Cerita Cinta – Chapter 1 Kereta Malang Amelia

Chapter 1. Kereta Malang Amelia

Saya bukanlah cowok pintar nan cerdas dalam bermatematika. Namun cukuplah saya mahir dalam memikat hati waria. Eh maaf, wanita maksud saya tentunya.

Seperti biasa, kereta menjadi transportasi andalan saya. Kelas Ekonomi, murah tentunya, dengan fasilitas seadanya, di lengkapi Emak – emak itu wajib hukumnya.

Meski kereta ini membawa derita, saya harap masih ada angin surga yang dapat mendinginkan di kala panas itu.

Gerbong 4 no duduk 4D saya masih ingat jelas kursi pertama menuju kota Malang.

Namun percayalah angin surga itu berubah menjadi angin neraka, ketika kudapati Emak – emak duduk di sampingku dengan balsam Geliga menyengat di tubuhnya yang membuatku semakin menderita. Yasudahlah, tak apa . .

Satu dua jam waktu berlalu membawa laju kereta ke arah yang aku mau. Malang itu tentu.

Kereta berhenti di setasiun terminal pertanda akan banyak bertambah penumpang. Namun aku tenang, sebab Emak – emak tadi entah kemana sudah hilang.

Kapala ini masih melayang, Efek belsem itu belum hilang. Namun lamunanku pecah, permisi padaku seseorang.

“kosong mas ??” Tanya seorang wanita yang menurutku mahasiswa baru.

“iya mbak. Kursi nomer berapa ??” basa – basiku sebab jelas ia pasti akan duduk si dekatku.

Angin surga itu segera menyadarkanku dari bau balsam yang hampir membuatku koma selama perjalanan itu.

“ke Malang mas ??” tanpa basa basi namun pasti ia menyapa.

“iya. Mbak sendiri ?? senangnya hati ini.

“sama mas. Mau ngurus OSPEK di UB”. Jawabnya tegas.

“hm, gitu mbak . .” jawabku jual mahal padahal sering ngobral.

“mas kuliah di Malang jugak ??” penasaran ia denganku sepertinya.

“yaps. Sama kaya mbak” jawabku imut.

“btw, klo naek kreta gini nyampe Malang jam brpa ya mas kira – kira ??” sedari tadi ia terus bertanya.

“lha mbak dari mana dlu ?? klo aku sih dari Tulungagung ya Cuma 3,5 jam mbak. Jadi klo naek jam 12 siang, nyampe sana jam stgh 4 sore gitu. Kdang klao macet ato ban kretanya lagi gembos bisa sampe jam 4 bahkan jam 5” jelasku panjang lebar.

“lhah masnya ini, emang kreta bisa bannya gembos ?? hahahahaha” terpingkal – pingkal itu dia.

“kalo orang bilang, kretanya lagi kres gitu mbak, jadi suka nunggu 20 smp 30 menit di satu setasiun lamanya” tuturku menjelaskan.

“wah klo lg ga hoki bisa jadi basi ya mas di kreta, hahahah” senang sudah itu wanita saya becandain.

Ngobrol ngalor ngidul sana sini kami menginal satu sama lain. Mulai dari tempat tinggal, alumni SMA mana, jurusan apa, hobby bahkan sampi hal ekstrem seperti status yang pada umumnya sangat awam untuk di tanyakan sekalipun, kini dengan candanya saya tau semua tentang itu satu wanita.

Peluit bertiup merdu di sebelah rell kereta api pertanda bahwa pertemuan kami akan usai, terlihat wajah sedikit muram ketika pembicaraan ini harus di sudahi. Namun pastinya saya dan dia punya tujuan yang pasti di Malang. Ya, kami ingin mencari ilmu dan pengalaman hidup.

Tak lama kereta sampai, kami pun berpamitan layaknya orang yang sudah kenal satu tahunan saja. saling melempar senyum dan menyapa satu sama lain bahwa samua ini akan berakir baik – baik saja. tapi sekali lagi saya dapati itu wajah ia terlihat muram mungkin ada sesuatu yang ingin dia sampaikan.

“aku nunggu jemputan dlu ya, kamu dluan aja gapapa” sapaku sambil menyeret koper 5kg beratnya.

“ng . . . iya deh, byee” ia melambaikan tangan.

“kenapa, kok kayanya ada masalah ?? ada yg ketinggalan di kreta ??” saya
mulai penasaran.

“ga sih, cuman pengen ngobrol aja sama kamu lebih lama lagi, ahaha”
senyum dan tawa itu terlihat palsu.

“kan bisa SMS or Tlfon, kok bingung ??” solusiku padanya.

“aku kan ga tau nomer kamu ??” ia memancing pembicaraan.

“hahahahah, iya aku lupa, nih catet aja, tar aku hbungin dluan kalo
senggang”

Otak ini memang selalu encer bila urusan wanita, namun lain cerita jika itu matematika.

Singkat cerita, Amelia namanya. Berparas manis gula jawa, dandanan rapi bak artis korea, tinggi denganku tak jauh beda, cukup 160cm saja.

Created BY : rakhaprilio KASKUS