Cerita Dewasa – Sepotong Senja untuk Dini Part-4

Cerita Dewasa – Sepotong Senja untuk Dini Part-4

“Fyuhh.. Akhirnya nyamaan..” ujar Dini sembari meletakkan barang belanjaan dan segera duduk di pinggiran ranjang.

Hembusan udara segar dari AC di rOom sweet rOom gue membelai mesra tubuhnya.

“Gimana Din menurut lo kamar gue?” tanya gue minta pendapat Dini.

“Nyaman, rapi, dan leluasa.. Lo bisa aja yaa, karena biasanya kamar cowok tuh berantakan..” jawab Dini panjang lebar seraya menyetel cd player.

Mengalun lembut lagu ‘Thank You’ dari Dido..

Dini membetulkan tatanan make up wajahnya sebentar, dan beranjak membuka-buka kantung belanjaan. Mengeluarkan kaos warna putih longgar dengan garis-garis warna lembayung senja sepinggang dengan model leher melebar yang menampakkan pundak, dan sebuah celana model aerobik ketat setengah paha warna hitam.

Kaos dan celana itu di dapatkan Dini setelah ngerjain si Oom ganjen sewaktu di mall tadi.

“Di minum Din..” bilang gue sambil menyerahkan softdrink.

“Thanks..” jawab Dini langsung menyeruput softdrink.

*****

Dini merebahkan tubuh seksi nya keatas ranjang. Ga peduli kaos yang di kenakannya tersingkap sampai keatas, kebagian bawah tokednya.

“Sheerr..” berdesir hati gue melihat tubuh yang seakan-akan pasrah untuk di telan itu.

“Jangan ngiler Din. Bantal gue baru tuh!” canda gue sambil ikutan rebah di sampingnya.

“Yeew enak aja lo ngomong. Elo kali yang ngiler..” sahut Dini cepat seraya memejamkan mata.

“Hmmhhh..” Bau harum tubuhnya masih terasa dan begitu menggoda.

Gue memiringkan tubuh menghadap Dini. Mengagumi wajah cantiknya yang kadang seperti Peri kecil tercinta gue, atau pun kadang berubah seperti Iblis nakal yang selalu menggoda umat manusia.

Leher yang jenjang, buah dada putih yang besar tapi kencang, perut yang rata tanpa timbunan lemak sedikit pun, aahhh.. Gue ga bisa menilai-nya lagi daah. Dini juga smart, baik, supel, easy going, dan tajir. Tapi yang bikin gue salut, Dini ga pernah ngebedain dalam berteman. Bahkan, banyak dari temen cowok Dini yang salah mengartikan kebaikan dan sikap Dini selama ini.

She’s too perfect for me.

“Kenapa Ren, mandangin gue kek gitu? kagum ya?” tanya Dini sambil melirik gue yang sedang memandangnya lekat.

“Lo cakep banget Din.. Sempurna di mata gue.. Gue merasa menjadi cowok paling beruntung di dunia ini, yang bisa macarin lo..” kata gue rada lebay.

“Lo juga ganteng, fisik oke, dan yang paling penting, lo udah mandiri. Punya usaha untuk ngebiayain kuliah lo tanpa ngerepotin Ortu.. Itu hebat banget lagi, Ren..” ujar Dini panjang lebar.

“Heheheee.. Makaciiih pujiannya..”

“Yoaaa!”

“Eeh Din. Gue mau mandi dulu aja.. Beliket nih badan..” bilang gue sambil, “Lhepp!!” menjilat cepat puser seksi yang dihiasi piercing sebelum beranjak ke kamar mandi.

“Aaghh..” desah Dini kaget, dengan menggerinjalkan pinggangnya yang ramping karena jilatan lidah gue barusan.

“Lo ikutan mandi kagak?” tanya gue cengengesan.

“Idihh, ogah gue.. Weekz!!” jawab Dini sambil menjulurkan lidahnya yang lancip membasah.

“Hahaha.. Ya sudah, lo nyantai-nyantai aja dulu.. Kalo mau liat tipi, tinggal stel aja, oke!!” bilang gue sembari masuk ke kamar mandi.

Dini bangun dan beranjak ke kaca rias yang lebar di kamar Reno dan menarsiskan diri di depan kaca rias itu.

“Wah ternyata bodi gue oke banget yaa. Berlekuk indah, dan tinggi semampai. Ga nyangka gue. Hihihii..” gumam Dini sambil ketawa ketiwi sendiri. Untuung aja ga ikutan garuk-garuk kepala kaya gue..

Dengan gerakan yang sengaja dibuat erotis, Dini mulai melepas kaos yang tadi sempat terkena keringat itu perlahan ke atas di iringi backsound lagu ‘Have Fun Go Mad’. Goyang lembut pinggulnya ikut mulai menari.

Setelah kaos putih itu terlepas, tampaklah pancaran keseksian tubuh telanjang Dini dibagian atas. Dini memiringkan tubuhnya dan terlihat dari kaca rias bongkahan sepasang toked besar 36B yang tetap mengacung, di kombinasikan dengan puting pinky yang imut. Sepasang buah dada yang tidak kendor ataupun turun ke bawah sedikit pun seakan-akan mengacuhkan gaya gravitasi bumi. Bener-bener terlihat kencang menawan…

Dini menghadapkan tubuhnya lagi ke arah kaca rias. Dengan wajah berekspresi sayu dan mulai binal menggoda, jemari lentik Dini mulai membuka kancing celana jeans Giovanni Perucci yang membungkus pinggang dan kedua tungkai kaki belalangnya.

Setelah terbuka kancingnya, perlahan lahan retsluiting celana jeans itu mulai Dini tarik turun. Kemudian di tariknya lagi keatas pelan-pelaaan, dan kembali Dini turunkan retslituing itu ke bawah, sambil menyapukan lidah merahnya ke bibir tipis. What the fuck!! So naughty, Pal’s!!

Dengan sedikit menggigit kecil bibir bawahnya, Dini mulai melepaskan celana jeans yang dia kenakan itu. Dan akhirnya, Hohoho.. Celana dalam Calvin Klien warna biru yang Dini pake terlihat jelas, dan samar-samar tampak pula noktah basah di bagian depan.

Dengan erat dan mesra, celana dalam itu membungkus erat memek tembem dan sebagian pantat bohay Dini. Tubuh putih seksi yang cuma terbalut di bagian bawah itu terlihat sangat menggairahkan. Oouughhh.. Ngacengin guys!! Aah.. Andai aja kaca rias itu punya kontie . . . . . . .

Kemudian di kenakannya kaos dengan krah model melebar sampai ujung pundak, dengan bagian depan bermodel belahan yang menjuntai turun ke bawah sampai ke pertemuan daging toked sebelah kanan dan sebelah kiri. Juga tak lupa pula di pakainya celana ketat model aerobik setengah paha.

Ketika masih asyiik berkutat di depan kaca rias, tiba-tiba kaki nya menyentuh sesuatu. Dini mengambil dan melihat isinya..

“Lhoh, ini kan cookies dan rokok yang di beli Reno tadi untuk Bang juki dan Bang Anton..” gumam Dini lirih.

“Pasti si gebleg Reno lupa ngasih ke mereka deh..” tambah Dini sambil berpikir sesuatu.

“Thingg!” sebuah ide brilian pun tercipta dari otak Dini yang dulu pernah nyoba ikut ujian TOEFL dan memperoleh point tertinggi diantara para peserta test.

Aahaa!! Dini pun tersenyum jahat.. Di kepalanya pula mulai tumbuh sepasang tanduk. Wajah cantik Dini yang semula bagai Peri kecil penuh kelembutan, sekarang telah mulai berubah bagai Iblis nakal penuh godaan.

“Hmm.. Tadi kan gue liat Bang Juki dan Bang Anton pada jelalatan ngeliatin gue, kaya nya asyiik neeh kalo gue isengin mereka dulu, sembari nunggu Reno mandi. Hihihiii..” gumam Dini cikikikan sambil membawa bungkusan yang berisi cookies dan rokok.

Yuupz.. Dengan dalih akan memberikan cookies dan rokok, Dini akan menggoda Bang Juki dan Bang Anton dengan wajah iblis nakalnya.. She is EviL, now!!

Setelah yakin dengan ide yang tumbuh di otak, Dini pun memulai dress up di depan cermin rias. Diambilnya parfum isse miyake dari dalam tas Dolce&Gabbana, dan di *kan di bagian-bagian tubuh tertentu. Setelah beres, Dini menarik bagian samping kaos yang dipakainya keatas, dan mengikatnya erat.

Dengan begitu, menjadikan kaos yang sedang dipakai sekarang ini seperti model kaos pantai. Karena kaos itu sudah terangkat naik dan terikat, otomatis kulit perut Dini yang putih dan mulus beserta puser indahnya itu terpampang jelas, seakan berteriak genit,”Hi Mr. Juki & Anton.”

Kesemuanya itu di sempurnakan dengan sembulan buah dada besar Dini beserta puting imut pinky yang semakin mencuat. Dikarenakan bagian atas kaos itu juga ikut menyempit ketat, akibat dari kaos yang di tali erat di sisi samping, diatas pinggang ramping Dini. Rambut shaggy nya dibiarkan tergerai. Celana model aerobik setengah paha juga telah membalut erat tungkai kaki belalangnya. It’s show time..

Dini merasa puas dengan tampilannya sekarang. Perlahan Dini menuruni anak tangga.. Dini melirik dan tersenyum sebentar kearah sembulan buah dada dan putingnya yang ikut bergetar goyang-goyang seiring langkah kakinya. Setelah sampe dibawah, terlihatlah Bang Juki dan Bang Anton sedang jongkok nge-grinding cam.

“Halo Bang Anton dan Bang Jukii.. Sibuk ngapain neeh?” tanya Dini centil sambil merundukkan tubuh semampainya diantara mereka dari arah belakang.

Juki dan Anton kaget, mereka langsung mencari arah suara itu dengan menolehkan kepala.

“Hekkh.. Mmp.. Eee.. Ii.iyya.a non Dinn.ii..” Jawab mereka melotot kompak tak berkedip ke arah Iblis cantik di hadapannya.

Yuupz.. Dengan posisi seperti itu, tatapan mata Juki dan Anton frontal menghadap susu putih 36B Dini yang belahannya terlihat dalam menandakan bahwa sepasang buah toked itu memang besar dan menghanyutkan. Tanpa tersanggah bra, terhimpit kaos dengan ketat, dan dengan posisi merunduk, sembulan seperempat lebih dari bongkahan payudara Dini seakan mau meloncat keluar dari kaos yang yang dikenakannya.

Begitu pula dengan puting pinky yang membayang sedemikian jelas. Setelah memberi kesempatan pada Juki dan juga Anton yang menatap nanar dada nya, Dini berucap sambil menegakkan tubuh menggodanya itu, “Iiiih kok malah pada bengong sii, di tanya juga.”

“Ooh.. Eehh.. Eemm a.anu Nnon.. Kami sedang nge-grinding sus..suu, Non.. Eehh!! nge-grinding cam, Non..” jawab Juki terbata-bata sampai salah dalam pengucapan kalimat sambil tetep aja memandang kulit perut putih Dini yang berhiaskan puser ber piercing dan pinggang bertatto yang tersaji di depannya.

Anton pun ga mau kalah dengan Juki untuk menyantap tubuh Dini dengan tatapan super mupeng.

Dia meneguk ludah berkali-kali demi melihat gerakan pantat bohay Dini yang mentul-mentul menggemaskan, disanggah paha mulus yang terpampang jelas sampai setengah paha lebih dari lutut, karena ketika Dini melangkahkan kaki jenjangnya dengan gaya berjalan ala top model diatas lantai catwalk untuk menjauh dari Anton-Juki, celana model aerobik dari bahan yang lentur itu makin tertarik ke atas. Tak pelak lagi, kontie kedua mekanik Reno itu pun ngaceng abyiis melihat aksi anarkhie si Iblis cantik Dini.

“Ngaceng kagak lo berdua..” batin Dini seraya menyeringai bengis.

Dini tersenyum simpul melihat kedua mangsanya sudah angkat tangan.. Eh angkat kontie ding.. Sambil membelakangi Juki-Anton, Dini melihat barang-barang racing after market yang dijual kaya cdi, koil, camshaft, karbu, dan aksesoris-aksesoris lainnya yang tertata rapi di dalam etalase kaca.

Tanpa sadar, Dini pun nungging dengan menempelkan kedua lututnya dan menggoyang-goyangkan dengan pelan. Ouuh!! Pantat itu juga ikut menari.. Lempitan memek Dini pun juga terlihat membayang.

Anton-Juki sampai tak kuasa untuk tidak mengusap air liur yang hampir keluar dari sudut bibir ketika mereka berdua membayangkan pantat bohay yang sedang mereka tatap, pantat sekel yang sedang bergoyang di depannya itu menggilas dan menguleg-uleg kontie mereka dengan erotis.

“Ooh.. Iya bang..” kata Dini sambil beranjak berdiri dari posisi nungging dan memutarkan badan kearah Juki-Anton.

“Iiiy.. yaa Non..” jawab mereka bersamaan.

Juki-Anton pun ikut berdiri menghadap Dini. Sekarang Dini mengambil pose dengan menyandarkan punggung atas ke etalase, kedua siku dari kedua tangan di letakkan diatas etalase dan tungkai kaki kanan rada di tekuk ke belakang.

Hohoho.. Pose yang sangat merangsang nafsu itu di Show Up kan oleh seorang Dini Amalia, mahasiswi dari fakultas pshycology dan model dari jebolan Siluet Model Agency.

Yuupz.. Dengan pose seperti itu maka kedua bongkahan daging susu putih Dini mencuat bersamaan dan mulai berhiaskan butir-butir keringat yang mulai tumbuh dipermukaan kulit mulus gelembung toked. Kedua puting pinky nya juga nyeplak dengan jelas, kedua tungkai batang kaki sampai setengah paha lebih terekspos mantaab.. Semuanya itu terlalu indah untuk di lewatkan oleh Juki-Anton.

Mereka tidak sadar bahwa batang kontienya ngacung ke depan ke arah Dini.

“Shitt!! Kontol Bang Juki dan Bang Anton nodong gue.. Mana ga dibenerin lagi posisinya..” gumam Dini merona dan juga mulai merasakan horny.

Setelah beberapa saat..

“Dini cuma mau bilang, kalo ini ada kue sama rokok untuk abang berdua dari Reno. Di makan yaa Bang..” ucap Dini kalem.

“Ya udah Bang, cuma itu aja kok.. Dini tinggal dulu yaaa..” imbuh Dini sambil meregangkan kedua tangan keatas kepala sebagai aksi penutup, dan langsung ngeloyor pergi meninggalkan Juki dan Anton karena memeknya terasa gatal dan semakin basah.

Anton dan Juki masih melongo di suguhi pemandangan yang sangat menakjubkan dalam seumur hidupnya. Sekarang yang tersisa di ruangan bawah cuma harum aroma parfum dari tubuh Dini. Juki dan Anton berpandangan sesaat dan kemudian berteriak,

“COLIIII..!!” dan mereka pun berlari ke arah kamar mandi untuk berebut sabun.

***** Bersambung ke Part-5 *****

Cerita Dewasa – Sepotong Senja untuk Dini Part-4