu tidak . .

“maka berbagilah rasa apapun yang di rasakan baik senang maupun sedih kepada orang lain, sebab dengan berbagi itu kita dapat merasakan hati seseorang”

 

Created BY : rakhaprilio KASKUS