Cerita Cinta – Chapter 2. Kosan Bu Dina

Chapter 2. Kosan Bu Dina

Malang aku sampai, bagaimana kabarmu ? sapaku kepada kota yang pernah aku singgahi ini.

Udara dingin khas Malang menusuk malam itu, membuatku segera bergegas mencari tempat tinggal.

Untuk ukuran mahasiswa kere sepertiku tak harap banyak, kosan seharga 250 dengan fasilitas seadanya. Ada TV, AC, kamar mandi dalam, serta loundryan tentunya. Berlebihan ?? maaf saya sedang berkhayal.

Kerto rahayu no.XXX itu alamat kosku sodara sekalian. Maaf sebelumnya, disini alamat saya samarkan dengan kode XXX, bukan berarti saya tinggal di daerah mesum seperti judul film favorit saya IRON-MAN XXX. Ada yang pernah nonton mungkin ??

dengan bermodalkan jemputan dari sodara saya yang kebetulan berdomisili di malang, maka saya di antar untuk mencari kos sebagai tempat tinggal saya kelak.

sempat satu dua kali di tawari oleh sodara bahwasanya mereka ingin saya tinggal bersama mereka agar mudah untuk berkumpul, numun apa bedanya jika jauh dari orang tua saya masih hidup bergantung pada orang lain, sebab saya di sini ingin mandiri.

tak lama sampailah saya di sebuah pemukiman warga yang konon katanya di sana terdapat banyak ratusan kos – kosan dengan berbagai harga dan kualitas dari kelas gembel sampi eksekutif.

tak pikir panjang saya masuki saja itu rumah satu persatu beserta pemiliknya di dalam sebagai mediasi.

“buk, terima kosan cowok nggak ??” tanyaku pada ibu kos muda.

Beliau bu Dina. Ibu rumah tangga biasa 25 tahun dengan 1 putra Zidan namanya. Yang terpikir di otakku kala itu adalah bagaimana bisa bocah 1 tahun itu di beri nama Zidan.

Mungkin saat malam pertama, sang suami mengalami kesulitan teknik dalam meng-goal kan pertahanan bu Dina. Dengan jebolnya pertahanan bu Dina, maka turunlah ilham dengan nama Zidan bak pemain sepak bola dunia, agar kelak tak seperti ayahnya yang kurang mampu dalam mencetak goal.

“iya mas. Mau pilih kamar yang mana ?” jawabnya.

“ni yang di lantai atas berapaan ya buk ??” jawabku mencoba menawar.

“yang di atas ini 300/bulan mas” jawabnya tegas.

“kalo 150 boleh nggak buk, hehehe” jawabku iseng.

“boleh mas tapi kamarnya di belakang” bibirnya sambil usil.

Kucoba Lihat kanan kiri atas bawah. Hm, . . . Cukup satu kata untuk menggambarkan itu kamar.

Gudang . . .

Ibu kos muda memang doyan bercanda. Membuat daku semakin tergoda.
Tak lupa uang ku taruh di muka, sebagi pertanda aku aku tinggal di sana, kamar mulai ku tata, ku buang segala perabotan tak berguna, kamar ini bersih sudah. Sempurna, sambil bergaya ala Demian.

“mas kalo pagi buka aja ini jendela biar ada udaranya” jelas ibu kos muda.

“oh iya buk” pikirku meski jendela tak di buka, aku juga tak bakalan koma.

“kalo lagi beruntung mas bisa lihat mbak yang ngekos di depan rumah ini lho mas” ibu kos muda mulai menggoda.

“ah masa iya buk. Cantik ya ??” penasaran aku di buatnya.

“iya mas, Maba juga. Cuman bedanya itu depan kosan cewek” tuturnya.

Mulai sejak saat itu saya menata hidup di kosan tercinta. Di semangati oleh ibu kos muda. Bangun tak pernah telat dari jam lima. Sebab saya punya kewajiban kepada sang maha kuasa. Senang sudah hidup ini sodara. Saya mulai menikmatinya.

Created BY : rakhaprilio KASKUS