Kisah Yupi dan Gracia Part 4 – Cerita Fiksi

Kisah Yupi dan Gracia Part 4 – Cerita Fiksi

Aku terbangun, kepalaku masih sedikit pusing, aku memperhatikan sekitar. Masih di kamar adikku, aku terbaring diatas kasurnya. Terakhir kali (baca Part-3)…

“Gracia?”

Aku mengingat kejadian terakhir sebelum aku pingsan tanpa sebab adalah bersetubuh dengan Gracia, sekarang kemana anaknya? Aku bingung, hanya dengan celana dalam aku melangkah keluar kamar mencari sosok Gracia, di kamarku tidak ada, dengan sedikit ragu aku turun kebawah.

Aku kaget melihat Gracia malah ngobrol dengan Yuvia, ada apa ini?

“Kok kalian?”

Mereka berdua menoleh berbarengan,

“Ini dia nih pelakunya…” Celetuk Yuvia tiba-tiba,

Aku bingung, “Pelaku apaan?”

“Aku baru tau kakak parah banget, kirain sama aku doang… PARAH!” Gracia angkat bicara,

“A-apaan sih? Kalian berdua kenapa dah?” Aku benar-benar bingung,

“Gausah pura-pura bingung deh, enak kan mecahin perawan dua cewek sekaligus?” Todong Yuvia.

DEG…

“Yang satu adik kelas, yang satu adik sendiri. PARAH!” Timpal Gracia.

DEG…

“N-nggak gitu…”

Tiba-tiba aku jadi panik…

“Kemaren aku, hari ini Gracia, besok siapa lagi yang mau di PECAHIN?!”

Yuvia sedikit menekan kata-kata pecahin, dan itu membuatku terdiam persis seperti anak kecil sedang dimarahi orang tuanya…

“Kalo aku mending, gaada hubungan darah, nah kak yupi? Ish…”

“Iya maaf deh…” Aku berbisik sedikit ketakutan,

Tiba-tiba mereka berdua berjalan mendekatiku, aku masih terdiam merunduk. Mereka berdua menarik tanganku dan mendorong tubuhku sehingga aku terpental ke sofa, punggungku lumayan sakit kena kayu sandaran sofa…

“Kenapa sih? Sakit tau!” Aku sedikit berteriak,
“Biarin, sekarang kakak diam aja. Nurut sama kita!” Yuvia sedikit bengis menatapku,

Kenapa dua gadis ini? Iya aku tau aku salah, tapi nggak perlu segininya kan? Lagian mereka mau aja. Yaampun…

Yuvia mendekatiku, sementara Gracia masih berdiri menatapku, tampangnya dibuat bengis walau tidak seram. Aku malah fokus menatap adikku, mau ngapain dia?

“Yup…” Aku was-was,

Dia berlutut dihadapanku, aku mengerti maksudnya, tapi apa ini? Dia mau melakukan itu didepan Gracia? Kamu gila yup!

Aku baru menyadari kalo aku cuman pakai celana dalam doang, dia mulai meraba pahaku terus naik sambil terenyum licik. Sementara aku sedikit panik masih tidak mengerti apa maksudnya, begitu tangannya menyentuh celana dalamku reflek kupegang tangannya…

“Jangan…” Bisikku lirih,
“Gapapa kak, ini kan hukuman…” Dia cengegesan.

OH SHIT…

Dia membuka celana dalamku, penisku tegang menantangnya, aku memperhatikan Gracia yang tersenyum menatapku, entah kenapa aku jadi ragu dengan senyuman itu…

“Mmmhhh…”

Aku terkejut karena tiba-tiba Yuvia mengulum penisku, aku jadi memperhatikannya. Dia mengulum penisku sambil menatapku, entah kenapa aku suka melihatnya…

“Puuaahh…”

Dia melepas kulumannya lalu mengocok penisku perlahan,

“Hmmm…”

“Enak ya?” Tanyanya,

Cerita Fiksi – Kisah Yupi dan Gracia Part 4

Aku hanya mengangguk lalu memejamkan mataku merasakan sensasinya, Dia kembali mengulum penisku membuaiku kedalam rasa nikmat sampai tiba-tiba aku merasa ada yang menjilat bijiku, aku reflek melihat kebawah…

DEG…

Gracia juga ikut membantu Yuvia mengerjaiku. Apa ini? Apa mereka sekongkol??

“OOHH…”

Aku tidak bisa tidak mendesah merasakan dua lidah sedang mengerjaiku…

“Ap-apa-apaan ka.. OOHH.. lian? HMM…”

Gracia mendongak lalu nyengir menatapku,

“Aku juga mau bantuin kak Yuvia ngehukum kakak…”

“Tapi kan MMMHH Yup… SSHH…”

“Puaahh… Berisik deh, udah nikmatin aja!”

Yuvia memencet penisku sesaat, aku sempat kaget lalu melotot menatapnya. Dia turun menuju bijiku sambil terus menatapku sementara Gracia sekarang naik mengocok penisku lalu memasukannya kedalam mulutnya. Aku kembali mendesah merasakan sensasi dari dua gadis ini…

OH MY GOD…

Jika dibeginikan terus aku bisa keluar…

“MMMHHH…”

Wajahku memerah, mati-matian menahan. Gracia makin mempercepat kulumannya…

“kupain apa paap… (kuarin aja kaak)”

“AAAHHH GRACIAAA!!!!”

CROOOTT… CROOTTT… CROOTTT… CROOOTTT…

Satu, dua, tiga, empat kali aku meledakkan spermaku. Gracia yang sempat kaget tapi langsung berusaha menelan semua spermaku. Aku mengatur nafasku menatap Gracia yang membersihkan sisa spermaku lalu menatap Yuvia yang terdiam, ada sedikit kekesalan diwajahnya. Kenapa?

Gracia melihat jam di dinding, menunjukan jam setengah enam sore. Dia harus pulang, aku sempat menawarkannya untuk diantar pulang. Tapi tangan Yuvia reflek menahan tanganku, Gracia tersenyum sesaat lalu menolak tawaranku. Aku jadi bingung dengan adikku ini…

Setelah kejadian tadi sore, Yuvia berubah mendadak. Dia jadi jarang berbicara denganku, kami mendapat telepon dari orang tua kami hanya menanyakan kabar kami saja. Yuvia sempet bertanya kapan mereka akan pulang tapi belum ada kepastian yang jelas. Hal ini membuat Yuvia semakin murung, naluriku sebagai kakak berjalan…

Lagi-lagi aku berdiri disini… Di depan pintu kamar Yuvia yang tertutup rapat…

Menghela nafas sesaat, memberanikan diri mengetuk. Semenjak kejadian aku tidak sengaja melihatnya pipis di kamar mandi, aku selalu takut mengetuk kamarnya…

“Boleh kakak masuk?” Tanyaku,

“Masuk aja kak…”

Aku membuka pintu dan menemukan Yuvia duduk bersila diatas kasurnya sambil membaca novel favoritnya…

“Kamu kenapa?”

Dia mendongak menatapku…

“Gapapa…”

“Boong banget, soal mama papa?” Aku berusaha menebak,

“Bukan…” Jawabnya,

Kami jadi sama-sama terdiam…

“Kakak kenapa pake kamar ini sama Gracia?”

DEG…

Aku jadi terdiam, lagi-lagi jantungku sedikit berdegup dengan cepat, ini maksudnya dia marah? Atau sekedar ingin tau?

“Maafin kakak, yup. Tadi kakak nafsu dan ya…

“Tapi kan nggak harus disini kak, kenapa nggak di kamar kakak aja sana?!” Yuvia sedikit meninggi, aku malah terdiam.

“Ini kan tempat kita…” Bisik Yuvia pelan…

Aku masih terdiam, aku nggak nyangka kalo Yuvia marah sama aku cuman karena masalah sepele kayak gini, tapi mungkin dia bakalan jaga jarak deh…

“Maafin kakak, yup. Kakak nggak tau kalo kamu bakalan semarah ini…”

Yuvia berdiri lalu berjalan kearahku dan menarik tanganku keluar dari kamarnya menuju kamarku lalu mendorong tubuhku ke kasur. Aku kaget menatapnya yang sekarang terdiam menatapku…

“Aku pulang kaget nemuin bra ungu di sofa, pas aku naik keatas kakak pingsan gara-gara Gracia. Emang diapain sama dia?”

Aku bingung, masalahnya aku juga gatau mau jawab apa. Orang aku sendiri bingung kenapa bisa tiba-tiba pingsan…

“Kakak gatau…”

“Yaudah, sekarang buka celananya!” Balas Yuvia,

“Heh? Maksudnya?” Aku bingung,

“Aku kesel sama Gracia tadi. Orang aku mau ngehukum kakak sendirian. Dia malah ikut-ikutan!”

“Terus sekarang maksudnya apa kakak disuruh lepas celana?”

Kisah Yupi dan Gracia Part 4 – Cerita Fiksi

Tidak berkata apa-apa Yuvia langsung berlutut di hadapanku dan menarik turun celanaku beserta celana dalamnya sehingga menampakan penisku yang belum terlalu menegang, dia mengelus lalu mengocoknya perlahan sambil sedikit-sedikit menatapku. Aku masih terdiam…

“Sekarang ini tempat kita! Awas berani ngajak orang lain lagi!”

Yuvia memencet penisku, aku sempat meringis sesaat…

“Hmm…”

Desahku saat merasakan penisku masuk kedalam mulutnya…

Dia memaju-mundurkan kepalanya sambil sedikit-sedikit menatapku, aku begitu menikmatinya. Tanganku berusaha menggapai dadanya, berusaha meremasnya. Dia mengerti, melepas kulumannya lalu membuka bajunya. Aku langsung menariknya sambil menjatuhkan tubuhku ke ranjang, kami berciuman, saling membelit…

Dia melepas ciumannya,

“Aku sayang sama kakak, jangan gitu lagi ya…”

Hembusan nafasnya terasa ke hidungku…

“Iya kakak janji ga gitu lagi…”

Aku kembali mencium bibirnya, dia membalas ciumanku. Kami saling bertukar ludah. Aku sadar ini sudah amat sangat jauh, tapi apapun itu kenyataannya adalah seperti ini. Pah.. Mah.. Maafin aku…

“Hmm… KaaKK…”

Aku sudah turun ke puting payudaranya, aku hisap dalam-dalam…

“Hmm…”

Tangannya mengelus pelan kepalaku,

“Harusnya kan aku yang ngehukum kakak, kok gini sih?”

Aku tidak perduli, terus menjilat, menghisap, dan memainkan puting payudara Yuvia. Dia terus-terusan mendesah, kakinya mulai merapat gelisah, aku tau dia sudah tidak kuat…

Poop… Poop… Poop…

“Kaakk… Aahh… Hmmm…”

Poop… Poop… Poop…

Aku terus menghisap lalu melepaskan puting payudaranya, sementara Yuvia makin kacau sampai akhirnya…

“MMMHHHHHH….”

Dia squirting…

Aku nyengir menatapnya yang sekarang kacau sambil mengatur nafasnya…

“hhh… hhh… hhh… Kok jadi gini sih?! hhh… hhh… hhh…”

Dia sedikit kesal, dengan sisa tenaga membalikkan badanku jadi terlentang sementara dia terlungkup…

“Astaga, masih kuat ya?” Aku sedikit kaget,
“Kalo buat ngehukum masih!” jawabnya ketus.

“Pelan… OHHH…

Dia langsung menggenggam penisku, memencetnya lalu mengocoknya dengan cepat sambil sedikit tertawa…

“Santai… dong… HMMM…”
“Biarin, aku kesel…”

Perlahan Yuvia makin mempercepat lagi kocokannya, aku berusaha menahan tapi ini enak, mulutku reflek menganga…

“Kuarin kaak! Kuarin! ERRRGGHH!”

Dia makin mempercepat kocokannya, aku nggak kuat…

“EEERRGGHHH YUVIAAA…” Aku menggeleng liar…

Satu…
Dua…
Tiga…
Empat…

“hhh… hhh… hhh…”

Empat kali aku orgasme, masih mengatur nafasku menatap Yuvia yang sekarang tersenyum bahagia. Penisku memerah digenggaman tangannya yang putih berlumuran spermaku…

“Banyak banget keluarnya…” Yuvia cekikikan,
“Iyalah, kamu kasar banget… Bersihin tuh…” Celetukku masih mengatur nafas,

“Iya sayang…”

Yuvia dengan cepat menjilat tangannya dan penisku membersihkan spermaku yang berlumuran. Entah kenapa dia jadi terlihat begitu seksi ketika sedang menjilat tangannya, aku jadi makin bernafsu…

“Ehh… Kakk…”

Kudorong Yuvia terlentang dan kutarik turun celana dan juga celana dalamnya, dia hanya tersenyum sesaat…

“Mmmhh…”

Aku menjilat vaginanya, seperti biasa bau harum semerbak tercium dari sana. Ini membuatku semakin nafsu menjilatnya. Dalam menit berikutnya aku terus menjilat sehingga tanpa sadar Yuvia sudah menjepit kepalaku dengan pahanya dan menjambak pelan rambutku…

“Mmmhh… Dikit lagi kaak…”

Mendengar itu dengan sedikit kasar aku membuka pahanya, dia sempat kaget sesaat karena tiba-tiba berhenti. Aku langsung duduk disebelahnya dan melumat bibirnya sambil tanganku mengocok kasar vaginanya…

“MMHHHH KAAAKK… MMHHHH…”

Dia menatapku sedikit sayu setelah ciuman terlepas, aku makin mempercepat kocokanku. Dia mengeleng liar sambil terus menatapku, aku tersenyum licik…

“Udaahh… UDAAAHHH… Jangann… OOHHH… AMPUUNNN…”

Dia menggeleng, wajahnya memerah, tangannya mencengkram sprei kuat-kuat…

“YHAAAA KAAKKYOOVVV!!!” Teriaknya,

Yuvia squirting mirip seperti air mancur. Squirting terhebat yang pernah Yuvia lakukan, aku sempat terdiam, tidak menyangka kalo bakalan begitu, takjub menatap Yuvia yang sekarang mengatur nafasnya nampak kelelahan…

“Astaga, kok keren sih?” Celetukku polos,

Dia melirikku sinis, “hhh… Keren apanya… hhh… Capek tau…”
“Kan aku udah… hhh… bilang… hhh… jangan… hhh… malah diterusin…”

Aku nyengir,

“Lagi ya?”

Tanganku memegang pahanya yang terbuka, vaginanya memerah akibat kocokan kasarku…

“NGGAK!”

Yuvia dengan cepat mengetatkan pahanya menutupi vaginanya…

“Aku capek…” Bisiknya merajuk
“Tapi kakak suka liat kamu begitu, nafsuin…” Aku kembali nyengir.

“Yaudah, lagi, tapi langsung keintinya aja!” Yuvia mengalah,

Aku tersenyum menang, Yuvia berusaha mengatur tubuhnya menungging membelakangiku dengan sisa tenaganya. Aku berdiri di belakangnya memegang penisku…

“Doggie lagi?” Tanyaku,
“Bawel.” Balasnya singkat.

“AAHH…”

Teriaknya ketika aku tiba-tiba menusuk vaginanya,

“Pelan… Pelan sih…”
“AAHH…”

Mister Sange – Kumpulan Cerita Fiksi Dewasa

Aku mulai menggenjotnya perlahan makin lama makin cepat. Dia terus mendesah suaranya mulai parau. Sementara aku terus-terusan menggenjotnya soalnya ini enak, lebih enak dari kemarin-kemarin…

“OOHHH… KaaKK… MMHHH… AAHHH…”

“NNGHH… NGGHH… Kok… Makin… NNGHHH… EnaKK… Sih… Kamu?”

“Iyaa… Aku… Gatauu… AAHH… KaakKK… Teruss… TERUSS…”

Pinggangku mempercepat doronganku tanpa aku sadari, karena aku sudah merasa terlalu nikmat didalam Yuvia. Oh tidak, aku harus sadar… Tapi ini terlalu nikmat…

“NNGGGHH… SHH… SHHH… YUP… OOHHH…”

“KaakKK mo KUARRR!”

Yuvia memerah menggigit bibir bawahnya, tubuhnya sudah banjir keringat, rambutnya yang panjang semakin lepek. Shit aku makin nafsu… Ini gabener!

“Barengan… NGGHH… NNGGGHHH…”

Aku merasa ini puncaknya, aku tidak tahan lagi…

“NNGGGHHH… YUVIAAAA!!!”
“AAHHH… KAAAAKYOOVVV!!!”

Kudorong penisku lebih dalam,

Satu…
Dua…
Tiga…
Empat…
Lima kali aku meledakkan spermaku didalam vaginanya…

Selang sedetik kemudian Yuvia juga menyusul, kami orgasme bersamaan didalam vaginanya. Dia lemas terungkup dikasurku, semuanya basah dengan keringat. Aku menarik penisku lepas dari vaginanya. Ada sedikit sisa spermaku keluar dari vaginanya yang makin memerah persis seperti film JAV yang aku tonton…

Sensasi gigitan vaginanya masih terasa dipenisku, sejujurnya aku ingin menghajarnya sekali lagi. Entah kenapa aku bernafsu sekali sama adikku ini, tapi melihat dia sudah melemah seperti itu kesian juga…

Dia tersadar, berusaha berdiri, melangkah sedikit gontai keluar kamarku. Belum sampai pintu dia mau jatuh, Reflek aku pegangin…

“Mau kemana?” Tanyaku,
“Mau bersihin badan…” Balasnya masih lemah.

Yuvia masih melemah, mungkin karena dia orgasme empat kali hari ini. Aku berusaha mengalah walau sebenernya masih bernafsu. Aku membantunya menuju kamar mandi…

Dia menyalakan shower dan membasahi tubuhnya, aku terdiam dipintu menatapnya. Dia mengambil sabun lalu mengusap tubuhnya, dadanya, vaginanya. Sabunnya terjatuh, dia membungkuk mengambil sabun itu…

Aku harus menghajarnya sekali lagi!

Penisku tegang setegang-tegangnya, aku masuk kamar mandi dan menarik tangan adikku lalu memasukkan penisku kedalam vaginanya…

“EERRGGHH… KaaKK… ASTAGAA…” Bisiknya lemah,
“Kamu nafsuin sih…” Bisikku,

Aku menggenjot vaginanya, merasa kasihan aku melepaskannya, lalu duduk di kloset yang tertutup dan dia kuajak duduk diatasku dengan menancapkan penisku ke vaginanya. Kami kembali melakukan penetrasi bersamaan…

“MMMMHHH… Nafsu banget… deh… AAHHH…”
“Sekali… NNGGHH… Ini doang… Kok… NNGHHH… NNGGHHH…”

Bunyi kelamin kami saling bersentuhan memenuhi ruangan, lagi, vaginanya makin menggigit penisku… Ohh ini nikmat…

Ada sekitar lima belas menit kami saling berlomba dalam posisi seperti itu sampai akhirnya…

“KaaKK… GAKUAATT… GAKUAATT!!! OOHHHH…”

Yuvia squirting kelima kalinya, kepalaku pusing…

“EERRRGGGHH…”

Satu…
Dua…
Tiga…
Empat…
Lima…
ENAM…
TUJUH KALI AKU ORGASME DIDALAM VAGINANYA!

Kami sama-sama lemas sehingga terdiam diposisi itu, aku biarkan penisku masih menacap di vaginanya. Kami benar-benar melakukan “special exercise” yang berlebihan malam ini. Tapi aku puas…

“Kaak…” Bisik Yuvia,
“Iya?” Balasku,

“Mungkin aku bakalan hamil deh, kakak banyak banget keluar didalam…”

Aku terdiam menghitung, iya sudah dua belas kali aku orgasme didalam vaginanya…

“Iya gapapa, bagus, keinginan kakak terkabul…” Aku berusaha nyengir,

Yuvia sedikit tertawa,

“Astaga, keinginan macam apa itu? Ngehamilin adik sendiri…”
“Tapi kakak tanggung jawab kan?” Lanjutnya,

“Iyalah…” Jawabku mantap.

“Berani ngomong sama mama papa?”

DEG…

Aku lupa soal itu, kalo kami masih ada orang tua. Ah mereka terlalu sibuk ini…

“Iya kakak bakalan ngomong…” Balasku lalu mencium keningnya.

Setelah itu kami sama-sama terdiam, hanya suara gemericik air dari shower yang terdengar. Dan aku harus berani mempertanggung-jawabkan efek dari nafsuku ini…

Mah… Pah… Maafin aku, aku gagal jadi kakak yang baik…

***

Baca juga PART-5!

Kumpulan Cerita Fiksi Dewasa Sedarah