Cerita Cinta – Chapter 6. Sosiologi Bencana Jovanda

Chapter 6. Sosiologi Bencana Jovanda

 

Pernahkah sodara tau apa itu Sosiologi Bencana ?. Tentunya matakuliah sosiologi yang akan menelaah berbagai macam bencana di indonesia,dengan sudut pandang secara sosial. Namun lain cerita jika saya berkumpul dengan itu tiga sodara baru saya, Sosiologi bencana pun berubah menjadi bencana sesungguhnya.

Boleh di sini saya jelaskan siapa itu Jovanda, ia putri dari salah satu Dekan di jurusan SOSIOLOGI. Kendaraanya tak pernah luput dari Honda Jazz warna merah. Siapa pun yang melihat Highhells setinggi 10cm, pastilah tau itu Jovanda punya.

Ia suka bergerombol dengan jenis yang sama, kumpulan orang kaya tentunya. Bukan dengan lelaki biasa seperti saya.

Pernah suatu ketika, leptop Aple jatuh di buatnya, tak nampak sedih atau menyesal. Hanya dengan berucap, “Pah leptopku rusak”.

Datanglah laptop Aple baru lebih canggih dari versi sebelumnya, hanya hitungan menit ia meminta. Dalam hitungan detik barang sudah di depan mata.

Ajaib sungguh itu hidup Jovanda.

Jika boleh sodara tau, saya akan membayangkan kejadian yang sama dalam hidup saya. Sekejab mata ini terpejam, tiba – tiba saja, saya membayangkan bagaimana reaksi mimik muka ibunda, bak setan tingkat dewa beliau akan mengutuk karma.

Sungguh kontars hidup ini sodara.

Sore itu sumpah saya kantuk betul ini kepala, tak mau berkompromi ku pilih
deret easy di belakang. Sebab pastinya sodara tau apa yang akan saya
lakukan.

Benar . .

Saya ingin tidur.

“kha, . . kha, . . kok mala molor sih !” Kudengar sayup itu suara Nabila.

“Hm . . Ng . . iya, Oke deh, Siip.” Saya setengah sadar sodara.

“tar gw semprot parfum baru bangun lo ya, gw mo crita soal nih !!”

Tak saya hiraukan itu suara Nabila, sebab kepala ini sudah tak mau bicara, masa bodoh yang penting saya bisa sedikit beristirahat. Suyup – sayup ku dengar,

“awas lo bntar lagi ya.” Ucap Nabila mengancam.

Berselang 10 menit, benar ini adanya, Nabila memenuhi perkataannya. Kucium bau parfum ala emak – emak kaki lima, dengan bau menusuk seperti bunga, . . .

Raflesia . . .

Sial sungguh ini satu wanita.

“Heh, lo kalo masi suka make parfum kaya emak – emak gini, ogah gw deket ama lo. Lagian ya, ini parfum sumpah yang paling ga enak gw cium, Kaya bunga bangke tau gak. Palagi lo duduk di sebelah gw keg gni, mirip emak – emak di pasar besar noh baunya. Pergi napa !!” Dengan kepala ku sandarakan di atas punggung tanganku, daku mencoba protes.

“masa sih ?? Perasaan ini harum kok.” . . .

Sebentar, perasaan ini tiba – tiba saja tak enak. Ada yang aneh dengan suara Nabila, tak seperti biasa suara terdengar serak – serak basah.

Kucoba melirik dari sela siku tangaku, samar – samar kudapati wajah itu buram tak karuan. Oh iya saya lupa,

kacamata mana kacamata . . .

“kha, makasih ya udah jujur kaya gini, meskipun gw blom terlalu kenal siapa lo, tapi lo orang pertama yang udah mau terbuka ama gw. Gw emang bingung tadi mo make parfum apa, jadi terpaksa gw make parfum . . . . hiks, hiks,”

Kata – kata itu putus pemirsa, . .

tak sangup lagi untuk berucap.

jatuh sudah itu air mata buaya.

demi tuhan barusan saya mimpi apa.

ternyata itu Jovanda.

Gelap sudah kepala ini, niatan tidur justru menjadi masalah, bagaimana dengan nilai sosiologi bencana, hancur sudah tak tersisa.

Jika tangisan ini terdengar sampi telinga orang tuanya, mungkin sodara semua ada usulan saya akan kuliah di mana ??

“jo, gw kira tadi Nabila, Sorry gw ga tau, Sueeer !!” mulut ini berkicau tak karuan.

“jelas – jelas gw duduk di sebelah lo. Sumpah kha, nyeseg banget.” Tancap gas saja itu tangisan suara.

Pada umumnya dosen adalah manusia yang peka, sekecil apapun gerakan kita, mereka tau. Sekecil apapun suara kita, tentunya mereka pasti tau. Menolehlah itu perhatian dosen kepada drama korea.

“itu yang duduk di belakang kenapa, kok Vanda nangis di sebelahmu kha ??” Tanya dosen to the point padaku.

“anu pak, ng, ini saya lagi mau tanggung jawab kok”

eh ?!!

konslet sudah ini mulut tak bisa di atur makin memperburuk suasana.

“kapan kalian pacaran”
“kok bisa kha”
“kapan kejadiannya”
“udah berapa bulan itu”
“laki apa cewek kha”
“gugurin aja deh”
“buruan ngadep dekan aja kha”

Itu lah celoteh teman – teman yang semakain membuat kencang gas kopling suara Jovanda. Bancana sudah sore itu, jadilah dia kuantar pulang sampai ke rumah, yah, anggap saja ini permintaan maaf yang aku punya. Hanya senyum kecil yang kuterima dari Jovanda. Namun itu sudah membuatku lega, setidaknya saya masih dapat menuntut ilmu di universitas tercinta.

 

Created BY : rakhaprilio KASKUS