Cerita Cinta – Chapter 8. Kicau Nabila

Chapter 8. Kicau Nabila

 

Usai kesepakatan dengan om Andi, saya antar pulang itu Amelia ke rumah. Karena saya rasa hari ini cukup dengan Amelia, sudahi saja pertemuan ini. Saya tak ingin Amelia bosan melihat muka saya dan takutnya dia bisa merasa mual. Sebab saya lupa tak membawa Antimo saat itu.

Kupacu bebek kesayanganku, Blady namanya. Ya, dia motor Honda Blade yang saya dapat dari bapak usai pengumuman SNMPTN. Anggap saja itu hadiah yang menemani saya di Malang kemanapun saya pergi. Lampu merah menunjukkan waktu 90 detik lamanya untuk berhenti, lama kali ini pikirku. Padahal lampu hijau untuk melaju hanya 15 detik cepatnya. Mo ngapain dengan waktu selama itu, 90 detik sodara. Apa yang bisa saya lakukan untuk mengisi kekosongan tersebut.

Maka hape lah pelarian yang tepat, FBan 20 detik balesin coment di status – status 4L4Y, 20 detik balesin Whats Up Fany, 15 detik ngeliat daftar miss call, dan sisa 35 detik ada sms masuk sodara. Sebentar saya buka, ini isi SMSnya . .
“kha, lo brsan k caffe siapa ?? gw liat lo jalan ama cewe tadi”

Belum sempat mata ini membaca siapa pengirimnya, klakson dari belakang asal saja tarik suara. Padahal saya lihat di lampu merah masih sisa 5 detik untuk berjalan. Dasar orang kota, ga ada matinya memang.

Tengah saya melaju kencang, Justin Bieber menyapa saya mesra.

“halo iya, siapa” hanya itu yang bisa saya ucap sebab saya masih fokus berkendara.

“lo sekarang k kosan gw penting !!” suara seseorang berteriak.

“iya gw masih O’TE . . tuuuuuuuut” telfon terputus”

Berhentilah saya untuk melihat siapa gerangan marah di sore hari begini. Tidak heran kenapa penelfon tersebut marah, sebab saya lupa untuk membalas SMSnya.

Ya, itu Nabila adanya.

Dengan mandat seperti itu, maka banting haluanlah saya ke tempat yang di request.

Tepat pukul 06.00 PM saya tiba di kosan Nabila. Maka dengan segera saya pun melapor kepada itu satu komandan melalui SMS.

“gw d bwh Bil” smsku singkat. (namanya juga sms Braaaay . . .!!)

“msk aj k dlm, gw d kmr” balesan dari Nabila.

maka saya pun bergegas menemui itu satu wanita. Ada apa gerangan ia marah – marah di sore hari begini. Clingak – clinguk sendirian takut dikira maling, sebab kosan Nabila tergolong kosan bebas tak bertuan. Maka asal slonong sajalah para pria hidung belang yang sering main di sini. Namun ingat sodara, itu bukan saya.

“dapa Bil, nelfon sambil treak – treak nyuruh gw k sini. Mana udah sore pula” keluhku.

“lo tadi kemana, sore gw liat lo di Caffe ama cewek” Nabila mengintrogasiku.

“oh, tadi, itu caffe Amelia. Dia cewe kenalan gw wktu di kreta dlu. Mang knpa Bil??” saya mulai heran.

“ya gapapa sih, kok lo ga pernah crita kalo lagi deket sama seseorang ?? katanya sodara, iih” ejeknya padaku.

“lah kan ini pribadi Bil, lagian gw cm tmenan kok ama dy, ga lebih. Tapi ga tau
dianya ke gw gmn. Hahahaha” iseng – iseng berhadiah pemirsa.

“ga lucu kha, gw nanya serius lo malah becandain sih, Plaaak !!” hadiah tinju telapak dewa mendarat di kepala ini.

Saya merasa ada sesuatu yang aneh dengan ini Nabila. Tak biasa ia marah – marah dengan alasan seadanya. Namun saya sebagai orang yang dekat dengan dia tentunya akan tetap berfikir positif. Mungkin dia sedang “dapet”, yah semoga saja.

“lo kenapa sih Bil hari ini aneh gini, lagi “dapet” kah ??” tanyaku penasaran.

“gak kok” jawabnya ketus padaku.

“nah trus, lo knapa coba ?? brusan mkan apa tadi ??” tanyaku masih penasaran.

“ga napsu mkan gw hri ni !” nada bicaranya naik ke kunci “D” sodara.

“ya makan dong Bil, lo bisa mati lemes tar” saya mencoba menenangkannya.

“biar aj mati, sapa yang peduli ma gw” sekarang naik ke kunci “E”.

“lo sbenernya knp sih Bil, ngambeg ama gw, gw salah apa coba, lo lampiasin amarah lo k gw gapapa asal jelas lo marah gara – gara apa” saya coba membelai rambut agar ia lebih baikan.

“gw ga knpa – knpa Kha, cuman . . .” kata – kata itu putus begitu saja.

“cuman kenapa, ga ada duit lagi ??” saya coba menjawab iseng tak berhadiah.

“udah Kha, lo balik aj deh. Gw pengen kluar ama Fany abis ni. Maaf uda jedotin pala lo tadi” di usir lah saya secara halus.

“kok ngambang gitu, ah ywdah lah, lo yang minta gw bisa apa” sambil berdiri saya mulai membelakangi Nabila dan perlahan menutup pintu.

Mulai dari sini saya merasa ada yang berubah dengan Nabila, entah perasaan saya atau perasaan sodara yang membaca. Saya tak tau, hanya saja respon itu berubah drastis ketika saya membicarakan seseorang terhadapnya. Semoga saja ia tetap baik – baik saja dan tidak ada gangguan jiwa, semoga . .

Created BY : rakhaprilio KASKUS