Cerita Cinta – Chapter 48. Pertemuan Pertama

Chapter 48. Pertemuan Pertama

 

Hari ini adalah hari terakir saya di Jakarta. Setelah kejadian hari lusa, maka tiba saatnya saya untuk balik ke kota Malang. Meski acara liburan ini sempat berubah menjadi malapetaka, namun rasa gembira itu tetap ada. Segala bentuk kebersamaan ini begitu terasa berat untuk di pisahkan. Banyak petuah yang telah saya sematkan pada Fany dan Bila. Bahwasanya mereka harus lebih peduli satu sama lain itu kususnya untuk Fany. Nabila, ia harus bisa melupakan masalalunya sebelum benar – benar ingin mencintai orang lain.

Stevy pun terasa haru dengan persahabatan ini yang kiat erat telah jalan selama 6 bulan. Dan kami siap untuk menghadapi tantangan kedepan sebagai bagian dari ujian dari persahabatan. Apapun itu akan kami selesaikan bersama dan bergandengan tangan lebih erat. Kereta sudah menungguku beberapa menit, maka tak banyak waktu yang bisa saya luangkan untuk Fany dan Nabila. Terlihat berat wajah itu untuk melepas kepergianku, meski kebersamaan ini harus di akiri dalam 6 hari cepatnya. Kereta pun berangkat, cuma ada saya dan Stevy berdua. Bodo amat pikirku tentang pendapat orang mau bilang saya homo atau maho yang jelas saya gay. Eh, maaf . . maksudnya saya bukan tipe orang seperti itu. Jadi mau tak mau, perjalanan selama enam belas jam itu harus saya habiskan bersama dengan Stevy. Merasa gembira akan kepulangan ini, maka tak lupa saya memberi pesan singkat pada gadisku di Malang sana.

Me : yank, aku berangkat pulang

Jov : loh hari ini ta yank ?

Me : iya ini sama Stepi

Jov : turun mana kamu nanti yank ?

Me : malang yank, btw besok pagi senggak gak ?

Jov : mau tak jemput tah ?

Me : gak nolak kalo kamu ga sibuk yank

Jov : oke aku jemput aja yank, nyampe jam berapaan

Me : jam 9 an mungkin, klo dah dket tar q telfon

Jov : siap bos, take care ya sayang, muach !

Me : muach :*

Mata ini lelah, penyakit kantuk mulai lagi melandaku. Apalagi ada Stevy di sampingku. Lebih baik saya tidak ceritakan sedetail – detailnya dari pada nanti jadi bahan olok – olokan oleh reader di tread SFTH. Maka saya putuskan untuk hibernasi sampai esok pagi menjemputku di kota malang pagi itu.

Singkat cerita saya telah sampai di kota Malang pukul 8 pagi lebih cepat dari biasanya. Sedangkan Stevy lebih dulu telah turun di kota Kediri. Dengan segera saya telfon saja itu Jovanda yang barangkali kangen dengan saya, ngarep itu sungguh diri ini kembali jadi manusia hina.

“halo yank, aku dah nyampe ni” jawabku bersemangat penuh gairah.

“apa yank, nyampe ? iya bentaaaaaaar: dia bangun tidur pemirsa.

Okelah tak masalah satu dua menit itu toleransi waktu yang tak berlebihan tentunya. Sambil asyik menghabiskan roti sisa dari gerbong kereta, maka diri ini di kagetkan dengan suara seorang wanita yang taka sing lagi di telingaku.

“Waaaayoooo looooo mas Broooo !!” dengan gayanya ia menyapaku dari belakang.

“loh cepet e yank, pasti ga mandi ya ?” jawabku sambil tutup hidung.

“hehehehe, dingin yank jam segini. Lagian kalo aku mandi kamu mau ta tak jemput jam 12 siang. Hahahaha” kampret itu dia emang mandi berapa abad trus ngapan aja di dalam.

“halah ywdah wes, aku ndri jg belom mandi kok, hahay” ajakku sambil jalan.

“kamu dah sarapan ta yank ??” tanya Vanda sambil menggandeng tanganku.

“belom yank, kamu ??” tanyaku balik.

“Belom jugak yank” mata itu penuh harap ingin mendapatkan sarapan pagi itu.

“Rawon depan setasiun mau ??” usulku asal.

“iya wes yank ayok” banting haluan lah ia menyebrang jalan bersamaku.

Pagi ini saya sedikit menyadari beberapa hal, bahwa pacarku ini dengan senangnya mau saya ajak untuk makan di pinggir jalan bernuansa gaya lesehan berteman anak – anak metal yang ikut nongkrong di sekitarnya. Tak malu – malu ia untuk mengikutiku kemana pun aku pergi. Rasa ta’at kepada pasangannya ini memang sudah terlihat sejak awal kami pacaran. Perhatiannya itu seperti oksigen yang setiap hari bisa saya rasakan. Sungguh syukur itu adalah hal yang wajib saya ucapkan ketika mendapat wanita seperti dia.

Dengan memakai celanan pendek di atas paha namun itu bukan hot pant sebab masih lebih panjang lagi entah apa namanya. Kemudian di balut jaket tebal yang memperlihatkan bahunya jelas bergaris tali katulistiwa membuat Jovandaku pagi itu terlihat sexy meski belum mandi, maka dengan tengilnya saya coba tanyai dia mengenai beberapa hal.

“kamu ga malu a yank makan di sni ??” tanyaku frontal sambil menunggu pesanan datang.

“malu ?? ya gak lah. Cuman agak canggung aja, soalnya baru kali ini yank makan di emperan kaya gini. Tapi asyik juga koq, bisa makan deket sama aspal trus banyak motor lalu lalang di sini. Pantesan aja anak – anak yang suka ngopi itu nonggkrongnya mesti di pinggir jalan sambil lesehan. Emang asyik kok, kenapa yank kok nanya gitu sih” jawab Jovanda seolah ia tak ingin di diskriminasi.

“hahahaha, jok ngambeg dlu yank. Maaf ae ya sblum e, kita itu beda selera kan ya. Kamu pasti juga tau itu. Nah aku Cuma takut kamu ga bisa adaptasi sama gaya hidupku. Sedangkan aku, jelas pasti susah kalo harus ngikutin gaya hidup kamu yang serba glamour. Makanya aku nanya, kamu malu gak makan di tempat kaya gini, ya kalo kamu belom siap, kita bisa cari di tempat yg lebih nyaman buat kamu. Gitu aja ga usah di buat ribet yank”

“ya kan mesti bawa – bawa tentang materi, huh !! iya aku ngerti selama ini aku hidup dengan gaya glamour, suka yang mewah dan pasti ngluarin uang. Tapi jujur aja, aku pingin kaya kamu yank. Aku pingin ngadopsi gaya hidup kmu yang simple itu. Aku pingin jadi seseorang yang sederhana tanpa harus kelihatan kaya. Mungkin lebih tepatnya sepeti Nabila.

“loh kok gitu yank, waduh kamu salah tangkep ini. jadi gni ya, aku pingi kamu tetep jadi diri kamu sendiri tanpa harus jadi orang laen ! sebab aku mulai sayang sama kamu yang sekarang, jangan berubah jadi siapapun, aku pingin kamu jadi Jovanda yang aku kenal !!” dengan sedikit membentak saya mencoba menyadarkan pemikiran Vanda sebelum terlambat.

“iya yank aku tau, maaf ya yank aku salah tangkep buat persepsiin mau kamu. Aku Cuma bingung aja harus gimana ketika jalan sama kamu. Banyak hal yang mesti aku rubah, dan itu butuh waktu” sedikit menunduk ia merasa bingung.

“gausah bingung, biarin semua ini ngalir gitu aja, kan ada aku di samping kamu. Jadi ga ada alesan buat kamu sedih atau apapun itu, okey !!” saya coba kuatkan dia sambil menggenggam erat tangannya.

“iya yank, mkasih ya udah mulai sayang sama aku juga, hehehe”

sambil tersipu malu pagi itu sungguh terasa manis meski banyak hal yang harus saya benahi bersamanya sebelum hubungan ini lanjut ke jenjang yang lebih serius. Sebab pelan tapi pasti, bunga cinta itu mekar di pagi hari tepat depan setasiun 27 Febuari 2008.

 

Created BY : rakhaprilio KASKUS