Cerita Cinta Dewasa – Pucuk Limau Pelangi #37

Cerita Cinta Dewasa – Pucuk Limau Pelangi #37

Kembang Semusim (bagian 6)

Cerita Cinta Dewasa – Pada suatu pagi di Kantor Administrasi Perkebunan …
Ferry duduk terhenyak di kursi empuk kantornya; senyum tipis mengembang tersembunyi di wajahnya. Pak Rustandi berdiri tegak dan sopan di depannya.

Tenggorokan lelaki tua yang telah bekerja sejak awal pembukaan perkebunan ini terasa kering setelah berbicara 10 menit. Mungkin kalau yang disampaikannya tidak terlalu penting, tenggorokannya tidak akan terasa terlalu kering. Tetapi apa yang dilaporkannya kepada Ferry, manajer muda perkebunan ini, memang penting.

Tak hanya itu, tidak hanya penting, tetapi juga kontroversial. Sangat kontroversial.

“Apakah Pak Rustandi pernah memergoki mereka?” tanya Ferry sambil mencakupkan tangan di depan mulutnya, berpikir cepat tentang kemungkinan-kemungkinan. Juga tentang kesempatan-kesempatan. Bahkan juga tentang ambisi-ambisi pribadi!

“Tidak secara langsung, Tuan Ferry,” jawab Pak Rustandi setelah berdehem, “Tetapi saya melihat mereka berjalan bersama dari arah sungai.”
“Banyak orang jalan bersama dari arah sungai,” kata Ferry, menguji seberapa jauh kebenaran cerita kontroversial kepala penjaga di depannya ini.

“Mereka … mereka …. bergandengan …. eeee …. bergandengan tangan …,” kata Pak Rustandi terbata-bata.
“Banyak orang bergandengan tangan dan berjalan dari arah sungai …,” sela Ferry.

“Tapi, Tuan …. saya …. saya rasa ada sesuatu di antara mereka,” kata Pak Rustandi bersikeras.
“Kenapa bapak memiliki perasaan seperti itu? Apakah ada tanda-tanda tertentu?” desak Ferry.

“Saya tidak …. saya belum … punya bukti kuat…. Tetapi perasaan saya mengatakan bahwa ada sesuatu di antara mereka. Lagipula, saya sering melihat cara mereka berpandangan, dan saya menemukan sesuatu di pinggir sungai,” kata Pak Rustandi sambil menyeka peluh di mukanya. Ferry mengernyitkan dahi.

“Menemukan apa?” Pak Rustandi mengambil sesuatu dari kantongnya dan menyerahkan kepada Ferry.

Ferry memeriksa apa yang kini ada di telapak tangannya: sebuah kotak kosong dari karton, berwarna-warni mewah, dan bergambar sepasang manusia bercinta. Sebuah tulisan kecil menyatakan apa yang terbungkus oleh karton itu. Ferry membaca pelan …. lubricated condoms.

Ferry menghela nafas, “Ini mungkin saja ditinggalkan oleh orang lain, bukan mereka.”
“Seumur hidup di kota ini, saya belum pernah menemukan yang seperti itu, Tuan Ferry,” kata Pak Rustandi sambil menyeka lagi mukanya.

*** Cerita Cinta Dewasa ***

Ferry bergumam sambil membolak-balik benda di tangannya. Pikirannya dengan cepat menyimpulkan, jika memang “ada apa-apa” di antara kedua orang itu, maka Ferry punya sebuah rencana yang akan membawanya setingkat lebih tinggi daripada sekedar manajer perkebunan. Ia telah lama mengimpikan kedudukan di kantor pusat, di metropolitan!

“Pak Rustandi mau menolong saya?” ucap Ferry sambil menatap tajam.
“Ya, Tuan, saya mau membantu,” jawab Pak Rustandi cepat. Terbayang di kepala lelaki tua ini, imbalan besar atas jasanya.

“Jangan katakan kepada siapa-siapa tentang yang kita bicarakan sekarang,” ucap Ferry pelan dan tegas,

“Awasi mereka diam-diam, dan beritahu saya jika ada tanda-tanda mereka akan berjumpa kembali.”

“Mereka biasanya berjumpa pada jam makan siang, Tuan,” kata Pak Rustandi bersemangat. Pegawai ini juga membayangkan kenaikan pangkat!

“Setiap hari?” tanya Ferry.
“Ya.”
“Mungkin besok juga?”

“Mungkin sekali, Tuan.”
“Pak Rustandi awasi yang pria, saya akan mengawasi yang wanita.”
“Baik, Tuan.”

“Bagus! Nah, sekarang bapak boleh keluar.”
“Terimakasih, Tuan. Permisi …,” pak Rustandi membungkuk dalam-dalam dan membalikkan diri meninggalkan kantor.

*** Cerita Cinta Dewasa ***

Siang keesokan harinya ….

Karin mendaki bukit kecil di sebelah selatan perkebunan itu dengan langkah santai. Bahkan sambil bersiul-siul kecil, dan sesekali memetik dedaunan yang menjulur di pinggir jalan setapak yang sedang dilaluinya. Jam baru menunjukkan 11.45 … masih ada sekitar 10 menit sebelum rendevouz-nya dengan Iwan di puncak bukit.

Wajah gadis kota yang kali ini memakai celana pendek khaki dan kaos ketat hijau tua itu tampak cerah. Sebuah senyum terkadang terkembang tipis … membayangkan apa yang akan ia lakukan hari ini dengan lelaki yang sudah berhasil memikat tubuhnya itu.

Kadang Karin heran juga, mengapa keisengan yang dulu ia rencanakan cuma berlangsung sekali itu kini berkepanjangan. Hati kecilnya mengatakan bahwa apa yang ia lakukan kali ini agak berlebihan.

Suara di kepalanya juga memberikan peringatan tentang bahaya main api yang seperti ini … Tetapi tubuhnya tidak bisa diajak kompromi. Tubuhnya merindukan sentuhan-sentuhan liar yang terkadang kasar dari lelaki kekar itu!

Karin tersenyum untuk kesekian kalinya. Ah, kali ini yang terakhir saja! sergah hatinya. Aku harus kembali ke ibukota dan menulis laporan penelitian. Lagipula, Iwan bukan tipe idealnya.

Pegawai rendahan itu tidak mungkin bisa menjadi pacarnya karena tidak punya sedan atau punya cukup uang saku untuk mengajak nonton midnight dan makan di restoran. Kali ini aku akan menikmati Iwan sepuasnya, bisik hatinya, lalu mengatakan selamat tinggal. Kalau dia patah hati, itu urusannya sendiri!

Terakhir mereka bercumbu tiga hari yang lalu, di sebuah gubuk di pinggir sungai tempat mereka biasa bertemu. Karin jadi ingin tertawa mengingat betapa gairah mereka berdua telah membuat bangku kayu di gubuk itu patah.

Waktu itu Karin minta Iwan duduk di sana sementara ia mengangkangi lelaki yang menggairahkan itu, dan mengendalikan persetubuhan mereka dari atas. Ia suka sekali dipangku seperti itu, dengan kejantanan Iwan yang melesak tegak dalam-dalam di antara kedua pahanya yang mulus dan penuh keringat.

Ia suka sekali mencengkram bahu pemuda itu dan menaik-turunkan tubuhnya yang di bagian atas masih lengkap berpakaian. Ia bahkan masih memakai sepatu, dan Iwan masih berpakaian lengkap. Cuma resleting celana pria itu saja yang terbuka untuk meloloskan kejantanannya.

Ah …, Karin merasa mukanya menjadi hangat kalau ingat betapa ia mengerang-erang keenakan karena setiap kali ia menurunkan tubuhnya, bagian paling sensitif dari kewanitaannya membentur-bentur celana jean Iwan … memberikan sentuhan-sentuhan mantap yang membuat orgasmenya seperti berlipat ganda.

Entah sudah berapa kali ia menikmati orgasme, ketika pada suatu saat ia sedang menurunkan tubuhnya keras-keras untuk mencapai puncak kenikmatan, kursi itu patah berderak dan mereka berdua terhempas ke lantai tanah gubuk itu!

Karin tertawa kecil sambil memetik sebuah bunga liar di sebelah kanannya. Langkahnya masih ringan dan perlahan.

*** Cerita Cinta Dewasa ***

Tawa kecil itu juga terdengar oleh seseorang yang diam-diam mengikutinya sekitar 10 langkah di belakang. Orang itu adalah Ferry, yang tadi telah diberitahu oleh Pak Rustandi bahwa Karin sudah meninggalkan gua Jepang yang sedang ia teliti.

Diam-diam, Ferry sejak tadi mengikuti gadis itu dari kejauhan. Sebuah konspirasi telah terjadi antara manajer muda ini dengan penjaga senior yang sama-sama membutuhkan alasan untuk naik pangkat!

Ferry menghentikan langkahnya sejenak, memastikan agar gadis itu tidak tahu bahwa ia sedang diikuti. Sementara Pak Rustandi bertugas menunda-nunda keberangkatan Iwan, agar Ferry punya waktu untuk mencari tempat persembunyian.

Di bahu manajer itu tergantung sebuah tustel dilengkapi lensa panjang. Ia bermaksud mengambil beberapa foto untuk dijadikan bukti.

Lalu ia berencana mengirim foto itu …. ah, mungkin membawanya sendiri … ke ibukota untuk diadukan ke orang tua Karin yang adalah pemilik perkebunan! Terbayang di benak manajer muda ini kedudukan empuk yang akan ia tawarkan demi nama baik orang tua itu!

*** Cerita Cinta Dewasa ***