Cerita Cinta – Chapter 49. Apa Kata Mereka

Chapter 49. Apa Kata Mereka

 

Perkuliahan telah di mulai seperti biasanya, tanpa terasa liburan selama dua minggu yang sebagian saya habiskan di Jakarta dan Malang begitu cepat berlalu. Banyak pengalaman dan kesan yang saya dapat ketika dekat bersama orang – orang yang saya sayangi. Kian hari hubungan ini dengan Jovanda kian erat, saya mulai menyayanginya begitupun dia yang sejak awal sudah mati – matian menyayangiku apa adanya. Dengan ini, maka tak ada alasan bagiku untuk meninggalkan Jovanda apapun itu kondisinya.

Pengorbanan, perhatian, rasa sayang, resiko serta prospek kedepan telah di ambil dan kita rencanakan bersama, bahwasanya saya ingin hidup bersamanya ketika saya telah lulus nanti. Bagaimana dengan Nabila, saya tau dia juga menyayangi saya, namun tak mungkin hati ini harus berbagi untuk dua hati. Kadang saya berandai – andai jika Nabila lebih cepat satu menit untuk mengungkapkan perasaannya di bandingkan Jovanda, saya yakin saat ini pastilah saya sudah berada di sisi Nabila.

Hari pertama kuliah ini terasa sedikit mengejutkan, pasalnya mantan gerombolan Jovanda yang sekarang di pentoli oleh Nonik menyadari akan hubungan ini yang lambat laun akan segera ia bongkar. Terlihat wajah kawatir dari Jovanda bila kebanyakan orang akan menggunjing tentang hubungan ini. pastilah tidak nyaman tentunya bukan. Ya, itu yang tengah Jovanda kawatirkan.

“Hay Khaaa, . . Ehm !!” sapa Nonik padaku amat centil kegatelan sperti ulat api.

“iya kenapa Non ??” jawabku sedikit malas menanggapi.

“Baydeway akir – akir ni gw amatin lo makin deket yah ama Vanda, Ehm” curiga Nonik mengintrogasiku di kelas.

“Perasaan lo aja” jawabku ketus sambil membaca buku.

“Perasaan gw ?? trus yang gw liat di setasiun di jemput Vanda kemaren siapa yah” ekspresi mengancam itu sungguh membuatku muak ingin menjotos mimik mukanya.

“mau lo apa sih, ngurusin urusan orang, Hm” seraya saya gebrak itu buku di atas meja dan menanyai Nonik.

“ga ada sih Kha, tapi lo pastinya nyadar kan kalo tmen se gank lo juga ada yg suka sama lo, apa perlu gw sebutin namanya ??” lagi – lagi nada itu terdengar mengancam.

“dah, . . lo pagi – pagi gini gausa rese Non, kalo bukan cew uda gw . . .” saya hentikan ucapan saya sebelum suasana menjadi gaduh.

“kok Rakha main kasar sih, sabar dong. Tar gw kasih tau apa mau gw k lo, tapi ga sekarang sih. Jadi nikmatin dlu aja masa – masa indah lo sama Jovanda. Okey, Beeeey !!” sambil melambaikan tangan ia meninggalkanku dengan beberapa ancaman yang bakal saya temui entah kapan.

Hal ini pun pada akirnya sampai juga pada telinga Jovanda dan tentu pasti ia merasa sangat kawatir. Namun ini resiko dari keputusan yang sudah kami ambil, maka saya coba kuatkan gadisku yang mudah rapuh tersebut sebab saya tidak ingin perasaannya berubah terhadap saya sedikitpun.

“yank Nonik tau kita jadian gimana niih . . !!” curhat Vanda terlihat panik.

“tenang yank tenang jangan panikan gitu, klo kamu mondar mandir gitu yang ada kamu malah tambah pusing tau gak” saya mencoba menenangkan Jovanda yang lebih sibuk mondar mandir di belakang kantin sepulang kuliah denganku.

“tar kalo kedengeran Bila gimana ??” tanya Vanda teramat kawatir.

“yaudah kita kasih tau aja baik – baik . .” jawabku mudah tapi susuh di praktekkan.

“apa kamu ga mikir prasaan dia gimana ?? kemaren aja waktu di Jakarta sampe kesurupan gitu lo gara – gara kamu di kira mantan pacarnya” keluh Vanda mengingatkanku.

“masalah perasaan dia, ya mau ga mau mesti terima hubungan ini yank, mank boleh aku jalan ama Bila jugak ??” jawabku iseng sambil cengar cengir.

“oh gitu, oke !! jalan aja sama dia jugak biar banyak pacar kamu” dengan jengkel ia beranjak meninggalkanku.

“lah, . . lah, . . yank becanda, jangan ngambeg dolo napa !” ujarku sambil berlari mengejar Jovanda.

“kamu ni orang lagi mikir serius tapi malah di becandain macem gitu, sapayang ga sebel coba” omel vanda tepat di depan muka ini.

“iya iya yank aku salah, udah ampun jok ngambeg lagi, hehehe” sambil kupegang tangan lentik itu saya memelas pada Vanda.

“masalah Bia kamu gausah kawatir, aku yang bakal jelasin ke dia sendiri. Kalo perasaan Bila harus sakit, itu resiko. Tentang Nonik biarin aja anjing menggonggong. Okey, tetep tenang jangan panik dan berani ambil langkah besar !!” sambil saya pegang kedua pipi itu, saya memasukkan sugesti kedalam pikirannya melalui tatapan mata saya yang tajam.

Jovanda pamit terlebih dahulu karenan ada urusan di rektorat, acara makan siang pun akirnya saya jalani sendiri di kantin bersama mahasiswa fisip yang mayoritas belum saya kenal. Tengah asyik menunggu pesanan makanan datang, beberapa teman sekelas datang ke kantin yang sama. Maka kami pun berbincang ria meskipun ada perasaan canggung sebab saya tak terlalu dekat dengan mereka.

“Kha, mana Jovanda lo ?? kok ga makan siang bareng” celetuk Dani salah satu anak yang suka ceplas ceplos.

“hah, Jovanda gw ?? mang gw sapanya, hahaha” tawaku sedikit aneh.

“ya kan biasanya lo deket kan Kha sama dia, sering makan di kantin bareng gw tau loh, hahay” bujuk Dani merayuku.

“halah orang cuma makan bareng doang kok” ujarku santai.

“lah tapi keren Kha klo lo bisa deketin Jovanda, secara dia tajir, cantik, inceran anak sekelas. Klo lo jalan sama dia gw rasa cocok kok” ujar Fauzi yang teramat polos.

“ah yang bener Zi, gw kan ga selevel ama dia” jawabku muram.

“lah materi bukan ukuran Kha kalo buat Vanda, yang penting hatinya” seperti mensuport saja jawaban Fauzi ini.

“Hahaha, ya juga sih, doain aja yah, hahahaha” jawabku asal bercada.

“pkok ga lupa traktirannya Kha !! hahahaha” terlihat mereka berdua ini tidak keberatan jika saya memang jadian dengan Jovanda.

Melihat respon dari beberapa teman di kelas, saya menyimpulkan bahwa tidak semua orang pasti akan setuju atas hubungan yang telah kita miliki dengan orang lain. Pasti akan ada rasa kecemburuan sosial yang berdampak pada naiknya kasus kriminalitas seperti kasus yang telah di lancarkan oleh Nonik. Entah motiv apa yang melatar belakangi ia tak suka dengan hubunganku dan Vanda, yang jelas ia salah satu orang yang melakukan kontra. Karena ini masih awal dimana saya berpacaran dengan Jovanda, maka pilihan terbaik saat ini adalah bertahan dari serangan publik. Saya harus memperkuat pilar hubungan dengan jovanda bila ingin mengekspose hubungan ini dimuka umum. Sebab pasti masalah yang di hadapi akan semakin besar jika hubungan ini di ketahui oleh banyak orang.

 

Created BY : rakhaprilio KASKUS