Cerita Dewasa – Sepotong Senja untuk Dini Part-4

Cerita Dewasa – Sepotong Senja untuk Dini Part-4

Dini sudah mendapatkan barang yang disukainya. Lucu-lucu, seksi-seksi, dan merangsang-merangsang.

“Nyantai minum dulu yuk, Ren.. Haus neeh gue..” pinta Dini sambil bergelayutan manja di lengan gue, ga peduli dengan tatapan nakal para pengunjung mall yang mengarah ke The Huge Boob Dini yang berayun-ayun lembut seiring gerak langkah kakinya ketika berjalan karena memang bra less.

Lengan gue bisa merasakan hangat dan empuknya susu Dini. Putingnya yang menegang pun dapat gue rasain.

“Kontol lo ngaceng ga sayang, ngeliatin gue tadi?” tanya Dini berbisik lirih dekat telinga gue.

“Gila apa ga ngaceng? lo tuh dahsyat bangett lagi, Din. Tahu ga?!” jawab gue jujur dan apa adanya.

“Yang benerr nih? hmm? kok ga ngejendol ya, haha!!” goda Dini dengan gelak tawa.

AlamaakK!!

*****
Gue dan Dini sudah di foodcourt area. Kami memilih tempat di pojokan, mepet dengan dinding bangunan. Minuman softdrink dan camilan calamary ring juga fried octopus pun sudah siap saji di meja. Kami ngobrol-ngobrol ringan sambil ngemil.

Ahaa.. Tadi siang lunch dengan lauk seafood, sekarang camilannya pun dari seafood. Of course, testis gue bisa dengan lebih cepat memproduksi peju.

“Emang lo sendiri ga horny tadi Din??” tanya gue pelan.

“Sruuupt!!” suara Dini menyeruput softdrink sebelum menjawab,

“Gila, gue tadi degdegan abisss.. Makanya jadi gue horny banget Ren. Puting gue udah keras, dan Cd gue basahh.. Tau ga lo, haha!!”

Tiba-tiba ada sesuatu yang merayap di celana gue tepat diatas jendolan kontie.

“Uughhh..” desis gue pelan.

“Ii.iihhh.. Kontolnya udah keras bangettt sayaaangg, pengennya diapaiiin siih? hmm?” goda Dini sambil terus mengelus-eluskan telapak kakinya yang putih, setelah tadi sesampainya di foodcourt Dini langsung melepas sandal bertalinya.

Bujubunneeng..!! Denger suara tanya Dini yang kaya gitu manjanya, gue pun langsung belingsatan ga karuan. Haha..

Setelah puas menikmati softdrink dan camilan, kami beranjak keluar.

“Slep..” Dini memakai kacamata Elizabeth hitam.. Waow!! She’s so cutee.

“Lo mau nyari apa lagi, Din??” tanya gue sambil menggandeng tangannya mesra.

“Hmm, apa ya?” gumam Dini ga jelas.

“Gue pengen ngasih sesuatu ke elo, yaah meski ga mewah-mewah juga siih..” bilang gue.

“Ciee.. Emang mau ngasih apaan sih lo, Ren?” tanya Dini penasaran sambil menyibakkan rambut shaggy ber-highlight merah panda itu. Gerakan itu sungguh menawan…

Haha.. Banyak juga yang pada melirik malu-malu, menatap tanpa malu, dan melotot malu-maluin kearah Dini, sewaktu Dini menyibakkan rambut indahnya tadi. Gue yakin mereka pada mantengin buah toked Dini yang bergoyang lembut tanpa tersanggah bra.

Gue langsung mengarahkan langkah kaki kearah Gold Shop dan berhenti di depan etalase toko emas tersebut. Dini sudah tersenyum senang.

“Kenapa lo senyam-senyum kayaa orr.. Hmmpphhh!!” bilang gue tertahan. Karena dengan cepat, telapak tangan sebelah kanan Dini langsung membungkam mulut gue sambil berbisik mengancam,

“Just keep silent or I’ll kill you!”

“Addaow!” pekik gue kaget. Karena sewaktu Dini mengucapkan I’ll kill you, tiba-tiba aja jemari tangan kiri Dini ikut meremas kenceng batang kontie gue yang masih rada ngaceng. Gila ni bocah asal betot aja gue punya kontie.

“Hihi.. hii, makanya jangan bawel!” sahut Dini cekakak-cekikik

“Ya sudah, lo pengen apa Din?”

“Terserah lo aja deh Ren.. Apa yang lo kasih, gue akan senang nerimanya..” jawab Dini sambil men-jelalatkan mata melihat-lihat berbagai perhiasan yang dipajang di dalam etalase.

Mas penjaganya gue liat malah asyik sendiri melototin bongkahan toked Dini.

Yuupz.. Dini ga sadar akan posisi dia berdiri. Putri Tante Mila dan Oom Tio itu dengan santai menempelkan buntalan buah payudara sekel tanpa bra ke etalase, Otomatis toked Dini lebih menyembul dan puting pinkynya pun makin jelas nyeplak menerawang.

Nah gue malah ikut degdegan horny melihat itu semua.

“Mas..” bilang gue memanggil Mas penjaga toko emas.

Yaelaah si Mas nya ga denger malah meneguk ludah demi melihat dada yang putih dan sembulan melon Dini.

“Woi Mass!” bilang gue rada keras.

“Hmp.. Eehh!.. Iiiyaa Mas, maaf nyari apa ya?” jawab Mas-nya tergagap.

“Gelang kaki yang emas putih yaa..”

Setelah memilih gelang kaki emas putih yang ada liontin berbentuk hati, gue pun segera memanggil Dini. Karena gue liat Dini sudah di ujung sebelah kanan etalase.

“Din.. Taraa.. Ni gelang kaki buat lo.. Dari dulu gue suka’ kalau ada cewek yang make gelang kaki..” kata gue menjelaskan.

“Dan gue berpikiran kalau gelang kaki ini akan serasi sama piercing puser dan tindik hidung lo.. Suka gaa, sayangg?” kata gue menambahkan.

“Ahaa, thanks bangeet.. So Perfect pilihan lo Ren. Lo tahu ga?”

“Engga..”

“Iii.iiihh dengerin dulu!” tukas Dini gemas sambil mencubit pinggang gue.

“Hehee.. Iyaa, apaan??”

“Gue sebenarnya emang pengen beli gelang kaki dari kemaren-kemaren.. Dan lo juga pinter menyerasikan warna antara gelang kaki, piercing puser sama tindik hidung gue..” terang Dini panjang lebar dan terlihat kebahagiaan itu terpancar dari wajah cantiknya.

“Thanks ya Ren..” ucap Dini sekali lagi.

“It’s oke.. No problemo..”

“Bruum!!.. Brumm!!..”

Gue dan Dini Amalia sudah di dalam Audi warna solid black kesayangannya.

“Shock-nya enak banget Din, empuk dan nyaman meski udah ceper neeh mobil..” kata gue ketika merasakan empuknya suspensi mobil Dini.

“Pake shock apaan emang?” tanya gue.

“Eibach Germany sekalian sama velg alloy 18″ nya.. David tuh yang bawain waktu dia sail ke Eropa..” jawab Dini sambil membuka sunroof dan menyulut rokok putihnya.

Seett dah!! Gerakan waktu nyulut rokok, waktu menghisap, dan pada saat menghembuskan asap rokok bener-bener cuek tapi berkesan menawan.

“Kemana lagi Din?” tanya gue sembari memutar lagu Metalica Enter Sandman yang langsung terdengar menghentak melalui Keenwood subwoofer yang tertanam di kabin mobil.

“Eem.. Ke Speedshop lo aja Ren. Gue pengen ngerti kaya gimana siih??” jawab Dini cepat sambil ikut mendendangkan lagu Enter Sandman-nya Lars Ulrich.

Yuupz.. Meski terlihat girly, tapi jangan salah, Bung!! selera musik Dini seram juga untuk ukuran cewek. Dini suka lagu-lagu keras ber-beat cepat. Metalica, Nirvana, Iron Maiden, dan masih banyak lagi. Kalau lagu lokal, Dini suka Pas Band, Koil, BurgerKill, Cupu Manik dan Metal Core asal Solo, Down for Life. Pokok e METAALLL ABYISS!!! Juragaan.. Hahaha..

Ketika sudah dekat dengan Speedshop gue yang berupa ruko, gue mampir sebentar untuk beli beberapa cookies dan rokok buat Juki dan Anton, mekanik gue.

“Brumm!!.. Brummmm!!!..” raung suara mesin mobil sebelum gue matiin.

“Beautiful place, and beautiful atmosphere where I stay in..” ucap gue sambil melirik Dini.

“Not bad..” jawab Dini sambil tersenyum maniisss.

Melangkahlah kami berdua keluar mobil sambil membawa barang belanjaan, dan beranjak masuk ke dalam ruko. Panas, gerah langsung terasa. Juki dan Anton pun menyapa gue,

“Siang bro, wah bawa cewek kece neeh.. Pacarnya ya? Duuch cakep bener. Hehehe..” tanya juki ramah becandain gue sambil melihat Dini. Dini pun tersenyum manis.

Hahahaa!!!.. Ngaceng kagak lo berdua . . .

Gue dapat melihat kalau Juki dan Anton terpana melihat kehadiran makhluk kece kaya Dini. Yaah.. Gue maklum aja secara harian, mereka berkutat dengan benda-benda mati. Si Anton malah sudah menelan ludah waktu mantengin Dini.

Jelas aja mereka berdua ngowoh gitu karena penampilan Dini yang berani. Masih dengan ber-celana model hipster yang memperlihatkan kulit pinggang putih bertato juga puser ber-piercing, dan kaos tanpa bra penyanggah sepasang toked 36B, tentu sangatlah menggoda kontie mereka.

Terlebih kaos Moun Blanc Dini sudah rada basah terkena keringat sehingga nyeplak membentuk gumpalan siluet daging payudara Dini sebelah atas. Bulaatttt.

“Gua aja ngaceng, apalagi lo pada..” gumam gue dalam hati seraya mengecek stock Koil YZ125 yang tinggal sedikit.

“Halo juga bro, iya ini Dini.. Din, kenalin. Ini juki dan yang ini Anton, mekanik gue.” kata gue memperkenalkan mereka satu persatu.

Dini pun dengan sopan bersalaman sama Juki dan Anton, meski anggota tubuh Dini yang lainnya pada ga sopan. Hahaha!!..

“Ayuuk Din ke atas aja..” ucap gue kalem.

“Mari Bang..” pamit Dini ke Juki dan Anton.

“Iya Non, silahkan..”

Kami pun segera ke lantai atas. Gue sempet menoleh ke belakang dan melihat kedua mekanik gur itu saling berbisik-bisik, kemudian mengacungkan jempolnya kearah gue.

“Waahh, cewek si Boss cantik banget ya Ton. Bening pisan euy!!” ucap Juki dan langsung diamini oleh Anton.

Cerita Dewasa – Sepotong Senja untuk Dini Part-4