Cerita Cinta – Chapter 5. Janji Stevy

Chapter 5. Janji Stevy

 

4 bulan lamanya saya berkuliah, kemanapun saya berada, di situ ada Nabila. Tak jauh 3 meter di sana pasti ada Fany sahabatnya. Tak kurang Stevi ikut bercanda ria, kami berempat selalu bersama.

Persahabatan ini sungguh suci tak ternoda, pasalnya kami mengucap janji setia untuk selalu bersama. Meski kadang hati ini miris karena Stevi adanya, namun taka apa, yang penting ia masih manusia.

“bray, makan yiuuk. Akkuh lapper bengeddd.” Tidak perlu saya jelaskan siapa yang berucap.

“baru 2 menit kelas bubar uda minta jatah aja lo Step” seperti biasa Fany protes.

“yaudin makan aja toh mbak. Gitu aj repot” Stevy memandang nafsu padaku. Aih, hooeek.

“mo makan di mana sih, gw ngikut lo aj Step.” Ujar Fany.

“ke CL aj. Enak di sana rame, Murah lagi” Nabila mengusulkan.

“Eaudah Capcus cyn.” komandan Stevy Maurello berkomando.

Perlu saya jelaskan gambaran mengenai kawasan CL ini sodara, bahwasanya tempat ini merupakan tempat kumpul favorit mahasiswa dalam hal nongkrong menongkrong.

Tempatnya bersahaja, harga cukup bersahabat dengan kantong mahasiswa, yang nongkrong cakep – cakep pula.

Tak lupa jeruk hangat menjadi minuman favorit saya, Es the dengan sedikit gula itu pesanan Nabila, Mocacino Classic menjadi selera andalan Fany,
Strowbery Punch sudah pasti Stevy punya.

“cuy, bis kuliah gniy biasanyah kliand ngpaind d kosand ??” Stevy memulai pembicaraan.

“gw sih biasanya ya kluar ama Doni Step” ujar Fany bercerita.

Sedikit saya singgung tenteng Doni, ia adalah kekasih hati Fany. Kuliah di
malang punya, sama – sama masih maba, asal satu kampung Jakarta tentunya.

“enak ya kmuh da eank merhatiin gituh Fan.” Stevy berucap sendu.

“lah emangnya lo mau di perhatiin siapa Step ?? aneh lo.” Nabila mencela.

“lo berapa bersodara sih Step ??” timpalku pada Stevy.

“akkuh nak tunggal.” Matanya sayu larut dalam Strowbery Puch sambil
sesekali ia menghisap sedotan.

“owh pantesan, jadi ngga punya sapa – sapa gitu di rumah buat curhat” Fany berucap frontal.

“ya ga usah di jelasin gitu kali Fan” Nabila membela Stevy.

Stevy hanya diam menunduk sambil menatap Strobery Punch andalannya.

Saya sebagai satu – satunya lelaki tulen dalam pembicaraan ini, berinisiatif mencari solusi untuk nenangin hati Stevy. Yah maaf sodara bukannya saya banci lovers, tapi saya masih punya nurani. Sebab saya tau bagaimana rasanya di tinggal sodara sendiri, bak anak kandung tiri pun tak jadi.

“Steve, sini tangan lo.” sembari ku minta tangan mulus Stevy.

“Buat apaan nih.” Lamunan di wajahnya lepas, pandangannya tertuju padaku
keras.

Kutaruh tangan ini di atas meja, menunggu kepastian dari temanku tercinta.
Ku sampaikan suatu hal pada mereka yang ini akan merubah segalanya.

“mulai sekarang kita saudara, siapapun yang merasa kesepian, gw selalu ada, mencoba menjadi yang terbaik buat kalian semua, cuma itu yang gw
bisa.”

Doraemon yang awalnya hanya sebagai tukang protes, mengambil inisiatif
pertama tuk menyandarkan tangannya di atas punggung tangaku. Usulan ini serius di anggapnya, Sebab saya tak sedang bercanda sodara.

“gw mah dari dulu dah anggap Fany kaya sodara, kalo itu harus lengkap karna Rakha, kenapa enggak ??” mata Nabila menuju lurus serius ke Stevy.

Dia yang awalnya hanya seorang banci, kini matanya mulai berembun, Embun itu berubah pelan menjadi awan mendung yang akan menghiasi langit cerah sore itu.

Dan hujan pun, turun.

Air mengalir melewati pipi mulus Stevy.

Pelan tapi pasti, ragu itu ada, namun ia mau mencoba. Di taruhnya pelan di atas punggung tangan Nabila. Sejak saat itu kami berempat,
saudara.

Nabila tersenyum mesra, sesekali menatapku tak jera, mungkin ia sedang berbangga.

Created BY : rakhaprilio KASKUS