Cerita Cinta – Chapter 82. Respon Bunda dan Ayah

Chapter 82. Respon Bunda dan Ayah

Bunda memandangku dengan tatapan mata tak yakin, seolah melihat anaknya bagai melihat hantu di siang hari jalan – jalan di dalam Mall. Ayah yang masih santainya dengan rokok di tangannya, hanya melambaikan tangan agar saya bergegas merapat padanya. Saya gugup itu pasti, sebab tangan ini posisi di gandeng oleh Jovanda. sudah terlambat hukumnya jika menafikkan tangan Jovanda dari lengan saya, sebab saya yakin bahwa yang sedari tadi bunda amati adalah posisi tangan ini. tidak lain tidak bukan nan tak terbantahkan. Jovanda dengan senyummnya yang amat bersahaja kemudian menrik saya untuk bergegas jalan menuju arah kedua orang tua saya. Maka dengan ini, kami resmi bertemu sebagai anak dan calon menantu.
“aku kira kamu ada di kosan Nak, lho ini sama siapa, . .??” rangkul bunda memelukku sambil memperhatikan Jovanda.

“ini kmu sama siapa Kha, gak di kenalin ke ayah ta ??” goda ayah menggugupkanku.

“anu bun, yah, tadi aku pikir kita ga jadi ketemu. Terus aku di ajak temenku keluar gitu, hehehe . .” jawabku gugup sambil garuk – garuk kepala.

“Ehm, !! temen ya Kha !!” mata milik Jovan itu melotot seolah mau copot.
Kampret sialan juga ini pacar semata wayang saya, dia benar – bener menjunjung tinggi statusnya sebagai pacar. Maka jika saya sebut ia sebagai teman di depan orang tua saya, pastilah ia akan memelototi saya dan urusannya asli panjang di belakang.

“ini sama pacarku kok bun, kenalin ini Jovanda” dengan pasarahnya saya kenalkan Jovanda saudah tak banyak harap.

“Jovanda tante, . .” sambil bersalaman di lemparnya senyum seribu manis untuk sang bunda

“owh iya, sini duduk dulu dek Vanda” ujar bunda masih ramah dengan balas senyumnya.

“dek Vanda dari daerah mana n kuliah di mana ??” tanya ayah to the point tanpa basa basi.

“saya asli Malang om, kuliahnya satu kampus, satu fakultas dan satu kelas sama Rakha, tapi enggak satu bangku kok om” dengan sedikit canda dari Jovan maka jelas tertariklah ini bapak saya untuk gencar bertanya.

“lha trus ayahnya megang di mana dek ??” tanya ayah semakin menjadi seperti biasanya.

“ayah dekan di Fisip om” dengan malu malu Jovan menjelaskan.

“Kha, ini bener pacar kamu ??” tanya ayah seolah tak yakin dengan kemampuan anaknya.

“iya lah, mank kliatan kaya pembokat ya yah ??” tanyaku sedikit jengkel dengan keraguan sang ayah.

“ya kamu yang malah kliatan kaya pembokatnya Kha, hahahahaha” jawab ayah sungguh menusuk jantungku.

“husssst, ayah ini gimana sih anak sendiri di becandainnya kok kaya gitu !!” tutur bunda membelaku dengan segenap jiwa raganya sebab tak ingin anaknya di remehkan.

“dek Jovan beneran pacaran sama Rakha ?? om takutnya Rakha Cuma ngaku – ngaku aja ini, soalnya dulu waktu kecil sering nunjukin foto cewek cantik ke om trus ngaku – ngaku kalo itu pacarnya sekelas. Hahahahah” tutur ayah membuka aib ku sekaligus terbaca oleh para reader di thread ini.

“hahahaha, masa sih om ??? tapi kalo boleh jujur, kemaren yang nembak Rakha duluan itu saya om. Alhamdulilah Rakhanya ndak nolak, ehm !!!” dengan ini maka habis sudah itu bapak bebuyutan saya. Rasakan !!

“Heeeee ????” melotot sudah itu mata bapak memandang saya tak henti hentinya.

“bapak sih ngremehin Rakha, ibuk dulu nrima bapak juga lantaran kasian tau” tutur bunda menohok sang bapak sambil mengelus – elus pundak saya.

“yah bunda kok gitu sih, jadi ayah cuma pelarian nih ??” keluh ayah mulai terlihat galau di dekat bunda.

“Duuuuuh, udah deh yah, jangan lebay di sini. btw ngomong2 bunda sama ayah nginep di Malang gak hari ini ??”

“gak nak, sore ini bunda sma ayah langsung balik kok. Kamu baik – baik aja ya di Malang” tutur bunda mejelaskan.

“tante apa gak capek T.A – Malang pulang pergi dalam satu hari ?? kalo mau nginep di rumah Jovan juga ndak papa lho tante” sahut Jovanda terlihat kawatir akan keadaan orang tua saya.

“alah gak usah dek, tante besok pagi mau ada ketemu pelanggan di salon soalnya. Jdi ya harus cepet2 pulang” tutur bunda menyesalkan.

“yah gitu ya tante, hati – hati aja deh kalo pulang. Salam buat mbak di rumah ya tante, hehehe” caper Jovanda pada bunda.

“loh dek Jovan tau juga kalo Rakha punya mbak ??” tanya bunda sedikit penasaran.

“tau lah tante, kan Rakha sering cerita tentang mbak, ayah dan bundanya gitu” jawab Jovan sedikit malu – malu.

Tanpa terasa kami ngobrol sudah habis dua jam lamanya di Coffe Toffe bersama kedua orang tua saya. Terasa hangat sore itu ada jovanda di samping saya. Seolah melengkapi hari – hari saya yang terasa semakin indah. Ayah sebagai orang yang paling welcome atas status Jovanda sebagai pacar saya pun bisa di tebak bahwa beliau merasa nyaman dan suka. Bagaimana tidak, cara ayah menggodai Jovan dan mengajaknya bercanda sudah jelas menunjukkan bahwa beliau tengah tertarik dengan ini pacar saya. Namun yang masih membuat saya berkecil hati adalah bunda. Beliau meski kadang di depan terlihat baik, kadang di belakang bisa berkata sebaliknya. Sehingga rasa was – was itu tetap ada dan terus menyelimuti saya hingga bunda pulang ke Tulungagung.

Pada malam harinya saya masih bersama Jovanda, kami sedang ngobrol di rumahnya da nada beberapa tugas matakuliah yang harus kami selesaikan bersama. Maka malam itu saya masih bersamanya hingga rasa kawatir itu datang menghantui saya tentang bagaimana perasaan bunda jika beliau tidak suka dengan Jovanda. boleh saya sebutkan di sini mengapa saya merasa kawatir tentang hal ini, bunda pernah bilang, jika suatu saat saya mempunyai calon istri atau pacar, bunda ingin punya menantu yang dari daerah Tulungagung atau sekitarnya seperti missal Kediri. Namun jika boleh di ingat, yang ada di Kediri itu kan Stevy. Pastilah para reader bakal senang bukan kepalang jika saya harus punya calon seperti Sety. Sudah lah jujur saja sodara, saya tau itu.

“sayang kamu kok rada murung gitu sih ?? kenapa ??” tanya Jovan seketika saat saya tengah melamun.

“eh, apa yank ?? aku gak kenapa – kenapa kok” jawabku sedikit gugup.

“kita ini udah hampir enam bulan pacaran masa aku gak tau kamu lagi kpikiran sesuatu atau gimana sih ??” dengan gayanya ia bertutur kata.

“iya juga sih, aku lg kpikiran sesuatu yank, huuuuuuuuff . . .” keluhku dengan nada panjang.

“mikirin apa sih yank ?? hm . . ayo dong cerita” ia pun semakin penasaran dengan kekawatiran ini.

“kpikiran bunda yank . .” dengan berselimut gundah saya menjawab.

“mank bunda kenapa yank ?? bukannya sekarang udah sampe rumah ya ??

“iya yank udah sampe, tapi aku ngrasa ga enak aja waktu tadi sore kita ketemu”

“udah yank jangan di fikir dlu, kita jalanin hubungan ini dan tunjukin ke beliau kalo kita serius dan gak main – main. Pasti kita dapet restu kok dari bunda” dengan memegang tangan saya ia berusaha untuk meyakinkan.

“hm . . . iya juga ya. Mkasih yank udah kasih masukan buat hubungan kita . .” kulempar senyum itu sebagai tanda terimakasih.

Dalam hati meski saya masih berfikir tentang bagaimana respon bunda, hati saya sudah lumayan membaik berkat perkataan Jovanda yang teramat membuka lebar – lebar mata saya akan hubungan kami yang harus di fokuskan pada masing – masing individu. Sebab pilar terkuat dari sebuah hubungan adalah dari diri kita sendiri. Jika kita merasa tak yakin dengan diri kita untuk terus maju melanjutkan suatu hubungan, maka jangan memikirkan tentang orang lain terlebih dahulu.

Created BY : rakhaprilio KASKUS